Anda di halaman 1dari 13

NASKAH SEJARAH –XI MIPA 3

Pada 06 dan 09 Agustus 1945, bom atom berhasil meluluhlantahkan Hiroshima dan Nagasaki,
Jepang. Hal ini membuat Jepang mengalami anjlok kondisi politik dan ekonomi yang kemudian
membuat Jepang menyerah kepada sekutu tanpa syarat pada 15 Agustus 1945.

Berita menyerahnya Jepang kepada sekutu tak serta merta tersiar luas ke berbagai negara. Jepang
bahkan menutup seluruh radio siaran di Jepang untuk menjaga tidak ada berita yang keluar.
Namun, berita ini berhasil ditangkap Indonesia dan didengar oleh Sutan Syahrir yang saat itu
sedang melakukan gerakan bawah tanah untuk mempersiapkan kemerdekaan Indonesia tanpa
bantuan Jepang.

Scene 1

(10 Agustus 1945), Indonesia

Sutan Syahrir sedang melakukan gerakan bawah tanah yaitu mendengarkan siaran radio luar
negeri BBC London. Sutan Syahrir menyalakan radio, duduk dikursi sambil membaca dan
menyeruput minumannya. Sutan Syahrir mendadak serius mendengar berita kekalahan Jepang
terhadap sekutu (Syahrir menempelkan radio ditelinga, mendengar radio dengan seksama).

Kemudian, Sutan Syahrir segera menghubungi Chairil Anwar.

Syahrir : Assalamualaikum chairil…

Chairil : Waalaikumussalam..

Syahrir : Saya baru saja mendengarkan berita kekalahan Jepang kepada sekutu, mohon
sampaikan berita ini kepada para pemuda.

Chairil : Wah, ini berita yang bagus, akan saya sampaikan

Syahrir : Baiklah

---
Saat Sutan Syahrir mendengar berita kekalahan Jepang, Soekarno, Moh. Hatta dan Radjiman
Wedyodiningrat sedang berada di Dalat, Vietnam dari tanggal 09 Agustus 1945 dan baru dapat
bertemu dengan Jenderal Terauchi pada tanggal 12 Agustus 1945.

Scene 2

(12 Agustus 1945), Vietnam

Jepang melalui Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam bertemu dengan Soekarno, Moh. Hatta dan
Radjiman Wedyodiningrat.

Dalam ruang pertemuan,

Jenderal Terauchi : “Jepang akan segera memberikan kemerdekaan kepada Indonesia dan
proklamasi kemerdekaan dapat dilaksanakan dalam beberapa hari, berdasarkan tim PPKI.”

Jenderal Terauchi membacakan susunan anggota PPKI –timelapse-. Soekarno, Moh. Hatta,
Radjiman Wedyodiningrat dan rombongan rapat berdiri mendengarkan pembacaan susunan
anggota PPKI.

Jenderal Terauchi : “Selamat kepada Soekarno dan Moh. Hatta sebagai ketua dan wakil ketua
PPKI.”

Rombongan rapat memberi tepuk tangan.

---

Dua hari setelah rapat, Soekarno, Moh. Hatta dan Radjiman Wedyodiningrat kembali pulang ke
Indonesia. Pukul 14.00 tanggal 14 Agustus 1945 rombongan dari Vietnam tiba di Indonesia. Dan
disambut oleh Chaerul Saleh, Asmara Hadi, A.M Hanati, Sudiro, S.K Trimurti, Sayuti Melik,

Scene 3

(14 Agustus 1945), Indonesia

Para pemuda tiba dibandara, turun dari mobil. Para pemuda berlagak mencari Soekarno, Hatta
dan Radjiman. Soekarno, Moh. Hatta dan Radjiman Wedyodiningrat baru saja turun dari pesawat
sedang berjalan menuju mobil penjemput. Para pemuda yang melihat lantas berlari dan mencegat
mereka.

Chaerul Saleh : “Bung, bung, bung”

Soekarno : “Iya, ada apa?”

Chaerul Saleh : “Bung, Jepang telah menyerah kepada sekutu dan saya yakin Bung tidak
diberitahu oleh Jenderal Terauchi”

Pemuda : “Mari kita laksanakan proklamasi kemerdekaan secepatnya Bung”.

Pemuda : “Ya, Bung ini kesempatan yang bagus”.

Soekarno tidak begitu mengindahkan saran pemuda, karena kondisi bandara yang masih banyak
dengan orang-orang Jepang.

Soekarno : “Pembicaraan seperti tidak bisa dilaksanakan disini, kita harus bicarakan ditempat
lain.”

Soekarno Hatta dan Radjiman kemudian pergi.

Scene 4

15 Agustus 1945, siang hari

Sutan Syahrir kemudian pergi bertemu Moh. Hatta dan Soekarno untuk membicarakan perihal
proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Di kediaman Ir. Soekarno

Sutan Syahrir : Assalamualaikum…

Fatmawati : Waalaikumussalam..

Sutan Syahrir : “Bung Karno ada bu?”

Fatmawati : “Oooh ada di dalam, silakan masuk, saya panggilkan dulu”

Sutan Syahrir : “Baik bu”.


Soekarno, Moh. Hatta dan Sutan Syahrir kemudian duduk berunding

Sutan Syahrir : “Bagaimana ini bung? Bukankah ini kesempatan emas untuk memproklamasikan
kemerdekaan”.

Soekarno : “Tentang kemerdekaan, Jepang sudah berjanji untuk memerdekakan kita secepatnya,
bahkan telah membentuk PPKI sebagai panitia kemerdekaan, bukan begitu Bung Hatta”

Moh. Hatta : “Iya Bung, terdapat prosedur terkait kemerdekaan, kita tak usah terburu-buru,”.

Sutan Syahrir : “Tapi, mengapa kita tak memilih untuk merdeka atas usaha kita sendiri, PPKI
merupakan bentukan Jepang, sekutu dapat mengira kita adalah bagian dari Jepang”.

Soekarno : “Tetap saja, saya ini ketua PPKI, ada hal-hal yang menjadi hak dan kewajiban bagi
saya untuk memproklamasikan kemerdekaan”

Moh. Hatta : “Kita harus bicarakan proklamasi kemerdekaan dengan PPKI agar tidak ada hal
yang menyimpang dari ketentuan”

Sutan Syahrir : “Jika kita bicarakan dengan PPKI, Jepang akan tahu gerak gerik kita Bung”

Timelapse perbincangan.

Sutan Syahrir : “Baiklah kalau begitu Bung, mohon pikirkanlah terkait proklamasi ini, saya
pamit dulu, assalamualaikum”

Moh. Hatta dan Soekarno : “Waalaikumussalam”.

---

Gagal membujuk Soekarno dan Hatta, malam harinya pukul 21.30 golongan muda terdiri atas 7
oarang mengadakan rapat yang dipimpin oleh Wikana dan Darwis.

Scene 5

15 Agustus 1945, 21.30

Pada malah hari, para pemuda berkumpul dan membahas rencana proklamasi Indonesia.
Pemuda : “ Bung Karno dan Bung Hatta masih bersikeras mengadakan proklamasi sesuai dengan
ketentuan PPKI “.

Pemuda : “Saya rasa Bung Karno dan Bung Hatta bersikap begitu karena merasa takut dengan
Jepang”.

Pemuda : “Itu bisa menjadi kemungkinan, mereka juga bisa jadi masih dalam pengaruh Jenderal
Terauchi”.

Timelapse perbincangan.

Wikana : “Kalau begitu, kita temui Bung Karno dan Bung Hatta sekarang”

Scene 6

15 Agustus 1945, 23.00

Pada pukul 23.00 perwakilan para pemuda yang terdiri atas Wikana, Darwis, Chaerul Saleh,
Subadio Sastrosatomo, Suroto Kunto, kemudian bertemu Soekarno dan Moh. Hatta di Jalan
Pengangsaan Timur No. 56, kediaman Soekarno.

Para pemuda kemudian mulai membicarakan maksud kedatangannya, lalu Wikana mulai melobi
Soekarno.

Chaerul Saleh : “Begini Bung, maksud kedatangan kami datang malam-malam begini ingin
membahas rencana untuk mempercepat kemerdakaan tanpa bantuan Jepang”.

Wikana : “Bung Karno, pemimpin kami, kami para pemuda sudah mengambil keputusan agar
Bung Karno dan Bung Hatta memproklamasikan kemerdekaan sesegera mungkin tanpa PPKI
atau tanpa bantuan Jepang. Kami pemuda juga sudah siap melakukan pemberontakan terhadap
Jepang”.

Soekarno : “ Apa? Mau berontak? Kamu pikir segampang itu melawan Jepang. Jepang sudah
berjanji memberikan kita kemerdekaan, panitia persiapan kemerdekaan juga sudah dibentuk, kita
tunggu saja klarifikasi dan arahan dari Jepang”.
Wikana : “Pokoknya pemuda menginginkan Revolusi Murni. Tanpa tangan Jepang. Sekarang
Bung Karno mau apa tidak memproklamasikan kemerdekaan itu? Kalau tidak besok akan ada
pertumpahan darah”.

Soekarno marah, lalu berdiri sambil membuka bajunya dan menunjukkan lehernya.

Soekarno : “Tidak usah menunggu besok, sekarang juga ini leher Soekarno bawa ke pojok sana
dan sembeleh sekarang juga”.

Wikana : “Maksud saya bukan membunuh Bung, tapi mereka yang bekerjasama dengan Jepang.
Saya cuma memperingatkan Bung, besok mungkin situasinya semakin bertambah buruk.
Pengikut-pengikut kita sudah gelisah. Kalau Bung Karno tidak bertindak seperti yang telah kami
janjikan, mereka akan menjadi galak. Dan Bung Karno yang harus memikul akibatnya!”.

-Transisi Hitam-

Para pemuda kemudian pulang. Soekarno meminta Moh. Hatta untuk mengundang seluruh
anggota PPKI dan mengadakan rapat pada 16 Agustus 1945. Soekarno gelisah setelah timbul
ketegangan dengan Wikana. Jam 03.00 Ia masih belum tidur membayangkan apa yang akan
dilakukan oleh pemuda. Ia khawatir kalau pemuda bertindak sendiri dan akan berakibat
membahayakan proklamasi kemerdekaan yang sudah diambang pintu. Ia khawatir kalau sampai
pemuda berhadapan langsung dengan Jepang yang masih kuat persenjataannya

Wikana gagal melobi Soekarno dan Hatta, para pemuda kemudian kembali melakukan rapat di
Jalan Cikini Raya No. 71

Scene 7

15 Agustus 1945, 24.00

Rapat kali ini dihadiri oleh Chaerul Saleh, Sukarni, Djohar Noor, Shodanco Singgih, Yusuf
Kunto dan Wikana

Chaerul Saleh : “Lobi yang dilakukan bersama Bung Karno dan Bung Hatta tadi gagal”.
Wikana : “Mereka tak ingin memproklamasikan kemerdekaan karena alasan PPKI”.

Yusuf Kunto : “Kemerdekaan kita harus atas usaha kita sendiri, tidak menunggu dari Jepang.”

Sukarni : “Kita bawa saja Bung Karno dan Bung Hatta di tempat yang bersih dari pengaruh
Jepang, bagaimana? Ini juga bisa menjadi ancang-ancang kita untuk menjaga mereka jika
sewaktu-waktu terjadi pemberontakan”

Djohar Noor : “Ya, kita culik Bung Karno dan Bung Hatta ke suatu tempat. Kita tentukan
tempatnya sekarang”.

Singgih : “Kalian bisa didaerah Rengasdengklok, tempatnya tidak terlalu jauh dari Jakarta”.

Wikana : “Baiklah, kita desak mereka untuk memproklamasikan kemerdekaan di


Rengasdengklok”.

Shodanco Singgih yang merupakan ketua PETA daerah Rengasdengklok kemudian meminta
tempat untuk berunding dan jadilah rumah Djiau Kie Song (rumah keluarga Tionghoa) sebagai
markas penculikan Soekarno-Hatta. Akhirnya disepakatilah Rengasdengklok sebagai tempat
pengasingan Soekarno-Hatta.

---

Setelah rapat, para golongan muda langsung menjalankan aksinya. Dengan 2 mobil mereka pergi
menjemput Moh. Hatta dan Soekarno. Mereka menjemput Moh. Hatta terlebih dahulu kemudian
menjemput Soekarno bersama Fatmawati dan Guntur.

Scene 8

16 Agustus 1945, subuh

Di kediaman Moh. Hatta

Singgih : [Mengetok pintu rumah Moh. Hatta]

Moh. Hatta : [Membuka pintunya] “Ada apa bung?”

Singgih : “Bung, bisakah kau bersiap-siap dan ikut bersamaku ke luar kota”.
Pemuda : “Ikutlah bung”.

Moh. Hatta : “Baiklah kalau begitu, saya bersiap-siap dulu”.

Disisi lain, Sukarni dan pemuda lainnya pergi menjemput Soekarno.

Sukarni : “Assalamualaikum”

Soekarno : “ Waalaikumsalam”

Sukarni : “[Sukarni pakai pistol dan sebilah pisau panjang. Dengan lagak petualang dia mencabut
pisaunya dan membelebab, ‘Berpakaianlah Bung….. Sudah tiba saatnya’’.

Soekarno : “Ya! Sudah tiba saatnya untuk dibunuh! Jika aku yang memimpin pemberontakanmu
ini dan gagal, aku kehilangan kepala, engkaupun juga…begitupun yang lain-lain. Anak buah
mati ada gantinya, tapi pemimpin? Kalau aku mati, coba siapa pikirmu yang akan memimpin
rakyat, bila datang waktunya yang tepat?

Pemuda : “Oleh karena itu kami akan melarikan Bung ke luar kota di tengah malam buta ini.
Sudah kami putuskan untuk membawa Bung ke tempat aman”

Soekarno : “Aaakhh, tindakanmu salah, salah sama sekali. Tidakkah engkau dapat mengerti,
bahwa permainanmu akan menemui kegagalan? Aku tahu bagaimana kecintaanmu pada tanah
air. Kuhargai semangatmu yang berkobar-kobar itu. Tapi hanya itu yang hamu miliki. Engkau
harus bijaksana dan bekerja dengan kepala dingin.”

Sukarni dan Pemuda : “Sekarang ini saatnya, sekarang! Sekarang! Selagi Jepang sedang patah
semangat. Sekarang mereka dalam putus-asa. Sekaranglah saatnya kita angkat senjata!

-Transisi Hitam-

Saat Soekarno, Fatmawati dan Guntur keluar dari rumah, terdapat satu mobil yang kemudian
menjemput, mereka lalu masuk kedalam mobil dan telah mendapati Moh. Hatta didalamnya.
Mereka kemudian melanjutkan perjalan disubuh yang gelap gulita. Tiba- tiba di pertengahan
jalan.
Scene 9

Guntur : “oweeekkkk, owwekkkk”

Fatmawati : [ Ingin membuatkan susu untuk guntur dan baru menyadari bahwa susunya
tertinggal] “Astagfirullah, susunya Guntur ketinggalan”.

Moh Hatta dan Soekarno : [Bersamaan melihat Guntur].

Alhasil mereka berganti mobil, karena salah satu mobil harus kembali ke Pengangsaan
mengambil susu Guntur yang tertinggal. Rombongan pun melanjutkan perjalanan menuju
Rengasdengklok.

---

Scene 10

16 Agustus 1945, 06.00

Rombongan tiba di Rengasdengklok, pagi sekitar pukul 06.00. Mereka tinggal di rumah yang
telah diatur oleh Singgih yaitu di rumah Djiau Kie Song. Pemilik dan anggota rumah diasingkan
ke rumah lain demi keamanan. Para pemuda kembali mendesak Soekarno-Hatta untuk setuju
melaksanakan proklamasi.

Pada 16 Agustus seharusnya diadakan rapat PPKI. Soekarno-Hatta hilang Jakarta Panik.
Soebardjo mendapat laporan dari sekretarisnya pukul 08.00 WIB bahwa Sukarno-Hatta hilang
dari Jakarta. Setelah itu Soebardjo menelpon Markas Angkatan Laut Jepang untuk memberitahu
Laksamana Muda Tadashi Maeda bahwa Sukarno-Hatta hilang.

Soebardjo khawatir Sukarno-Hatta diculik penguasa militer Jepang dan keselamatannya


terancam, karena itulah Soebardjo meminta bantuan Maeda. Lalu Maeda memerintahkan
Nishijima mencari informasi.

Nishijima mendatangi Wikana dirumahnya dan bertanya tentang keberadaan Sukarno-Hatta.


Wikana terlihat gugup dan gelisah ketika menjawab ketidaktahuannya mengenai keberadaan
Sukarno-Hatta.
Nishijima : [Mengetok pintu rumah Wikana], “Pagi Wikana”

Wikana : [Membuka pintu rumahnya] “Ya, pagi ada keperluan apa kau datang?”

Nishijima : “Soekarno-Hatta hilang semenjak pagi tadi, apa kau tau dimana keberadaanya.”

Wikana : [Wikana ingin menutup pintunya] “Tidak, saya tidak tahu”

Nishijima : [Menahan pintunya]“Apa betul kau tidak tau keberadannya? Kenapa kau gugup?”

Wikana : “Aku tidak tau sama sekali”.

Nishijima : [Menarik kerah baju Wikana] “Kau bicaralah yang jujur bung, dimana Soekarno dan
Hatta?”

Wikana : [Menarik bajunya dari tangan Nishijima] “Soekarno-Hatta dibawa ke Rengasdengklok.


Gerakan kemerdekaan harus diperjuangkan, bukan hasil upah dari orang lain. Akan kami
kembalikan mereka asal keselamatannya terjamin Laksamana Maeda.”

Transisi hitam

Kemudian Soebardjo membujuk mengembalikan Sukarno-Hatta ke Jakarta dengan memberikan


jaminan bahwa kemerdekaan Indonesia akan segera terlaksana. Soebardjo kemudian diantar oleh
Yusuf Kunto ke Rengasdengklok untuk menjemput Soekarno-Hatta.

---

Sehari di Reangasdengklok para pemuda tetap gagal mendesak Soekarno-Hatta. Namun, Singgih
menangkap gelagat Soekarno akan memproklamasikan kemerdekaan.

Soebardjo tiba pukul 17.30 di Rengasdengklok untuk menjemput Soekarno Hatta.Namun, karena
masih ada keraguan terjadilah percakapan antara shodanco Subeno dan Soebardjo.

Scene 11

Subeno : "Apa proklamasi dapat dilakukan sebelum tengah malam nanti"


Soebardjo : "Tidak mungkin Sekarang sudah sekitar jam delapan (malam). Kami masih harus
kembali ke Jakarta, lalu mengundang para anggota badan Persiapan Kemerdekaan untuk rapat
kilat. Itu minta banyak waktu. Kami khawatir harus bekerja semalam suntuk untuk
menyelesaikannya"

Subeno : "Bagaimana kalau jam enam besok pagi"

Soebardjo : "Saya akan berusaha sekuat tenaga agar dapat selesai jam enam pagi, tetapi sekitar
tengah hari besok pasti sudah beres"

Subeno : "Kalau tidak bagaimana?"

Soebardjo : “Mayor, kalau semua gagal besok siang tanggal 17 Agustus jam 12.00 belum terjadi
Proklamasi, jaminannya saya, sayalah yang bertanggung jawab, tembak matilah saya".

Soekarno Hatta kemudian dibawa pulang.

---

Scene 12

16 Agustus 1945, 20.00

Rombongan tiba dan mengantar pulang Fatmawati serta guntur lalu langsung melanjutkan
perjalanan ke rumah Laksamana Maeda.

Sebelum itu mereka bertemu Nishimura untuk menyampaikan pesan akan diadakan rapat PPKI.
Namun setelah perbincangan, rapat PPKI tak diadakan. Sampailah Soekrno- Hatta pada simpulan
tak ada lagi gunanya membicarakan kemerdekaan Indonesia ke Jepang.

Rombongan kemudian pergi ke rumah Laksamana Meda yang dipilih sebagai tempat
perundingan naskah proklamasi.

Di rumah Laksamana Maeda

Maeda : “ Bung, saya beristirahat dulu, berbincanglah kalian sampai puas”.


Soekarno , Hatta, Soebardjo : [Mengangguk dan berjalan ke ruang makan].

Yang berada di ruang makan Maeda Sukarni, Sudiro dan B.M Diah sebagai pengamat. Soekarno
menuliskan kata “proklamasi” untuk pertama kalinya.

Soekarno : “Bagaimana bunyi rancangan pada draf pembukaan Undang-undang Dasar?”

Hatta dan Soebardjo : [Saling bertatapan dan berpikir]

Soebardjo: “Kami Bangsa Indonesia dengan ini menyatakan Kemerdekaan Indonesia”.

Hatta : “ Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain dilaksanakan dengan cara
saksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya”.

Timelapse perbincangan dan Transisi

Sayuti Melik mengetik naskah teks proklamasi.

Fatmawati menjahit Bendera Merah Putih.

Scene 13

Peristiwa Kemerdekaan

- Pembacaan teks Proklamasi 1945 di depan rumah Soekarno.

- Pengibaran Sang Saka Merah Putih.

- Para pemuda bersorak gembira.

- Penyebaran berita/koran proklamasi Kemerdekaan.

Anda mungkin juga menyukai