Anda di halaman 1dari 4

PERISTIWA RENGASDENGKLOK

Tokoh:

Golongan Muda:

1. Sukarni - Resi
2. Chairul Saleh - Azman
3. Wikana - Ardi
4. Sutan Syahrir - Fathan
5. Jusuf Kunto - Haqi
6. Cudanco Singgih - Rifqy

Golongan Tua:

1. Soekarno – Haidar
2. Moh. Hatta – Fatih
3. Ahmad Soebardjo - Ali

Lainnya:

1. B.M. Diah – Hanum


2. Iwa - Vara
3. Fatmawati - Fatiya
4. Pengibar Bendera – Faalihah & Zahra
5. Sayuti Melik (pengetik) – Inet

Tata Busana: Inet

Tata Musik: Fatiya

Tata Panggung: Semua Akhwat, Haqi & Ali

Narator (live): Faalihah

Tokoh Per Adegan:

Adegan 1: Sukarni, Chairul Shaleh, Wikana, Sutan Syahrir

Adegan 2: Wikana, Chairul Shaleh, Soekarno, Hatta

Adegan 3: Sutan Syahrir, Sukarni, Cudanco Singgih

Adegan 4: Chairul Shaleh, Sukarni, Soekarno, Hatta, Cudanco Singgih

Adegan 5: Chairul Shaleh, Sukarni, Soekarno, Hatta, Cudanco Singgih

Adegan 6: Chairul Shaleh, Sukarni, Soekarno, Hatta, Cudanco Singgih

Adegan 7: Ahmad Soebardjo, Wikana

Adegan 8: Semuanya
Pada 15 Agustus 1945, di Laboratorium Bakteriologi (Jakarta Pusat) diadakan pertemuan beberapa pemuda dan
mahasiswa. Pemimpin pertemuan tersebut adalah Sukarni dan Chaerul Shaleh.

ADEGAN 1

Sukarni : “Apakah kalian sudah mendengar berita terbarunya?”

Para pemuda : “Belum. Memangnya apa itu, Bung?”

Sukarni : “Barusan, Saya dan Sutan Syahrir mendengar berita dari radio BBC London di Bandung
yang menginformasikan Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu.”

Chairul Shaleh : “Berarti, keadaan kita semua sedang penuh kekuatan. Sedang vacuum of power, dimana
Jepang menyerah dan sekutu belum datang.”

Sukarni : “Benar. Demikian, Saya mengumpulkan kalian semua disini untuk membahas keadaan kali
ini. Kita memanfaatkan keadaan ini untuk segera menyusun kemerdekaan.”

Chairul Shaleh : “Maka dari itu, mari kita sepakat untuk menolak segala bentuk ‘hadiah’ kemerdekaan dari
Jepang karena kita akan menyusun kemerdekaan sendiri.”

Wikana : “Bung benar, kemerdekaan itu adalah hak dan persoalan rakyat yang harus segera
diproklamasikan. Mari kita semua harus meminta kepada Ir. Soekarno dan Bung Hatta untuk
memutuskan segala hubungan dengan Jepang.”

Sutan Syahrir : “Baiklah, Jika kalian semua setuju, bagaimana jika saudara Wikana dan Chairul Shaleh
menemui kedua tokoh tersebut untuk membicarakan lebih lanjut dan menyampaikan
keputusan kita semua. Bagaimana kalau rapat siang ini, kita tutup sampai disini saja. Kalian
semua, bisa pulang ke kediaman masing-masing dan menunggu Soekarno dan Bung Hatta
angkat suara.”

Wikana : “Baiklah kalau begitu, Bung. Sampai jumpa besok pagi. Kami pergi dulu. Terimakasih atas
informasinya.”

(Chairul Shaleh dan Wikana menjabat tangan Sukarni dan Sutan Syahrir)

Wikana : “Assalamu’alaikum”

Sukarni : “Wa’alaikumsalam”

ADEGAN 2:

Wikana dan Chairul Shaleh tiba di kediaman Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur No. 56. Jakarta, sekitar pukul
21.00. WIB. Keduanya menyampaikan hasil-hasil keputusan rapat. Pada pertemuan itu, datang beberapa tokoh
nasionalis seperti Moh. Hatta, dan lain-lain.

Wikana : “Assalamu’alaikum”

Ir. Soekarno : “Wa’alaikumsalam. Ada apa gerangan saudara kemari? Mari masuk.”

(Fatmawati menguping pembicaraan)

Wikana & C. Shaleh : (duduk)

Chairul Shaleh : “Begini, Bung. Tadi, Saudara Sutan Syahrir dan Sukarni mendengar berita Jepang menyerah
kepada Sekutu di Radio BBC London di Bandung. Maka dari itu tadi siang kami dari
golongan para pemuda berkumpul mengedakan rapat dan hasilnya adalah, semua pemuda
setuju agar Bung Soekarno dan Bung Hatta segera menyusun kemerdekaan Indonesia.”

Moh. Hatta : “Apa yang dikatakan oleh Saudara Chairul Shaleh benar. Namun sebaiknya hal tersebut
harus direncanakan dan diputuskan dahulu oleh PPKI.”

Wikana : “Namun sebaiknya Bung Hatta dan Bung Soekarno harus memutuskan hubungan apapun
yang berkaitan dengan Jepang. Sebab, kemerdekaan adalah hak kita, Bung. Bukan hak
Jepang. Maka dari itu kami kemari dengan mendesak agar proklamasi kemerdekaan
dinyatakan langsung esok hari, tepat pada tanggal 16 Agustus tahun 1945.”

Ir. Soekarno : “Baiklah, Baiklah. Untuk sementara itu, Saudara Chairul Shaleh dan Wikana pulang dulu ke
kediaman masing-masing. Saya akan merundingkannya kembali dengan yang lainnya.”

Chairul Shaleh : “Baiklah Terimakasih. Kami pergi dulu, Assalamu’alaikum”

Ir. Soekarno : “Wa’alaikumsalam.”

Chairul Shaleh dan Wikana pun pulang ke kediaman masing-masing. Sementara itu, para Golongan Tua tetap
berkumpul di kediaman Ir. Soekarno untuk merundingkan hasil rapat Para Pemuda yang telah dibicarakan oleh
Wikana dan Darwis tadi.

Moh. Hatta : “Apa pendapat saudara sekalian mengenai hasil rapat para pemuda tadi?”

Ir. Soekarno : “Kemungkinan kita tak dapat memenuhi permintaan para pemuda tersebut, karena hal itu
sangat mendadak dan terlalu terburu buru.”

Moh. Hatta : “Benar. Sebaiknya kita jangan gegabah dalam mengambil keputusan. Menurut saya,
sebaiknya kita mempertahankan PPKI dahulu dan mengadakan sidang kembali.”

Ir. Soekarno : “Baiklah, pada tanggal 16 Agustus 1945 direncanakan akan diadakan sidang PPKI untuk
membicarakan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Rapat kali ini selesai sampai disini.”

ADEGAN 3:

Sementara itu, menjelang 16 Agustus 1945, tepat pukul 24.00 WIB di Asrama Baperpi, Cikini 71 Jakarta, para
pemuda berkumpul yang dihadiri oleh Sukarni, Jusuf Kunto, Dr. Muwardi, Cudanco Singgih, dan Chaerul Shaleh.

Sutan Syahrir : “Begini, menurut laporan Wikana dan Chairul Shaleh setelah bertemu Soekarno dan
Bung.Hatta, nampaknya golongan tua takkan kita walaupun sudah didesak seperti tadi. Kita
harus mempunyai jalan keluar dari semua ini.”

Sukarni : “Benar sekali. Ada saran?”

Cudanco Singgih : “Bagaimana kalau kita mengasingkan Ir. Soekarno dan Bung. Hatta keluar dari Jakarta
dengan tujuan untuk menjauhkan mereka dari pengaruh Jepang? Bagaimana?”

Sutan Syahrir : “Dimana kita akan mengasingkan mereka, Bung?”

Cudanco Singgih : “Bagaimana jika Rengasdengklok, suatu kota di Kawedanan di Karawang? Karena tempat
ini merupakan markas PETA di bawah cudanco Subeno, dan letaknya dibawah komando
PETA Purwakarta yang mempunyai hubungan erat dengan Daidan PETA di Jakarta.”

ADEGAN 4:

Para permuda pun mensetujui ide Cudanco Singgih tersebut. Tepat pukul 04.00 WIB, Ir. Soekarno dan Moh. Hatta
dibawa oleh sekelompok pemuda menuju Rengasdengklok. Rombongan ini berangkat dari kediaman Soekarno yang
dikawal oleh pasukan PETA di bawah pimpinan Cudanco Singgih.

BRAKK! (Pintu di dobrak)

Chaerul Shaleh : (Membungkam mulut Soekarno, menyeret paksa lalu membawanya ke kapal)

Sukarni : (Membungkam mulut Bung. Hatta, menyeret paksa lalu membawanya ke kapal)

ADEGAN 5:

Rombongan Ir. Soekarno dan Moh. Hatta tiba di Rengasdengklok dengan selamat pada pagi hari tanggal 16 Agustus
1945. Soekarno-Hatta berada sehari penuh di Rengasdengklok.

Sukarni : “Begini, sebelumnya maaf kami membawa saudara sekalian dengan paksa kemari. Kami tak
bisa menunggu lebih lama lagi untuk kemerdekaan Indonesia. Jadi mohon pertimbangkan
kembali.”
Soekarno : “Mohon bersabar, Bung Sukarni. Kami tahu para golongan muda tak sabar, namun semua
butuh waktu.”

Moh. Hatta : “Benar sekali. Kami akan mengusahakan semuanya dan secepatnya Saudara tidak usah
khawatir dengan semuanya.”

Upaya pemuda untuk menekan Ir. Soekarno dan Moh. Hatta tidak berhasil. Karena wibawa dan kharismatik keduanya,
para pemuda merasa segan untuk melakukan penekanan.

Setelah berdiskusi terus-menerus akhirnya Ir. Soekarno mengadakan pembicaraan dengan cudanco Singgih mengenai
segeranya proklamasi dilaksanakan.

Soekarno : “Begini, saya akan secepatnya melakukan proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia
dengan segera setelah kembali ke Jakarta. Saya berjanji.”

Cudanco Singgih : “Baiklah, saya akan cepat kembali ke Jakarta dan menyampaikan rencana proklamasi
kepada rekan-rekan dan pemimpin yang ada di. Sebelumnya, Terimakasih banyak, Saudara
Soekarno.”

ADEGAN 7:

Di Jakarta...

Ahmad Soebarjo : “Bagaimana, saudara Wikana? Apakah saudara setuju proklamasi tersebut dilaksanakan di
Jakarta?”

Wikana : “Baiklah, saya setuju. Setelah ini, Jusuf Kunto akan mengantarkan saudara dan sekretaris
pribadi anda pergi ke Rengasdengklok untuk menjemput Soekarno dan Hatta.”

Dan sepakatlah semua Golongan, baik Tua maupun Para pemuda, Proklamasi akan dilaksanakan di Jakarta. Semula
Sukarni menolak pelaksanaan Proklamasi tersebut di Jakarta, namun setelah Ahmad Subardjo memberikan Jaminan,
Sukarni menyatakan kesetujuannya. Diputuskan pada malam itu juga agar semuanya kembali ke Jakarta.

Sekitar pukul 23.00 WIB, rombongan dari Rengasdengklok tiba di Jakarta. Ketika Ir. Soekarno dan Moh. Hatta datang
ke rumah Laksamana Maeda, di sana sudah menanti B.M Diah dan surat kabar Asia Raya, Semaun Bakri dari Jawa
Kokokai, Sayuti Melik, Iwa Kusumasumantri dan para anggota PPKI.

ADEGAN 8:

Kemudian semua yang hadir di rumah Laksamana Maeda berdiskusi dan merumusan teks proklamasi.

Pada pagi hari, 17 Agustus 1945, di kediaman Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur 56 telah hadir antara
lain Soewirjo, Wilopo, Gafar Pringgodigdo, Mohammad Tabrani, dan Trimurti. Acara dimulai pada pukul 10.00
dengan pembacaan proklamasi oleh Soekarno dan disambung pidato singkat tanpa teks.
(Sound Proklamasi Asli Soekarno dan Pidatonya)
Setelah itu, Sang Saka Merah Putih, yang telah dijahit oleh Fatmawati, dikibarkan, Setelah bendera berkibar, hadirin
menyanyikan lagu Indonesia Raya.
(Menyanyikan lagu Indonesia Raya)

***SELESAI***

Anda mungkin juga menyukai