Anda di halaman 1dari 5

1

Mata Kuliah Community Development.


Pertemuan ke 5 (lima)

BAB V. COMMUNITY DEVELOPMENT.


FILOSOFI DAN PRINSIP PEMBERDAYAAN

I. FILOSOFI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT.


a. Pemberdayaan sebagai proses penyuluhan pembangunan.
Pemberdayaan sebagai upaya yang dilakukan masyarakat harus menempatkan
kekuatan masyarakat sebagai modal utama. Selain itu harus menghindari rekayasa
dari pihak luar, karena rekayasa ini sering mematikan kemandirian masyarakat
setempat.
Pemberdayaan masyarakat dapat diartikan sebagai proses penyuluhan
pembangunan, oleh karenanya filosofi pemberdayaan dapat digali dengan
menggunakan filosofi penyuluhan.

b. Pengertian Falsafah.
Falsafah berasal dari bahasa Arab, sedangkan dalam bahasa Yunani adalah
philosophia dari kata philos yang artinya cinta, senang dan kata sophia yang artinya
pengetahuan, hikmah, dan kebijaksanaan. Jadi falsafah dalam bahasa Yunani artinya
cinta akan kebijaksanaan (love of wisdom), yaitu menunjukkan harapan dan
kemajuan untuk mencari fakta dan nilai kehidupan yang luhur (Asngari, 2003).
Filsafat berarti cinta pada kebijaksanaan, yaitu ingin mengetahui secara mendalam
dan mendasar tentang kebenaran sesuatu, dengan tujuan untuk menemukan
kebenaran yang hakiki tentang sesuatu yang dipikirkan. Jadi makna falsafah adalah
sebagai pemahaman yang mendasari atau menjadi landasan individu dalam
melakukan sesuatu perbuatan yang diyakini kebenarannya untuk mencapai hasil
yang lebih baik.

c. Rumusan-rumusan falsafah penyuluhan.


Ada beberapa rumusan falsafah penyuluhan diantaranya adalah,
1) Di Amerika Serikat sudah lama dikembangkan falsafah 3-T (teach, truth and
trust) yaitu pendidikan, kebenaran dan kepercayaan atau keyakinan. Artinya
pemberdayaan merupakan kegiatan pendidikan untuk menyampaikan
kebenaran-kebenaran yang sudah diyakini. Dalam pemberdayaan, masyarakat
dididik untuk menerapkan setiap informasi yang telah diuji kebenrannya dan
sudah diyakini akan bermanfaat baik secara ekonomi maupun non ekonomi bagi
perbaikan kesejahteraannya.
2) Rumusan lain yang lebih tua dan banyak diikuti, rumusan ini dikutip oleh Kelsey
dan Hearne (1955). Bahwa falsafah pemberdayaan harus berpijak pada
pentingnya pengembangan individu di dalam perjalanan pertumbuhan
masyarakat dan bangsanya. Jadi falsafah pemberdayaan adalah bekerja bersama
masyarakat untuk membantunya agar masyarakat dapat meningkatkan
harkatnya sebagai manusia (helping people to help them-selves).
3) Supriadi (2006) memberi catatan bahwa dalam budaya feodalistik pihak yang
membantu selalu dianggap mempunyai kedudukan yang ‘lebih tinggi’ dari yang
dibantu. Hal ini sangat kontradiktif dengan teori pendidikan kritis untuk
2

pembebasan. Oleh karenanya pemahaman konsep membantu masyarakat agar


bisa membantu dirinya sendiri harus dipahami secara demokratis dan
menempatkan kedua belah pihak dalam kedudukan yang setara.

d. Keterkaitan Penyuluhan dengan Falsafah.


1) Falsafah pemberdayaan dan pendidikan.
Bertolak dari pemahaman bahwa penyuluhan merupakan salah satu sistem
pendidikan, Mudjiyo (1989) mengaitkan falsafah pemberdayaan dengan
pendidikan yang mempunyai falsafah idealisme, realisme dan pragmatisme. Hal
ini berarti bahwa,
a) Pemberdayaan harus mampu menumbuhkan cita-cita yang melandasi untuk
selalu berfikir kreatif dan dinamis.
b) Pemberdayaan harus selalu mengacu pada kenyataan-kenyataan yang ada
dan ditemui di lapangan, setidaknya disesuaikan dengan keadaan yang
dihadapi.
c) Pemberdayaan harus melakukan hal-hal yang terbaik yang dapat dilakukan.

2) Falsafah demokratis dan pemberdayaan.


Falsafah ini menekankan bahwa pemberdayaan harus dilakukan dalam suasana
yang wajar, menyenangkan, demokratis, menjunjung tinggi hak individu
terhadap adanya perbedaan, serta menghindari adanya paksaan.

3) Falsafah kontinyu dan pemberdayaan.


Pemberdayaan sesungguhnya merupakan upaya perubahan perilaku yang tidak
bisa dilakukan secara instan. Pemberdayaan merupakan sebuah proses dengan
tahapan yang jelas serta membutuhkan waktu (proses). Oleh karenanya
pemberdayaan harus dilakukan secara bertahap, berkesinambungan dan
dilakukan secara terus menerus.

4) Falsafah membakar sampah.


Falsafah ini sering disampaikan oleh Prof.Pang Asngari dari IPB Bogor. Dalam
melakukan membakar sampah dilakukan mulai memilih sampah kering dulu
untuk dibakar. Kemudian sesudah sampah kering terbakar sampah basah akan
menjadi kering dan terbakar. Apabila semua sampah basah maka diperlukan
bantuan bahan lain untuk membakarnya. Falsafah ini bisa diterapkan dalam
melaksanakan perubahan terhadap komunitas atau sistem sosial.

5) Falsafah pendidikan di Indonesia.


Dalam melaksanakan tugasnya sebagai penyuluh/agen pembaharuan seseorang
dituntut memiliki falsafah. Bagi agen pemberdayaan dalam memberdayakan
SDM bisa menganut falsafah pendidikan seperti ajaran Ki hajar Dewantoro.
Berkaitan dengan pemahaman bahwa penyuluhan sebagai proses pendidikan, di
Indonesia dikenal adanya falsafah pendidikan yang diajarkan oleh Ki Hajar
Dewantoro yaitu,
a) Ing ngarso sung tulodo, artinya posisi pendidik/penyuluh ada di depan
memberikan teladan atau contoh bagi masyarakat yang dibimbing.
3

b) Ing madyo mangun karso, artinya posisi pendidik/penyuluh ada ditengah


masyarakat, mampu menumbuhkan inisiatif, mendorong kreativitas,
memacu semangat dan motivasi untuk selalu mau belajar dan mencoba.
c) Tut wuri handayani, artinya menghargai dan mengikuti keinginan-keinginan
dan upaya yang dilakukan masyarakatnya, sejauh tidak menyimpang dari
aturan yang ada untuk tercapainya tujuan perbaikan kesejahteraan hidup
masyarakat.

e. Pemahaman pemberdayaan dilakukan secara demokratis adalah,


1) Penyuluh harus bekerjasama dengan masyarakat, bukan bekerja untuk
masyarakat (Adicondro,1990). Penyuluh bukan sebagai penentu atau pemaksa,
tetapi harus bisa menciptakan suasana dialogis dengan masyarakat, mampu
menumbuhkan, menggerakkan dan memelihara partisipasi masyarakat.
2) Pemberdayaan tidak boleh mengakibatkan ketergantungan, tetapi harus mampu
mendorong makin terciptanya kreativitas dan kemandirian masyarakat. Selain
itu didorong agar masyarakat memiliki kemampuan untuk berswakarsa,
swadaya, swadana dan swakelola dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan untuk
tercapainya tujuan, harapan dan keinginan masyarakat.
3) Pemberdayaan harus selalu mengacu pada terwujudnya kesejahteraan ekonomi
masyarakat dan peningkatan harkatnya sebagai manusia.

f. Pemberdayaan merupakan bagian integral dan penentu kegiatan pembangunan.


Pemberdayaan pada dasarnya harus merupakan bagian integral dan sekaligus sarana
pelancar atau bahkan penentu kegiatan pembangunan. Terkait dengan hal tersebut
Slamet (1989) menekankan perlunya hal-hal berikut,
1) Adanya perubahan administrasi pemberdyaan dari yang bersifat regulatif
sentralistik menjadi fasilitatif partisipatif.
2) Pentingnya kemauan penyuluh untuk memahami budaya lokal yang seringkali
mewarnai local agricultural practices.

II. PRINSIP-PRINSIP PEMBERDAYAAN MASYARAKAT.


1. Prinsip.
Menurut Mathews prinsip adalah suatu pernyataan tentang kebijakan yang
dijadikan pedoman dalam pengambilan keputusan dan melaksanakan kegiatan
secara konsisten. Prinsip berlaku umum, dapat diterima secara umum, telah diyakini
kebenarannya dari berbagai pengamatan dengan kondisi yang beragam.

2. Prinsip-prinsip Pemberdayaan dari Leagans, 1961.


Leagans menilai bahwa setiap penyuluh/fasilitator dalam setiap kegiatannya harus
berpegang teguh pada prinsip-prinsip pemberdayaan, tanpa berpegang pada
prinsip-prinsip yang sudah disepakati tidak mungkin penyuluh bisa melaksanakan
pekerjaannya dengan baik. Oleh karennya sebagai salah satu sistem pendidikan
maka pemberdayaan memiliki prinsip-prinsip sebagai berikut,
a. Mengerjakan, artinya kegiatan pemberdayaan semaksimal mungkin melibatkan
masyarakat untuk mengerjakan sesuatu.
Karena dengan melalui proses ‘mengerjakan’ mereka akan mengalami proses
belajar yang akan diingatnya terus dalam waktu yang lebih lama. Proses belajar
ini bisa menggunakan pikiran, perasaan atau keterampilannya.
4

b. Akibat, artinya kegiatan pemberdayaan harus memberikan akibat atau pengaruh


yang baik atau bermanfaat.
Karena perasaan senang, tidak senang, puas atau kecewa akan mempengaruhi
semangatnya untuk mengikuti kegiatan pemberdayaan selanjutnya atau
pembelajaran di masa-masa yang akan datang.
c. Asosiasi, artinya setiap kegiatan pemberdayaan harus dikaitkan dengan kegiatan
yang lainnya.

3. Prinsip-prinsip pemberdayaan dari Dahama dan Bhatnagar, 1980.


Dahama dan Bhatnagar mengungkapkan prinsip-prinsip pemberdayaan yang lain,
yaitu.
a. Minat dan kebutuhan.
b. Organisasi masyarakat bawah.
c. Keragaman budaya.
d. Perubahan budaya.
e. Kerjasama dan partisipasi.
f. Demokrasi dalam penerapan ilmu.
g. Belajar sambil bekerja.
h. Penggunaan metoda yang sesuai.
i. Kepemimpinan.
j. Spesialis yang terlatih.
k. Segenap keluarga.
l. Kepuasan.

4. Prinsip-prinsip pemberdayaan dari Soedijanto, 2001.


Munculnya prinsip-prinsip pemberdayaan dari Soedijanto terkait dengan pergeseran
kebijakan pembangunan pertanian dari peningkatan produktivitas usaha tani ke arah
pengembangan agrobisnis. Selain itu juga karena terjadinya perubahan sistem
desentralisasi pemerintahan di Indonesia.
Prinsip-prinsip pemberdayaan Soedijanto adalah,
a. Kesukarelaan.
b. Otonom.
c. Keswadayaan.
d. Partisipatif.
e. Egaliter.
f. Demokrasi.
g. Keterbukaan.
h. Kebersamaan.
i. Akuntabilitas.
j. Desentralisasi.

III. TUJUAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT.


1. People centered development.
Pemberdayaan merupakan implikasi dari strategi pembangunan yang berbasis pada
masyarakat (people centered development).
Pembangunan selalu bertujuan untuk mengupayakan perbaikan, terutama
perbaikan pada mutu hidup manusia, baik secara fisik, mental, ekonomi maupun
sosial budaya.
5

2. Persyaratan World Bank bagi sustainable development.


Pada tahun 2002 World Bank mensyaratkan hal-hal yang perlu diperhatikan untuk
terjaminnya pembangunan berkelanjutan (sustainable development) yang meliputi,
a. Perbaikan modal finansial, berupa perencanaan ekonomi makro dan
pengelolaan fiskal.
b. Perbaikan modal fisik, yaitu berupa prasarana, bangunan, mesin dan
pelabuhan.
c. Perbaikan modal SDM, yaitu berupa perbaikan kesehatan dan pendidikan yang
relevan dengan pasar kerja.
d. Pengembangan modal sosial, menyangkut keterampilan dan kemampuan
masyarakat, kelembagaan, kemitraan dan norma hubungan sosial lainnya.
e. Pengelolaan sumber daya alam baik yang bersifat komersial maupun non
komersial yang berguna bagi perbaikan kehidupan manusia. Termasuk di
dalamnya adalah air bersih, energi, serat, pengelolaan limbah, stabilitas iklim
dan beragam pelayanan penunjangnya.

3. Tujuan pemberdayaan masyarakat.


Tujuan pemberdayaan masyarakat meliputi berbagai macam upaya perbaikan yaitu,
a. Better education.
b. Better accessibility.
c. Better action.
d. Better institution.
e. Better business.
f. Better income.
g. Better environment.
h. Better living.
i. Better community.

Jakarta, 16 Oktober 2015


Pengajar Dwitularsih Sukowati.,M.Si.

Anda mungkin juga menyukai