Anda di halaman 1dari 25

Definisi Pemetaan Sosial

Pemetaan sosial (social mapping) merupakan upaya mengidentifikasi dan memahami


struktur sosial (sistem kelembagaan dan individu) tata hubungan antar lembaga dan atau
individu pada lingkungan sosial tertentu. Pemetaan sosial dapat juga diartikan sebagai social
profiling atau pembuatan profil suatu masyarakat Identifikasi kelembagaan dan
individu

ini

dilakukan

secara

akademik

melalui

suatu

penelitian

lapangan,

yakni mengumpulkan data secara langsung, menginterpretasikannya dan menetapkan tata


hubungan antara satu dengan lain satuan sosial dalam kawasan komunitas yang diteliti
(Dody Prayogo,2003).
Identifikasi tata hubungan ini dapat dikaitkan dengan keberadaan pranata sebagai
salah satu institusi di dalam kelembagaan sosial atau organisasi sosial dan atau sekitar
komunitas

yang

dimaksud. Identifikasi

tata hubungan

inilah

yang

disebut

dengan pemetaan atau mapping, yang memberikan gambaran posisi pranata terhadap
lembaga lain di dalam komunitas tersebut, sekaligus memberi gambaran bagaimana sifat
hubungan antara pranata dengan lembaga-lembaga tersebut. Adapun tujuan

utama

membuat pemetaan sosial adalah diperolehnya program prioritas dan alokasi sumber
dalam

penguatan

kelompok

sosial

masyarakat dari

pengaruh budaya-budaya

luar

secara efisien, efektif dan berkelanjutan .


Pemetaan sosial (social mapping) didefinisikan sebagai proses penggambaran masyarakat yang
sistematik serta melibatkan pengumpulan data dan informasi mengenai masyarakat
termasuk di dalamnya profile dan masalah sosial yang ada pada masyarakat tersebut.

Pemetaan sosial dapat disebut juga sebagai social profiling atau pembuatan profile suatu
masyarakat, Netting, Kettner dan McMurtry (1993),

the process of assisting ordinary people to improve their own communities by


undertaking collective actions.

pemetaan sosial sangat dipengaruhi oleh ilmu penelitian sosial dan geography.
3 alasan utama mengapa para praktisi pekerjaan sosial memerlukan sebuah pendekatan
sistematik dalam melakukan pemetaan sosial:

Pandangan mengenai manusia dalam lingkungannya (the person-in-environment)


merupakan faktor penting dalam praktek pekerjaan sosial, khususnya dalam praktek tingkat
makro atau praktek pengembangan masyarakat.

Pengembangan masyarakat memerlukan pemahaman mengenai sejarah dan perkembangan


suatu masyarakat serta analisis mengenai status masyarakat saat ini.

Masyarakat secara konstan berubah


Kondisi sosial budaya yang perlu ditemukenali dan atau perlu diorientasi
adalah mencakup beberapa kondisi sebagai berikut :
1.
Nilai-nilai apakah yang dianut oleh masyarakat secara dominan, yang mampu
menggerakkan masyarakat

2.
Kekuatan-kekuatan sosial apakah yang mampu mendatangkan perubahan-perubahan
sehingga masyarakat dapat berubah dari dalam diri mereka sendiri
3.
Seperti apa karakter dan karakteristik masyarakat, khususnya dalam menyikapi
intervensi sosial
4.
Seperti apakah pola informasi, komunikasi yang terjadi di tengah masyarakat, baik
penyebaran informasi maupun dalam kerangka pembelajaran
5.
Media-media seperti apakah dan sumber belajar apakah yang digunakan dan diyakini
masyarakat sebagai sarana informasi dan pembelajaran
6.

Kekuatan-kekuatan sosial yang dominan di dalam kerangka perubahan sosial

7.
Faktor-faktor lingkungan apakah yang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku
masyarakat
2.2 Tujuan Pemetaan Sosial
Secara khusus pemetaan sosial bertujuan agar :
1.

Tersusunnya indikator bobot masalah dan jangkauan fasilitas pelayanan sosial dalam
kegiatan penguatan.
2.
Diperolehnya peta digitasi sebagai dasar pengembangan informasi untuk penguatan
kelompok-kelompok sosial.
3.
Diperolehnya peta-peta fematik dengan sistem informasi geografis (GIS), sehingga
diketahui berbagai pengaruh budaya-budaya luar.
4.
Tersusunnya prioritas rencana program penguatan berdasarkan jenis masalah dan satuan
wilayah komunitas yang ada pengaruhnya dari budaya-budaya luar.
5.
Dapat ditentukan alokasi program prioritas untuk kegiatan penguatan.
6.
Sebagai langkah awal pengenalan lokasi dan pemahaman terhadap kondisi masyarakat
7.
Untuk mengetahui kondisi sosial masyarakat.
8.
Sebagai dasar pendekatan dan metoda pelaksanaan melalui sosialisasi dan pelatihan.
9.
Sebagai dasar penyusunan rencana kerja yang bersifat taktis terhadap permasalahan
yang dihadapi
10. Sebagai acuan dasar untuk mengetahui terjadinya proses perubahan
sikap dan perilaku pada masyarakat.

2.3 Manfaat Pemetaan Sosial


Dalam pada itu pemetaan sosial mempunyai manfaat praktis antara lain :
1. Pemetaan masalah sosial dan potensi/sumber sosial yang merupakan bagian dari analisis
situasi dan analisis kebutuhan untuk kegiatan penguatan.

2. Gambaran dasar survei disajikan dalam bentuk struktur ruang/daerah lebih komukatif.
3. Pemantauan tentang perubahan tata ruang kondisi daerah suatu komunitas
4. Analisis prioritas masalah dan lokasi untuk perencanaan kegiatan penguatan.
2.4 Jenis Pemetaan Sosial
Social mapping sebenarnya bisa dilakukan oleh siapa saja, asalkan tahu data apa yang
akan dicari dan bagaimana mencarinya. Serta kemampuan komunikasi dan menggali data di
lapangan. Untuk itu di pecahkan menjadi dua bentuk :
INTERNAL
Social mapping yang dilakukan oleh pihak bagian dari lembaga itu sendiri. diantaranya oleh:

a.

Person In Charge (PIC)

b.

Community Development Officer

c.

Petugas Lapangan

INDEPENDENT
Social mapping yang dilakukan oleh pihak diluar dari lembaga itu sendiri . diantaranya oleh :
a.

Akademisi

b.

LSM

c.

Lembaga penelitian

2.5 Output Yang Diharapkan


1. Data Demografi : jumlah penduduk, komposisi penduduk menurut usia, gender, mata
pencaharian, agama, pendidikan, dll.
2. Data Geografi : topografi, letak lokasi ditinjau dari aspek geografis, aksesibilitas lokasi,
pengaruh lingkungan geografis terhadap kondisi sosial masyarakat, dll.
3. Data psikografi : nilai-nilai dan kepercayaan yang dianut, mitos, kebiasaan-kebiasaan, adat
istiadat, karakteristik masyarakat, pola hubungan sosial yang ada, motif yang menggerakkan
tindakan masyarakat, pengalaman-pengalaman masyarakat terutama terkait dengan mitigasi
bencana, pandangan, sikap, dan perilaku terhadap intervensi luar, kekuatan sosial yang
paling berpengaruh, dll.
4. Pola komunikasi : media yang dikenal dan digunakan, bahasa, kemampuan baca tulis, orang
yang dipercaya, informasi yang biasa dicari, tempat memperoleh informasi
2.6 Perspektif dasar Pemetaan Sosial berkaitan dengan :
1.

Komponen masyarakat : (individu, keluarga, komunitas, masyarakat sipil, institusi negara)

2.

Dimensi-dimensi masyarakat (struktur sosial, relasi sosial, proses sosial, nilai sosial),
yaitu dimensi struktur sosial, relasi sosial. Proses kehidupan sosial, dan nilai-nilai sosial

didaerah / daerah perbatasan dengan komunitas yang lain yang banyak pengaruhnya dari
budaya-budaya luar.
2.7 Indikator yang digunakan dalam pemetaan sosial, yaitu :
1.

Untuk memperoleh informasi tentang kemajuan sosial sangat tergantung pada ketersediaan
indikator-indikator sosial.

2.

Definisi indikator sosial: definisi operasional atau bagian dari definisi operasional dari
suatu konsep utama yang memberikan gambaran sistem informasi tentang suatu sistem
sosial.
2.8 Asumsi pemetaan sosial :

1.

Ada hubungan antar kondisi spasial (tata ruang) dengan fungsi-fungsi yang berlaku pada
masyarakat.

2.

Kondisi sosial merupakan informasi atau fakta sosial yang dapat menggambarkan pola-pola,
keteraturan, perubahan, dinamika sosial

3.

Pemetaan Sosial merupakan cara untuk mengkaji Social Inquary


2.9 Metodologi Pemetaan Sosial (Social Inquary) :

1.

Naturalistic inquary (kualitatif)

2.

Positivictic (kuantitatif)

3.

Kombinasi kualitatif dan kuantitatif


Tetapi ada juga metode menurut Bank Dunia ( 2002 ) yaitu terdapat tiga metode bagi
pelaksanaan pemetaan sosial :
1. Survei Formal
Survey formal dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi standar dari sampel
orang atau rumah tangga yang diseleksi secara hati hati . Survey biasanya mengumpulkan
informasi yang bisa dibandingkan mengenai sejumlah orang yang relative banyak pada
kelompok sasaran tertentu .
Beberapa metode survey formal antara lain :

1.

Survey Rumah tangga Beragam-Topik (Multi-Topic Household Survey). Metode ini sering
disebut sebagai Survey Pengukuran Standar Hidup atau Living Standards Measurement
Survey (LSMS). Survey ini merupakan suatu cara pengumpulan data mengenai berbagai
aspek standar hidup secara terintegrasi, seperti pengeluaran, komposisi rumah tangga,
pendidikan, kesehatan, pekerjaan, fertilitas, gizi, tabungan, kegiatan pertanian dan sumbersumber pendapatan lainnya.

2.

Kuesioner Indikator Kesejahteraan Inti (Core Welfare Indicators Questionnaire atau


CWIQ). Metode ini merupakan sebuah survey rumah tangga yang meneliti perubahanperubahan indikator sosial, seperti akses, penggunaan, dan kepuasan terhadap pelayanan
sosial

dan

ekonomi.

Metode

ini

meupakan

alat

yang cepat dan efektif untuk

mengetahui rancangan kegiatan pelayanan bagi orang-orang miskin. Jika alat ini diulang
setiap tahun, maka ia dapat digunakan untuk memonitor keberhasilan suatu kegiatan.
Sebuah hasil awal dari survey ini umumnya dapat diperoleh dalam waktu 30 hari.
3.

Survey

Kepuasan

Klien (Client Satisfaction Survey). Survey ini digunakan untuk

meneliti efektifitas atau

keberhasilan pelayanan

pemerintah

pengalaman atau aspirasi

klien (penerima

sebagai service

survey ini mencakup penelitian mengenai hambatan-hambatan

yang

delivery

dihadapi

penerima

pelayanan).

Metode

yang

berdasarkan

pelayanan dalam memperoleh

sering

disebut

pelayanan

publik, pandangan mereka mengenai kualitas pelayanan, serta kepekaan petugas-petugas


pemerintah.
4. Kartu Laporan Penduduk (Citizen Report Cards). Teknik ini sering digunakan oleh Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM). Mirip dengan Survey Kepuasan Klien, penelitian difokuskan
pada tingkat korupsi yang ditemukan oleh penduduk biasa. Penemuan ini kemudian
dipublikasikan secara luas dan dipetakan sesuai dengan tingkat dan wilayah geografis.
5.

Laporan Statistik. Pekerja sosial dapat pula melakukan pemetaan sosial berdasarkan
laporan

statistik

yang

sudah

ada.

Laporan

statistik

mengenai permasalahan

sosial seperti jumlah orang miskin, desa tertinggal, status gizi, tingkat buta huruf, dll.
biasanya dilakukan dan dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) berdasarkan data
sensus.
2. Rapid Apraisal
Rapid Apraisal Methods merupakan metode yang digunakan dengan cara yang cepat dan
murah untuk mengumpulkan informasi mengenai pandangan dan masukan dari populasi
sasaran dan stakeholders lainya mengenai kondisi geografis , sosial dan ekonomi .
Beberapa metode Rapid Apraisal antara lain :
1. Wawancara Informan Kunci (Key Informant Interview). Wawancara ini terdiri serangkaian
pertanyaan

terbuka yang dilakukan terhadap individu-individu tertentu yang sudah

diseleksi karena

dianggap memiliki pengetahuan dan pengalaman mengenai topik atau

keadaan di wilayahnya. Wawancara bersifat kualitatif, mendalam dan semi-terstruktur.


2. Diskusi Kelompok Fokus (Focus Group Discussion). Disikusi kelompok dapat melibatkan 8-12
anggota yang telah dipilih berdasarkan kesamaan latar belakang. Perserta diskusi bisa
para penerima pelayanan, penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS), atau para ketua

Rukun Tetangga. Fasilitator menggunakan petunjuk diskusi, mencatat proses diskusi dan
kemudian memberikan komentar mengenai hasil pengamatannya.
3. Wawancara Kelompok Masyarakat (Community Group Interview). Wawancara difasilitasi
oleh serangkaian pertanyaan yang diajukan kepada semua anggota masyarakat dalam
suatu

pertemuan

terbuka.

Pewawancara

melakukan

wawancara

secara

hati-hati

berdasarkan pedoman wawancara yang sudah disiapkan sebelumnya.


4.

Pengamatan

Langsung (Direct

Observation). Melakukan

kunjungan

lapangan

atau

pengamatan langsung terhadap masyarakat setempat. Data yang dikumpulkan dapat


berupa informasi mengenai kondisi geografis, sosial-ekonomi, sumber-sumber yang
tersedia, kegiatan program yang sedang berlangsung, interaksi sosial, dll.
5. Survey

Kecil (Mini-Survey). Penerapan

kuesioner

terstruktur

(daftar

pertanyaan

tertutup) terhadap sejumlah kecil sample (antara 50-75 orang). Pemilihan responden
dapat menggunakan teknik acak (random sampling) ataupun sampel bertujuan (purposive
sampling). Wawancara dilakukan pada lokasi-lokasi survey yang terbatas seperti sekitar
klinik, sekolah, balai desa.
3.

Participatory Apraisal
Merupakan proses pengumpulan data yang melibatkan kerjasama

aktif

antara

pengumpul data dan responden . pertanyaan pertanyaan umumnya tidak dirancang secara
baku , melainkan hanya garis garis besarnya saja . Topik - topik pertanyaan bahkan dapat
muncul dan berkembang berdasarkan proses Tanya jawab dengan responden .
Terdapat banyak teknik pengumpulan data partisipatoris. Empat di bawah ini cukup
penting diketahui:
1.

Penelitian dan Aksi Partisipatoris (Participatory Research and Action). Metode yang
terkenal dengan istilah PRA (dulu disebut Participatory Rural Appraisal) ini merupakan alat
pengumpulan data yang sangat berkembang dewasa ini. PRA terfokus pada proses
pertukaran informasi dan pembelajaran antara pengumpul data dan responden. Metode
ini biasanya menggunakan teknik-teknik visual (penggunaan tanaman, biji-bijian, tongkat)
sebagai alat penunjuk pendataan sehingga memudahkan masyarakat biasa (bahkan yang buta
huruf) berpartisipasi. PRA memiliki banyak sekali teknik, antara lain Lintas Kawasan,
Jenjang Pilihan dan Penilaian, Jenjang Matrik Langsung, Diagram Venn, Jenjang
Perbandingan Pasangan (Suharto, 1997; 2002; Hikmat, 2001).

2. Stakeholder Analysis. Analisis terhadap para peserta atau pengurus dan anggota suatu
program, proyek pembangunan atau organisasi sosial tertentu mengenai isu-isu yang terjadi
di lingkungannya, seperti relasi kekuasaan, pengaruh, dan kepentingan-kepentingan berbagai
pihak yang terlibat dalam suatu kegiatan. Metode ini digunakan terutama untuk menentukan
apa masalah dan kebutuhan suatau organisasi, kelompok, atau masyarakat setempat.

3. Beneficiary Assessment. Pengidentifikasian masalah sosial yang melibatkan konsultasi


secara sistematis dengan para penerima pelayanan sosial. Tujuan utama pendekatan ini
adalah

untuk mengidentifikasi

hambatan-hambatan

partisipasi,

merancang inisiatif-

inisiatif pembangunan, dan menerima masukan-masukan guna memperbaharui sistem dan


kualitas pelayanan dan kegiatan pembangunan.
4. Monitoring dan Evaluasi Partisipatoris (Participatory Monitoring and Evaluation). Metode
ini

melibatkan

anggota

masyarakat

bekerjasama mengumpulkan

dari

informasi,

berbagai

tingkatan

yang

mengidentifikasi dan menganalisis

masalah, serta melahirkan rekomendasi-rekomendasi.


2.10 Langkah Strategis Pemetaan Sosial :
1. Membuat batasan wilayah, klasifikasi atau stratifikasi untuk memahami keseluruhan situasi
dan posisi relatif dalam konteks yang lebih luas.
2.

Membuat profil dari setiap wilayah dan kelompok sosial masyarakat dari pengaruh budayabudaya luar untuk menjelaskan karakteristik dari populasi dan identifikasi faktor sosial
ekonomi yang dapat memepengaruhi perkembangan fungsi sosial masyarakat.

3. Identifikasi masalah, potensi dan indikator dasar yg memberikan gambaran tentang bobot
masalah dan strategi alokasi sumber pada setiap wilayah/ kelompok.
2.11 Kelebihan dan Kelemahan Pemetaan Sosial
Kelebihan pemetaan sosial :
1.

Mengidentifikasi dan mengukur kondisi modal sosial di daerah yang diteliti

2. Menganalisis keterkaitan antara modal sosial dengan penanggulangan kemiskinan di suatu


daerah yang diteliti
3.

Merumuskan desain pemanfaatan modal sosial untuk penanggulangan kemiskinan di suatu


daerah yang diteliti
Kelemahan Pemetaan Sosial :

1. Lembaga harus mempunyai aturan


Kajian dipahami oleh masyarakat pada lembaga lembaga yang ada di desa yang sudah mapan
atau yang mempunyai aturan yang jelas . adapun paguyuban atau perkumpulan yang ada di
masyarakat kadang tidak bisa dibaca secara jelas . di samping itu koordinasi antar anggota
lembaga juga dirasa masih sangat kurang , bahkan terkesan tidak ada kompetisi dalam
memajukan masyarakat desa .
2. Tidak bisa merubah lembaga
Mereka menyadari , jika hanya kajian saja yang dilakukan , maka tidak bisa merubah
lembaga yang ada di lingkungan mereka. Masyarakat hanya mengetahui peran dan fungsi

lembaga secara keseluruhan yang ada di tingkat desa. Namun kajian ini tidak sekaligus bisa
atau mampu memperbaiki lembaga lembaga yang ada. Artinya tidak semua lembaga dapat
diaktifkan namun pengembangan kelembagaan harus disesuaikan dengan kebutuhan
masyarakat lokal .
3. Modal Sosial Lemah
Dalam lembaga lembaga yang ada di tingkat desa dianggap oleh masyarakat memiliki modal
sosial yang lemah , sehingga rentan akan ketidak aktifan .

Obyek Pemetaan
Tingkat aksesibilitas lokasi desa/kelurahan
Letak lokasi desa/kelurahan dari aspek geografis
Sarana informasi yang dimiliki masyarakat
Penyebaran atau konsentrasi masyarakat miskin
Kelompok-kelompok sosial, termasuk di dalamnya kelompok perempuan dan kelompokkelompok rentan (janda, lansia, difabel, anak-anak)
Kegiatan kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat
Hubungan sosial antar kelompok (Relasi-relasi sosial)
Golongan masyarakat menurut agama, aliran kepercayaan, aliran politik, kepentingan,
profesi, dll.
Jenis-jenis profesi di kalangan masyarakat
Tingkat mobilitas penduduk (baik mobilitas vertikal maupun mobilitas horizontal)
Media-media informasi yang digunakan masyarakat, termasuk media-media warga
Tanggapan masyarakat terhadap program-program yang diluncurkan pemerintah/non
pemerintah
Keterlibatan masyarakat dalam program-program yang diluncurkan pemerintah/non
pemerintah
Pemeliharaan terhadap hasil-hasil program yang pernah diluncurkan pemerintah/non
pemerintah
Forum yang biasa digunakan masyarakat untuk menyikapi intervensi sosial
Kebiasaan-kebiasaan masyarakat dalam pengambilan keputusan
Cara-cara masyarakat menanggulangi masalah-masalah lingkungan fisik, masalah-masalah
sosial, budaya dan ekonomi masyarakat
Cara dan kebiasaan masyarakat mengantisipasi dan menanggulangi bencana
Metode Pengumpulan Data
Mengumpulkan data sekunder dengan cara mengumpulkan dokumen-dokumen yang
dibutuhkan (dokumentasi) diambil dari kelurahan, kecamatan, kabupaten dan atau sumbersumber lainnya.
Mengumpulkan data primer dengan cara :
Observasi (pengamatan langsung): terhadap kondisi-kondisi lingkungan fisik, lingkungan
sosial, hubungan sosial, kebiasaan-kebiasaan masyarakat setempat, dll.
Diskusi dengan kelompok-kelompok masyarakat (Focus Group Discussion)

Wawancara bersturktur maupun wawancara mendalam


terhadap anggota masyarakat yang dianggap mengetahui
informasi yang diperlukan
INSTRUMEN YANG DIPERLUKAN
1.
Panduan Teknis tentang Metode engumpulan Data (Wawancara Terstruktur,
Wawancara Mendalam, Observasi, dan FGD)

2.

Format isian data sesuai kebutuhan dalam proses pemetaan sosial.

3.

Format Laporan Hasil Pemetaan Sosial.

PENDEKATAN PEMETAAN SOSIAL


Metode dan teknik pemetaan sosial yang akan dibahas pada makalah ini meliputi survey
formal, pemantauan cepat (rapid appraisal) dan metode partisipatoris (participatory
method) (LCC, 1977; Suharto, 1997; World Bank, 2002).
Survey Formal
Survey Rumahtangga Beragam-Topik (Multi-Topic Household Survey). Metode ini sering
disebut sebagai Survey Pengukuran Standar Hidup atau Living Standards Measurement
Survey (LSMS). Survey ini merupakan suatu cara pengumpulan data mengenai berbagai
aspek standar hidup secara terintegrasi, seperti pengeluaran, komposisi rumah tangga,
pendidikan, kesehatan, pekerjaan, fertilitas, gizi, tabungan, kegiatan pertanian dan sumbersumber pendapatan lainnya.
Kuesioner Indikator Kesejahteraan Inti (Core Welfare Indicators Questionnaire atau
CWIQ). Metode ini merupakan sebuah survey rumah tangga yang meneliti perubahanperubahan indikator sosial, seperti akses, penggunaan, dan kepuasan terhadap pelayanan
sosial dan ekonomi.
Survey Kepuasan Klien (Client Satisfaction Survey). Survey ini digunakan untuk meneliti
efektifitas atau keberhasilan pelayanan pemerintah berdasarkan pengalaman atau aspirasi
klien (penerima pelayanan).
Pemantauan Cepat (Rapid Appraisal Methods)
Wawancara Informan Kunci (Key Informant Interview). Wawancara ini terdiri serangkaian
pertanyaan terbuka yang dilakukan terhadap individu-individu tertentu yang sudah diseleksi
karena dianggap memiliki pengetahuan dan pengalaman mengenai topik atau keadaan di
wilayahnya. Wawancara bersifat kualitatif, mendalam dan semi-terstruktur.
Diskusi Kelompok Fokus (Focus Group Discussion). Disikusi kelompok dapat melibatkan 812 anggota yang telah dipilih berdasarkan kesamaan latarbelakang.
Wawancara Kelompok Masyarakat (Community Group Interview). Wawancara difasilitasi
oleh serangkaian pertanyaan yang diajukan kepada semua anggota masyarakat dalam suatu
pertemuan terbuka.
Pengamatan Langsung (Direct Observation).
Survey Kecil (Mini-Survey). Penerapan kuesioner terstruktur (daftar pertanyaan
tertutup) terhadap sejumlah kecil sample (antara 50-75 orang).
Metode Partisipatoris

Penelitian dan Aksi Partisipatoris (Participatory Research and Action). Metode yang
terkenal dengan istilah PRA (dulu disebut Participatory Rural Appraisal) ini merupakan alat
pengumpulan data yang sangat berkembang dewasa ini. PRA terfokus pada proses
pertukaran informasi dan pembelajaran antara pengumpul data dan responden. Metode ini
biasanya menggunakan teknik-teknik visual (penggunaan tanaman, biji-bijian, tongkat)
sebagai alat penunjuk pendataan sehingga memudahkan masyarakat biasa (bahkan yang buta
huruf) berpartisipasi. PRA memiliki banyak sekali teknik, antara lain Lintas Kawasan,
Jenjang Pilihan dan Penilaian, Jenjang Matrik Langsung, Diagram Venn, Jenjang
Perbandingan Pasangan (Suharto, 1997; 2002; Hikmat, 2001).
Stakeholder Analysis. Analisis terhadap para peserta atau pengurus dan anggota suatu
program, proyek pembangunan atau organisasi sosial tertentu mengenai isu-isu yang terjadi
di lingkungannya, seperti relasi kekuasaan, pengaruh, dan kepentingan-kepentingan berbagai
pihak yang terlibat dalam suatu kegiatan.
Beneficiary Assessment. Pengidentifikasian masalah sosial yang melibatkan konsultasi
secara sistematis dengan para penerima pelayanan sosial,
Monitoring dan Evaluasi Partisipatoris (Participatory Monitoring and Evaluation). Metode
ini melibatkan anggota masyarakat dari berbagai tingkatan yang bekerjasama
mengumpulkan informasi, mengidentifikasi dan menganalisis masalah, serta melahirkan
rekomendasi-rekomendasi.
Contoh pemetaan sosial:
Hasil Pemetaan Sosial
Kelurahan Cipedes Kecamatan Sukajadi
Kota Bandung
2013

Relawan inspirasi
Rumah zakat
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam masyarakat, ada yang dinamakan sebagai energi sosial budaya, atau lazim disebut
sebagai energi sosial, merupakan suatu daya internal yang menunjukan pada mekanisme
dalam mengatasi permasalahannya sendiri. Dengan demikian, pemberdayaan masyarakat
sebenarnya adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi dan politik yang merangkum
berbagai nilai sosial. Konsep ini mencerminkan paradigma baru pembangunan, yakni yang
bersifat people centered, participatory, empowering, and a sustaniable (Chambers,
1995).
Target dari konsep pemberdayaan ini adalah mengubah kondisi yang serba sentralistik
menjadi situasi yang lebih otonom dengan cara memberikan kesempatan kepada kelompok

masyarakat miskin untuk merencanakan dan melaksanakan program pembangunan yang telah
mereka pilih sendiri. Masyarakat miskin juga diberi kesempatan untuk mengelola dana
pembangunan, baik yang berasal dari pemerintah maupun dari pihak luar.
Dalam hal ini Rumah Zakat melalui Relawan Inspirasi menggulirkan program pemberdayaan
masyarakat yang berpijak pada potensi lokal masyarakat. Potensi itu sendiri digali melalui
social mapping. Yaitu, satu kegiatan yang dilakukan untuk mengenali dan menganalisa kondisi
sosial ekonomi dan budaya masyarakat lokal atau disebut juga sebagai kegiatan orientasi
sosial dan wilayah sasaran program.
Kegiatan ini merupakan bagian dari proses sosialisasi awal yang dilakukan setelah dan atau
bersamaan dengan kegiatan kunjungan informal ke kelompokkelompok strategis di tingkat
desa/kelurahan (lobby kelompok strategis) serta sebelum dilaksanakannya koordinasi
persiapan sosialisasi program pemberdayaan di tingkat desa atau kelurahan.
1.2 Maksud dan Tujuan
Social mapping dan assessment need ini bermaksud untuk memetakan kondisi sosial ekonomi
masyarakat di kelurahan Cipedes kota Bandung sebagai langkah awal pengenalan lokasi
implementasi program dan pemahaman Rumah Zakat terhadap kondisi masyarakat guna
terlaksananya program pemberdayaan yang komprehensif, berkelanjutan, dan terpadu
dengan melibatkan peran serta dari masyarakat lokal.
Adapun tujuan utama dari social mapping di kelurahan Cipedes kota Bandung adalah sebagai
langkah awal pengenalan lokasi implementasi program terhadap kondisi masyarakat
penerima program. Sehingga dapat diketahui kondisi social atau kemasyarakatan yang dapat
dijadikan acuan pendekatan metoda pelaksanaan program pemberdayaan serta sebagai
dasar penyusunan rencana kerja yang bersifat taktis terhadap permasalahan yang dihadapi
untuk mengetahui terjadinya proses perubahan sikap dan perilaku pada masyarakat sasaran
program.
1.3 Tim Penyelenggara Program
Penyelenggaraan Social Mapping ini melibatkan tim yang diinisiasi olRincian personil tim
social mapping ini, adalah sebagai berikut:
Nama Jabatan
M. Hasan Basri Relawan Inspirasi
Fitriza Notulen
Eti sumirah Konsumsi
1.4 Sumber Pendanaan
Sumber dana untuk membiayai kegiatan social mapping ini dibiayayi dari ICD tidak terikat
1.5 Lokasi Pekerjaan
Lokasi pekerjaan ini terletak di kelurahan cipedes kecamatan sukajadi kota bandung

1.6 Jadwal Pelaksanaan


Social maping ini dilaksanakan sesuai dengan tahapan analisis social sebagai berikut:
No Waktu Kegiatan
1 Sabtu, 19 Oktober 2013 Pemetaan potensi SDA & SDM
2 Minggu, 20 Oktober 2013 On the spot interview
3 Senin, 21 Oktober 2013 Brain storming persepsi objektif
4 Selasa, 22 Oktober 2013 Participatory mapping
5 Rabu, 23 Oktober 2013 Strategic action plan
II. KAJIAN TEORITIS
2.1 Konsep Peran Serta Masyarakat Dalam Perencanaan Pembangunan
Suatu proses yang melibatkan masyarakat umum, dikenal sebagai peran serta masyarakat,
yaitu proses komunikasi dua arah yang berlangsung terusmenerus untuk meningkatkan
pengertian masyarakat secara penuh atas suatu proses kegiatan, di mana masalah-masalah
dan kebutuhan secara penuh atas suatu proses kegiatan sedang dianalisa oleh badan yang
berwenang (Center, 1997). Secara sederhana Center mendefinisikan sebagai feedforward
information (komunikasi dari pemerintah kepada masyarakat tentang suatu kebijakan) dan
feedback information (komunikasi dari masyarakat ke pemerintah atas kebijakan itu). Dari
sudut terminologi peran serta masyarakat dapat diartikan sebagai suatu cara melakukan
interaksi antar dua kelompok. Kelompok yang selama ini tidak diikutsertakan dalam proses
pengambilan keputusan (non elite). Bahkan yang lebih khusus lagi, peran serta masyarakat
sesungguhnya merupakan suatu cara untuk membahas insentif material yang mereka
butuhkan (Goulet, 1989). Dengan kata lain, peran serta masyarakat merupakan insentif
moral sebagai paspor mereka untuk mempengaruhi lingkupmakro yang lebih tinggi, tempat
dibuatnya suatu keputusan-keputusan yang sangat menentukan kesejahteraan masyarakat.
Cormick (1979). Membedakan peran serta masyarakat dalam proses pengambilan keputusan
berdasarkan sifatnya, yaitu yang bersifat konsultatif dan bersifat kemitraan. Dalam peran
serta masyarakat dengan pola hubungan konsultatif antara pihak pejabat pengambil
keputusan dengan kelompok masyarakat yang berkepentingan, anggotaanggota
masyarakatnya mempunyai hak untuk didengar pendapatnya dan untuk diberitahukan
hasilnya, di mana keputusan terakhir tetap berada di tangan pejabat pembuat keputusan
tersebut. Sedang dalam konteks peran serta masyarakat yang bersifat kemitraan, pejabat
pembuat keputusan dan anggotaanggota masyarakat merupakan mitra yang relatif sejajar
kedudukannya. Mereka bersamasama membahas masalah, mencari alternatif pemecahan
masalah dan membahas keputusannya.
2.2 Konsep Pengembangan Masyarakat Dalam Pembangunan
Pengembangan masyarakat (Community Development) merupakan strategi perubahan sosial
terencana yang secara profesional didesain untuk mengatasi masalah atau memenuhi
kebutuhan pada tingkat komunitas. Praktek pekerjaan sosial pada tingkat makro ini didasari
oleh berbagai model dan pendekatan, serta beroperasi sejalan dengan pengetahuan, nilainilai dan keterampilan dalam pekerjaan sosial.

III. METODOLOGI
3.1 Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dari hasil social mapping adalah untuk keperluan analisis. Pada
kegiatan ini dapat digolongkan pada dua kelompok, yaitu data primer dan data sekunder.
Data primer dikumpulkan dengan melakukan penerapan metoda wawancara dan FGD. Adapun
data sekunder mencakup catatancatatan, hasilhasil studi, hasilhasil publikasi, peraturan,
serta dokumen kebijakan dari intansiintansi yang terkait.
Di samping itu, data sekunder ini mencakup juga hasil pengkajian literatur dan dokumen
hasil kegiatan sebelumnya yang terkait. Adapun lingkup dari data sekunder ini mencakup
data sosial kependudukan, ekonomi, fisik alami dan binaan, profil kawasan kegiatan, dan
aspek institusional. Pengumpulan data dilakukan dalam dua cara, yaitu survei instansional
serta pangamatan lapangan. Survei instansional dilakukan untuk memperoleh data-data
sekunder, baik data-data numerik maupun datadata (dokumen) kebijakan dan peraturan
peraturan yang terkait dengan proses pengendalian pemanfaatan ruang.
Pengamatan lapangan dilakukan terutama untuk pengecekan ulang (cross check) data
sekunder dengan faktafakta yang terjadi. Kegiatan terutama difokuskan untuk mengetahui
fenomena perubahan kependudukan dan pemanfaatan ruang serta kondisi fisik kawasan
pemukiman. Sementara data yang dikumpulkan untuk keperluan perencanaan partisipatif
(penyusunan CAP) akan dikumpulkan bersama masyarakat melalui kegiatan pendataan
partisipatif survei kampung sendiri atau pemetaan swadaya.
3.2 Strategi Pelaksanaan Pekerjaan
Pemetaan potensi SDA dan SDM (daya dukung comdev) dilaksanakan yakni dengan mencari
tahu adakah kepemimpinan lokal, bagaimanakah interaksi warga, infrastruktur pendukung,
kemungkinan-kemungkinan participatory (daya dukung kelompok). Tools : SWOT analysis
dan data mentah ICD.
3.2.1 Pemetaan Potensi SDA dan SDM
Pemetaan potensi SDA dan SDM (daya dukung comdev) dilaksanakan yakni dengan mencari
tahu adakah kepemimpinan lokal, bagaimanakah interaksi warga, infrastruktur pendukung,
kemungkinan-kemungkinan participatory (daya dukung kelompok). Tools : SWOT analysis
dan data mentah ICD.
3.2.2 On The Spot Interview
Yakni dengan mewawancara narasumber potensial sasaran seperti kader, RT atau RW,
aktivis DKM, tokoh masyarakat atau dengan cara mengajukan pertanyaanpertanyaan yang
memprioritaskan kebutuhan masyarakat, seperti : apa yang dibutuhkan warga, sarana
pendidikan seperti apa yang diinginkan warga, dan lain sebagainya.

3.2.3 Participatory Mapping

Tim melakukan analisis atas informasi dan pengolahan data, sehingga menghasilkan
rekomendasi konkrit.
3.2.4 Brainstorming Perspektif Objective
Yakni tahapan dimana dilakukan pengolahan dan pengkajian datadata primer dan sekunder
yang didapat sebelum, saat, dan setelah pelaksanaan social mapping. Konsultan Comdev
bersama dengan akademisi akan melakukan monitoring dan uji petik ke lapangan terkait
dengan beberapa kegiatan sebagai berikut :
Pelaksanaan coaching fasilitator,
Pelaksanaan pemetaan sosial,
Pelaksanaan penyusunan laporan hasil pemetaan sosial, dan
Konsultan Comdev akan melakukan evaluasi dan rekomendasi untuk action plan.
3.2.5 Strategic Action Plan
Pada tahap ini konsultan memberikan Deeper Analysis untuk menggambarkan Feasibility
Project Comdev ini dengan disertai rekomendasi kelayakan dari konsultan berdasarkan
kebutuhan masyarakat.
3.3 Metode Analisis (Analisis Pohon Masalah Dan Swot)
3.3.1 Analisis Pohon Masalah
Pohon analisis merupakan suatu langkah pemecahan masalah dengan mencari sebab dari
suatu akibat. Caranya disusun menyerupai sebuah pohon atau bagan organisasi.
Bagan Pohon Masalah

3.3.2 Analisis SWOT


Secara umum, metode analisis yang akan digunakan dalam kegiatan ini merupakan gabungan
dari analisis kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan kuantitatif dipergunakan terutama
dalam kajian tentang perkembangan kawasan pemukiman. Pendekatan kualitatif akan
diterapkan dalam kajian tentang pelaksanaan dan prosedur pengendalian yang selama ini
sudah dan sedang dijalani. Berikut ini adalah gambaran singkat dari beberapa
metode/teknik analisis yang dilakukan.
Khusus untuk aspek pengembangan kawasan pemukiman di lokasi pendampingan, konsultan
akan menggunakan metode analisis SinkronikDiakronik. Metode analisis ini sebenarnya
mengadopsi dari metode yang dikembangkan dalam bidang bahasa. Metode analisis diakronik
adalah suatu metode ilmiah yang mempelajari bahasa secara historis atau melihat
perkembangannya dari masa ke masa sepanjang masa. Sedangkan metode analisis sinkronik
adalah metode ilmiah yang mempelajari bahasa berdasarkan pada fakta bahasa yang ada
pada kurun waktu tertentu.
Implementasinya pada analisis pengembangan kawasan adalah, jika dianalisis secara
diakronik maka bentuk perkembangan kawasan pemukiman di lokasi pendampingan akan erat

kaitannya dengan kondisi historis kawasan tersebut dan perkembangan yang terjadi saat ini
akan mempengaruhi bentuk pengembangan di masa depan. Dengan demikian datadata
historis dari kawasan pemukiman di lokasi kajian menjadi sumber informasi yang penting
bagi metode analisis diakronik ini. Sedangkan
jika dianalisis secara sinkronik maka bentuk yang terjadi saat ini erat kaitannya dengan
fakta-fakta yang mempengaruhi pengembangan kawasan pemukiman yang terjadi saat ini
(misalnya implementasi kebijakan, kegiatan perekonomian kawasan dan sebagainya). Datadata yang penting bagi metode analisis sinkronik diantaranya adalah kebijakan, rencana
pembangunan, dan fakta berbagai kegiatan yang turut membentuk perubahan wajah
kawasan pemukiman yang terjadi saat ini.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Pra Sosial Mapping
Sebelum melakukan proses sosial mapping, team peneliti melakukan wawancara on the spot
dengan pihak kecamatan Sukajadi untuk meminta rekomendasi desa yang perlu disentuh dan
dikembangkan di Kecamatan Sukajadi. Dari hasil wawancara tersebut, pihak kecamatan
merekomendasikan untuk melakukan penelitian pengembangan masyarakat di 2 titik yaitu
Kelurahan Cipedes dan Kelurahan Sukabungah dengan alasan :
1) Mempunyai penduduk yang cukup padat
2) Dibanding desa lain, 2 desa ini masih perlu sentuhan pihak ketiga untuk bisa berkembang
3) Infrastruktur yang kurang dibanding desa lain
4) Ada potensi ekonomi yang bisa dikembangkan
Kemudian dari dua kelurahan itu Rumah zakat memilih kelurahan Cipedes sebagai focus
social mapping.
4.2 Fokus Wilayah Social Mapping
Sebelum melakukan sosial mapping dengan metode Need Assesment, team peneliti
melakukan wawancara dengan :
1) Drs. Ujang Rachmat (Lurah Cipedes)
2) Acep Wahyudin, S.Sos ( Kasipem Kel. Cipedes)
3) Meiti Irianti (Staff Ekbang Kel. Cipedes)
4) Dadi Jazuli (Tokoh masyarakat RT.05/05)
Dari hasil silaturahmi dengan perangkat Kelurahan Cipedes, ada beberapa informasi penting
yang perlu diketahui yaitu :
Mempunyai penduduk yang cukup padat
Pihak pemerintahan kelurahan Cipedes menyambut baik program Rumah Zakat dan siap
membantu di lapangan
Kelurahan Cipedes membutuhkan lembaga dan LSM sebagai pihak ketiga untuk bisa
mengembangkan kelurahan Cipedes

Banyaknya potensi local yang bisa dikembangkan, salah satunya ternak burung kenari yang
sekarang digemari oleh masyarakat di kelurahan Cipedes
Dalam melaksanakan sosial mapping ini, team peneliti telah melakukan sosmap selama 5 hari
dengan jadwal sebagai berikut :

4.3 Profil Kecamatan Sukajadi


Kecamatan Sukajadi terletak di wilayah bandung barat yang terdiri dari 5 Kelurahan
(Pasteur, Cipedes, Sukabungah, Sukagalih dan Sukawarna). Kecamatan Sukajdi terletak di
jalur masuk Kota Bandung dari jalur Barat yang dari pintu Tol Pasteur.
Batas Wilayah Kecamatan Sukajadi:
Utara : Wilayah Kecamatan Sukasari tepatnya bentangan kael PLN
Timur : Wilayah Kec. Coblong tepatnya Jl Cipaganti, Jl Setiabudi
Selatan : Wilayah Kecamatan Cicendo tepatnya Jl Dr Djundjunan
Barat : Kecamatan Cimahi Utara tepatnya kali Cibereum
Eksistensi wilayah kecamatan Sukajadi termasuk lingkungan strategis, karena jarak ke
Pusat pemerintahan Kota Bandung +3 km dan berada pada posisi pintu gerbang tol menuju
Kota Bandung dengan fasilitas yang memadai.
Di Kecamatan Sukajadi terdapat beberapa potensi perkonomian yang dapat dikembangkan
yaitu :
Kelurahan Pasteur : Makanan ringan
Kelurahan Cipedes : pengrajin tahu tempe dan penangkaran burung kenari
Kelurahan Sukabungah : pengrajin sandal dan makanan ringan
Kelurahan Sukagalih : pengrajin boneka
Kelurahan Sukawarna : Pengrajin boneka dan konveksi
4.4 Profil Kelurahan Cipedes
4.4.1 Kondisi Geografis
Kelurahan Cipedes Kecamatan Sukajadi merupakan salah satu bagian wilayah Kota Bandung
dengan memiliki luas lahan sebesar 51 .Ha.
Secara administratif Kelurahan Cipedes dibatasi oleh :
Bagian Selatan : Kelurahan Sukabungah Kecamatan Sukajadi
Bagian Utara : Kelurahan Geger kalong Kec. Sukasari
Bagian Timur : Kelurahan Pasteur Kecamatan Sukajadi
Bagian Barat : Kelurahan Sukagalih Kecamatan Sukajadi
Secara geografis Kelurahan Cipedes..Kecamatan Sukajadi memiliki bentuk wilayah datar /
berombak sebesar 80% dari total keseluruhan luas wilayah. Ditinjau dari sudut ketinggian
tanah, Kelurahan Cipedes berada pada ketinggian 500 m diatas permukaan air laut. Suhu
maksimum dan minimum di Kelurahan Cipedes. berkisar .21 oC, sedangkan dilihat dari segi

hujan berkisar 4.000 mm/th dan jumlah hari dengan curah hujan yang terbanyak sebesar
45 hari.

Peta Kelurahan Cipedes

4.4.2 Kependudukan
Kelurahan Cipedes memiliki jumlah penduduk 25.408 jiwa pada tahun 2012 terdiri dari
13.132 jiwa laki-laki dan 12.276 jiwa perempuan. Jumlah kepala keluarga di Kelurahan . saat
ini mencapai sekitar 6.755 KK. Berdasarkan data kependudukan dari kelurahanan.Cipedes
pada tahun 2009 yang dilihat dari segi kepadatan penduduk sebesar 414 jiwa per hektar
dan dilihat dari pertumbuhan penduduk, intensitas poupulasinya akan terus bertambah dari
waktu ke waktu.
4.4.2.1 Usia
Jumlah penduduk berdasarkan Struktur Umur :
NO UMUR JUMLAH
L P JUMLAH
1 0 5 tahun 946 1174 2120
2 6 9 tahun 1200 1203 2403
3 10 15 tahun 1627 1546 3173
4 16 19 tahun 1547 1514 3061
5 20 24 tahun 1611 1490 3101
6 25 29 tahun 1787 1716 3503
7 30 34 tahun 1171 946 2117
8 35 39 tahun 991 837 1828
9 40 44 tahun 687 614 1301
10 45 49 tahun 592 326 918
11 50 54 tahun 434 336 770
12 55 59 tahun 323 279 602
13 60 64 tahun 190 242 432
14 65 keatas 26 53 79
Jumlah........................... 13132 12276 25408
4.4.2.2 Pendidikan
Sumber daya manusia berdasarkan tingkat pendidikan di Kelurahan Cipedes sebagai berikut
:
NO PENDIDIKAN JUMLAH
L P JUMLAH
1 Belum sekolah 1790 1651 3441

2 Tidak tamat SD 532 496 1028


3 Belum tamat SD 3865 3628 7493
4 Tamat SD 2599 2021 4620
5 Tamat SLTP 1693 1814 3507
6 Tamat SLTA 1584 1632 3216
7 Sarjana Muda (D3) 663 633 1296
8 Sarjana (S1) 406 401 807
9 Pasca Sarjana (S2)
10 Pasca (S3), dll
Jumlah 13132 12276 25408
4.4.2.3 Tenaga Kerja
NO TENAGA KERJA JUMLAH
L P JUMLAH
1 Penduduk usia produktif 7920 779 15699
2 Ibu Rumah Tangga 8353 8353
3 Penduduk masih sekolah 3213 3491 6704
4.4.2.4 Mata Pencaharian Pokok
Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian pokok adalah sebagai berikut :
NO PEKERJAAN JUMLAH
L P JUMLAH
1 Petani 4 - 4
2 Pelajar/Mahasiswa 1799 2173 3972
3 Mahasiswa 1414 1318 2732
4 Pegawai Swasta 2531 2073 4604
5 Pedagang 1939 2040 3974
6 Pegawai Negeri Sipil 1024 833 1857
7 TNI/ABRI 89 72 161
8 Buruh Swasta
9 Pensiunan 163 80 243
10 Penjahit 4 9 13
11 Tukang Kayu
12 Dokter 5 4 9
13 Sopir /pengemudi
14 Lain lain 3936 3469 7405
Jumlah............. 12908 12071 24979
4.42.5 Agama
Jumlah penduduk Kelurahan Cipedes berdasarkan agama adalah sebagai berikut :
NO AGAMA JUMLAH

L P JUMLAH
1 Islam 23970
2 Kristen protestan 1172
3 Kristen Katholik 208
4 Hindu 24
5 Budha 16
6 Kong Huchu 2
Jumlah............................... 25392

4.4.3 Potensi Prasarana dan Sarana


a. Prasarana Pendidikan
NO SEKOLAH JUMLAH KET.
BANGUNAN FISIK MURID/
MAHASISWA GURU / DOSEN
1 TK 4 16
2 SD 5 2345 45
3 SLTP 1 1757 15
4 SMA - - 5 PT - - 6 LEMBAGA PENDIDIKAN - - 7 KURSUS-KURSUS - - b. Prasarana Kesehatan
b.1. Kesehatan
NO PRASARANA JUMLAH KETERANGAN
1 Rumah Sakit 1
2 Rumah Bersalin/BKIA 1
3 Dokter Umum 3
4 Dokter anak 5 Dokter kandungan 6 Dokter Gigi 2
7 Dokter spesialis lainnya 2
8 Dokter Hewan 9 Puskesmas 1
10 Klinik/Balai Pengobatan 3
11 Apotik 3
12 Toko Obat 13 Posyandu 19
b.2. Keluarga Berencana
NO URAIAN JUMLAH KETERANGAN

1 Jumlah Pos / Klinik KB 11/3


2 Jumlah PUS 3402
3 Jumlah PUS masuk KB 2288
4 Jumlah Akseptor KB :
5 PIL 674
6 IUD 868
7 KONDOM 10
8 SUNTIK 926
9 MOP 4
10 MOW 144
11 KB MNDIRI 10

c. Prasarana Ibadah
No Prasarana Jumlah Keterangan
1 Mesjid 44
2 Surau / Mushola
3 Gereja 4 Vihara d. Prasarana Perumahan
No Uraian Jumlah Keterangan
1 Permanen 2836
2 Semi Permanen 660
3 Tidak Permanen 465
e. Prasarana Hiburan
No Uraian Jumlah Keterangan
1 Taman 1
2 Tempat Pertunjukan Tradisional 3 Toko Cinderamata/Souvenir 4 Hotel 2
5 Penginapan/Losmen
6 Sanggar Seni
7 Bioskop 1
f. Prasarana Olah Raga
No Lapangan Jumlah Keterangan
1 Sepak Bola 1
2 Bulutangkis 2
3 Tenis Meja
4 Voli 1

5 Basket 6 Tenis lapangan 7 Futsal g. Prasarana Transportasi


Lalu lintas yang digunakan di Kelurahan Cipedes. sepenuhnya (100%) melalui darat. Dengan
daya dukung sarana terdiri dari :
Jalan dengan panjang :
No Uraian Jumlah Keterangan
1 Jalan Negara 1
2 Jalan Propinsi 1
3 Jalan Kota 2
4 Jalan kelurahan / Desa 3

4.4.4 Potensi Kelembagaan Ekonomi


Kelembagaan Ekonomi yang terdapat di Kelurahan Cipedes terdiri dari :
No Uraian Jumlah Keterangan
1 Koperasi 4
2 UKM 22
3 Pasar Selapan/Umum 4 Usaha Perdagangan
5 Toko/Swalayan 1
6 Warung Makan 6
7 Restaurant 2
8 Kios/Warung Kelontong 13
9 Pedagang kaki Lima 22
10 Bank 1
11 Industri Makanan 12
12 Industri Kerajinan 5
13 Industri Pakaian 14 Perusahaan Angkuitan 15 Percetakan/Sablon 1
16 Bengkel Motor/Sepeda 1
17 BengkelMobil 1
4.4.5 Kelembagaan kemasyarakatan
Lembaga Kemasyarakatan di tingkat Kelurahan (diluar RT dan RW)
No Nama lembaga kemasyarakatan Tahun berdiri / keputusan Jumlah
Pengurus Anggota
1 TP.PKK Kelurahan 2007 5

2 LPM Kelurahan 2006 3 2


3 Karang Taruna 2007 3 11

4.4.6 Kelembagaan politik


Kelembagaan Politik yang ada di Kelurahan Cipedes adalah sebagai berikut:
1. PKS
2. PBB
3. GERINDA
4.4.7 Pemilu
Jumlah Pemilih yang terdaftar dalam P4B adalah
Pemilih pemula :2729. Orang
Pemilih Non pemula : 11927.. Orang
4.5 Pembahasan
4.5.1 Need Assesment
Untuk menguatkan data sosial mapping, maka perlu dilakukan sebuah kajian Forum Grup
Discussion (FGD) yang melibatkan perwakilan masyarakat sebagai narasumber dalam
pengambilan data. Berikut metode dan data yang dilakukan dalam proses Need Assesment :
Metode yang dilakukan dengan FGD (Forum Grup Discussion) yaitu mengundang para tokoh
masyarakat yang berguna untuk menggali masalah prioritas yang ada di desa Datinawong,
biasanya ada 7 masalah yang diambil dan dijadikan referensi dan masukan untuk dijadikan
rekomendasi program sesuai kebutuhan warga
Nama Kegiatan : FGD dan Hub.Kelembagaan
Hari dan Tanggal : Rabu, 23 Oktober 2013
Waktu : 18.00 20.30
Tempat : Masjid Hidayatul Amanah RW.05 RT.05 Kel. Cipedes
Peserta :
1) M. Hasan Basri (Pemimpin Diskusi)
2) Untung Dwiwarsono (Dokumenter)
3) Fitriza (Notulen)
4) Juju S (Ketua RT.01/02)
5) Ade (Tokoh masyarakat)
6) Maman (Tokoh masyarakat)
7) Dadi Jazuli (Ulama/ustadz)
8) Achmad (Warga)
9) Eti Sumirah (Warga)
10) Dedeh (Warga)
11) Ukasih (warga)

Masalah yang didapatkan dari diskusi yang dilakukan bersama para tokoh desa ini
menghasilkan 10 masalah yang ada di desa dan semua masalah ini memerlukan solusi dalam
penanganannya, berikut:
NO MASALAH YANG TIMBUL PRIORITAS MASALAH BERDASARKAN URUTAN
1 Kekuranga modal untuk penembangan usaha Kekurangan modal untuk pengembangan usaha
2 Perbaikan gang yang rusak Renovasi masjid
3 Kebutuhan wireless untuk pengajian Perbaikan gang yang rusak
4 Bantuan untuk balita Sarana air bersih
5 Banyak anak yang putus sekolah Kebutuhan keperluan (ATK) sekolah para siswa
6 Kebutuhan keperluan sekolah para siswa Banyak anak yang putus sekolah
7 Renovasi masjid Banyak lansia yang membutuhkan bantuan
8 Kebutuhan sarana pendidkan PAUD Sering terjadi banjir ketika musim hujan
9 Kebutuhan sarana air bersih Kebutuhan sarana pendidikan PAUD
10 Sering terjadi Banjir ketika musim hujan Bantuan untuk balita
11 Banyak lansia yang membutuhkan bantuan Kebutuhan wireless untuk pengajian
Masalah yang didapatkan dari para tokoh masyarakat ini hanyalah masukan untuk
mendapatkan rekomendasi program yang sesuai dengan kebutuhan warga, akan tetapi tidak
mutlak karena data yang dihasilkan ini akan disesuaikan dengan temuan langsung dilapangan
juga wawancara on the spot dengan warga
4.5.2 Kajian Mata Pencaharian
Untuk mengetahui sejauh mana potensi mata pencaharian warga, maka dibuatkan sebuah
tabel kajian mata pencaharian dengan metode FGD maupun wawancara on the spot. Untuk
kali ini menggunakan metode FGD. Berikut adalah hasilnya:
No Jenis usaha SDM Lokasi Lama usaha Masalah
1 Ternak burung kenari 352 Lokasi jualan kebanyakan di pinggir jalan raya di wilayah
kelurahan Cipedes Lama berjualan rata-rata 4-5 tahun Kurangnya modal untuk
pengembangan usaha
2 Warung serba ada 116
3 Counter pulsa 300
4 Warung nasi 176
5 Pedagang keliling 88
6 Loper Koran 5
7 Toko elektronik 5
8 Pedagang baso 180
9 Penjahit 88
10 Grosir sembako 11
11 Tambal ban 10
12 Penjual jus 15
13 Warung kopi 8

Potensi lokal
Selain usaha retail, ada beberapa warga yang menekuni usaha burung kenari, diantaranya:
Jenis usaha burung kenari Bibit Penjualan Permasalahan
Peternak kenari Bibit diperoleh dari toko burung Dijual kepada peminat atau Bandar burung
kenari, yang datang langsung ke peternak 1. Permasalahan modal untuk pengembangan
ternak kenari
2. Perubahan yang mengakibatkan telur tidak menetas selama satu kali mengerami
Pemelihara kenari Bibit diperoleh dari peternak
4.5.3 Kajian Kelembagaan
Diagram Hubungan Kelembagaan, diagram ini adalah simulasi bagaimana hubungan lembaga
dan organisasi yang ada di RW.05 dari segi kuantitasnya dan kualitas pengaruhnya terhadap
warga sehingga bisa menjadi dasar untuk peluang pemberdayaan warga di RW.05 Kelurahan
Cipedes.
Gambar kelembagaan
4.5.4 Analis SWOT
Kekuatan
1) Motivasi dan keberanian untuk usaha ekonomi sangat tinggi
2) Cukup tingginya partisipasi masyarakat akan budaya gotong royong dan saling
menghargai
3) Warganya ramah dan kooperatif
4) Aman dari segala macam kejahatan
Kelemahan
1) Kurangnya kesadaran masyarakat dalam hal kebersihan lingkungan
2) Kurangnya kesadaran masyarakat dalam hal kesehatan sehingga masih ada balita gizi
buruk
3) Kurangnya kepedulian pemuda untuk aktif diorganisasi
Peluang
1) Karakter masyarakatnya yang konsumtif merupakan peluang untuk mengembangkan usaha
jauh lebih produktif
2) Sukajadi merupakan pintu gerbang kota Bandung yang dilewati berbagai jurusan bis dan
kendaraan sehingga menjadi market yang bagus untuk pengembangan usaha
3) Banyaknya para peternak burung kenari merupakan peluang untuk menjadikan sebagai
kampung kenari yang layak dikembangkan

Hambatan
1) Padatnya penduduk dan sempitnya lahan menyebabkan sulitnya membuat lapang terbuka
untuk TPS
2) Belum adanya ilmu/wawasan tentang pengelolaan sampah ditambah dengan pola pikir
masyarakat kota yang cenderung praktis, membuat kondisi lebih sulit dalam hal mengubah
kebiasaan masyarakat dalam membuang sampah sembarangan
3) Karakter masyarakat kota yang cenderung kurang peduli terhadap kesehatan diri,
keluarga dan lingkunganya membutuhkan waktu yang lama untuk merubahnya
4) Banyak para pedagang dan peternak burung kenari yang kekurangan modal usaha
terpaksa mereka harus meminjam uang pada rentenir
4.5.5 Dokumentasi Social Mapping

Silaturahim dan wawancara dengan camat Sukajadi Kantor kec. Sukajadi


Silaturahim dan wawancara dengan Lurah Cipedes Kantor kel. Cipedes

Puskesmas Kel. Cipedes Salah satu SD di kel. Cipedes

Salah satu masjid Kel. Cipedes Pabrik kerupuk di kel. Cipedes


Salah satu masjid Kel. Cipedes Pabrik kerupuk di kel. Cipedes
Salah satu masjid Kel. Cipedes Pabrik kerupuk di kel. Cipedes

Salah satu masjid Kel. Cipedes Pabrik kerupuk di kel. Cipedes

Salah satu masjid Kel. Cipedes Pabrik kerupuk di kel. Cipedes


V. PENUTUP
VI. LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai