Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa karena atas
limpahan rahmat dan hadirat-Nya, kami dapat menyelesaikan laporan Perencanaan
Tapak (TKP 346) dengan baik.
Laporan yang berjudul “Perencanaan Tapak Ibukota Baru Kabupaten
Semarang” ini disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah Perencanaan Tapak
(TKP 346). Penyusunan laporan ini bertujuan untuk memberikan gambaran serta
analisis mengenai kondisi eksisting lokasi perencanaan tapak di Desa Tuntang
Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Sugiono Soetomo, Dr. Ir. Retno Widjajanti, MT, Ir. Retno Susanti,
MT, Novia Sari Ristianti, ST, MT selaku dosen mata kuliah Perencanaan Tapak
yang memberikan bimbingan;
2. Orang tua yang selalu memberikan doa restu dan dukungan;
3. Teman-teman sesama anggota kelompok yang tak kenal lelah dan bekerja
keras dalam penyusunan laporan ini;
4. Teman-teman Kelas A dan angkatan 2014 Jurusan Perencanaan Wilayah dan
Kota yang sangat luar biasa memberikan semangat dalam penyusunan laporan
ini;
5. Pihak-pihak lain yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.
Kami menyadari bahwa laporan ini jauh dari sempurna dan memiliki
kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun
guna memperbaiki di masa mendatang.
Kami berharap semoga laporan ini dapat digunakan sebagaimana mestinya,
serta bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukan informasi mengenai kondisi
perubahan dan perkembangan fungsi ruang fisik wilayah studi kami.
Penulis
1
2
BAB I PENDAHULUAN
5
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Perencanaan Tapak 2016
Gambar 1. 1 Peta Administrasi Wilayah Makro
6
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Perencanaan Tapak 2016
Gambar 1. 2 Peta Administrasi Wilayah Mikro
7
3. Melakukan analisis jaringan pada lokasi perencaan tapak yaitu: Analisis
jaringan jalan, jaringan listrik, jaringan air bersih, jaringan
telekomunikasi, pengelolaan sampah, sanitasi dan drainase pada lokasi
perencanaan tapak.
4. Melakukan analisis penyediaan sistem tata hijau pada lokasi
perencanaan tapak.
5. Menyusun kegiatan zoning kawasan pada lokasi perencanaan tapak.
6. Mendesain rencana tapak (site plan).
8
1.6 Sistematika Penulisan
Penulisan laporan ini terdiri dari empat bab, yaitu pendahuluan, gambaran
umum lokasi perancangan, konsep desain, analisis aktivitas dan kebutuhan ruang,
analisis tapak dan zoning, analisis infrastruktur dan analisis per kawasan. Untuk
lebih jelasnya akan diuraikan seperti dibawah ini:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab pendahuluan, didalamnya berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan
dan sasaran, ruang lingkup wilayah dan materi, kerangka pemikiran serta
sistematika penulisan.
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PERANCANGAN
Pada bab kedua ini berisi mengenai gambaran lokasi perancangan, menganai
kondisi fisik alan, kondisi non fisik, kondisi infrastruktur, kondisi sarana, kondisi
penggunaan lahan eksisting, kondisi sistem ruang terbuka dan kajian rencana
pengembangan penggunaan lahan berdasarkan rencana tata ruang.
BAB III KONSEP DESIGN
Pada bab ketiga yaitu konsep desain didalamnya berisi mengenai justifikasi
penentuan konsep, literatur konsep, best dan bad practice konsep serta penerapan
perancangan pada perencanaan tapak.
BAB IV ANALISIS AKTIVITAS DAN KEBUTUHAN RUANG
Pada bab analisis aktivitas dan kebutuhan ruang berisi tentang analisis karakteristik
aktivitas, analisis karakteristik pengguna, analisis kebutuhan ruang, analisis
hubungan antar ruang dan analisis organisasi ruang.
BAB V ANALISIS TAPAK DAN ZONING
Pada bab analisis tapak dan zoning, didalamnya berisi analisis konstelasi
wilayah, analisis lingkungan, analisis topografi, analisis kebisingan, analisis
aksesibilitas, analisis vegetasi, analisis view, analisis drainase serta analisis
lintasan matahari dan arah angin.
BAB VI ANALISIS INFRASTRUKTUR
Pada analisis infrastruktur, didalamnya berisi analisis jaringan jalan, analisis
jaringan listrik, analisis jaringan drainase, analisis jaringan air bersih, analisis
jaringan sanitasi, analisis jaringan sampah dan analisis jaringan
telekomunikasi.
BAB VII ANALISIS PER KAWASAN
9
Pada bab analisis per kawasan didalamnya berisi mengenai analisis aktivitas
dan kebutuhan ruang, prasarana, tata hijau, jalur pejalan kaki dan jalur
sepeda. Analisis perkawasan juga membahas kelebihan dan kekurangan
tapak kawasan.
10
11
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PERANCANGAN
Wilayah tapak secara administrasi termasuk kedalam wilayah Dusun Cikal lor,
Dusun Petet, Dusun Gading, Dusun Raguman dan Dusun Cikal Kidul. Dusun Cikal
Lor dan dusun Cikal Kidul berada di arah Barat Laut Desa Tuntang dan langsung
berbatasan dengan jalan arteri. Dusun Cikal Lor dan dusun Cikal Kidul didominasi
12
oleh area permukiman dan masih memiliki beberapa lahan kosong. Sedangkan
Dusun Petet, Dusun Gading, dan Dusun Raguman berada di sebelah timur jalan
arteri. Didominasi oleh area permikiman namun sebagian masih memiliki kebun
campur.
13
Kelas Lereng Deskripsi Skor
I 0–8 Datar 20
II 8 – 15 Landai 40
III 15 – 25 Agak Curam 60
IV 25 – 45 Curam 80
V > 45 Sangat Curam 100
Sumber: SK Menteri Pertanian No.837/KPTS/Um/11/1980 serta Kepres No. 48/1983
Tabel 2. 1 Tabel Kemiringan Lahan
14
Matahari terbit dari arah timur sekitar pukul 05:30. Namun matahari
mulai terlihat cerah sekitar pukul 06:15 atau 08:00. Kemudian matahari mulai
terbenam pada pukul 17:30 atau 18:00 namun mulai menyorotkan cahaya
matahari terik mulai dari pukul 16:00 atau 16:30 sore. Orientasi bangunan
eksisting yang menghadap pada sisi timur dan sisi barat merupakan
bangunan yang mendapatkan cahaya matahari selama 6 jam saja. Pada
saat terbitnya matahari orientasi bangunan yang menghadap ke timur
merupakan daerah yang mendapatkan cahaya matahari dari pagi sampai
siang, sedangkan orientasi bangunan yang menghadap ke barat
mendapatkan cahaya matahari pada saat siang sampe sore. Pada wilayah
perencanaan orientasi bangunan tidak dapat dikelompokan secara global,
karena di wilayah perencanaan orientasi masa bangunan khususnya hunian
tidak tertata secara baik.
b. Curah Hujan
Presipitasi (hujan) merupakan salah satu komponen hidrologi yang
paling penting. Hujan adalah peristiwa jatuhnya cairan (air) dari atmosfer ke
permukaan bumi. Hujan merupakan salah satu komponen input dalam suatu
proses dan menjadi faktor pengontrol yang mudah diamati dalam siklus
hidrologi pada suatu kawasan (DAS). Peran hujan sangat menentukan
proses yang akan terjadi dalam suatu kawasan dalam kerangka satu sistem
hidrologi dan mempengaruhi proses yang terjadi didalamnya (Bayong 2004).
15
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Perencanaan Tapak 2016
Gambar 2. 3 Peta Curah Hujan Kecamatan Tuntang 2016
Tapak memiliki curah hujan berkisar 2.500 – 3.000 mm/ tahun adalah
wilayah dengan klasifikasi curah hujan sedang.
2.2.3 Jenis Tanah
Kelas Jenis Tanah Klasfikasi Skor
I Aluvial Tidak Peka 15
II Latosol Kurang Peka 30
III Mediteran Agak Peka 45
IV Andosol, Laterit Peka 60
V Regosol, Litosol Sangat Peka 75
Sumber: SK Menteri Pertanian No. 837/KPTS/Um/11/1980 serta Kepres No. 48/1983
Tabel 2. 3 Tabel Jenis Tanah
16
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Perencanaan Tapak 2016
Gambar 2. 4 Peta Jenis Tanah Desa Tuntang 2016
17
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Perencanaan Tapak 2016
Gambar 2. 5 Peta Bahaya Geologi Kecamatan Tuntang 2016
18
penduduk di Desa Tuntang berjumlah 6.117 jiwa perempuan dan 3.208 jiwa
laki-laki.
b. Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk adalah banyaknya penduduk per kilometer persegi
(BPS). Kepadatan penduduk adalah jumlah penduduk (jiwa) dibagi dengan
luas daerah (km2). Kepadatan penduduk Kecamatan Tuntang dapat dilihat
pada peta di bawah ini:
19
c. Struktur Penduduk
Struktur penduduk menggambarkan jumlah penduduk dan komposisi
penduduk berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin yang ditunjukkan
dengan grafik piramida penduduk. Berikut ini adalah piramida penduduk
Kecamatan Tuntang tahun 2014 :
20
sejumlah 5.822 jiwa hampir 95% dari jumlah penduduk Desa Tuntang.
Sedangkan sisanya penduduk beragama kristen berjumlah 290 jiwa,
penduduk beragama hindhu berjumlah 3 jiwa dan penduduk beragama
budha berjumlah 2 jiwa.
2.3.2 Perekonomian
Kontribusi sektor terhadap perkembangan PDRB mempengaruhi
besaran kinerja sektor-sektor tersebut dalam suatu daerah. Kontribusi dari
sektor-sektor tersebut sangat berpengaruh terhadap peningkatan nilai PDRB
pada tahun tersebut dan tahun selanjutnya. Berikut merupakan gambaran
kontribusi sektor-sektor yang ada dan terdapat peningkatan PDRB di
Kecamatan Tuntang dengan Kabupaten Semarang.
21
Laju pertumbuhan ekonomi Kecamatan Tuntang merupakan cerminan
dari perkembangan kegiatan perekonomian sektor-sektor yang ada, sehingga
nilai PDRB dapat mengalami peningkatan ataupun penurunan. Laju
pertumbuhan ekonomi Tuntang mengalami kondisi yang fluktuatif dimana
terjadi penurunan sebesar 33,07 % pada tahun 2010 atau dapat diartikan
bahwa PDRB Kecamatan Tuntang pada tahun 2010 lebih rendah sebesar
33,07% dibandingkan dengan PDRB tahun 2009. Selanjutnya nilai
pertumbuhan ekonomi tahun 2011 – 2013 selalu bernilai positif walaupun laju
pertumbuhannya fluktuatif.
Sektor Basis
Berikut dibawah ini merupakan hasil analisis LQ di Kecamatan Tuntang
terhadap Kabupaten Semarang.
22
industri dan sektor perdagangan, hotel dan restoran termasuk dalam sektor
non-basis terhadap Kabupaten Semarang.
Analisis Shift Share
Berikut adalah hasil analisis shift share Kecamatan Tuntang terhadap
Kabupaten Semarang.
KPP + KPPW
No Sektor KPP KPPW Keterangan
(PB)
Pertambangan &
2 -24,28% 614,91% 590,63% Progresif
Penggalian
Perdagangan,
6 3,45% -114,80% 111,35% Mundur
Hotel & Restoran
Transportasi &
7 -0,07% 21,% 21,43% Progresif
Komunikasi
24
Sumber : Hasil Observasi Kelompok 1A Tapak
Gambar 2. 11 Aktivitas di Desa Tuntang
Medium
Penggunaan
Lahan
Medium
Close Together High Accessibility
Accessibility
25
Ketika aktivitas dalam penggunaan lahan saling berdekatan dan jaringan
transportasi sudah terhubung dengan baik, maka wilayah tersebut memiliki
aksesibilitas yang baik. Contohnya, perumahan cenderung memiliki
aksesibilitas yang baik dengan perkantoran, kawasan pendidikan, pertokoan
dikarenakan lokasinya yang berdekatan dan adanya transportasi umum dalam
kota untuk mencapai tempat – tempat tersebut. Contoh lainnya adalah
kawasan industri yang berada dekat dengan tempat penjualan atau tempat
tersedianya bahan baku.
Dalam menentukan Ibukota Kabupaten diperlukan pemilihan lokasi yang
memiliki aksesibilitas yang baik atau mudah untuk dicapai. Seperti konsep yang
disampaikan sebelumnya, hal ini dapat dilihat melalui sistem aktivitas yang
berada di kawasan Ibukota dan daerah sekitarnya. Sistem aktivitas di
Kecamatan Tuntang sebagian besar merupakan pertanian. Sektor pertanian
yang digunakan sebagai ketahanan pangan, membuat keuntungan tersendiri
bagi permukiman sekitarnya. Beradanya industri di Kecamatan sekitar Tuntang
seperti Kecamatan Tlogo dan Kecamatan Lopait yang berada dekat
perkebunan karet di Desa Tuntang juga menandakan kuatnya aksesibilitas
antar kedua sektor. Kedekatan aktivitas ini di dukung oleh transportasi umum
berupa angkot yang berada pada rute Kecamatan Tuntang – Kecamatan
Bringin dan bus yang berada pada rute Purwodadi – Salatiga. Angkot dan bus
yang beroperasi ini menunjukkan adanya jaringan transportasi yang baik
sehingga mudah dijangkau.
26
Sumber : Hasil Analisis Kelompok 1A Perencanaan Tapak, 2016
Gambar 2. 13 Peta Tata Guna Lahan Kecamatan Tuntang 2016
Sedangkan jenis jalan yang berada pada lokasi tapak hanyalah jenis
jalan lokal beraspal. Jalan desa terdapat di dalam kawasan perdesaan, dan
merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan dan/atau antar
permukiman di dalam desa. Sehingga untuk memudahkan aksesibilitas di
lokasi tapak, dibutuhkan pembangunan jalan arteri ataupun kolektor.
28
Sumber : Hasil Observasi Kelompok 1A Perencanaan Tapak, 2016
Gambar 2. 14 Gambar jalan di Desa Tuntang 2016
29
2.4.2 Kondisi Persampahan
Berdasarkan UU No.18, Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah,
menjelaskan mengenai sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia
dan/atau proses alam yang berbentuk padat, sedangkan sampah spesifik
adalah sampah yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau volumenya
memerlukan pengelolaan khusus. Berdasarkan SNI 19- 2454-2002 mengenai
tata cara teknik operasional sampah perkotaan. Dalam teknik operasional
pengelolaan sampah perkotaan, kegiatan pengelolaan meliputi: (a) pemilahan,
pewadahan, pengolahan disumber; (b) pengumpulan; (c) pemindahan; (d)
pemilahan dan pengolahan; (e) pengangkutan; (f) pembuangan akhir. Untuk
mengetahui kondisi eksisting persampahan maka hal-hal yang perlu
diteliti yaitu : (a) Kondisi budaya, sikap dan perilaku masyarakat terkait
penanganan sampah (b) Volume dan karakteristik timbunan sampah (c)
Prasarana dan sarana yang disediakan.
31
2.4.4 Kondisi Jaringan Air Bersih
Air bersih adalah zat cair yang tidak mempunyai rasa, warna dan bau
yang dapat dipergunakan untuk keperluan sehari-hari dan akan menjadi air
minum setelah dimasak terlebih dahulu atau melalui proses
penyehatan. Secara umum, setiap rumah harus dapat dilayani air bersih yang
memenuhi persyaratan untuk keperluan rumah tangga. Untuk itu, lingkungan
harus dilengkapi jaringan air limbah sesuai ketentuan dan persyaratan teknis
yang diatur dalam peraturan/perundangan yang berlaku. Jenis-jenis elemen
perencanaan pada jaringan air bersih yang harus disediakan adalah kebutuhan
air bersih, jaringan air bersih, kran umum dan hidran kebakaran (SNI 03-1733-
2004).
Kondisi jaringan air bersih di Desa Tuntang pada setiap rumah
sudah dilayani air berih untuk keperluan rumah tangga berupa sumur
bor. Di Desa Tuntang tidak terdapat penyediaan kran umum dan hidran
kebakaran.
32
2.4.5 Kondisi Jaringan Telekomunikasi
Jaringan telekomunikasi harus disediakan pada lingkungan perumahan
adalah kebutuhan sambungan telepon dan jaringan telepon. Jaringan telepon
hampir tersebar secara merata di Desa Tuntang. Hal ini ditunjukkan dengan
adanya tiang telekomunikasi di Desa Tuntang. Namun, seiring berkembangnya
zaman, membuat masyarakat jarang menggunakan telepon rumah. Sekarang
ini masyarakat sudah menggunakan handphone yang didukung dengan
adanya Menara Telekomunikasi Bersama (MTB) dengan jaringan yang kuat.
Terdapat 3 MTB di Desa Tuntang, salah satunya MTB yang berada di Dusun
Petet. Jangkauan MTB di Dusun Petet mencapai skala kecamatan. Peletakan
MTB berada di belakang rumah warga.
33
Sumber : Hasil Dokumentasi
Kelompok 1A Perencanaan Tapak,
2016
Gambar 2. 20 Kondisi jaringan drainase di Desa Tuntang
34
Sumber : Hasil Dokumentasi Kelompok 1A
Perencanaan Tapak, 2016
Gambar 2. 21 Kondisi Sarana Lapangan Olahraga di DesaTuntang
b. Tempat Rekreasi
Pada Desa Tuntang terdapat tempat wisata seperti Stasiun Tuntang
dengan rute Ambarawa-Tuntang serta wisata Rawa Pening paling terkenal
di Kabupaten Semarang. Kondisi Tempat wisata yang ada sudah baik
dikarenakan lokasi yang diambil mudah dijangkau dilewati jalan kolektor
Tuntang-Bringin.
35
a. Sarana Peribadatan
Pada wilayah studi Desa Tuntang terdapat sarana peribadatan berupa
masjid, musholla dan gereja. Kondisi rata-rata masjid di Desa Tuntang baik,
terdapat lahan parkir dan terdapat tempat wudhu. Di Desa Tuntang terdapat
satu gereja yaitu GKJ Tuntang Barat Pepanthan Tuntang dengan kondisi
yang kurang terawat.
S
u
m
b
e
r
:
Hasil Dokumentasi Kelompok 1A Perencanaan Tapak, 2016
Gambar 2. 23 Kondisi Sarana Peribadatan di Desa Tuntang
b. Sarana Pendidikan
Pada wilayah studi Desa Tuntang terdapat sarana pendidikan
berupa TK dan SD. Terdapat 4 TK di Desa Tuntang, salah satunya TK
Bina Putra Putri FKPPI. Kondisi TK tersebut masih kurang, terlihat dari
tidak adanya halaman untuk bermain bagi para murid di TK tersebut.
Jumlah SD negeri 4 dan SD swasta 1 buah. Kondisi SD yang juga
sudah baik karena fasilitas SD sudah lengkap. Sedangkan di Desa
Tuntang tidak terdapat SMP maupun SMA.
36
c. Sarana Kesehatan
Sarana kesehatan di Desa Tuntang berupa posyandu, praktek dokter.
Posyandu menempati rumah warga dengan kondisi cukup baik. Untuk
kondisi praktik dokter juga sudah cukup baik. Puskesmas terdekat adalah
Puskesmas Tuntang yang menjadi pusat pelayanan kesehatan di wilayah
Tuntang.
37
Sumber: BAPPEDA Kabupaten Semarang, diolah
Gambar 2. 26 Peta Tata Guna Lahan di Desa Tuntang
Berdasarkan Peta Tata Guna Lahan Desa Tuntang dapat dilihat bahwa guna
lahan yang paling dominan adalah permukiman dan perkebunan. Pola
permukimannya cenderung mengikuti koridor Jalan Arteri dan Lalu terdapat pula
permukiman yang polanya mengikuti jalan terutama memusat di sepanjang jalan
lokal. Pada bagian barat desa terdapat lahan perkebunan karet yang cukup luas.
Lahan perkebunan tersebut adalah lahan perkebunan milik PTP Nusantara.
Guna lahan yang terdapat di tapak terdiri dari kawasan permukiman, lahan
kosong dan kebun campur. Permukiman di tapak merupakan hunian pribadi milik
warga. Terdapat lahan kosong yang berada disekitar lahan permukiman. Serta
terdapat pula kebun campur milik warga sekitar yang letaknya ada di bagian barat
dari jalan arteri.
38
menciptakan potensi berkembangnya suatu wilayah. Ruang terbuka terbagi menjadi
dua yaitu ruang terbuka hijau dan non hijau.
2.7.1 Kondisi Ruang Terbuka Hijau
Ruang terbuka hijau menurut UU Nomor 26 Tahun 2007 adalah ruang
memanjang atau mengelompok yang ditumbuhi tanaman baik alami maupun
buatan (sengaja ditanam) dan sifatnya terbuka. Ruang terbuka hijau di Desa
Tuntang didominasi oleh pertanian. Dari luas wilayah Desa Tuntang sebesar
5624.23 Ha, 61,5% atau sebesar 3462.23 Ha adalah lahan pertanian.
39
2.8 Kajian Rencana Pengembangan Penggunaan Lahan RTRW
Berikut merupakan Peta Rencana Tata Ruang Desa Tuntang Tahun 2011-
2031.
40
Rencana dari RTRW tersebut telah sesuai dengan kondisi eksisting di Desa
Tuntang karena berdasarkan hasil observasi daerah Desa Tuntang memang
didominasi oleh kawasan permukiman. Selain itu, masih terdapat kawasan kebun
campur milik warga yang masih dapat dimanfaatkan sebagai lahan permukiman.
Kawasan perencanaan tapak akan mengkonversi lahan permukiman dan
kebun campur menjadi lahan terbangun yaitu menjadi kawasan perkantoran
pemerintah. Hal ini tentu melanggar RTRW karena kawasan yang seharusnya
direncanakan sebagai lahan permukiman dialihfungsikan sebagai kawasan
perkantoran. Akan tetapi menurut hasil wawancara dengan Kabid Tata Ruang
BAPPEDA Kabupaten Semarang, Prasetyo menjelaskan bahwa ada hal yang dapat
melanggar RTRW yaitu kepentingan nasional dan/atau kepentingan umum.
Kepentingan umum menurut Peraturan Presiden Nomor 30 Tahun 2015 Pasal 1
ayat (6) adalah “kepentingan umum adalah kepentingan bangsa, negara, dan
masyarakat yang harus diwujudkan oleh pemerintah dan digunakan sebesar-
besarnya oleh kemakmuran rakyat”. Salah satu bentuk kepentingan umum tersebut
adalah kantor pemerintahan seperti yang akan dibangun pada kawasan
perencanaan tapak. Hal tersebut sesuai dengan Undang-Undang Nomor 2012
Tentang Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum Pasal 10
yang menyebutkan bahwa “tanah untuk kepentingan umum sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 ayat (1) digunakan untuk pembangunan: poin (n) Kantor
Pemerintah/Pemerintah Daerah/Desa;”. Dari peraturan tersebut dapat diketahui
bahwa salah satu jenis kepentingan umum adalah pembangunan kantor
pemerintahan. Oleh karena itu, pengembangan tapak untuk pembangunan kawasan
perkantoran pemerintah dapat dilakukan meskipun melanggar RTRW karena
merupakan kepentingan umum. Dengan kepemilikan tanah milik swasta juga
diharapkan pembebasan tanah akan lebih mudah apalagi konversi lahan yang
dilakukan adalah merubah lahan non produktif yaitu berupa lahan dominan
permukiman menjadi lahan non produktif lain yaitu kawasan perkantoran.
41
42
BAB III KONSEP DESAIN
3.1 Justifikasi Konsep
Dewasa ini, isu lingkungan menjadi salah satu isu yang diperhatikan oleh
berbagai pihak khususnya dalam perencanaan. Fenomena alam berupa pemanasan
global dan kerusakan lingkungan semakin diperhatikan untuk keberlangsungan
kehidupan yang berkelanjutan. Trend menunjukkan bahwa penduduk perkotaan
terus meningkat. Menurut Nirwono Joga (Gerakan Kota Hijau, 2013), Amerika Utara
dan Amerika Selatan memiliki jumlah penduduk yang hidup di perkotaan sebesar
lebih dari 80 persen, Eropa sebesar 70 persen, Asia dan Afrika sebesar 40 persen.
Selain itu, rata-rata populasi penduduk di Asia sebanyak 9,4 juta jiwa, Amerika
Selatan sebanyak 4,6 juta jiwa. Afrika sebanyak 3,9 juta jiwa, Eropa sebanyak 2,5
juta jiwa, dan Amerika Utara sebesar 1,4 juta jiwa.
Berdasarkan data diatas, dapat disimpulkan bahwa perkembangan penduduk
perkotaan semakin meningkat. Peningkatan penduduk perkotaan yang sangat pesat
mempengaruhi aktivitas manusia juga meningkat, sehingga dapat berdampak pada
kerusakan lingkungan yang ada di bumi, seperti menurut Wardhana (Dampak
Pencemaran Lingkungan, 2001), menyatakan bahwa proses pembangunan dan
industrialisasi yang dilaksanakan, secara meluas telah menimbulkan dampak negatif
terhadap lingkungan, contohnya pencemaran lingkungan, polusi udara, kerusakan
hutan, pencemaran air, bencana alam dan lain-lain merupakan efek samping dari
hasil pembangunan tersebut. Dampak dari kondisi lingkungan yang terjadi, dapat
ditanggulangi dengan pembangunan perkotaan yang mengarah pada Green City
sebagai konsep kota berkelanjutan.
Berdasarkan isu pemindahan Ibukota Kabupaten Semarang, perencanaan
tapak Ibukota Kabupaten Semarang menggunakan konsep Green City dengan
harapan dapat menjadi lokasi Ibu Kota Kabupaten Semarang yang berwawasan
lingkungan dan berkelanjutan. Lokasi Ibu Kota Kabupaten Semarang yang baru
direncanakan berada di Desa Tuntang dan Desa Lopait, Kecamatan Tuntang
Kabupaten Semarang.
Menurut Nirwono Joga (Gerakan Kota Hijau, 2013), terdapat beberapa elemen
dalam Green City yaitu :
1. Green Open Space
Di dalam pembangunan kota dikenal dengan infrastruktur abu-abu seperti jalan
raya, jaringan drainase, jaringan listrik, dan infrastruktur sosial. Kini di masa
pemanasan global untuk konsep pembangunan yang berkelanjutan membutuhkan
infrastruktur hijau. Infrastruktur hijau merupakan jaringan terpadu dari berbagai jenis
RTH, terdiri atas area (hub) dan jalur (link). Infrastruktur hijau juga dapat digunakan
sebagai pengendali perkembangan kota agar tidak terjadi peluberan kota karena
kawasan ataupun jalur yang telah ditetapkaan sebagai RTH tidak dapat dikonversi
untuk fungsi lain. Dalam penerapannya, infrastruktur hijau dijabarkan dalam pola
pemanfaatan ruang. Prinsip dasar dari pola pemanfaatan ruang terdiri atas pola
pengamanan ekologis, pola pengamanan air dan banjir, pola pengamanan udara,
pola pengaman bencana geologis, pola pengamanan keanekaragaman hayati, pola
pengamanan warisan budaya, dan pola pengamanan rekreasi.
Pola pengamanan ekologis terdiri atas pola pengaman terhadap masalah air
dan banjir, udara, bencana geologis, keanekaragaman hayati, waisan budaya, dan
44
rekreasi. Pola pengamanan air dan banjir berhubungan dengan proses-proses
hidrologis, seperti aliran permukaan, daerah resapan air, dan daerah tangkapan air
hujan. Untuk pola pengamanan air ini memerlukan data seperti sungai, waduk, situ,
dan daerah genangan air pada waktu hujan.
Pola pengamanan udara berhubungan dengan upaya peningkatan kualitas
udara agar udara kota agar tetap segar, tidak tercemar, dan sehat untuk warga. Pola
pengamanan bencana geologis berhubungan dengan pengendaliaan daerah-daerah
yang rawan longsor, amblesan, patahan, dan daerah rawan bencana geologis.
Pola pengamanan keanekaragaman hayati berhubungan dengan konservasi
berbagai spesies dan habitat tempat mereka bisa hidup. Pola pengamanan warisan
budaya berhubungan dengan konservasi situs budaya seperti bangunan cagar
budaya. Pola pengamanan rekreasi berhungan dengan tempat-tempat yang
mempunyai fungsi sosial dan nilai rekreasi bagi warga kota.
Untuk menjaga keseimbangan ekosistem kota, baik keseimbangaan sistem
ekologis lainnya dibutuhkan proporsi RTH 30%. Untuk mencapainya membutuhkan
beberapa rangkaian cara, pertama menetapkan daerah yang tidak boleh dibangun;
kedua membangun lahan hijau baru; ketiga mengembangkan koridor ruang hijau
kota; keempat mengakuisisi RTH privat untuk mengejar target RTH privat sebesar
10%; kelima merefungsi RTH eksisting, merehabilitasi atau merestorasi RTH dan
penghijauan kembali kawasan hutan merupakan upaya meningkatkan kualitas RTH;
Keenam menghijaukan langit kota; ketujuh menyusun kebijakan hijau; dan
kedelapan memberdayakan komunitas hijau.
2. Green Transportation
Untuk mengimbangi dalam penurunan pencemaran udara diperlukan
pembenahan transportasi seperti membangun jaringan sepeda, pengembangan
plaza pedestrian, mengembangkan konsep BRT, dan transportasi umum lainnya.
Selain itu juga perlu menanam kembali pohon-pohon besar dan pembangunan
taman.
3. Green Building
Struktur dan rancangan bangunan yang ramah lingkungan dalam
pembangunannya bersifat efisien, baik dalam rancangan, konstruksi, perawatan,
renovasi bahkan dalam perubahan. Green Building bersifat ekonomis, tepat guna,
45
tahan lama serta nyaman. Rumah ramah lingkungan menyerapkan air yang jatuh
sebanyak-banyaknya ke dalam tanah. Rumah yang ramah lingkungan ini
membangun sistem saluran air bersih, air kotor, dan air limbah secara terpisah.
Selain itu, air bersih dari pompa atau PAM langsung di alirkan ke bak penampung
air. Sedangkan bak-bak air sudah mulai ditiadakan karena dianggap mandi dengan
gayung lebih boros air.
4. Green Community
Merupakan strategi pelibatan berbagai stakeholder dari kalangan pemerintah,
kalangan bisnis dan kalangan masyarakat dalam pembangunan kota hijau. Green
community bertujuan untuk menciptakan partisipasi nyata stakeholder dalam
pembangunan kota hijau dan membangun masyarakat yang memiliki karakter dan
kebiasaan yang ramah lingkungan, termasuk dalam kebiasaan membuang sampah.
5. Green Energy
Green Energy merupakan strategi kota hijau yang fokus pada pengurangan
penggunaan energi melalui penghematan dalam penggunaan. Selain itu stategi kota
hijau fokus terhadap peningkatan penggunaan energi terbaharukan seperti listrik
tenaga surya, listrik tenaga angin, dan listrik dari emisi methana sampah.
6. Green Waste
Dalam hal ini yang dibahas mengenai pengelolaan sampah hijau yang
berpinsip pada reduce (pengurangan), reuse (penggunaan ulang), dan recycle (daur
ulang). Pengelolaan sampah hijau perlu didukung dengan teknologi untuk
pengolahan dan pembuangan sampahnya. Dalam pengolahannya perlu
memperhatikan hal-hal berikut, yang pertama aspek hukum diperlukan sebagai
peraturan perundang-undangan di tingkat nasional seperti contohnya UU
persampahan. Kedua aspek kelembagaan, adanya integrasi dan koordinasi antar
pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, swasta dan sektor informal
(pemulung). Ketiga adanya aspek peran serta masyarakat, terdapat kesadaran
bahwa setiap makhluk adalah produsen sampah melalui pendidikan formal dan
informal. Keempat aspek teknis operasional, pemerintah perlu melakukan
pengkajian teknologi pengolahan sampah secara terus menerus, komprehensif dan
terpadu. Kelima aspek pendanaan, kebersihan investasi, yang akan mendorong
pertumbahan dan produktivitas ekonomi. Prioritas dapat diwujudkan pada alokasi
APBN dan APBD.
46
7. Green Water
Konsep ini meiliki bertujuan untuk penggunann air yang hemat serta
penciptaan air yang berkualitas. Dengan teknologi yang maju, konsep ini bisa
diperluas hingga penggunaan hemat blue water, penyediaan siap minum,
penggunaan ulang dan pengolahan grey water (air yang telah digunakan), serta
penjagaan kualitas green water (air yang tersimpan di dalam tanah).
Konsep Kawasan Agropolitan
Berdasarkan UU 26/2007 tentang penataan ruang, dikemukakan bahwa
kawasan agropolitan adalah kawasan yang terdiri atas satu atau lebih pusat
kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai sistem produksi pertanian dan
pengelolaan sumber daya alam tertentu yang ditunjukkan oleh adanya keterkaitan
fungsional dan hierarki keruangan satuan sistem permukiman dan sistem agribisnis.
Perencanaan pengembangan kawasan agropolitan dapat dilakukan dengan baik,
apabila melakukan analisis sistem hirarki kawasan agropolitan dan analisis pola
keterkaitan antara Desa Pusat Pertumbuhan (DPP) dengan daerah hinterlandnya.
Dalam konsepsi pengembangan kawasan agropolitan bahwa dalam satu kawasan
agropolitan terdiri dari satu Desa Pusat Pertumbuhan (DPP) yang akan melayani
beberapa daerah sentra produksi yang berada di sekitarnya (hinterlandnya).
Keterkaitan antara desa hinterland dengan DPP dapat dijelaskan pada gambar di
bawah ini :
47
Sumber : Mahi (2014:11)
Gambar 3. 1 Pola Keterkaitan Antara DPP dan Desa Hinterland
48
Desa Pengumpul dan Pengolah Bahan Baku
Desa pengumpul dan pengolah bahan baku dalam kawasan agropolitan merupakan
desa-desa di sekitar Desa Pusat Pertumbuhan yang memiliki potensi agribisnis
komoditas unggulan terbesar untuk dikembangkan dalam rangka mendukung
percepatan perkembangan dan pertumbuhan pusat kawasan. Fungsi desa
pengumpul dan pengolah bahan baku adalah:
1) Sebagai pusat pengumpulan bahan baku dari desa-desa penghasil bahan baku
2) Sebagai pusat pengolahan bahan baku
Desa Penghasil Bahan Baku
Desa penghasil bahan baku merupakan desa-desa atau kampung yang berpotensi
untuk menghasilkan bahan baku baik yang berada di dalam kawasan agropolitan
maupun di luar kawasan. Fungsi desa penghasil bahan baku adalah menghasilkan
bahan baku yang dibutuhkan oleh industri pengolah bahan baku yang berada di
desa pengumpul dan pengolah bahan baku yang berada di desa pengumpul dan
pengolah bahan baku.
49
Perombakan yang dilakukan pertama-tama dengan mengubah desain tata kota
dari terpusat menjadi liniear. Gedung komersial, pemerintahan, pendidikan dan
bisnis diletakkan dalam satu situs, sedangkan hunian dibuat mengitari. Perubahan
yang terjadi mendorong perubahan pada sistem transportasi. Pemerintah Kota
Curitiba membangun jalan-jalan penghubung dari hunian penduduk menuju pusat
kota. Busway adalah moda transportasi utama. Selain itu, dibuat jalur khusus
sepeda sepanjang 150 kilometer. Terdapat 12 terminal penumpang di Curitiba,
yang tersebar di seluruh penjuru mata angin. Terminal-terminal ini memberi
kemudahan, yakni memungkinkan penumpang dapat meninggalkan dan berganti
bus tanpa harus membeli tiket baru.
Kota Curitiba dalam upaya menangkal banjir yang kerap terjadi, Kota Curitiba
melipatgandakan jumlah ruang terbuka hijau. Dari semula satu meter persegi per
kapita RTH pada 1970 menjadi 55 meter persegi per kapita pada 2002. Jumlah ini
sudah melebihi 30 persen dari luas kota. Curitiba menempuh segala cara untuk
memperbanyak RTH. Bekas tempat pembuangan akhir (TPA) disulap menjadi
taman-taman yang lebat dan asri. Danau-danau artifisial dibangun di tengah kota.
Sementara RTH dilipatgandakan, bangunan komersial terus dibangun.
Keberhasilan lain Curitiba adalah memupuskan secara radikal jumlah kawasan
kumuh. Pemerintah menerapkan strategi insentif yang cerdas untuk merelokasi
permukiman kumuh tadi, bukan sekadar menggusurnya. Misalnya, para
pengembang perumahan hanya akan diberi izin membangun jika bersedia
membuat sebuah permukiman khusus untuk para pemukim kumuh. Untuk
menjamin kota tetap bersih, terutama warga miskin, diminta mengumpulkan satu
kantong plastik sampah yang dapat ditukar dengan susu, telor, atau tiket bus.
52
4. Peribadatan
Fasilitas peribadatan pada tapak akan dibangun masjid dan gereja disekitar
perkantoran. Selain masjid di kawasan perkantoran, dibangun masjid di sekitar
lingkungan hunian, hal ini dikarenakan mayoritas masyarakat beragama Islam.
5. Perekonomian
Fasilitas perekonomian merupakan penunjang dari aktivitas perekonomian,
selain itu aktivitas ekonomi juga dapat menentukan perkembangan pada suatu
kawasan. Fasilitas perekonomian pada tapak berupa pasar tradisional,
toko/warung, pusat perbelanjaan dan juga pertokoan yang menunjang pada tapak
tersebut.
6. Pendidikan
Pada tapak dibangun fasilitas pendidikan berupa TK, SD atau sederajat, SMP
atau sederajat, dan SMA. Fasilitas pendidikan tersebut dibangun untuk memenuhi
kebutuhan pendidikan di tapak dan wilayah sekitar tapak.
7. Trotoar
Trotoar dibangun di setiap jalan dari jalan lingkungan hingga ke jalan arteri
primer. Pembangunan trotoar ditujukan memfasilitasi pejalan kaki sehingga
pengguna kendaraan pribadi berkurang dan mendukung konsep green city.
8. Jalur bersepeda
Jalur sepeda dibangun sesuai dengan jalan yang ada kecuali pada jalan arteri
primer. Jalan arteri primer tidak dibangun jalan sepeda dikarenakan kekhawatiran
akan menimbulkan hambatan pada jalur arteri primer. Jalur sepeda tersebut
dibangun untuk mendukung konsep green city karena dapat mengurangi
penggunaan kendaraan pribadi.
9. Halte
Halte dibangun sebagai tempat menunggu transportasi publik. Sehingga halte
tersebut dibangun pada kawasan-kawasan perkantoran, hunian, dan
perdagangan untuk memudahkan masyarakat berpergian dari suatu kawasan ke
kawasan lain.
10. Lahan Parkir
Lahan parkir yang dibangun berupa lahan parkir perkantoran, lahan parkir
perdagangan, dan lahan parkir hunian. Lahan parkir yang dibangun berupa lahan
parkir komunal yang bersifat publik. Tujuan lahan parkir dibangun supaya
53
mengurangi masyarakat yang parkir di bahu jalan sehingga tidak menyebabkan
kemacetan di jalan.
11. RTH
RTH dibangun pada tapak untuk mendukung konsep green city dan
memenuhi RTH 30 % dari tapak. Selain untuk memenuhi RTH 30 %, RTH
dibangun untuk menambah RTH yang terencana pada tapak sehingga RTH yang
ada tidak mudah mengalami alih fungsi lahan. RTH yang dibangun berupa taman
di kawasan hunian, perkantoran, dan perdagangan. Kemudian, RTH berupa
pemakaman, dan alun-alun Kabupaten Semarang.
12. Lapangan Olahraga
Lapangan Olahraga dibangun di sekitar kawasan hunian. Tujuan dibangunnya
lapangan olahraga sebagai tempat berkumpulnya warga untuk berolahraga.
Selain itu tujuannya sebagai fasilitas warga untuk bersosialisasi antar warga.
Lapangan olahraga yang dibangun berupa lapangan sepakbola yang sekitarnya
diberi jogging track mengelilingi lapangan.
13. TPS
Tempat pembuangan sampah sementara dibangun untuk penampungan
sampah hunian, perkantoran, dan perdagangan. Tempat sampah sementara yang
dibangun memiliki bak yang didalamnya memisahkan sampah menjadi sampah
bahan berbahaya dan beracun, sampah organik, sampah guna ulang, sampah
daur ulang, dan sampah residu sesuai dengan peraturan menteri PU nomor
03/PRT/M/2013.
14. Gedung Serba Guna
Gedung serba guna dibangun untuk memfasilitasi masyarakat pada tapak dan
sekitarnya ketika ingin mengadakan acara yang menghadirkan orang banyak.
Selain untuk kegiatan yang berupa hajatan, gedung serba guna tersebut dapat
menjadi tempat bersosialiasi antar masyarakat.
54
55
BAB IV ANALISIS AKTIVITAS DAN KEBUTUHAN RUANG
Analisis aktivitas dan kebutuhan ruang terdiri dari analisis karakteristik aktivitas,
karakteristik pengguna, kebutuhan ruang, hubungan antar ruang dan organisasi
ruang.
4.1 Analisis Karakteristik Aktivitas
Rencana pembangunan Ibukota Baru Kabupaten Semarang berada di Desa
Tuntang, Kecamatan Tuntang. Lebih tepatnya mencakup 5 dusun, yaitu Dusun
Petet, Dusun Gading, Dusun Praguman, Dusun Cikal Lor dan Cikal Kidul. Luas
tapak yang direncanakan sebesar 100 hektar atau setara dengan 1.000.000 m 2 .
Kondisi eksisting pada tapak merupakan kawasan permukiman yang masih belum
padat penduduknya.
Perencanaan tapak mempunyai aksesibilitas yang baik dan strategis jika
dimanfaatkan sebagai kawasan utama dan pusat perkantoran karena dilewati oleh
jalan arteri Semarang-Solo. Dengan letak yang strategis akan banyak kendaraan
yang melewati pusat kota sehingga dapat menghidupkan suasana pusat kota yang
sesungguhnya. Selain itu tapak yang direncanakan terletak di tengah-tengah
Kabupaten Semarang memungkinkan pemerataan dalam pelayanan publik.
Luas kawasan terbangun yang direncanakan sebesar 70% dan sisanya 30%
akan digunakan sebagai ruang non terbangun. Pembagian ruang dalam analisis
aktivitas adalah ruang terbangun dan ruang non terbangun. Pada ruang terbangun,
aktivitas utama pada tapak adalah perkantoran, dari Kantor Bupati, Sekda dan
kantor dinas lainnya. Aktivitas penunjang yang direncanakan berupa hunian, sarana
peribadatan, sarana perekonomian serta sarana pendidikan. Sementara ada
terminal, TPS dan gedung serbaguna sebagai aktivitas tambahan. Ruang non
terbangun yang akan direncanakan berupa ruang terbuka hijau seperti alun-alun,
taman dan pemakaman serta ruang terbuka non hijau berupa lahan parkir dan jalur
pejalan kaki.
56
Tabel 4. 1 Karakteristik Aktivitas pada Tapak
1. RUANG TERBANGUN
A. AKTIVITAS UTAMA
Perkantoran Bekerja Kantor Bupati
Perkantoran Bekerja Sekretariat Daerah
Perkantoran Bekerja Sekretariat DPRD
Perkantoran Bekerja Kantor DISPORAPAR
Perkantoran Bekerja Kantor DISHUBKOMINFO
Perkantoran Bekerja Kantor DISTANBUNHUT
Perkantoran Bekerja Kantor Inspektorat
Perkantoran Bekerja Kantor PU
Perkantoran Bekerja Kantor BKBPP
Perkantoran Bekerja Kantor SATPOL PP
Perkantoran Bekerja Kantor Ketahanan Pangan
Perkantoran Bekerja Perpustakaan Arsipda
Perkantoran Bekerja Kantor Kesbangpol
Perkantoran Bekerja Kantor Dinas Kesehatan
Perkantoran Bekerja Kantor DKUPP
Perkantoran Bekerja Kantor DPPKAD
Perkantoran Bekerja Kantor DINSOSNAKER
Perkantoran Bekerja Kantor BKD
Perkantoran Bekerja Kantor BPBD
Perkantoran Bekerja Kantor BLH
Perkantoran Bekerja Kantor BAPPEDA
Perkantoran Bekerja Kantor DISNAKKAN
Perkantoran Bekerja Kantor DISPENDUKCAPIL
B. AKTIVITAS PENUNJANG
Hunian Masyarakat
Hunian Rumah Tipe 500
Berpenghasilan Tinggi
Hunian Masyarakat
Hunian Rumah Tipe 400
Berpenghasilan Tinggi
Hunian Masyarakat
Hunian Rumah Tipe 300
Berpenghasilan Tinggi
Hunian Masyarakat
Hunian Rumah Tipe 100
Berpenghasilan Sedang
Hunian Masyarakat
Hunian Rumah Tipe 70
Berpenghasilan Sedang
Hunian Masyarakat
Hunian Rumah Tipe 60
Berpenghasilan Sedang
Hunian Masyarakat
Hunian Rumah Tipe 54
Berpenghasilan Rendah
Hunian Masyarakat
Hunian Rumah Tipe 45
Berpenghasilan Rendah
57
Hunian Masyarakat
Hunian Rumah Tipe 36
Berpenghasilan Rendah
Rumah Sakit Umum Daerah
Kesehatan Berobat Puskesmas
Apotek
Masjid Kecamatan
Masjid Warga
Peribadatan Kegiatan Ibadah
Gereja Kristen
Gereja Katholik
Pasar
Pusat Perbelanjaan
Perekonomian Perdagangan dan Jasa Minimarket
Pertokoan
Toko/Warung
SMA
Kegiatan Belajar SMP
Pendidikan
Mengajar SD
TK
C. AKTIVITAS TAMBAHAN
Tempat Menunggu
Transportasi Terminal Tipe C
Transportasi Umum
Persampahan Pengelolaan Sampah TPS
Sosial Kegiatan Sosial Gedung Serbaguna
2. RUANG NON TERBANGUN
Taman Kota/ Alun - alun
Ruang Terbuka Hijau Tempat bersosialisasi Kabupaten
Taman Lingkungan
Pemakaman
Lahan Parkir Alun-Alun
Ruang Tebuka Non Hijau Jalur Pejalan Kaki
Kabupaten
Parkir Kendaraan Lahan Parkir Perdagangan
Parkir Kendaraan Lahan Parkir Hunian
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Perencanaan Tapak 2016
59
4.1.3 Aktivitas Tambahan
a. Transportasi
Sarana tambahan transportasi yang ada berupa terminal tipe C yang
bisa digunakan untuk pergerakan, tempat menunggu kendaraan
transportasi dan tempat transportasi umum menunnggu penumpang.
b. Persampahan
Sarana persampahan yang ada di lokasi tapak berupa TPS. Dengan
adanya TPS di lokasi tersebut maka diharapkan permasalahan sampah
yang menumpuk bisa diatasi. Selain itu juga dapat menjaga kelestarian
lingkungan.
c. Sosial
Sarana dalam aktivitas tambahan yang direncanakan pada lokasi tapak
berupa gedung serbaguna. Gedung serbaguna tersebut dapat
digunakan sebagai gedung pertemuan ataupun dapat disewa untuk
kegiatan lainnya.
60
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Perencanaan Tapak 2016
Gambar 4. 1 Bagan Carrying Capacity
1. RUANG TERBANGUN
A. AKTIVITAS UTAMA
Perkantoran Bekerja Kantor Bupati 48
Perkantoran Bekerja Sekretariat Daerah 175
Perkantoran Bekerja Sekretariat DPRD 50
Perkantoran Bekerja Kantor DISPORAPAR 52
Perkantoran Bekerja Kantor DISHUBKOMINFO 98
Perkantoran Bekerja Kantor DISTANBUNHUT 77
Perkantoran Bekerja Kantor Inspektorat 42
Perkantoran Bekerja Kantor PU 294
Perkantoran Bekerja Kantor BKBPP 100
Perkantoran Bekerja Kantor SATPOL PP 47
Perkantoran Bekerja Kantor Ketahanan Pangan 12
Perkantoran Bekerja Perpustakaan Arsipda 18
Perkantoran Bekerja Kantor Kesbangpol 17
Perkantoran Bekerja Kantor Dinas Kesehatan 68
Perkantoran Bekerja Kantor DKUPP 118
Perkantoran Bekerja Kantor DPPKAD 109
Perkantoran Bekerja Kantor DINSOSNAKER 76
Perkantoran Bekerja Kantor BKD 54
Perkantoran Bekerja Kantor BPBD 34
61
Perkantoran Bekerja Kantor BLH 23
Perkantoran Bekerja Kantor BAPPEDA 48
Perkantoran Bekerja Kantor DISNAKKAN 61
Perkantoran Bekerja Kantor DISPENDUKCAPIL 32
B. AKTIVITAS PENUNJANG
Hunian
Masyarakat
Hunian Rumah Tipe 500 115
Berpenghasilan
Tinggi
Hunian
Masyarakat
Hunian Rumah Tipe 400 180
Berpenghasilan
Tinggi
Hunian
Masyarakat
Hunian Rumah Tipe 300 355
Berpenghasilan
Tinggi
Hunian
Masyarakat
Hunian Rumah Tipe 100 1.500
Berpenghasilan
Sedang
Hunian
Masyarakat
Hunian Rumah Tipe 70 2.125
Berpenghasilan
Sedang
Hunian
Masyarakat
Hunian Rumah Tipe 60 2.775
Berpenghasilan
Sedang
Hunian
Masyarakat
Hunian Rumah Tipe 54 7.500
Berpenghasilan
Rendah
Hunian
Masyarakat
Hunian Rumah Tipe 45 4.300
Berpenghasilan
Rendah
Hunian
Masyarakat
Hunian Rumah Tipe 36 2.850
Berpenghasilan
Rendah
62
SMA 62.060
Kegiatan SMP 12.322
Pendidikan Belajar
Mengajar SD 12.322
TK 12.322
C. AKTIVITAS TAMBAHAN
Tempat
Menunggu
Transportasi Terminal Tipe C 12.322
Transportasi
Umum
Pengelolaan
Persampahan TPS 12.322
Sampah
Sosial Kegiatan Sosial Gedung Serbaguna 12.322
2. RUANG NON TERBANGUN
Taman Kota/ Alun - alun
Ruang Terbuka Tempat 955.481
Kabupaten
Hijau bersosialisasi
Taman Lingkungan 12.322
Pemakaman 12.322
Ruang Tebuka Jalur Pejalan Lahan Parkir Alun-Alun
955.481
Non Hijau Kaki Kabupaten
Parkir
Lahan Parkir Perdagangan
Kendaraan 12.322
Parkir
Lahan Parkir Hunian
Kendaraan 3.430
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Perencanaan Tapak 2016
63
Tabel 4. 3 Kebutuhan Ruang
JUMLAH
KELOMPOK JENIS STANDAR STANDAR JUMLAH LUAS
JENIS RUANG PENGGUNA PENGGUNA SUMBER KET
RUANG AKTIVITAS (jiwa) (m2) (Unit) (m2)
(Jiwa)
1. RUANG TERBANGUN
A. AKTIVITAS UTAMA
Pegawai
dan PERMENDAGRI No
Perkantoran Bekerja Kantor Bupati 48 10 1 1.528 Rencana
Masyarakat 7 Tahun 2006
Umum
Pegawai
dan PERMENDAGRI No
Perkantoran Bekerja Sekretariat Daerah 175 10 1 2.222 Rencana
Masyarakat 7 Tahun 2006
Umum
Pegawai
dan PERMENDAGRI No
Perkantoran Bekerja Sekretariat DPRD 50 10 1 810 Rencana
Masyarakat 7 Tahun 2006
Umum
Pegawai
Kantor dan PERMENDAGRI No
Perkantoran Bekerja 52 10 1 1.881 Rencana
DISPORAPAR Masyarakat 7 Tahun 2006
Umum
Pegawai
Kantor dan PERMENDAGRI No
Perkantoran Bekerja 98 10 1 2.419 Rencana
DISHUBKOMINFO Masyarakat 7 Tahun 2006
Umum
Pegawai
Kantor dan PERMENDAGRI No
Perkantoran Bekerja 77 10 1 1.693 Rencana
DISTANBUNHUT Masyarakat 7 Tahun 2006
Umum
Pegawai
dan PERMENDAGRI No
Perkantoran Bekerja Kantor Inspektorat 42 10 1 1.318 Rencana
Masyarakat 7 Tahun 2006
Umum
64
Pegawai
dan PERMENDAGRI No
Perkantoran Bekerja Kantor PU 294 10 1 6.463 Rencana
Masyarakat 7 Tahun 2006
Umum
Pegawai
dan PERMENDAGRI No
Perkantoran Bekerja Kantor BKBPP 100 10 1 2.710 Rencana
Masyarakat 7 Tahun 2006
Umum
Pegawai
Kantor SATPOL dan PERMENDAGRI No
Perkantoran Bekerja 47 10 1 375 Rencana
PP Masyarakat 7 Tahun 2006
Umum
Pegawai
Kantor Ketahanan dan PERMENDAGRI No
Perkantoran Bekerja 12 10 1 214 Rencana
Pangan Masyarakat 7 Tahun 2006
Umum
Pegawai
Perpustakaan dan PERMENDAGRI No
Perkantoran Bekerja 18 10 1 242 Rencana
Arsipda Masyarakat 7 Tahun 2006
Umum
Pegawai
dan PERMENDAGRI No
Perkantoran Bekerja Kantor Kesbangpol 17 10 1 217 Rencana
Masyarakat 7 Tahun 2006
Umum
Pegawai
Kantor Dinas dan PERMENDAGRI No
Perkantoran Bekerja 68 10 1 855 Rencana
Kesehatan Masyarakat 7 Tahun 2006
Umum
Pegawai
dan PERMENDAGRI
Perkantoran Bekerja Kantor DKUPP 118 10 1 2.282 Rencana
masyarakat No.7 Tahun 2006
umum
Pegawai
dan PERMENDAGRI
Perkantoran Bekerja Kantor DPPKAD 109 10 1 2.710 Rencana
masyarakat No.7 Tahun 2006
umum
65
Pegawai
Kantor dan PERMENDAGRI
Perkantoran Bekerja 76 10 1 2.155 Rencana
DINSOSNAKER masyarakat No.7 Tahun 2006
umum
Pegawai
dan PERMENDAGRI
Perkantoran Bekerja Kantor BKD 54 10 1 748 Rencana
masyarakat No.7 Tahun 2006
umum
Pegawai
dan PERMENDAGRI
Perkantoran Bekerja Kantor BPBD 34 10 1 862 Rencana
masyarakat No.7 Tahun 2006
umum
Pegawai
dan PERMENDAGRI
Perkantoran Bekerja Kantor BLH 23 10 1 1.185 Rencana
masyarakat No.7 Tahun 2006
umum
Pegawai
dan PERMENDAGRI
Perkantoran Bekerja Kantor BAPPEDA 48 10 1 2.185 Rencana
masyarakat No.7 Tahun 2006
umum
Pegawai
Kantor dan PERMENDAGRI
Perkantoran Bekerja 61 10 1 1.871 Rencana
DISNAKKAN masyarakat No.7 Tahun 2006
umum
Pegawai
Kantor dan PERMENDAGRI
Perkantoran Bekerja 32 10 1 1.239 Rencana
DISPENDUKCAPIL masyarakat No.7 Tahun 2006
umum
Jumlah Jumlah
pengguna 1.653 kebutuhan 38.184
perkantoran ruang
B. AKTIVITAS
PENUNJANG
Hunian
Penduduk 5 SNI 03-1733-2004 Rencana
Masyarakat Hunian Rumah Tipe 500 50 500 10 11500
sekitar
Berpenghasilan
66
Tinggi
Hunian
Masyarakat Penduduk 100 5 SNI 03-1733-2004 Rencana
Hunian Rumah Tipe 400
Berpenghasilan sekitar 400 20 14400
Tinggi
Hunian
Masyarakat Penduduk 250 5 SNI 03-1733-2004 Rencana
Hunian Rumah Tipe 300
Berpenghasilan sekitar 300 50 21300
Tinggi
Hunian
Masyarakat Penduduk 1000 5 SNI 03-1733-2004 Rencana
Hunian Rumah Tipe 100
Berpenghasilan sekitar 100 200 30000
Sedang
Hunian
Masyarakat Penduduk 1500 5 SNI 03-1733-2004 Rencana
Hunian Rumah Tipe 70
Berpenghasilan sekitar 70 300 29750
Sedang
Hunian
Masyarakat Penduduk 1750 5 SNI 03-1733-2004 Rencana
Hunian Rumah Tipe 60
Berpenghasilan sekitar 60 350 33300
Sedang
Hunian
Masyarakat Penduduk 2000 5 SNI 03-1733-2004 Rencana
Hunian Rumah Tipe 54
Berpenghasilan sekitar 54 400 81000
Rendah
Hunian
Masyarakat Penduduk 3000 5 SNI 03-1733-2004 Rencana
Hunian Rumah Tipe 45
Berpenghasilan sekitar 45 600 38700
Rendah
Hunian
Masyarakat Penduduk 2850 5 SNI 03-1733-2004 Rencana
Hunian Rumah Tipe 36
Berpenghasilan sekitar 36 570 20520
Rendah
Penduduk
Rumah Sakit
Se 955.481 240.000 SNI 03-1733-2004 1 Rencana
Kesehatan Berobat Umum Daerah
Kabupaten 8.204 8.204
Puskesmas Penduduk 12.322 120.000 1.000 SNI 03-1733-2004 1 1.000 Rencana
67
sekitar
Penduduk
Apotek 12.322 30.000 250 SNI 03-1733-2004 1 250 Rencana
sekitar
Penduduk
Masjid Kecamatan Agama 955.481 120.000 5.400 SNI 03-1733-2004 1 5.400 Rencana
Islam
Penduduk
Masjid Warga Agama 12.322 2.500 600 SNI 03-1733-2004 5 3.000 Rencana
Kegiatan Islam
Peribadatan
Ibadah Penduduk
Gereja Kristen Agama 12.322 1.792 SNI 03-1733-2004 1 1.792 Rencana
Kristen
Penduduk
Gereja Katholik Agama 12.322 1.760 SNI 03-1733-2004 1 1.760 Rencana
Katholik
Penduduk
Pasar 120.000 36.000 SNI 03-1733-2004 1 36.000 Rencana
sekitar 12.322
Pusat Penduduk
120.000 36.000 SNI 03-1733-2004 1 36.000 Rencana
Perbelanjaan sekitar 12.322
Perdagangan Penduduk
Perekonomian Minimarket 8.000 400 SNI 03-1733-2004 2 800 Rencana
dan Jasa sekitar 12.322
Penduduk
Pertokoan 6.000 3.000 SNI 03-1733-2004 1 3.000 Rencana
sekitar 12.322
Penduduk
Toko/Warung 250 100 SNI 03-1733-2004 14 1.400 Rencana
sekitar 12.322
Penduduk
SMA 4.800 12.500 SNI 03-1733-2004 1 12.500 Rencana
Usia SMA 62.060
Penduduk
Kegiatan SMP 4.800 9.000 SNI 03-1733-2004 3 9.000 Rencana
Usia SMP 12.322
Pendidikan Belajar
Penduduk
Mengajar SD 1.600 2.000 SNI 03-1733-2004 9 2.000 Rencana
Usia SD 12.322
Penduduk
TK 1.250 500 SNI 03-1733-2004 12 6.000 Rencana
Usia TK 12.322
C. AKTIVITAS
TAMBAHAN
68
Tempat
Menunggu
Transportasi Terminal Tipe C 12.322 120.000 2.000 SNI 03-1733-2004 1 2.000 Rencana
Transportasi
Umum
Pengelolaan
Persampahan TPS 12.322 30.000 300 SNI 3242-2008 2 600 Rencana
Sampah
Kegiatan Gedung
Sosial 12.000 3.000 SNI 03-1733-2004 1 3.000 Rencana
Sosial Serbaguna 12.322
Sirkulasi 135.708
2. RUANG
NON
TERBANGUN
Taman Kota/ Alun - Penduduk Permen PU No:
955.481 Rencana
Ruang Terbuka Tempat alun Kabupaten sekitar 480.000 144.000 05/PRT/M/2008 1 144.000
Hijau bersosialisasi Permen PU No.
Taman Lingkungan Penduduk 1.250 5 6.250 Rencana
sekitar 12.322 2.500 05/PRT/M/2008
Pemakaman Penduduk 12.322 120.000 2.500 Kepmen Permukiman 3 2.500
sekitar Prasarana Wilayah Rencana
No.534/KPTS/M/2001
Ruang Tebuka Jalur Pejalan Lahan Parkir Alun- Penduduk
955.481 Rencana
Non Hijau Kaki Alun Kabupaten sekitar 12.322 2.000 SNI 03-1733-2004 1 300
Parkir Lahan Parkir Penduduk Rencana
Kendaraan Perdagangan sekitar 12.322 12.322 2.000 SNI 03-1733-2004 3 1.800
69
Parkir Lahan Parkir Pedoman
Perencanaan dan Rencana
Kendaraan Hunian
Penduduk Pengoperasian
sekitar 3.430 3.125 200 Fasilitas Parkir 3 600
155.450
Total Kebutuhan Ruang Non Terbangun
743.518
Total Kebutuhan Ruang
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Perencanaan Tapak 2016
70
4.4 Hubungan Antar Ruang
Ruang-ruang yang ada pada lokasi tapak yang terdiri dari ruang terbangun dan non terbangun. Dan antara ruang-ruang yang
ada tersebut akan membentuk suatu hubungan. Hubungan antar ruang yang ada dibedakan menjadi tigaa yaitu hubungan erat,
hubungan kurang erat dan tidak ada hubungan. Misalnya jika ruang A dan ruang berhubungan erat berarti antara ruang A dan
ruang B memiliki keterkaitan yang erat satu sama lain. Hubungan kurang erat berarti antara ruang satu dengan ruang lainnya
memiliki keterkaitan tapi tidak terkait secara keseluruhan. Jika hubungan antara ruang satu dengan ruang lainnya tidak ada berarti
antara ruang satu dengan ruang yang lainnya tidak ada hubungan ataupun keterkaitan sama sekali. Hubungan antar ruang yang
direncanakan di lokasi tapak dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:
Tabel 4. 4 Hubungan Antar Ruang
Perkantoran - Erat Kurang Erat Erat Erat Tidak Ada Erat Kurang Erat
Kesehatan Kurang Erat Erat - Tidak Ada Tidak Ada Kurang Erat Erat Tidak Ada
Peribadatan Erat Erat Tidak Ada - Kurang Erat Kurang Erat Erat Erat
Perekonomian Erat Erat Tidak Ada Kurang Erat - Tidak Ada Erat Kurang Erat
Pendidikan Tidak Ada Erat Kurang Erat Kurang Erat Tidak Ada - Erat Kurang Erat
Sosial Kurang Erat Erat Tidak Ada Erat Kurang Erat Kurang Erat Erat -
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Perencanaan Tapak 2016
71
Dilihat dari tabel diatas, ruang yang mempunyai keterkaitan kuat yaitu antara
ruang hunian dengan seluruh ruang yang lain. Hubungan antar ruang yang kurang
erat terjadi antara ruang kesehatan dengan perkantoran, antara perkantoran dengan
sosial, antara pendidikan dengan kesehatan, amtara perekonomian dengan
peribadatan dan seterusnya. Sementara ruang-ruang yang tidak mempunyai
hubungan yaitu antara ruang pendidikan dengan perkantoran, antara ruang
kesehatan dengan sosial, antara perekonomian dengan kesehatan.
72
73
BAB V ANALISIS TAPAK DAN ZONING
5.1 Analisis Konstelasi Wilayah
Adanya isu pemindahan ibukota Kabupaten Semarang maka, perencanaan
tapak yang telah ditentukan terletak di Desa Tuntang, Kecamatan Tuntang. Luas
lahan yang digunakan untuk perencanaan sekitar 100 Ha (1.000.000 m²) adalah
4,8% dari luas seluruh Kecamatan Tuntang yaitu 2.072 Ha. Merencanakan pusat
pemerintahan harus berdasarkan peraturan yang telah ditentukan.
5.1.1 Konstelasi Kabupaten Semarang terhadap Jawa Tengah
74
5.1.2 Konstelasi Kecamatan Tuntang terhadap Kabupaten Semarang
Perencanaan Tapak yang digunakan luas 100 ha dari luas seluruh Desa
Tuntang. Berikut batas wilayah administrasi lokasi perencanaan tapak:
Sebelah Utara : Desa Tuntang
Sebelas Barat : Desa Tuntang
Sebelah Selatan : Desa Tuntang
Sebelah Timur : Desa Delik
77
5.2 Analisis Lingkungan
Analisis lingkungan dilakukan untuk menentukan kecocokan tata letak zoning
tapak terhadap fungsi-fungsi penggunaan lahan di wilayah sekitar tapak. Analisis ini
berfungsi untuk pertimbangan dalam penentuan zoning kawasan yang dilahat dari
faktor eksternal maupun internal perencanaan tapak. Berikut analisis lingkungan
pada perencanaan tapak ibukota baru Kabupaten Semarang di Desa Tuntang,
Kecamatan Tuntang:
Data Analisis Respon
Jalan arteri
Aktivitas Zona Privat
Jalan Permukiman
lingkungan
Zona Publik
Sekolah
Tapak
Tapak memilik 2 jenis Dari data yang ada dapat Respon dari analisis,
jalan seperti jalan arteri diketahui bahwa diluar terdapat 2 zonasi yaitu
Semarang-Solo dan jalan tapak terdapat SMA yang zona privat dan zona public.
lingkungan penghubung dapat memfasilitasi Zona privat disini memiliki
dusun. Diluar tapak juga permukiman disekitarnya fungsi hunian yang dekat
terdapat fasilitas seperti karena permukiman dengan dengan sarana pendidikan
78
sarana pendidikan SMA N sarana pendidikan memiliki yang saling terkait dan
1 Tuntang. keterkaitan yang erat dan merupakan sarana
juga didukung oleh penunjang bagi
aksesbilitas yang mudah permukiman disekitarnya.
melalui jalan lokal tuntang- Untuk zona publik berfungsi
bringin. sebagai area publik yang
bisa dimanfaatkan sebagai
kawasan perkantoran serta
perdagangan dan jasa.
79
Data Analisis Respon
80
yang tidak sesuai
sebagai lahan terbangun
karena memiliki kontur
yang cukup rapat.
Pada tapak dilalui oleh Berdasarkan data, dapat Respon dari analisis
dua jenis jalan utama diketahui bahwa sumber yang telah dilakukan
yaitu Jalan Arteri dan kebisingan yang terdapat adalah terdapat dua
Jalan Lain atau Jalan pada tapak adalah Jalan zonasi yaitu zona publik
Lingkungan. Jalan arteri arteri yang merupakan dan zona publik. zona
yang melewati tapak jalan besar dengan lalu privat terletak pada zona
merupakan Jalan Arteri lintas kendaraannya yang kebisingan rendah
Semarang-Solo yang selalu padat. Maka dikarenakan zona privat
81
selalu dilewati oleh dilakukan analisis dengan seperti aktivitas hunian,
kendaraan dalam jumlah cara membuat jarak peribadatan
besar setiap harinya. radius kebisingan jalan membutuhkan suasana
Jenis kendaraan yang besar yaitu sejauh 100 yang tenang dan jauh
melewati jalan arteri meter dari jalan. dari kebisingan. Zona
juga lebih beragam Berdasarkan analisis publik terletak pada zona
mulai dari sepeda motor, tersebut dapat diambil kebisingan tinggi karena
mobil, bus hingga truk. kesimpulan bahwa aktivitas publik seperti
Selain itu, tapak juga kawasan yang berada perkantoran cenderung
dilalui jalan lingkungan pada radius 100 meter lebih tepat diletakkan
yang merupakan jalan dari jalan arteri termasuk pada zona bising tinggi
yang menghubungkan kedalam zona kebisingan dibandingkan dengan
antar kawasan tinggi, sedangkan zona aktivitas privat.
perumahan. Jenis diluar zona tersebut
kendaraan yang termasuk kedalam
melewati jalan ini tentu kawasan dengan zona
lebih sedikit daripada kebisingan rendah.
jalan arteri yang
biasanya berupa sepeda
motor dan mobil pribadi.
Volume kendaraan yang
melewati jalan
lingkungan juga tidak
terlalu banyak.
82
5.5 Analisis Aksesibilitas
Data Analisis Respon
Pada tapak terdapat 2 Dari data yang sudah Respon dari analisis yang
jenis jalan yaitu jalan arteri diolah terlihat koridor telah dilakukan adalah
Semarang-Solo dan jalan sepanjang jalan arteri menghasilkan dua zonasi,
lingkungan penghubung memiliki tingkat yaitu zona publik dan zona
antar dusun. Jalan arteri aksesbilitas yang tinggi privat. Zona publik sendiri
sendiri memiliki kriteria karena merupakan jalan terletak pada zona
lebar 11 meter dan jalan utama penghubung aksesbilitas yang tinggi
lingkungan selebar 6,5 Semarang-Solo, karena pada zona tersebut
meter. sedangkan di daerah dapat dikembangkan
sekitar jalan lingkungan sebagai fungsi komersil dan
memiliki tingkat pusat perkantoran. Zona
aksesbilitas yang rendah privat sendiri cenderung
karena hanya merupakan membutuhkan karakter
jalan penghubung antar ruang dengan tingkat
83
dusun. aksesbilitas rendah yang
nantinya dapat
dikembangkan menjadi
fungsi hunian yang nyaman
dan jauh dari kebisingan.
Vegetasi Kebun
Alun-alun
RTH
Taman Kota
Terdapat vegetasi hijau Pada sekeliling tapak perlu Untuk vegetasi pada barrier
yang berupa kebun. diadakan sabuk vegetasi yang akan diletakkan di
RTH pada perencanaan yang berfungsi untuk setiap cluster perumahan,
tapak merupakan RTH menyaring polusi, sebagai barrier ini juga akan
pasif. daerah resapan air hujan, ditempatkan diantara
RTH yang ada pada sekaligus meningkatkan perumahan dan pertokoan.
wilayah studi tersebar nilai estetika. Jenis tanaman ini adalah
dan tidak merata. tanaman yang membentuk
dinding tinggi, yaitu
tanaman yang setinggi
badan sampai beberapa
meter seperti tanaman
84
perdu dan beberapa jenis
cemara dan bambu.
Terdapat vegetasi di jalan
lokal dan jalan lingkungan
primer tanaman yang akan
ditanam adalah tanaman
berjenis berbentuk bulat.
oval, berbentuk
ombak/segitiga, berbentuk
payung, menyebar contoh
Mahoni (Switenia
mahagoni). Di
persimpangan akan ditanam
pohon jenis palem contoh
palem raja (Oreodoxa
regia), pinang jambe (Areca
catechu), lontar (siwalan)
(Borassus flabellifer). Pada
perumahan, tanaman-
tanaman yang akan ditanam
pada wilayah perencanaan
tapak adalah tanaman
berjenis flamboyan hal ini
berguna agar lingkungan
tampak asri dan indah.
85
5.7 Analisis View
86
5.8 Analisis Drainase
Data Analisis Respon
Tapak
Aliran Drainase Kawasan Terbangun
Saluran Drainase
Kontur
Berdasarkan peta diatas Arah aliran air mengikuti Pertimbangan bahwa tempat
jaringan drainase pada kontur dari kontur yang ini akan difokuskan sebagai
tapak terdapat drainase tinggi ke yang rendah. kawasan permukiman dan
primer dan drainase Yang paling tinggi 512,5 komersil serta perkantoran,
sekunder. Jaringan meter dan yang rendah maka drainase yang mungkin
drainase primer mengikuti 462,5 meter. diterapkan disana adalah
jalan arteri yang berada di drainase sekunder dengan
sepanjang jalan arteri dan sistem terbuka/ tertutup di
sungai. Jaringan drainase pinggiran jalan. Bangunan
sekunder saluran/selokan yang akan dibangun
air hujan di sekitar diatasnya berusaha untuk
bangunan, gorong-gorong, menghindari daerah yang
terdapat di sepanjang jalan terlewati air atau air dapat
yang ada di wilayah studi dialihkan.
yaitu jalan lokal, jalan
lingkungan primer dan
jalan lingkungan sekunder.
87
5.9 Analisis Lintasan Matahari dan Arah Angin
Data Analisis Respon
88
seluruh gedung dapat
memperoleh angin dengan
porsi yang cukup.
89
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Perencanaan Tapak 2016
90
Pada perencanaan tapak zona aktivitas terbangun akan dibuat perkantoran, hunian,
fasilitas penunjang dan fasilitas tambahan. Zona aktivitas publik akan dibuat untuk
kawasan perdagangan dan jasa karena letaknya yang dekat dengan jalan arteri
Semarang-Solo. Pada organisasi ruang perencanaan tapak terdapat beberapa
organisasi ruang yang mewakili 3 fungsi utama dari perencanaan tapak, pertama
adalah fungsi utama sebagai tempat perkantoran. Kedua adalah fungsi penunjang
yaitu hunian dan sarana-sarana yang menunjang perkantoran serta hunian. Ketiga
adalah fungsi tambahan. Ruang terbuka hijau yang disediakan pada perencanaan
tapak adalah RTH yang bersif aktif dan juga pasif. RTH aktif berupa taman kota
sebagai tempat rekreasi warga. Sedangkan RTH pasif terdiri dari barrier, jalur hijau
dan taman-taman kecil di dalam setiap hunian.
91
92
BAB VI ANALISIS INFRASTRUKTUR
Jalan yang ada pada perencanaan tapak Jaringan jalan yang ada pada
sebagian besar sudah beraspal, hanya perencanaan tapak nantinya akan dibagi
ada beberapa jalan yang terbuat dari menjadi 3 hirarki yaitu jalan arteri ( lebar
paving seperti jalan lingkungan total 11 meter ), jalan kolektor primer
Sebagian besar ruas jalan di (lebar total 7 meter ), dan jalan lokal (
perencanaan tapak tidak mempunyai jalur lebar total 6 meter ).
pejalan kaki Pada setiap ruas jalan akan dilengkapi
Pada jalan lokal dan lingkungan tidak dengan jalur pejalan kaki
terdapat jalur khusus sepeda Pada jalan Kolektor primer dan jalan lokal
Jalan yang melewati perencanaan tapak akan dilengkapi dengan jalur khusus
berupa jalan arteri primer Semarang – sepeda.
93
Solo, Jalan Lokal yang berada di selatan, Dengan adanya fungsi main entrance dan
dan jalan lingkungan yang terletak di side entrance dapat mempermudah
barat dan timur jalan arteri. akses untuk masuk kewasan yang ada di
siteplan
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Perencanaan Tapak 2016
94
Rencana Jalan Pada Perencanaan Tapak
95
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Perencanaan Tapak 2016
Gambar 6.5 Kondisi Rencana Jalan Lokal
Seluruh rumah, bangunan dan juga jalan Wilayah berwarna merah dialiri oleh
yang berada pada wilayah perencanaan listrik bertegangan tinggi.
tapak sudah teraliri listrik. Sumber daya Wilayah berwarna orange dialiri oleh
listrik pada wilayah perencanaan tapak listrik bertengangan sedang.
dipenuhi dari PLN. Rumah mewah memerlukan daya
listrik sebesar: 2.860 KVA/m2.
96
Rumah sedang memerlukan daya
listrik sebesar: 1.664 KVA/m2.
Rumah kecil memerlukan daya listrik
sebesar: 2.637 KVA/m2
98
12. Kehilangan energi listrik 30%
Kebutuhan untuk kehilangan energi listrik diasumsikan sebesar 25% dari
kebutuhan listrik rumah tangga, maka:
= Total Kebutuhan Listrik Rumah Tangga x 30%
= 7.161 x 30%
= 2.148,3 KVA/m2
Pada jalan arteri yaitu jalan Semarang- Akan dibuat saluran drainase sekunder
Solo, masih belum terdapat saluran dengan diameter 50 cm di sepanjang
drainase. Karena belum terdapat jalan arteri. Jenis salurannya adalah
saluran drainase di sepanjang jalan saluran terbuka.
arteri maka diperlukan adanya saluran Untuk drainase di hunian pada jalan
drainase tertutup yang akan lingkungan akan dibuat dengan lebar
mengalirkan air pembuangan pada 30 cm yang bersifat terbuka di
kawasan perkantoran dan sepanjang jalan hunian untuk
perdagangan agar tidak menggenang menampung air hujann dan air dari air
ke kawasan tersebut dan ke jalan. limbah rumah tangga.
99
Pada jalan lingkungan, saluran
drainase lebih dominan drainase
terbuka dengan kondisi sudah mampu
menampung air dengan baik.
Jaringan air bersih yang digunakan Jumlah debit kebutuhan harian rata-
oleh penduduk perencanaan tapak rata yang dibutuhkan untuk melayani
adalah PDAM dengan saluran penduduk pada perencanaan tapak
menggunakan pipa yang tersambung sejumlah 12.322 jiwa adalah sebesar
dari penampung air ke rumah-rumah 3.843.720 liter/hari
penduduk. Sumber air bersih yang berasal dari
PDAM dengan menggunakan pipa
yang mengikuti jaringan jalan.
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Perencanaan Tapak 2016
101
6. Jumlah Debit Kebutuhan Harian Rata-Rata
Jumlah debit kebutuhan harian rata-rata merupakan penjumlaha jumlah air yang
hilang dan kebutuhan air domestik
= jumlah air yang hilang + kebutuhan air domestik
= 640.744 + 3.202.720
= 3.843.464 liter/hari
102
6.5 Analisis Jaringan Sanitasi
Data Respon
103
umum tersebut berada di dalam tanah
tepat di bawah jalan.
Sumber: Analisis Kelompok 1A Perencanaan Tapak, 2016
104
6.6 Analisis Jaringan Sampah
Data Respon
Pada tapak secara eksisiting belum Pada tapak setiap aktivitas yaitu
terdapat TPS. Sistem persampahan yang aktivitas utama, aktivitas penunjang,
ada di setiap rumah pada tapak sebagian dan aktivitas tambahan menghasilkan
sudah memiliki bak sampah di depan sampah setiap harinya. Jumlah sampah
rumah dan sebagian belum memiliki bak yang dihasilkan dari setiap aktivitas
sampah. Sampah yang terdapat di bak tersebut berbeda-beda.
sampah tersebut dibakar oleh masyarakat, Pada tapak, setiap jiwa menghasilkan
sedangkan rumah yang belum memiliki bak 2,5 L tiap harinya.
sampah, sampah yang ada dibuang di Aktivitas utama berupa perkantoran,
lahan yang terdapat di belakang rumah terdapat 1.653 jiwa maka total sampah
masyarakat tersebut. Pembakaran sampah yang dihasilkan setiap harinya 4.132,5
ini selain menimbulkan bau dari asap yang L/hari
dihasilkan juga dapat menyebabkan polusi Aktivitas Penunjang, terdapat 12.322
udara yang dapat mengganggu pernafasan. jiwa maka total sampah yang dihasilkan
setiap harinya 30.805 L/hari
Aktivitas tambahan, terdapat 12.322
jiwa maka total sampah yang dihasilkan
105
setiap harinya 30.805 L/hari
Jumlah total sampah yang dihasilkan
pada tapak dari 3 jenis aktivitas yang
ada yaitu 65742,5 L/hari
Akan direncanakan pembangunan TPS
pada setiap hunian.
106
6.7 Analisis Jaringan Telekomunikasi
Data Respon
Seluruh wilayah pada perencanaan tapak Dikarenakan wilayah telah terlayani dari
telah terlayani oleh jaringan telekomunikasi. MTB yang ada, maka tidak dibutuhkan MTB
Telah terdapat 3 MTB pada perencanaan tambahan pada perencanaan tapak.
tapak yang telah menjangkau wilayah
tersebut dengan wilayah di sekitarnya.
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Perencanaan Tapak 2016
107
108
BAB VII ANALISIS PER KAWASAN
109
Pemakaman Publik, jauh dari pusat
21169
Umum aktivitas penduduk
110
Tabel 7.2 Analisis Kebutuhan Ruang Zona Aktivitas Pelayanan
Jumlah
Fungsi Kelompok Karakteristik Standar Jumlah Luas
Jenis Ruang Penguna 2
Sumber Keterangan
Ruang Aktivitas Ruang (Jiwa/m ) (Unit) (m2)
(jiwa)
RDTRK Kota
Taman pusat Publik, nyaman, 250
21169 Semarang 1 56.545 RENCANA
lingkungan mudah di akses jiwa/250m2
BWK VII
RDTRK Kota
Publik, nyaman, 2500
RTH Aktif Playground 21169 Semarang 10 12.500 RENCANA
mudah di akses jiwa/1.250 m2
BWK VII
Best practise
Penghalang dari 30000 Metro Sunter
Barrier 21169 1 2500 RENCANA
adanya bad view jiwa/2500 m2 Real Estate
111
Kawasan Jauh dari pusat
21169 - - - - RENCANA
Konservasi kegiatan
112
7.1.3 Analisis Kelebihan dan Kekurangan
Pada perencanaan kawasan aktivitas pelayanan terdapat kelebihan dan
kekurangan yang perlu di analisis untuk melihat kegiatan apa saja yang perlu di
pertahankan dalam perencanaan tapak dan juga dapat merumuskan alternatif
yang dapat diterapkan untuk meminimalisir adanya kekurangan dari
perencanaan tapak. Kelebihan dan kelemahan tersebut dijabarkan sebagai
berikut :
Kelebihan :
a. Lahan RTH seperti kawasan konservasi dioptimalkan sehingga berfungsi
sebagaimana mestinya.
b. Taman dapat digunakan sebagai tempat hiburan dan rekreasi bagi
masyarakat
Kekurangan :
Pembangunan tidak tidak dapat di perluas karena kondisi kelerengan
yang curam di daerah tepi dari tapak yang direncanakan.
113
Sarana pendidikan pada tapak yaitu berupa 1 SD dan 1 SMA yang
terletak dekat dengan hunian.
Sarana perdagangan dan jasa pada tapak yaitu berupa pertokoan yang
terletak di jalan arteri dan dekat dengan permukiman.
Tabel 7.3 Analisis Zona Hunian Tipe Rumah Sedang
Kelompok
Jenis Aktivitas Jenis Ruang Pengguna
Ruang
Hunian
Masyarakat Penduduk
Hunian Rumah Tipe 60
Berpenghasilan sekitar
Sedang
Penduduk
Masjid Warga
Agama Islam
Peribadatan Kegiatan Ibadah
Penduduk
Gereja Kristen
Agama Kristen
Perdagangan dan Penduduk
Perekonomian Pertokoan
Jasa sekitar
Penduduk Usia
SMA
Kegiatan Belajar SMA
Pendidikan
Mengajar Penduduk Usia
SD
SD
Sumber: Hasil Analisis Pribadi, 2016
114
Tabel 7.3 Analisis Kebutuhan Ruang
JUMLAH STANDAR STANDAR JUMLAH LUAS
Kelompok SUMBER KET
Jenis Aktivitas Jenis Ruang Pengguna PENGGUNA (jiwa) (m2) (Unit) (m2)
Ruang
(Jiwa)
Hunian SNI 03-
Masyarakat Penduduk 5 60 1733- 3 4800 Rencana
Hunian Rumah Tipe 60 21600
Berpenghasilan sekitar 2004
Sedang
SNI 03-
Penduduk 2500 600 1733- 5 3000 Rencana
Masjid Warga 12322
Agama Islam 2004
SNI 03-
Perdagangan dan Penduduk 6000 3000 1733- 1 3000 Rencana
Perekonomian Pertokoan 12322
Jasa sekitar 2004
SNI 03-
Penduduk 12500 1733- 1 12500
SMA 12322 4800
Sekitar 2004
Kegiatan Belajar
Pendidikan
Mengajar SNI 03-
Penduduk 1600 2000 1733- 9 2000 Rencana
SD 12322
Sekitar 2004
Sumber: Hasil Analisis Pribadi, 2016
115
7.2.3 Analisis Kelebihan dan Kekurangan
Pada perencanaan tapak pada Zona Hunian Tipe Rumah Sedang
memiliki kelebihan dan kekurangan dari tapak. Berikut kelebihan dan
kekurangan sebagai berikut :
a. Kelebihan:
Lokasi zona hunian tipe rumah sedang dekat dengan pusat kegiatan
perkantoran dan beberapa sarana penunjang seperti, kawasan
perdagangan dan jasa, kawasan pendidikan (TK, SMP, dan SMA) dan
peribadatan (masjid dan gereja).
Lokasi tipe rumah sedang memiliki privasi lebih tinggi dibandingkan tipe
rumah besar, karena tipe rumah besar mementingkan kemudahan akses
terhadap pusat-pusat kegiatan
Tersedianya fasilitas yang lengkap (pendidikan, peribadatan dan
perdagangan jasa) yang dapat mendukung kawasan hunian sehingga
penduduk di hunian dengan tipe rumah sedang memiliki konsentrasi
kegiatan sosial yang baik.
Memudahkan bagi penghuninya untuk berinteraksi sosial karena kapling
tanah yang tertata rapi bersebelahan.
b. Kekurangan
Adanya pengelompokan kluster tipe rumah besar, sedang dan kecil
menjadikan kurangnya interaksi sosial antar penduduk yang berbeda kluster
tiper rumahnya.
117
Tabel 7.5 Analisis Kebutuhan Ruang
118
7.3.3 Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan dan kekurangan perencanaan tapak zona hunian tipe rumah sedang
sebagai berikut :
a. Kelebihan
Aksesbilitas mudah dikarenakan langsung berhubungan dengan jalan Arteri
Semarang – Solo
Kawasan hunian tipe sedang dekat dengan RTH yang dapat digunakan
sebagai sarana rekreasi dan bersantai
Terdapat fasilitas peribadatan berupa masjid agung yang dapat dijangkau
dengan akses yang mudah
Lokasi pertokoan dapat mendukung kebutuhan masyarakat sekitar
b. Kekurangan
Adanya bentuk rumah deret yang terkesan monoton pada hunian tipe sedang
119
7.2.2 Analisis Kebutuhan Ruang
Tabel 4.
120
7.2.3 Analisis Kelebihan dan Kekurangan
a. Kelebihan yang dimiliki dari kawasan ini adalah :
Memiliki lahan yang sesuai untuk dijadikan fasilitas transportasi yaitu
terminal tipe c.
Terdapat permukiman yang dekat dengan terminal
Kemudahan dalam mengakses pertokoan
Dengan konsep green city terdapat banyak RTH yang bersifat privat
b. Kekurangan yang dimiliki dari kawasan ini adalah:
Kurangnya RTH yang bersifat publik di kawasan ini
122
Tabel VII.9
Analisis Kebutuhan Ruang
A. AKTIVITAS PENUNJANG
JUMLAH STANDAR STANDAR JUMLAH LUAS
Kelompok Jenis SUMBER
Jenis Ruang Pengguna PENGGUNA (jiwa) (m2) (Unit) (m2) KET
Ruang Aktivitas
(Jiwa)
Hunian
Masyarakat Rumah Tipe Penduduk SNI 03-1733-
Bermukim 21600 5 60 3 4800 Rencana
Berpenghasilan 60 sekitar 2004
Sedang
Pasar Hasil
Berdagang Pertanian Penduduk SNI 03-1733-
12322 120000 36000 1 36000 Rencana
dan dan sekitar 2004
Perekonomian
Pelayanan Perikanan
Jasa Penduduk SNI 03-1733-
Pertokoan 12322 6000 3000 1 3000 Rencana
sekitar 2004
Kegiatan
Penduduk SNI 03-1733-
Pendidikan Belajar SMP 12322 4800 9000 3 9000 Rencana
Usia SMP 2004
Mengajar
RUANG NON TERBANGUN
RUANG TERBUKA PUBLIK
RTH PASIF Menambah Taman - - 123222 100 Permen PU No. 1 100 Rencana
123
estetika Perumahan 05/PRT/M/2008
perumahan
RUANG TERBUKA PRIVAT
Olahraga,
Permen PU No.
Bermain dan Lapangan Pengguna
4800 4800 200 05/PRT/M/2008 1 200 Rencana
Kegiatan Sekolah Sekolah
Pendidikan
Ruang Terbuka
Pedoman
Non Hijau Mobil
Parkir Perencanaan
Parkir Penduduk (2x3)
Kawasan 12322 - dan 1 200 Rencana
Kendaraan Sekitar Motor
Pertokoan Pengoperasian
(1x1)
Fasilitas Parkir
Sumber: Hasil Analisis Pribadi, 2016
124
Daftar Pustaka
Aji, Rustam. 2016. Tuntang dan Bawen Disebut sebagai Alternatif Ibukota
Kabupaten Semarang dalam Tribun Jateng.
http://jateng.tribunnews.com/2016/02/03/tuntang-dan-bawen-disebut-sebagai-
alternatif-ibu-kota-kabupaten-semarang. Diunduh pada 3 Mei 2016.
Asril, Sabrina. 2016. Dua Lokasi Disiapkan Jadi Calon Ibukota Baru Kabupaten
Semarang dalam Kompas.com. Diunduh pada 3 Mei 2016.
Aziz, Abdul. 2012. Aktivis Lingkungan Sebut Makassar Gagal Jadi Green City dalam
www.tribunnews.com. Diunduh pada 13 Mei 2016.
Brogden, Felicity. 1979. Perencanaan dan Perancangan Tapak (Introduction to
Architecture). Terjemahan. Jakarta: Penerbit Erlangga.
DY, Mas’ula. 2010. Belajar dari Curitiba dalam www.tribunnews.com. Diunduh pada
13 Mei 2016.
Hamzah B. Uno. 2007. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta : PT Bumi Aksara.
James C. Snyder, Anthony J Catanis. 1989. Pengantar Arsitektur. Terjemahan.
Jakarta: Erlangga.
Joga, Nirwono. 2013. Gerakan Kota Hijau. Jakarta : PT Gramedia.
Mahi, Ali Kabul. 2014. Agropolitan Teori dan Aplikasi. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Steller, Arthur W. 1983. Curriculum Planning. Virginia: Fundamental Curriculum
Decisions, ASCD.
Wardhana, W.A, 2001. Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta : ANDI.
125