Anda di halaman 1dari 5

Prolog

Monumen ini dipersembahkan bagi tujuh pahlawan revolusi korban kebiadaban gerakan 30 September
PKI yang mencoba menghianati pancasila yang sakti.

20 juli 1965

Pidato Presiden Soekarno di GBK

“Saudara-saudara sebangsa dan setanah air, musyawarah besar tani Indonesia. Saya diminta memberi
amanat. Saya yang menamakan kaum tani sokoguru revolusi. Sokoguru Revolusi Indonesia, yang
bertujuan untuk mencukupi sandang dan pangan untuk Rakyat Indonesia dari Sabang sampai Merauke.

Revolusi Indonesia hanyalah bisa selesai kalau bangsa Indonesia ini bersatu-padu, bahwa Nasakom
bukan saja kita lihat sebagai satu fenomena bersatu, tetapi saja meminta kepada seluruh kaum tani,
seluruh kaum buruh, seluruh sukarelawan, seluruh Angkatan Bersenjata, supaya berkata, Nasakom
jiwaku, Nasakom jiwaku, Nasakom jiwaku! Hanya jikalau demikianlah, Saudara-saudara, kita benar-
benar bisa melanjutkan Revolusi ini sehingga tercapai segala apa yang diamanatkan oleh Rakyat kepada
kita yang hidup sekarang ini.

Sekian, Saudara-saudara, terimakasih”

Penculikan pertama di rumah A.H Nasution pukul 03.04. Pada saat itu pasukan cakra birawa masuk ke
rumah jendral Nasution.

Diruang tamu rumah A.H Nasution

Istri A.H Nasution : ”Cepat pergi, dari rumah ini ada seseorang diluar sana aku merasa khawatir”

A.H Nasution : “Baiklah”

Serma Surono : “Jendral keluar keadaan negara sedang genting, Jendral ditunggu segera
menghadap presiden”

Istri A.H Nasution : (keluar dari kamar) ada urusan apa malam-malam ke sini?

Serma Surono : “Presiden mengutus kami membawa jenderal menemui beliau”

Istri A.H Nasution : “A.H Nasution tidak ada di rumah dia sudah di Bandung selama tiga hari”

Serma Surono : (tidak percaya)

Istri A.H Nasution : (memeluk anaknya yang masih bayi)

Serma Surono : (menembak anak A.H Nasution sampai mati)

Istri A.H Nasution : ”Teganya kau mencari Nasution tapi anakku yang kau bunuh”

Serma Surono : (senyum sinis)

(Ajudan Jendral A.H Nasution mencoba melindungi istri A.H Nasution namun justru dia malah diculik
oleh pasukan PKI dan dibawa ke markas PKI)
Penculikan Kedua di rumah Letjen A.Yani

Pasukan PKI berhasil menyusup ke dalam rumah A.Yani dan menemuinya di ruang tamu.

Pel tu Bugijan : ”Keluar kau jenderal!”

Letjen A.Yani : ”Ada apa malam-malam begini?”

Pel tu bugijan : ”Tidak usah banyak omong langsung keluar mengikutiku” (sambil menodong pistol ke
Letjen A.Yani).
(Letjen A.Yani ingin mengganti baju tidurnya dengan seragam tapi tak diijinkan oleh Pel
tu Bugijan)

Pel tu bugijan : ”Tidak usah ganti baju,langsung ikut kami!”(langsung menembak letjen A.Yani di
depan kamar ketika Letjen A.Yani balik badan)

Istri Letjen A.Yani dan anaknya: (menangis sambil berteriak A.Yani di dalam kamar)

(membawa pergi mayat Letjen A.Yani ke markas PKI)

Penculikan ketiga di kediaman Brigjen Sutoyo

Pasukan PKI berhasil menyusup ke dalam rumah Brigjen Sutoyo

Di depan kamar Brigjen Sutoyo

Serma Surono : ”Keluar kau jendra!”

Brigjen Sutoyo : ”Ada apa malam-malam begini?”

Serma Surono : ”Kami hanya disuruh ”

Brigjen Sutoyo : ”Siapa yang menyuruhmu?”

Serma Surono : ”Atasan kami, sudah jangan banyak tanya langsung ikut saya!”

(membawa pergi Brigjen Sutoyo ke markas PKI)

Penculikan keempat dikediaman S.Parman

Pasukan PKI berhasil menyusup ke dalam rumah S.Parman

Di depan kamar S.Parman

Serma Sattar : ”Keluar kau jendra!”

S.Parman : ”Iya”

Anak S.Parman : ”Ada apa Bu?”


Istri S.Parman : ”Tidak apa-apa nak, segera masuk kamar!”

Di luar kamar, di ruang tamu....

Istri S.Parman : ”Ada apa pak malam-malam begini?”

S.Parman : ”Coba ibu telpon A.Yani”

Istri S.Parman : (mencoba menelopon A.Yani namun ketika dia mengangkat gagang telpon ternyata
kabel telpon sudah diputus)

Serma Sattar : ”Sudah jangan banyak cakap,pak presiden sudah menunggu!”(mengajak pergi
S.Parman ke markas PKI)

Penculikan kelima Brigjen Suprapto

Pasukan PKI berhasil menyusup ke dalam rumah Brigjen Suprapto

Di depan kamar Brigjen Suprapto

Pel Tu Bugijan : ”Keluar kau jendra!”

Suprapto : ”Iya, ada apa malam-malam begini?”

Pel Tu Bugijan : ”Kami hanya disuruh ”

Suprapto : ”Siapa yang menyuruhmu?”

Pel Tu Bugijan : ”Atasan kami jangan banyak bertanya,langsung ikut kami!”

Istri Suprapto : ”Tunggu sebentar sebenarnya ini ada apa?”(bertanya kepada tentara PKI)

Pel Tu Bugijan : ”Sudah, masuk !”(menyuruh dan mendorong istri Suprapto masuk ke kamar)

(Membawa pergi Suprapto ke markas PKI)

Penculikan keenam di kediaman Mayjen Haryono

Pasukai PKI berhasil menyusup ke dalam rumah Mayjen Haryono

Di depan kamar Mayjen Haryono

Serma Sattar : ”Keluar kau jendral!”

Di dalam kamar tidur

Anak Mayjen Haryono : ”Ada apa Bu?”

Istri Mayjen Haryono : (mengelus kepala anaknya)


Setelah menenangkan anaknya Istri Mayjen Haryono keluar dari kamar dan menemui Semar Sattar di
ruang Tamu...

Istri Mayjen Haryono : ”Ada apa?”

Serma Sattar : ”Kami diperintah agar jenderal menghadap presiden”

Istri Mayjen Haryono : ”Apa harus malam-malam begini?”

Serma Satta : ”Iya, Segera panggilkan!”

Istri Haryono : ”Pak, bangun ada yang mencari!” segera memanggil Haryono untuk segera
menemui tentara tersebut)

Mayjen Haryono : ”Ada apa malam-malam bertemu apa tidak bisa besok saja?”

Serma Sattar : ”Tidak bisa segera ikut!”(menyeret pergi Mayjen Haryono menuju markas PKI)

Penculikan Ketujuh di kediaman Brigjen Panjaitan

Pasukan PKI berhasil menyusup ke dalam rumah Brigjen Panjaitan

Di depan kamar Brigjen Panjaitan

Serma Surono : ”Keluar kau Jenderal keparat!”

Brigjen Panjaitan : ”Jangan teriak-teriak ada apa malam-malam begini?”

Serma Surono : ”Ini sudah pagi, ayo ikut kami jangan banyak bicara?”

Istri Brigjen Panjaitan : ”Mau kemana ada apa ini?”

Serma Surono : ”Sudah ikut kami keluar!”(menyeret keluar Brigjen Panjaitan)

(Serma Surono menembak mati Brigjen Panjaitan, dan membawa mayatnya pergi. Setelah Brigen
Panjaitan dibawa pergi oleh PKI Istri Brigjen Panjaitan keluar dari rumah dan pergi ke lokasi penembakan
suaminya yang penuh dengan darah. Melihat darah suaminya dia menyeka mukanya dengan darah
suaminya dengan menangis tersedu-sedu)

Epilog

Pidato Pak Harto

“Hari ini, 4 Oktober 1965, kita menyaksikan pembongkaran jenazah para jenderal kita dengan satu
perwira pertama dalam satu lubang sumur lama. Jenderal-jenderal kita dan perwira pertama ini telah
menjadi korban kebiadaban dari Gerakan 30 September. Kalau melihat daerah ini, berada di Kawasan
Lubang Buaya yang termasuk Lapangan Halim. Di dekat sumur ini telah menjadi pusat latihan dari
sukwan dan sukwati yang dilaksanakan oleh Angkatan Udara. Mereka melatih anggota Pemuda Rakyat
dan Gerwani.
Jadi, kalau melihat fakta tersebut, apa yang diamanatkan Presiden dan Pemimpin Besar Revolusi yang
sangat kita cintai, bahwa Angkatan Udara tidak terlibat mungkin ada benarnya. Tapi, tidak mungkin,
tidak ada hubungan peristiwa ini dengan oknum-oknum Angkatan Udara. Saya sebagai anggota dari
Angkatan Darat mengetuk perasaan dari Patriot Angkatan Udara apabila benar ada oknum yang terlibat
dengan pembunuhan kejam ini, agar dapat bersihkan.

Saya berterima kasih pada satuan-satuan khususnya resimen Parako, KKO dan satuan lainnya serta
rakyat, yang membantu menemukan bukti ini dan turut serta mengangkat jenazah, sehingga seluruh
korban dapat ditemukan.”

Anda mungkin juga menyukai