Konsep Panggung
Konsep panggung dibagi dalam 2 konsep, karena ada 2 babak cerita. Pada babak pertama, latar
panggung gelap gulita, tidak ada properti sama sekali, hanya ada 2 pemain saja. Pada babak kedua,
mulai ada properti yaitu kuburan yang diletakkan di tengah panggung, di depannya ada kamera
buatan. Sebelah sisi kanan panggung ada batu dan semak-semak. Pencahayaan sudah agak terang
karena adanya sorot kamera.
Konsep Penyutradaraan
Drama ini dibagi menjadi 2 babak. Pada babak yang pertama panggung akan dibuat menjadi gelap
dan tanpa ada property sama sekali. Babak ini dimulai dengan pembacaan prolog kemudian pemain
pertama yang ada diatas panggug adalah Puci dan Sundi, mereka posisinya ada ditengah panggung
dengan keadaan tidur telentang seperti orang mati kemudian keduanya bangun dan bercakap –
cakap. Dilanjutkan dengan prolog, kemudian babak kedua.
Pada babak kedua setting panggung tetap gelap namun agak diberi sedikit pencahayaan. Panggung
juga dilengkapi dengan beberapa kuburan ditengah panggung batu besar / semak – semak disebelah
kanan panggung. Pada babak kedua pemain pertama yang masuk panggung adalah Heri panci
gosong dan Kyai dan mengambil setting tempat didepan kuburan yang kemudian disusul oleh
kemunculan hantu Puci dan Sundi yang segera mengambil setting tempat disebelah semak – semak /
batu besar. Pada adegan ini Sundi dan Puci yang bercakap – cakap, kemudian pak Kyai dan Heri panci
gosong bercakap – cakap tanpa suara.
Selang beberapa menit pemain berikutnya masuk yaitu Kunti dengan berjalan perlahan – lahan, dia
segera menuju tempat persembunyian Sundi dan Puci serta mengejutkan mereka berdua kemudian
dilanjutkan dengan percakapan. Adegan akan dilanjutkan dengan dimulainya acara “ Menelusuri Alam
Ghaib “ yang dibuka oleh Heri panci gosong yang didampingi oleh pak Kyai, sedangkan para hantu
ditempat pengintaiannya mendengarkan dan memperhatikan kegiatan mereka tanpa ada percakapan.
Setelah acara dibuka Heri panci gosong dan Kyai menunjuk salah satu penonton yang mengacungkan
tangan untuk dijadikan peserta uji nyali. Peserta tersebut diminta naik ke panggung dan dan adegan
dilanjutkan dengan percakapan ketiga orang tersebut. Selanjutnya peserta (Tarmo) akan ditinggal
oleh Heri panci gosong dan Kyai setelah ditanyai kesanggupannya oleh Heri panci gosong. Pada
adegan ini dipanggung ada 4 pemain Tarmo didepan kuburan dan 3 hantu ( Puci, Sundi dan Kunti )
yang mengintai dari tempat persembunyiannya tadi. Ketika Tarmo ditinggal semdirian, 3 hantu tadi
mulai bercakap – cakap lagi yang kemudian diakhiri dengan kepergian Puci dan Sundi. Selanjutnya,
Kunti berkeliling panggung dan mendekati Tarmo, Tarmo terkejut dan adegan dilanjutkan dengan
percakapan keduanya. Tiba – tiba dari makam kramat Ki kolor ijuk bermunculan asap tebal yang
dibarengi kemunculan Ki kolor ijuk dari makam tersebut dan mengagetkan mereka berdua. Adegan
dilanjutkan dengan pertengkaran mulut yang kemudian dilanjutkan dengan pertarungan fisik antara Ki
kolior ijuk dan Tarmo. Pertarungan akhirnya dimenangkan oleh Ki kolor ijuk dan Tarmo kalah terjatuh
dengan menahan rasa sakit. Kemudian Ki kolor ijuk menarik Kunti pergi meninggalkan Tarmo yang
sudah tak berdaya. Kemudian, adegan dilanjutkan dengan Tarmo yang meminta tolong pada para kru
TV, kemudian Kyai dan Heri panci gosong menghampirinya dan pak Kyai mengobati Tarmo dengan
menyalurkan tenaga dalamnya kepada Tarmo dengan duduk bersila seperti menyalurkan tenaga
dalam. Setelah disembuhkan Tarmo panik dan mulai melarikan diri karena merasa ketakutan. Acara
berakhir dan ditutup oleh Heri panci gosong bersama dengan Kyai tetapi dipanggung juga ada pemain
lain yaitu hantu – hantu penghuni kuburan kramat tersebut ( Puci, Sundi dan Ki kolor ijuk ) yang
menakut – nakuti Heni panci gosong dan Nyai. Drama ditutup dengan Heri panci gosong dan Kyai
yang kabur karena ditakut – takuti oleh hantu – hantu tadi. Kemudian, acara ditutup dengan
kemunculan semua pemain yang diiringi dengan lagu Afi “ Menuju Puncak “.
SINOPSIS CERITA
Di alam kubur komplek kuburan kramat, dua penghuni kuburan ( Sundi dan Puci ) kramat sangat
terganggu dengan keadaan yang sangat ramai dan berisik sekali. Akhirnya, mereka berdua
memutuskan keluar dari alam kubur mereka untuk melihat situasi diluar makam.
Sementara itu, diluar kuburan telah ramai oleh para kru TV, mereka disibukkan dengan acara yang
akan mereka adakan yaitu acara “ Menelusuri Alam Ghaib “ kedua hantu penghuni makam kramat
yang baru tiba diatas komplek kuburan merasa amat heran dan kebingungan, mereka berdua hanya
bisa mengintai dari semak – semak disekitar komplek kuburan kramat. Ketika mereka berdua masih
kebingungan, tiba – tiba mereka berdua dikejutkan dengan kehadiran seorang hantu cantik yang tidak
dikenal namun agak sombong ( Kunti ). Kedua hantu polos tersebut tidak begitu menyukai
kedatangan penghuni baru yang sok tahu ini. Mereka bertiga akhirnya mengintai kegiatan para kru TV
tersebut. Tidak lama kemudian acara “ menelusuri Alam Ghaib “ dimulai, acara dibuka oleh pembawa
acara dari acara ini yaitu Heri Panci gosong kemudian dilanjutkan dengan pencarian peserta diantara
kerumunan penonton. Akhirnya, ditemukan seorang pemuda ( Tarmo beres slamet ) yang bersedia
menjadi peserta, dengan alasan karena dia memang berniat mencari pacar dari alam ghaib alias
hantu.
Uji nyalipun dimulai, peserta ditinggal dikomplek kuburan kramat tersebut sendirian. Kunti yang
sedang mengintip dan mendengarkan aktvitas mereka sejak tadi, ingin mencoba berkenalan dengan
sang pemuda. Namun, hal itu tidak disetujui oleh kedua penghuni makam kramat tersebut ( Puci dan
Sundi ) karena hal itu melanggar peraturan yang ada. Tetapi, Kunti nekat ingin berkenalan dengan
Tarmo. Akhirnya mereka berdua berkenalan, mereka asyik berbincang – bincang dan bersenda gurau
tanpa menghiraukan sekitarnya. Namun, tiba – tiba dari kuburan kramat tersebut muncullah “ Ki kolor
ijuk “ ( hantu penghuni makam kramat ) yang mengaku sebagai suami Kunti dan memaksa Kunti
untuk ikut dengannya. Tarmo yang melihat pacar barunya dipaksa dengan kasar tidak terima dan
menantang Ki kolor ijuk. Pertarungan sengit terjadi dan pertarungan tersebut dimenangkan oleh Ki
kolor ijuk. Tarmo tidak dibunuh dia dijinkan untuk pergi namun, meninggalkan tempat tersebut
dengan keadaan luka parah. Kemudian Tarmo berteriak minta tolong hingga bantuan dari Kru pun
datang, Tarmo diselamatkan oleh Nyai. Dia sembuh namun dia mengalami shock berat sehingga tidak
dapat menceritakan kejadia yang telah menimpanya.