Dalam rapat
ini, Sutan Syahrir mengumumkan bahwa dia mendapat informasi tentang menyerahnya
Jepang pada sekutu.
Sukarni : “Sungguh kabar gembira yang anda kabarkan tadi, tapi apa itu
kekosongan kekuasaan?”
Sutan Syahrir : “Sekarang jepang sudah tidak berkuasa lagi di negeri kita, karena
telah menyerah pada sekutu sedangkan sekutu belum menguasai
Indonesia”
Chairul Shaleh : “Lalu, apa yang harus kita lakukan untuk mengisi kekosongan
kekuasaan ini?”
Suhud : “Bagaimana jika kita meminta pada Bung Karno dan Hatta untuk
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia secepatnya?
Latif : “Ya..ya.. saya setuju dengan itu karena ini memang waktu yang
tepat untuk memproklamasikan Kemerdekaan Indonesia”
Chairul Shaleh : “Hmm.. baiklah kalau kalian semua setuju, mari kita pergi ke rumah
Bung Karno untuk membicarakan hal ini.”
Rapat pun diakhiri, dan mereka pergi ke rumah Soekarno dengan maksud memberitahu
Soekarno akan keinginan para kaum muda ini.
Sutan Syahrir : “Assalamu’alaikum..”
Fatmawati : “Waalaikumsalam..”
Suhud : “Permisi bu, apakah Bung Karno ada ? Kami ingin bertemu
dengannya”
Fatmawati : “Oh ada, bapak ada di dalam, memang ada keperluan apa ya?”
Chairul Shaleh : “Begini bu, ada hal yang ingin kami bicarakan.”
Kaum Muda : (Berdiri, berjabat tangan dengan Soekarno, dan duduk kembali)
Soekarno : “Saya dengar dari istri saya, ada yang ingin dibicarakan?
Perihal apa itu?”
Chairul Shaleh : “Begini, kami mendapat kabar bahwa Jepang telah menyerah
pada sekutu jadi otomatis terjadi kekosongan kekuasaan di
Indonesia.”
Soekarno : “Benarkah?”
Sukarni : “Ya, itu benar. Dan maksud kami datang ke sini adalah untuk
meminta agar segera dilaksanakannya Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia”
Soekarno : "Apa kalian tidak memikirkan bahaya yang akan kita dapat bila
kita senekat itu untuk memproklamasikan Indoneisa? Jepang
pasti akan menyerang kita”
Sutan Syahrir : “Justru itu, saat ini Jepang bukan penguasa Indonesia lagi, jadi
untuk apa kita menyia-nyiakan kesempatan ini?”
Sutan Syahrir : “Saya tidak berharap anda melaksanakan rapat PPKI terlebih
dahulu karena saya takut Jepang tahu tentang rencana kita dan
menghalangi Indonesia merdeka”
Semua : “Waalaikumsalam..”
Moh. Hatta : “Yasudah, kami akan membicarakan hal ini. Besok kalian
silahkan datang kembali.”
Ahmad Soebardjo : “Apa? Bukankah seharusnya kita adakan dulu sidang PPKI
sebelum melakukan proklamasi kemerdekaan Indonesia?”
Soekarno : “Ya, saya juga berfikiran seperti itu tapi mereka tetap memaksa
untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.”
Moh. Hatta : “Lantas apa yang akan kita lakukan sedangkan para kaum
muda terus mendesak kita?”
Moh. Hatta : “Jadi kita akan turuti kemauan mereka atau tidak?”
Soekarno : “Tidak”
Ahmad Soebardjo : “Baiklah kalu begitu”
Pada malam harinya, pukul 24.00 menjelang tanggal 16 Agustus 1945, para kaum
muda kembali mengadakan rapat di Cikini dan merencanakan untuk mengasingkan
Soekarno bersama Moh. Hatta.
Chairul Shaleh : “Sekarang apa yang harus kita lakukan? Sementara para kaum
tua enggan mengikuti keinginan kita?”
Sutan syahrir : “Bagaimana kalau kita asingkan Bung Karno dengan Moh.
Hatta ke luar Jakarta agar bebas dari pengaruh Jepang?
Para kaum muda lalu pergi ke rumah Soekarno untuk mengajaknya dan Moh.Hatta ke
Renggas Dengklok.
Latif : “Assalamu’alaikum..”
Hatta : “Ada apa ya? Mengapa tengah malam begini kalian susah
susah datang kemari?”
Sutan Syahir : “Ada hal penting yang ingin kami bicarakan”
Latif : “Kerawang”
Chairil shaleh : “Maaf tuan, ini bukan saat yang tepat untuk berdebat, ini sangat
penting”
Hatta : “Baiklah”
Fatmawati : “Iya..”
Soekarno : “Bu, bapak pamit dulu, bapak akan pergi ke luar kota.”
Fatmawati : “Bolehkah saya ikut? Akhir-akhir ini saya merasa akan terjadi
sesuatu yang tidak enak tentang kang mas”
Soekarno : “Baiklah”
Chairul Shaleh : “Maaf, apakah sudah selesai? Kita harus cepat pergi”
Mereka pun pergi ke Renggas Dengklok, mereka tiba di sebuah rumah. Disana Bung
Karno dan Moh.Hatta terus didesak dengan cara kasar. Mereka didesak oleh kaum muda
untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Latif : “Bung karno, tunggu apa lagi? Ini waktu yang tepat untuk
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia”
Chairul Shaleh : “Tidak bisa bagaimana? Mau menunggu sampai kapan kita
untuk merdeka?”
Fatmawati : “Hey, kalian ini apa apaan? Tidak kah ada cara yang lebih
halus?”
Fatmawati : “Ya, saya tahu itu, tapi jalannya tidak seperti ini ! Bisa kan kalian
rundingkan kembali secara baik baik dengan kepala dingin?
Percayalah, jika emosi yang kalian andalkan, tidak akan berhasil”
Ahmad Soebardjo : “Hey, kalian! Sudahlah, lepaskan mereka, rasanya sangat tidak
pantas menahan tokoh nasionalis seperti ini”
Latif : “Baiklah..”
Sayuti Melik : “Ya saya dengar juga dia perwira tinggi militer, jadi
keamanannya bisa terjamin. Tempatnya strategis”
Mereka semua lalu kembali ke Jakarta dan pergi ke rumah Laksamana Maeda.
Laksamana Maeda : “Eh, ada apa ini tuan-tuan datang kemari? Apakah ada
masalah?”
Hatta : “Tuan, para kaum muda terus mendesak kami untuk segera
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, bagaimana
menurut tuan?”
Laksamana Maeda : “Ya bagus, ini memang waktu yang sangat tepat.”
Ahmad Soebardjo : “Begini, jika diperbolehkan, kami akan meminjam rumah tuan”
Sayuti Melik : “Ya, sepertinya Bung Karno, Bung Hatta dan Ahmad
Soebardjo pun cukup untuk sekedar membuat naskah
proklamasi”
Ir.Soekarno, Moh.Hatta dan Ahmad Soebardjo pun pergi ke ruang makan untuk
menulis naskah proklamasi. Sedangkan yang lainnya menunggu mereka selesai. Akhirnya
naskah proklamasi selesai dibuat.
Sayuti melik pun mengetik naskah proklamasi beserta perubahannya, yang dimana teks itu
akan ditandatangani oleh Ir.Soekarno juga Moh.Hatta
Soekarno : “ Tolong jahitkan kain merah dan kain putih menjadi satu
sekarang juga untuk menjadi bendera.”