Dalam
rapat ini, Sutan Syahrir mengumumkan bahwa dia mendapat informasi tentang
menyerahnya Jepang pada sekutu.
Pada malam harinya, pukul 24.00 menjelang tanggal 16 Agustus 1945, para
kaum muda kembali mengadakan rapat di Cikini dan merencanakan untuk
mengasingkan Soekarno bersama Moh. Hatta. Para kaum muda lalu pergi ke rumah
Soekarno untuk mengajaknya dan Moh.Hatta ke Renggas Dengklok.
Latif : “Assalamu’alaikum..”
Fatmawati : “Waalaikumsalam.. mencari kang mas ya?”
Suhud : “Oh, iya bu, kebetulan sekali.”
Soekarno & Hatta : (datang)
Hatta : “Ada apa ya? Mengapa tengah malam begini kalian susah-susah
datang kemari?”
Sutan Syahir : “Ada hal penting yang ingin kami bicarakan”
Sukarni :“Sebelumnya kami mohon maaf lagi-lagi kami mengganggu
istirahat anda, kami diutus untuk membawa anda berdua ke luar
kota”
Hatta : “Memangnya kemana?”
Latif : “Kerawang”
Hatta : “Kalau kami tidak mau?”
Chairul shaleh : “Maaf tuan, ini bukan saat yang tepat untuk berdebat, ini sangat
penting”
Hatta : “Baiklah”
Soekarno : “Sebentar, saya akan berpamitan dulu. Bu.. Bu..”
Fatmawati : “Iya..”
Soekarno : “Bu, bapak pamit dulu, bapak akan pergi ke luar kota.”
Fatmawati : “Bolehkah saya ikut? Akhir-akhir ini saya merasa akan terjadi
sesuatu yang tidak enak tentang kang mas”
Soekarno : “Baiklah”
Chairul Shaleh : “Maaf, apakah sudah selesai? Kita harus cepat pergi”
Soekarno : “Ayo, mari”
Mereka pun pergi ke Renggas Dengklok, mereka tiba di sebuah rumah. Disana
Bung Karno dan Moh.Hatta terus didesak dengan cara kasar. Mereka didesak oleh
kaum muda untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Disisi lain,
Ahmad Soebardjo yang telah mengetahui keadaan dan keberadaan Soekarno, Moh.
Hatta dan Fatmawati, pergi untuk menyelamatkan mereka bersama Sayuti Melik.
Latif : “Baiklah..”
Chairul Shaleh : “Jadi bagaimana, Bung?”
Soekarno : “Baiklah.. Saya akan memproklamasikan kemerdekaan Indonesia”
Sutan Syahrir :“Ya baguslah, tapi dimana kita akan membuat teks
proklamasinya?”
Ahmad Soebardjo : “Bagaimana jika kita ke rumah laksamana Maeda, di Jakarta? Dia
teman saya, orang jepang yang mendukung
kemerdekaan Indonesia”
Sayuti Melik : “Ya saya dengar juga dia perwira tinggi militer, jadi keamanannya
bisa terjamin. Tempatnya strategis”
Soekarno : “Yasudah, kita pergi ke sana”
Mereka semua lalu kembali ke Jakarta dan pergi ke rumah Laksamana Maeda.
Suhud : “Permisi tuan, apakah akan ada proses pengibaran bendera merah
putih?”
Soekarno : “Tentu saja harus, itu merupakan lambang Negara kita”
Suhud : “Tapi benderanya tidak ada”
Soekarno : “Apa?! Baiklah, akan ku perintahkan Fatmawati untuk menjahitkan
bendera sekarang juga. Tolong panggilkan dia”
Suhud : (pergi memanggil Fatmawati)
Fatmawati : “Ada apa pak? Mengapa tiba-tiba memanggilku?”
Soekarno : “ Tolong jahitkan kain merah dan kain putih menjadi satu sekarang
juga untuk menjadi bendera.”
Fatmawati : “Apa?! Sekarang?! Baiklah akan aku usahakan.”
Soekarno :
PROKLAMASI
Sukarno-Hatta.