Anda di halaman 1dari 8

Naskah Drama Detik-detik Menjelang Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

1. Chaerul S :
2. Sukarni :
3. Darwis :
4. A. Soebardjo :
5. Soekarno :
6. Hatta :
7. Laks. Maeda :
8. B.M. Diah :
9. Sayuti Melik :
10. S.K. Trimurti :
11. Latief H. :
12. S. Suhud :
13. Yusuf Ronodipuro :
14. F. Wuz :
ADEGAN 8
(Hatta, Sukarni, Soekarno, Darwis, Syodanco S., Soebardjo, Fatmawati, Chaerul S)
Rombongan pemuda yang membawa Soekarno dan Hatta tiba di Rengasdengklok.
Bung Hatta telah sampai terlebih dahulu sebelum Bung Karno. Keduanya dibawa ke sebuah
ruangan di dalam rumah Jiaw Kie Song.
Hatta : “Sebenarnya apa mau kalian sehingga aku dibawa kemari?”
Sukarni : “Kami ingin anda dan Bung Karno segera melaksanakan proklamasi
(melepaskan tali yang mengikat kedua tangan Hatta)
(Soekarno, Wikana, Fatmawati masuk ke ruangan)
Hatta : “Bung Karno!”
Soekaro : “Hatta, ternyata kau sudah disini.”
Hatta : “Iyaa, mereka membawaku kemari, mereka membawa Fatma dan Guntur
juga?”
Soekarno : “Iyaa Hatta, benar. Sukarni, ada apa sebenarnya?”
Sukarni : “Begini Bung, kami ingin anda berdua segera memproklamasikan
kemerdekaan kita. Jepang sudah menyerah Bung, ini saat yang tepat untuk kita
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.”
Soekarno : “Mengapa kau begitu mudah percaya kabar itu Karni? Jepang pasti akan
memerdekakan kita. Tapi bukan sekarang.”
Darwis : “Saya tidak setuju dengan itu Bung, kami para pemuda ingin kemerdekaan
atas jerih payah kami sendiri, bukan karena hadiah dari Jepang.”

1
Sukarni : “Itu benar Bung, bila kita merdeka atas hadiah Jepang, maka kita adalah
bentukan Jepang, kita bisa dijajah lagi Bung.”
Syodanco S. : Tenang Saudara sekalian. Mari bicarakan semuanya dengan kepala dingin,
tidak perlu ada ketegangan, ok?
(Syodanco Singgih membawa Soekarno dan Moh. Hatta menjauh dari perdebatan itu,
kemudian mereka berunding)
Syodanco S. : Saya mengerti perhitungan Anda berdua mengenai masalah proklamasi ini,
kita memang belum mempertimbangkan semuanya dengan matang. Tapi saya
percaya kita dapat bangkit dan memanfaatkan situasi ini. Kesempatan tidak
akan datang dua kali, Bung. Apa yang mereka katakan benar adanya dan saya
mendukung mereka.
Moh. Hatta : Tetapi, apakah kita bisa? Akankah ini semua mungkin dilakukan?
Syodanco S. : Tentu mungkin, Bung. Asal kita berusaha tentu akan kita temukan jalan
keluarnya. Lagipula, para pemuda di Jakarta sedang menyusun strategi
pertahanan untuk mencegah serangan dari Jepang ataupun sekutu yang tidak
menerima proklamasi bangsa kita.
Soekarno : Baiklah, saya setuju. Kita akan memproklamasikan kemerdekaan tanpa ada
campur tangan Jepang.
(Chaerul S. masuk tergopoh-gopoh)
Darwis : “Ada apa Chaerul S, mengapa kau terengah-engah seperti itu ?”
Chaerul S : “Ada Mr. Soebardjo, dia memaksa masuk ingin menjemput Bung Karno
Darwis : “Baiklah aku akan keluar untuk menemuinya.” (keluar bersama chaerul S)
(Di luar ada Soebardjo)
Soebardj : “Darwis, bisakah aku menemui Soekarno dan Hatta ?”
Darwis : “Untuk apa Anda ingin bertemu mereka, Bung?”
Soebardjo : “Rapat PPKI batal karena mereka tak ada jadi aku kemari ingin menjemput
mereka.”
Chaerul S : “Tidak bisa, anda tidak berhak membawa pulang mereka Bung.”
Soebardjo : “Mengapa ?”
Chaerul S : “Karena kami para pemuda sudah sepakat untuk mendesak mereka agar
segera memproklamasikan kemerdekaan.”
Soebardjo : “Kalau begitu ijinkan aku menemui mereka terlebih dahulu”
Chaerul S : “Baiklah, mari masuk.”
(Soebardjo, darwis, Chaerul S masuk menemui Soekarno dan Hatta)

2
Soekarno : “Ada apa Soebardjo ?”
Soebardjo : “Rapat PPKI batal. Selain itu saya ingin menyampaikan bahwa Jepang telah
menyerah kepada Sekutu.”
Soekarno : “Jadi berita tersebut benar adanya?”
Soebardjo : “Iyaa benar Bung.”
Hatta : “Bukankah saya dan Sjahrir sudah memberitahukan kepada Anda Bung?”
Soekarno : “Tapi saya belum percaya Hatta”
Darwis : “Kalau begitu tunggu apalagi? Mari kita memproklamasikan kemerdekaan
kita.”
Chaerul S : “Benar Bung!”
Hatta : “Iyaa, sebaiknya memang begitu Bung.”
Soekarno : “Baiklah saya akan menuruti permintaan kalian.”

ADEGAN 9
(Soebardjo, Chaerul S., Laks. Maeda)
Sesampainya di Jakarta, 16 Agustus 1945 pukul 23.00 Soekarno mengantarkan anak
dan istrinya pulang terlebih dahulu sebelum beliau merumuskan naskah proklamasi bersama
para pemuda.
Mr.Soebardjo : Bagaimana kita membicarakan naskah proklamasi untuk mendeklarasikan
kemerdekaan kita ?
Chaerul S. : Kita butuh tempat untuk membahasnya, Bung. Tapi hari sudah malam dan
pihak Jepang tak mungkin mengizinkan kita melakukan kegiatan sekarang,
apalagi jika mereka tahu bahwa kita hendak membicarakan rencana
proklamasi.
Mr.Soebardjo : Saya punya ide. Kita akan meminjam rumah perwira Jepang, Laksamana
Maeda.
(Rombongan kemudian berangkat ke rumah Laksamana Maeda di Jl. Imam Bonjol No.1)
Mr.Soebardjo (mengetuk pintu)
L. Maeda : Selamat malam, Ada apa, Bung ?
Mr.Soebardjo : Maaf kami mengganggu Anda malam-malam begini. Kami perlu tempat
untuk membicarakan rencana kemerdekaan yang akan dilangsungkan esok
hari.

3
L. Maeda : Benarkah itu? Kalau begitu,masuklah. Saya turut gembira mendengar kabar
ini. Silakan gunakan ruangan yang kalian butuhkan. Saya akan pergi istirahat
dulu.
Chaerul S. : Terimakasih, Pak Perwira.

ADEGAN 10
(Soekarno, Soebardjo, Hatta, Sayuti, Sukarni, B.M. Diah)
17 Agustus 1945 dini hari, sampai di rumah Laksamana Maeda yang terletak di Jalan
Imam Bonjol nomor 1. Di ruang makan dalam rumah Laksamana Maeda, berkumpullah Ir.
Soekarno, Drs. Moh Hatta, Ahmad Soebardjo, Sukarni, Sayuti Melik dan BM. Diah, Chaerul
S, untuk merumuskan naskah proklamasi.
Soekarno : “Saudara-saudara, bagaimana bunyi naskah proklamasi kita ?” (menulis kata
“PROKLAMASI” sambil mengejanya)
Soebardjo : “Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia.”
Soekarno : “Baik, sudah saya tulis”
Hatta : “Lanjutannya Bung, Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-
lain dilaksanakan dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-
singkatnya.”
Soekarno : (menulis sambil mengeja)” Jakarta, 17-8-1945. Wakil bangsa Indonesia.
Yak, sudah selesai, apakah anda semua setuju ?”
Pemuda : “Setuju”
Hatta : “Lalu, siapa yang akan menandatangani naskah ini?”
Soebardjo : “Bagaimana kalau naskah ini ditandatangani semua yang hadir?”
Sukarni : “Saya rasa jangan, terlalu banyak. Menurut saya, lebih baik Bung Karno dan
Bung Hatta saja yang menandatanganinya atas nama bangsa Indonesia”
Semuanya : “Setuju.”
Soekarno : “Sayuti, tolong kau ketikkan naskah ini.”
Sayuti :”Siap bung.” (keluar untuk mengetik naskah proklamasi)
Hatta : “Kapan kita akan melaksanakan proklamasi?”
Soekarno : “Menurut saya, tanggal 17 adalah tanggal baik. Sebagaimana Al-Quran
diturunkan tanggal 17, selain itu dalam sehari semalam orang Islam sholat
sebanyak 17 rakaat. Jadi, bagaimana kalau hari ini, Jumat legi, tanggal 17
Agustus ?”

4
Sukarni : “Setuju Bung, lebih cepat lebih baik. Pukul berapa kita akan
melaksanakannya?”
Hatta : “Pukul 10.00 tepat, bagaimana?”
Semuanya : “Setuju”
Soekarno : “Saya akan menyuruh Fatmawati untuk menjahit bendera merah putih,
tolong siapkan tiangnya.”
BM. Diah : “Baik Bung, tapi dimana kita akan melaksanakannya?”
Soebardjo : “Di rumah Bung Karno!”
Semuanya : “Setuju”
(Sayuti masuk membawa naskah yang sudah diketik, memberikannya pada Soekarno)
Sayuti : “Ini naskahnya Bung, silakan ditandatangani.”
Soekarno-Hatta : “Baiklah” (menandatangani naskah)
Hatta : “Diah, tolong perbanyak naskah ini dan sebarkan ke seluruh Indonesia.”
BM. Diah : “Siap bung.” (pergi)
(Soekarno, Fatmawati)
Soekarno pulang dan bertemu Ibu Fatmawati di kediaman mereka dan berbincang
sejenak.
Soekarno : Alhamdulillah akhirnya semua berjalan dengan lancar. Terimakasih ibu telah
menemani saya di saat-saat yang cukup menguras pikiran ini.
Fatmawati : Iya, terimakasih Gusti Allah yang telah memberikan jalan pada bangsa kita
untuk memproklamasikan kemerdekaan. Oh iya pak, apakah kalian sudah
merencanakan bagaimana proklamasi besok akan berlangsung?
Soekarno : Sudah, kita akan melaksanakan upacara bendera, yang nanti akan di iringi
lagu Indonesia Raya karya Bung Supratman.
Fatmawati : Bukankah kita belum punya bendera? Lantas bagaimana?
Soekarno : Ya ampun, Bapak sampai lupa, Bu. Kalau begitu bagaimana jika Ibu saja
yang menjahitkan bendera?
Fatmawati : Tapi Ibu tidak punya kain, Pak. Kain yang ada hanya kain merah dan putih.
Apa tidak apa-apa?
Soekarno : Tentu saja. Buatlah bendera yang sederhana. Yang penting kita sudah
berusaha untuk menyediakannya.
Fatmawati : Baiklah, Pak. Dan, Ibu punya ide. Kita namakan saja bendera nya “Sang
Saka Merah Putih”. Bagaimana?

5
Soekarno : Ide yang bagus. Ya, bendera pusaka “Sang Saka” dan warna nya merah
putih, menjadi “Sang Saka Merah Putih”, Brilian !
Fatmawati : Ya sudah, sebaiknya Bapak bersiap sana. Menyusun pidato yang nanti akan
bapak bacakan.

ADEGAN 11
(Soekarno, S.K. Trimurti, Lathief, S. Suhud)
Jumat pagi pukul 10.00, semua orang telah berkumpul di halaman depan rumah Ir.
Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56, Jakarta untuk mendengarkan pelaksanaan
proklamasi. Bung Karno, Bung Hatta, keluar ke serambi depan rumah diikuti Ibu Fatmawati.
Tokoh-tokoh pejuang Indonesia telah hadir di lokasi. Di antaranya yaitu Mr. AA.
Maramis, HOS Cokroaminoto, Otto Iskandardinata, Ki Hajar Dewantara, M. Tabrani dll.
Sesaat sebelum upacara dimulai…
Soekarno : Trimurti, tolong Anda kibarkan bendera Merah Putih ini sebagai tanda awal
kejayaan bangsa ini. (sambil menyerahkan bendera)
Trimurti : Siap, Bung. Saya akan menyuruh anak didik saya untuk mengibarkannya.
(memanggil Suhud dan Latief) Hei, kalian! Jaga baik-baik bendera ini. Kalian
mendapat kehormatan untuk mengibarkan bendera ini untuk pertama kalinya
dalam sejarah Indonesia.
Latif : Siap, Komandan !
Suhud : Kami tak akan mengecewakan Anda.

(Soekarno)
Bung Karno mendekati mikrofon sebelum membacakan proklamasi dan mengucapkan
pidato pendahuluan.
Soekarno : Saudara-saudara sekalian, saya telah meminta saudara-saudara hadir, disini
untuk menyaksikan suatu peristiwa maha penting dalam sejarah bangsa kita.
Berpuluh-puluh tahun kita bangsa Indonesia berjuang untuk kemerdekaan
tanah air kita. Bahkan telah beratus-ratus tahun. Gelombang aksi kita untuk
mencapai kemerdekaan itu ada naiknya dan ada turunnya, tetapi jiwa kita tetap
menuju ke arah cita-cita. Juga di zaman Jepang usaha kita untuk mencapai
kemerdekaan nasional tidak ada henti-hentinya.Di dalam zaman jepang ini,
tampaknya kita menyadarkan diri kepada mereka, tetapi pada hakikatnya kita
tetap menyusun tenaga kita sendiri, tetapi kita percaya pada kekuatan sendiri.
Sekarang tibalah saatnya kita benar-benar mengambil nasib bangsa dan nasib
tanah air kita dalam tangan kita sendiri. Hanya bangsa yang berani mengambil
nasib dalam tangannya sendirikan dapat berdiri dengan kuatnya, maka kami

6
tadi malam telah mengadakan musyawarah dengan pemuka-muka rakyat
Indonesia. Permusyawaratan itu telah seiya- sekata berpendapat bahwa
sekaranglah datang waktunya untuk menyatakan kemerdekaan kita. Saudara-
saudara ! Dengan ini kami menyatakan kebulatan tekat itu. Dengarkanlah
proklamasi kami.

PROKLAMASI
Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain di selenggarakan dengan cara
seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.

Jakarta hari 17 bulan 08 tahun 05


Atas nama bangsa Indonesia

Soekarno Hatta

Demikianlah saudara-saudara ! Kita sekarang telah merdeka ! Tidak ada satu ikatan lagi yang
mengikat tanah air kita dan bangsa kita. Mulai saat ini kita menyusun Negara
kita. Negara merdeka, Negara Republik Indonesia merdeka. Kekal, dan abadi.
Insya Allah, Tuhan memberkati kemerdekaan kita ini.

(Pengibaran Bendera Merah Putih oleh Suhud dan Latief Hendraningrat sedangkan
S.K. Trimurti sebagai pembawa Baki Bendera diiringi lagu Indonesia Raya oleh semua orang
yang hadir)

ADEGAN 12
Para penyiar menyiarkan kemerdekaan
Yusuf Ronodipuro : ….Indonesia telah merdeka, Indonesia telah merdeka, Ir. Sukarno
membacakan proklamasi kemerdekaan kita

7
F Wuz : …...pada hari Jumat, 17 agustus 1945 pukul 10 Ir. Sukarno
memproklamasikan kemerdekaan bangsa Indonesia kita, mari kita rayakan di
seluruh pelosok bangsa ini wahai rakyat Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai