Anda di halaman 1dari 9

BAGIAN PERDEBATAN KAUM MUDA DAN TUA*

Pada tanggal 15 Agustus 1945, kira-kira pada pukul 22.00, di


tempat kediaman Bung Karno, yaitu Jl.Pegangsaan Timur No.56 Jakarta
berlangsung perdeba tan serius antara sekelompok pemuda dengan
Bung Karno mengenai Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia.
Chaerul Saleh : Sekarang Bung, sekarang! Malam ini kita
kobarkan Revolusi!
Sukarni : Negara Indonesia harus mempercepat kemerdekaan
Indonesia. Jika tidak negara ini akan tertindas dan tersiksa! Kami sudah
siap untuk mempertauhkan jiwa kami!
Wikana : Jika Bung Karno tidak mengeluarkan pengumuman
pada malam ini juga, akan berakibat terjadinya suatu pertumpahan
darah dan pembunuhan secara besar-besaran besok.
Ir. Soekarno : Ini batang leherku, seretlah saya ke pojok itu dan
potonglah leherku pada malam ini juga! Kamu tidak usah menunggu
sampai besok!
Moh. Hatta : Jepang adalah masa silam.kita sekarang harus
menghadapi belanda yang akan berusaha untuk kembali untuk menjadi
tuan di negri kita ini. Jika saudara tidak setuju dengan apa yang telah
katakan, dan mengira bahwa saudara telah siap dan sanggup untuk
mem proklamasikan kemerdekaan, mengapa saudara tidak
memproklamasikan kemerdekaan itu sendiri? Mengapa meminta
Soekarno untuk hal itu?
Wikana : apakah kita harus menunggu hingga kemerdekaan itu
diberikan kepada kita sebagai hadiah,walaupun jepang sendiri telah
menyerah dan telah takluk dalam perang? Megapa bukan kita yang
menyatakan kemerdekaan kita sendiri,sebagai suatu bangsa?
Ir. Soekarno : Kekuatan yang segelintir ini tidak cukup untuk
melawan kekuatan bersenjata dan kesiapan total tentara Jepang! Coba,
apa yang bisa kau perlihatkan kepada saya? Mana bukti kekuatan yang
diperhitungkan itu? Apa tindaka bagin keamananmu untuk
menyelamatkan perempuan dan anak-anak? Bagaimana cara
mempertahankan kemerdekaan setelah diproklamasikan? Kita tidak aka
mendapat bantuan dari Jepang atau Sekutu. Coba bayangkan,
bagaimana kita akan tegak diatas kekuatan sendiri?
Sukarni : Tapi setidaknya kita harus berusaha untuk merdeka
dengan kekuatan sendiri! Jangan hanya berpangku tangan pada Jepang
saja.

Chaerul Anwar : lagi pula jepang sudah kewalahan karena


sekutu, daninilah saat yang tepat untuk memproklamasikan
kemerdekaan Republik Indonesia!
Ir. Soekarno : saya tidak bisa memutuskan sendiri, saya harus
berunding dahulu dengan yang lainya.
Wikana : Kalau begitu silakan rundingkan dengan yang lainnya.
Maka, dimulailah perundingan yang dimintaioelh Ir .soekarno
tidak lama kemudian, moh.hatta menyampaikan keputusan yang
dihasilkan dari perundingan tersebut.
Moh. Hatta : Dari hasil perundingan yang baru saja dijalani, telah
diputuskan bahwa usul para pemuda tidak dapat diterima.
Mendengar penjelasan Moh. Hatta, para pemuda nampak tidak
puas. Meraka pun memikirkan siasat bagaimana cara memproklamasi
kemerdekaan dengan cepat.
Chaerul Anwar : Bagaimana kalau kita culik saja Soekorno-Hatta
agar jauh dari pengaruh jepang.
Sukarni : Kalau begitu biar saya, Yusuf Kunto, dan Syodanco
Singgih yang akan melaksanakan penculikan tersebut, dan
penculikannya kita lakukan besok.
Pukul 04.00 dinihari, tanggal 16 Agustus 1945, Soekarno pulang
ke rumah dan langsung disambut hangat oleh Fatmawati.
Ir. Soekarno : Selamat malam, Dek!
Fatmawati : Selamat malam juga, Mas! Engkau terlihat capek
malam ini. Apa Mas ingin kubuatkan teh?(sambil mencium tangan
soekarno)
Ir. Soekarno : Tak perlu repot, Dek. Senyumanmu saja dapat
menghilangkan capek di diriku ini.
Fatmawati

Terima kasih Mas. Engkau menghiburku di malam

ini.
Ir. Soekarno : Betapa lucunya Guntur malam ini. Dia sangat
mirip denganmu.
Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu yang sangat keras.
Fatmawati

: Biarkan aku yang membukanya, Mas.

Ir. Soekarno : Tidak usah, Dek, biar Kang Mas yang membukanya.
Mungkin mereka mencari Kang Mas.
Fatmawati

: Baiklah, biarkan aku yang menjaga Guntur di sini.

Ir. Soekarno pun membuka pintu.


Syodanco S. : Kau harus ikut kami Bung Karno!
Ir. Soekarno : Mau dibawa kemana aku ini?
Yusuf Kunto : Kamu tidak perlu tahu.
Syodanco S. : Diam dan jangan coba-coba melawan.
Ir. Soekarno : Tapi aku masih memiliki anak dan istri. Izinkan
aku untuk membawa mereka.
Yusuf Kunto : Silahkan. Kami akan menungu.
Ir. Soekarno : (sambil berteriak) Adek,,
Fatmawati
menangis.

: Ada apa, Mas? Teriakanmu membuat Guntur

Ir. Soekarno : Mereka mengajakku untuk pergi. Aku


mengkhawatirkanmu dan Guntur. Maukah kau ikut denganku?
Fatmawati
pergi.

: Aku akan ikut denganmu kemana pun engkau

Syudanco S. : Sudah selesai dramanya? Kita harus pergi


sekarang! Waktu kita sudah tidak lama lagi.

Merekapun dibawa ke kota kecil di dekat Karawang yang bernama


Rengasdengklok.
Ir. Soekarno : Ada urusan apa kalian membawa kami ke tempat
ini? Kenapa kami harus diculik segala?
Yusuf Kunto : Kami membawa anda berdua kesini karena kami
ingin anda dapat secepatnya memproklamasikan kemerdekaan
Indonesia. Coba kau pikirkan. Sudah berapa orang yang gugur untuk
Negara ini? Dan setelah saat yang paling tepat untu memproklamasikan
kemerdekaan tiba, kau ingin menyianyiakan saat itu?
Syodanco S. : Revolusi berada di tangan kami sekarag dan kami
memerintahkan Bung, kalau Bung tidak memulai Revolusi malam ini,
lalu
Ir. Soekarno : LALU APA? (Semua terkejut, tidak seorang pun
yang bergerak atau berbicara)
Ir. Soekarno : Yang paling penting di dalam peperangan dan
revolusi adalah saatnya yang tetap. Di Saigon, saya sudah
merencanakan seluruh pekerjaan ini untuk dijalan tanggal 17.

Sukarni : Mengapa jusru diambil tanggal 17 , mengapa tidak


sekarang saja?
Ir. Soekarno : Saya orang yang percaya pada mistik.Saya tidak
dapat menerangkan dengan pertimbangan akal, mengapa tanggal 17
lebih memberi harapan . Akan tetapi saya merasakan bahwa itu adalah
saat yang tepat. Anngka 17 adalah angka yang suci. Tanggal 17 besok
itu hari jumat, hari jumat itu hari yang suci. Al-Quran diturunkan
tanggal 17, orang islam 17 rakaat, oleh karena itu, kesucian angka 17
bukanlah buatan manusia.
Sementara itu, di Jakarta, antara Mr. Ahmad Soebardjo dengan
Wikana membicarakan kemerdekaan yang harus dilaksanakan di
Jakarta.
Mr. Ahmad S. : Bagaimana kalau kita merumuskan teks
proklamasi kemerdekaan Negara Indonesia ini di rumah Laksamana
Maeda! karena ia sudah bersedia untuk menjamin keselamatan kita
selama kita ada di rumahnya.
Wikana : Baiklah, lebih baik kita segera menjemput SoekarnoHatta.
Di malam hari itu juga, mereka menjemput Soekarno-Hatta yang
berada di Rengasdengklok. Rombongan penjemput tiba di
Rengasdengklok sekitar pukul 17.00.
Ahmad S. : Selamat malam, saudara-saudara. Kami datang untuk
menjemput Ir.Soekarno dan Moh. Hatta ke Jakarta, dan mengenai
Proklamas, saya akan memberi jaminan, bahwa Proklamasi
Kemerdekaan akan diumumkan pada tanggal 17 Agustus 1945,
selambat-lambatnya pukul 12.00.
Wikana : Kalau begitu kami akan melepas Soekarno dan Hatta
kembali ke Jakarta.
Rombongan Soekarno-Hatta tiba di Jakarta pada pukul 23.00
langsung menuju ke kediaman Laksamana Tadashi Maeda di jalan Imam
Bonjol No.1untuk merumuskan Proklamasi Kemerdekaan.
Ahmad S. : Selamat malam Laksamana Maeda
Laksamana M. : Selamat malam! Silahkan masuk. Kalau begitu
silahkan kalian rumuskan Proklamasi kemerdekaan negara ini. Bila
kalian ingin menemui saya, saya ada di kamar saya.
Lalu Laksamana Maeda masuk ke dalam kamarnya, sementara
yang lainnya merumuskan Proklamasi Kemerdekaan.
Ir. Soekarno : Kalau begitu, saya, Ir Soekarno, dan Ahmad
Soebarjo akan merumuskan teks proklamasi.

Sayuti Melik : Pak, saya bertugas sebagai apa?


Moh Hatta : Anda dapat mengetik tulisan seperti yang kami
buat!
Sayuti Melik : Baiklah, pak! Ayo kita mulai bekerja. Mereka pun
mulai merumuskan teks Proklamasi Kemerdekaan.
Setelah selesai merumuskan Proklamasi Kemerdekaan
Ahmad S : Akhirnya teks proklamasi ini selesai. Dan tinggal
diketik oleh Sayuti Melik.
Sayuti Melik : Baiklah, pak! Bagian mana yang harus saya ketik?
Ketika Sayuti Melik mengetik dia menemukan kejanggalan pada
rancangan teks Proklamasi.
Sayuti Melik : Maaf pak, bagaimana jika kata tempoh kita ganti
menjadi tempo, dan kata wakil wakil bangsa Indonesia diganti
menjadi atas bangsa Indonesia karena wakil wakil bangsa Indonesia
adalah PPKI, sedangkan PPKI adalah buatan Jepang dan Djakarta 17-805 menjadi Djakarta hari 17 boelan 8 tahoen 05.
Moh Hatta : Baiklah kalau begitu diganti saja, jika menurutmu itu
salah
Tidak lama kemudian, teks Proklamasi pun telah selesai di ketik
oleh Sayuti Melik.
Sayuti Melik : Teks Proklamasinya sudah selesai saya ketik.
Moh. Hatta : Kalau begitu akan kami tanda tangani. Sekarang
kita tinggal memikirkan bagaimana Proklamasi itu harus diumumkan
kepada rakyat di seluruh Indonesia, dan ke seluruh pelosok dunia. Di
mana dan bagaimana hal ini harus diselanggarakan?
Sukarni : Kalau begitu saya akan memberi tahukan rakyat
Jakarta dan sekitarnya untuk datang berbondong-bondong ke lapangan
IKADA pada siang nanti.
Ir. Soekarno : Tidak! Lebih baik di lakukan di tempat kediaman
saya di jalan Pegangsaan Timur. Pekarangan di depan rumah cukup luas
untuk ratusan orang. Untuk apa kita memancing-mancing insiden?
Lapangan IKADA adalah lapangan umum. Suatu rapat umum, tanpa
diatur sebelumnya dengan penguasa-penguasa militer, mungkin akan
menimbulkan salah paham. Lalu, Ahmad Soebardjo mendatangi
Laksamana Maeda di kamarnya.
Ahmad S. : Terima kasih telah memberikan tempat untuk
merumuskan teks Proklamasi.

Laksamana M. : Sama-sama. Beri tahu saya bila butuh bantuan


saya. Mari saya antar sampai ke teras rumah.
Ahmad S. : Silahkan pak!
Pukul 05.00 pagi, para pemimpin bangsa dan para tokoh pemuda
keluar dari rumah Laksamana Maeda. Pada pukul 10.00 pagi, Bung
Hatta sempat berpesan kepada para pemuda yang bekerja pada pers
dan kantor-kantor berita, untuk memperbanyak naskah proklamasi dan
menyebarkan ke seluruh dunia. Tidak lama kemudian Soekarno
membaca pidato sebelum Membaca teks Proklamasi.
Setelah menyelesaikan pekerjaan mempersiapkan proklamasi
kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 sekitar pukul 04.30 WIB,
tokoh tokoh dari golongan tua maupun muda sibuk mempersiapkan hal
hal yang menyangkut dengan pelaksanaan proklamasi kemerdekaan.
Mereka juga memberitahukan pada rakyat bahwa saat proklamasi telah
tiba, agar masyarakat ikut menyaksikan pembacaan Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia di Jl. Pegangsaan Timur no. 56 Jakarta.
Esok harinya, sejak pagi masyarakat sudah berkumpul di Lapangan
Ikada, mereka datang ke Lapangan Ikada karena informasi yang mereka
terima dari mulut ke mulut. Mereka mengira proklamasi akan dilaksanakan
di Lapangan Ikada. Pihak Jepang juga telah mencium isu akan adanya
kegiatan di Lapangan Ikada. Karenanya, sejak pagi hari Lapangan Ikada
dijaga ketat pasukan Jepang dengan senjata lengkap. Melihat hal itu,
Sudiro selaku pimpinan Barisan Pelopor melapor pada Kepala Keamanan
Soekarno, dr. Muwardi.
Sudiro : Mas Muwardi, saya ingin menyampaikan suatu hal yang
sangat penting pada anda, perihal situasi di Lapangan Ikada.
dr. Muwardi : Memangnya situasi apa yang sedang terjadi di
Lapangan Ikada Sudiro?
Sudiro : Saya tadi melihat pasukan Jepang dengan persenjataan
lengkap di Lapangan Ikada. Bukankan pelaksanan proklamasi akan
diadakan disana?
dr. Muwardi : Tenang saja Sudiro. Pelaksanaan proklamasi tidak
dilakukan di Lapangan Ikada, melainkan di kediaman Bung Karno.
Sebaiknya sekarang kamu beritahukan hal ini pada masyarakat lainnya
yang sudah berkumpul di Lapangan Ikada.
Sudiro : Baiklah, terima kasih atas penjelasannya Mas Muwardi.
Saya permisi dulu.
dr. Muwardi : Ya, silakan.
Di kediaman Ir. Soekarno, sejumlah pemuda telah memadati
halaman rumah. Untuk menjaga keamanan dan ketertiban jalannya
upacara proklamasi, dr. Muwardi meminta Syodanco Latief Hendraningrat
untuk berjaga jaga di sekitar rumah Soekarno.
dr. Muwardi : Latief, tolong anda jaga tempat ini sebaik baiknya
agar pelaksanaan upacara proklamasi berlangsung tertib dan aman.

Syodanco Latief Hendraningrat: Baiklah Mas Muwardi. Saya akan


berusaha melaksanakan amanat dari anda ini dengan sebaik baiknya.
dr. Muwardi : Baik, saya percayakan hal ini pada anda. Permisi.
Syodanco Latief Hendraningrat: Arifin, untuk menjaga jika terjadi
kekacauan yang dibuat Jepang, anda selaku pimpinan pasukan harus
selalu siap siaga di dekat pesawat telepon di rumah Soekarno, sewaktu
waktu pasukan ini bisa dihubungi lewat pesawat telepon.
Syodanco Arifin Abdurrahman: Baik Latief. Saya akan
melaksanakan tugas ini.
Sementara itu, persiapan peralatan yang diperlukan dalam
pembacaan teks proklamasi dilakukan oleh Mr. Wilopo setelah mendapat
perintah dari Wakil Walikota Jakarta Suwiryo.
Suwiryo : Mr. Wilopo, saya ingin memberikan suatu tugas yang
sangat penting pada anda.
Mr. Wilopo : Tugas apa yang ingin anda berikan pada saya Mas
Suwiryo?
Suwiryo : Saya ingin agar anda mempersiapkan segala peralatan
yang dibutuhkan dalam pembacaan teks proklamasi.
Mr. Wilopo : Baik. Akan saya laksanakan tugas ini.
Setelah itu Mr. Wilopo pergi ke tempat pemilik Toko Radio Satria di
Salemba Tengah 24, Gunawan.
Mr. Wilopo : Gunawan saya kemari hendak meminjam mikrofon dan
pengarah suara milikmu, untuk pembacaan teks proklamasi kemerdekaan.
Itupun kalau anda tidak keberatan.
Gunawan : Oh, tentu saja saya tidak keberatan, kalau untuk
pembacaan teks proklamasi, kenapa tidak? Silakan anda bawa mikrofon
beserta pengarah suara milikku ini. Saya juga akan mengirim salah
seorang teknisi untuk membantu.
Mr. Wilopo : Terima kasih banyak Gunawan. Anda sangat
membantu. Kalau begitu saya permisi dulu.
Gunawan : Ya, silakan. Sementara itu Sudiro meminta Suhud
(salah seorang tokoh pemuda) untuk menyiapkan satu tiang bendera.
Sudiro : Suhud, tolong kau siapkan satu tiang bendera untuk
upacara proklamasi kemerdekaan.
Suhud : Baik Mas Sudiro, saya akan segera menyiapkan tiang
bendera yang anda minta. (Maka, Suhud segera mengambil sebatang
bambu, ia membersihkan dan melubangi bambu itu. Ia tidak ingat kalau di
depan rumah ada 2 tiang bendera dari besi yang tidak digunakan)
Menjelang pukul 10.00 WIB hampir semua tokoh tokoh pejuang
telah hadir di Pegangsaan Timur. Para pemuda yang telah menunggu sejak
pagi hari sudh tidak sabar lagi. Mereka mendesak dr. Muwardi untuk
mengingatkan Soekarno bahwa hari sudah siang.
dr. Muwardi : Pak Soekarno, hari sudah semakin siang. Kenapa
pembacaan proklamasi tidak segera dilakukan? Bukankah lebih cepat
lebih baik? Lagipula orang orang sudah menunggu sejak tadi pagi untuk
menyaksikan pembacaan proklamasi.
Ir. Soekarno : Karena Hatta belum datang. Pembacaan proklamasi
akan dibacakan kalau Hatta sudah datang. Saya tidak bisa membacakan
proklamasi, kalau Hatta tidak datang mendampingi saya.

dr. Muwardi : Tapi Pak, orang orang sudah tidak sabar lagi untuk
menyaksikan pembacaan proklamasi.
Ir. Soekarno : Saya tidak akan membacakan proklamasi kalau Hatta
tidak ada. Kalau Mas Muwardi tidak mau menunggu, silakan membaca
proklamasi itu sendiri!
dr. Muwardi : Tapi
(Serentak dari luar ruangan): Bung Hatta datang!
Saat terjadi perdebatan sengit, Drs. Moh. Hatta datang dengan
berpakaian putih putih. Hatta datang lima menit sebelum acara dimulai.
Bung Hatta langsung menemui Soekarno di kamarnya.
Ir. Soekarno : Hatta! Akhirnya kau datang juga!
Drs. Moh Hatta: Soekarno, maaf saya telah membuat kalian semua
menunggu. Ir.
Soekarno : Tidak apa apa. Kau datang lima menit sebelum acara
dimulai.
Drs. Moh. Hatta: Kalau begitu, mari kita mulai pembacaan
proklamasinya.
Ir. Soekarno : Mari.
Upacara proklamasi kemerdekaan berlangsung tanpa protokol.
Latief Hendraningrat memberi aba aba siap kepada seluruh barisan
pemuda. Semua yang hadir berdiri tegak dengan sikap sempurna.
Suasana menjadi sangat hening. Soekarno dan Hatta diperilakan maju
beberapa langkah dari tempatnya semula. Soekarno mendekati mikrofon.
Dengan suaranya yang mantap, Soekarno mengucapkan pidato
pendahuluan sebelum membacakan teks proklamasi.
Saudara saudara sekalian! Saya telah minta Saudara hadir di sini
untuk menyaksikan suatu peristiwa maha penting dalam sejarah kita.
Berpuluh puluh tahun kita bangsa Indonesia telah berjuang untuk
kemerdekaan tanah air kita. Bahkan telah beratus ratus tahun.
Gelombang aksi kita untuk mencapai kemedekaan itu ada naiknya ada
turunnya, tetapi kita tetap menuju ke arah cita cita. Juga di dalam jaman
Jepang, usaha kita untuk mencapai kemerdekaan nasional tidak berhenti.
Di dalam jaman Jepang ini tampaknya saja kita menyandarkan diri pada
mereka. Tetapi pada hakikatnya, tetap kita menyusun tenaga kita sendiri,
tetap kita percaya kepada kekuatan sendiri. Hanya bangsa yang berani
mengambil nasib dalam tangan sendiri, akan dapat berdiri dengan
kuatnya. Maka kami, tadi malam telah mengadakan musywarat dengan
pemuka pemuka rakyat Indonesia dari seluruh Indonesia,
permusyawaratan itu seia sekata berpendapat, bahwa sekaranglah
datang saatnya untuk menyatakan kemerdekaan kita. Saudara saudara!
Dengan ini kami menyatakan kebulatan tekad. Dengarlah proklamasi
kami. PROKLAMASI Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan
kemerdekaan Indonesia. Hal hal yang mengenai pemindahan kekuasaan
dan lain lain, diselenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempo
yang sesingkat singkatnya. Jakarta, hari 17 bulan 8 tahun 05 Atas nama
bangsa Indonesia Soekarno Hatta Demikianlah Saudara saudara! Kita
sekarang telah merdeka. Tidak ada satu ikatan lagi yang mengikat tanah
air kita dan bangsa kita! Mulai saat ini kita menyusun negara kita! Negara
merdeka, negara Republik Indonesia merdeka, kekal dan abadi. Insya

Allah, Tuhan memberkati kemerdekaan kita itu.

Acara
dilanjutkan dengan pengibarn sang saka Merah Putih. Soekarno Hatta
maju beberapa langkah menuruni anak tangga terakhir dari serambi
muka. Jarak antara kedua tokoh itu dengan tiang bendera sekitar dua
meter. Suhud segera mengambil bedera Merah Putih di atas baki yang
sudah disediakan. Ia mengikat bendera tersebut ke tali tiang bendera
dengan bantuan Syodanco Latief Hendraningrat. Secara perlahan lahan
mereka menaikkan bendera Merah Putih. Secara spontan hadirin
mengiringi penaikan bendera dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya
ciptaan Wage Rudolf Supratman. Hadirin kemudian mendengarkan pidato
dari Wakil Walikota Jakarta Suwiryo dan dr. Muwardi. Usai upacara, mereka
meninggalkan tempat bersejarah itu. Dengan demikian, selesailah
upacara singkat yang berlangsung selama sekitarsatu jam

Anda mungkin juga menyukai