Di ajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah sosologi pedesaan dan perkotaan
Dosen Pengampu : Cut Dhien Nourwahida,MA
11150150000103
11150150000095
Kusmiati
11150150000062
11150150000086
DAFTAR ISI
KATA PENGENTAR...................................................................................................................i
DAFTAR ISI
........................................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Masyarakat desa sering kali dipahami dalam keterkaitannya dengan kegiatan pertanian.
Akan tetapi hal tersebut tidak cukup memadai, sebab kita juga harus mengaitkannya dengan
konteks perubahan dan perkembangan dunia karena desa juga merupakan bagian integral dari
kehidupan dunia.Agar mampu memahami desa dengan segala dinamikanya maka dibutuhkan
teori atau perspektif (wawasan) sebagai kerangka berpikir. Dalam hal ini desa setidak-tidaknya
dapat dijelaskan dari teori-teori tentang perubahan dan perkembangan sosial masyarakat.
B.Rumusan Masalah
Definisi
Sejarah dan Tokoh
Perkembangannya
C.Tujuan
Mampu memahami materi mengenai Antropologi
Dapat mengambil hikmah di balik pembelajaran mengenai materi ini
BAB II PEMBAHASAN
Pengertian Sosiologi Pedesaan
Banyak sekali ahli mengemukakan definisi sosiologi pedesaan dengan segala kelebihan dan
kelemahannya masing-masing. Ada pendapat yang selalu menekankan bahwa desa dianggap sebagai
desa pertanian, padahal pada kenyataan ada juga desa yang nonpertanian.
Definisi lain masih menggambarkan desa dengan ideal yang artinya desa secara eksplisit
berbeda dengan kota. Dengan banyaknya faktor-faktor eksternal yang masuk dan mempengaruhi
kehidupan desa maka dapat dikatakan bahwa komunitas desa mulai berkembang ke arah komunitas
kota, di mana adat-istiadat, tradisi atau pola kebudayaan tradisional desa mengalami proses perubahan.
Pengertian sosiologi pedesaan adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari masyarakat
sebagai keseluruhan yakni hubungan antara manusia dengan manusia ,manusia dengan kelompok dan
kelompok dengan masyarakat ,baik formal maupun material , baik statis maupun dinamis. pedesaan
berasal dari suku kata desa yang berasal dari bahasa sansekerta yaitu desi yang berarti tempat tinggal
pengertian desa disini adalah suatu kesatuan masyarakat dalam wilayah jelas baik menurut suasana
yang formal maupun informal. dimana satuan terkecilnya terdiri dari keluarga yang mempunyai wilayah
dan otonomi sendiri dalam penyelengaraan kehidupan dan keterikatan antara keluarga keluarga dalam
kelompok masyarakat terjadi sebagai akibat adanya unsurpenguat yang bersifat religius, tradisi dan adat
istiadat.
Howard Newby mengatakan bahwa dalam mempelajari sosiologi pedesaan hendaknya diarahkan
pada studi tentang adaptasi masyarakat desa terhadap pengaruh-pengaruh kapitalisme modern yang
masuk ke desa.
Sosiologipedesaanadalahstuditentanghubunganmanusiadalamlingkunganpedesaan
(Bertand)
Sosiologipedesaanadalahstuditentangpendudukpedesaan, organisasisosialpedesaandan
proses-proses sosialkomparatif, dalammasyarakatpedesaan (F. Stuard Chapin)
Definisi Masyarakat
Dalam Bahasa Inggris disebut Society, asal katanya Socius yang berarti kawan. Kata
Masyarakat berasal dari bahasa Arab, yaitu Syiek, artinya bergaul. Adanya saling bergaul ini
tentu karena ada bentuk bentuk akhiran hidup, yang bukan disebabkan oleh manusia sebagai
pribadi melainkan oleh unsur unsur kekuatan lain dalam lingkungan sosial yang merupakan
kesatuan.3
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
KONSEP DESA
Konsep Desa
Desa dalam konsep keumuman adalah kesatuan masyarakat hukum yang mendiami
dan menghuni suatu wilayah yang masyarakatnya saling kenal-mengenal karena
adanya hubungan seketurunan (geneologis) ataupun rasa kewilayahan yang
membentuk suatu masyarakat yang khas.
Dalam tataran ini kenyataan menunjukkan bahwa masyarakat desa sudah ada sejak
ratusan bahkan ribuan tahun yang lampau, artinya konsep desa ini telah ada sebelum
datangnya bangsa Belanda di Indonesia, sekalipun saat itu Indonesia yang berbentuk
negarapun belum ada, bahkan jauh sebelum berdirinya kerajaan-kerajaan besar itu
ada, seperti Kerajaan Majapahit, Sriwijaya, Demak dan Mataram Islam, desa dan
masyarakat desa sudah ada bahkan eksis di negeri ini dengan berbagai struktur
kelembagaan yang teratur, tertib dan ajeg.
Setelah penjajahan Belanda dan negara-negara koloni hengkang dari negeri ini dan
Indonesia mencapai Kemerdekaan, para pendiri negara menghendaki agar dalam
penyusunan struktur pemerintahan pada era Indonesia merdeka, desa harus menjadi
dasar kelembagaannya.
3 http://echikatarigan.blogspot.co.id/2015/03/sosialisasi-pedesaan.html
pemerintahan dari daerah otonom kepada satuan pemerintahan dibawahnya ini tidak
dikenal dalam teori desentralisasi.
Demikianlah konsep desa yang dapat dijadikan referensi dalam mengenal desa secara
dekat yang keberadaannya sejak ratusan bahkan ribuan tahun yang lampau.
(Sumber : Hanif Nurcholis dalam pertumbuhan dan penyelenggaran pemerintahan desa
2011)
http://salawakuinstitute.blogspot.co.id/2012/06/konsep-desa.html
Orientasi kolektif sifat ini merupakan konsekuensi dari Afektifitas, yaitu mereka mementingkan
kebersamaan , tidak suka menonjolkan diri, tidak suka akan orang yang berbeda pendapat,
intinya semua harus memperlihatkan keseragaman persamaan.
c.
Partikularisme pada dasarnya adalah semua hal yang ada hubungannya dengan keberlakuan
khusus untuk suatu tempat atau daerah tertentu. Perasaan subyektif, perasaan kebersamaan
sesungguhnya yang hanya berlaku untuk kelompok tertentu saja.(lawannya Universalisme)
d.
Askripsi yaitu berhubungan dengan mutu atau sifat khusus yang tidak diperoleh berdasarkan
suatu usaha yang tidak disengaja, tetapi merupakan suatu keadaan yang sudah merupakan
kebiasaan atau keturunan.(lawanya prestasi).
e.
Kekabaran (diffuseness). Sesuatu yang tidak jelas terutama dalam hubungan antara pribadi tanpa
ketegasan yang dinyatakan eksplisit. Masyarakat desa menggunakan bahasa tidak langsung,
untuk menunjukkan sesuatu. Dari uraian tersebut (pendapat Talcott Parson) dapat terlihat pada
desa-desa yang masih murni masyarakatnya tanpa pengaruh dari luar.
adat istiadat norma hukum dan aturan khas yang mengatur tingkah laku warga.
golongan orang tua memegang peranan penting karena itu sukar mengadakan perubahan
perubahan yang nyata pada umumnya golongan tua di golongkan pada tradisi yang kuat mereka ini di
sebut pimpinan formal
system pengendali sosial sangat kuat sehingga perkembangan jiwa individu sangat sukar di
kembangkan
rasa persaudaraan yang sangat kuat sekali anatara warganya saling mengenal dan saling
menolong
http://dedykoerniawan.blogspot.co.id/2012/06/sosiologi-pedesaan.html
Kartohadikoesoemo, yang berpendapat bahwa desa-desa di Jawa itu asli, bukan buatan India maupun
Belanda.
Di samping pendapat di atas, dikemukakan pula bahwa desa-desa tersebut juga bukan buatan
Indonesia. Hal ini dikarenakan bahwa sebelum Indonesia merdeka, desa-desa tersebut sudah ada. Desadesa tersebut mempunyai kedudukan sebagai desa yang mandiri. Akan tetapi setelah Indonesia merdeka
maka dilakukan beberapa pembenahan, yang juga menyangkut kedudukan desa sebagai desa yang
mandiri tersebut. Melalui beberapa peraturan perundangan, desa mempunyai kedudukan sebagai
kesatuan sosial dan hukum (adat) yang masih diberi kebebasan tertentu dan desa sebagai kesatuan
administratif yaitu merupakan bagian integral dari Negara Republik Indonesia. Selanjutnya menurut
Undang undang Nomor 5 Tahun 1979 pengertian desa dibedakan menjadi desa dan kalurahan.
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 yang berisi tentang dimungkinkannya tindakan untuk
membentuk, memecah, menyatukan dan menghapus desa dan kelurahan, membawa kemungkinan bagi
perubahan pada desa dan kelurahan baik dalam hal volume maupun statusnya. Perubahan yang ada
menunjukkan bahwa jumlah desa dari tahun ke tahun memperlihatkan adanya gejala kenaikan.
Berbicara tentang ciri khas desa tidaklah mudah, mengingat bahwa desa-desa di Indonesia
sangat beragam. Sehubungan dengan hal itu, Koentjaraningrat mengemukakan perlunya berbagai sistem
prinsip yang dapat dipakai dalam mengklasifikasikan aneka warna bentuk desa di Indonesia. Di samping
itu, untuk menandai ciri-ciri desa di Indonesia, perlu diperhitungkan pula faktor-faktor: 1) tingkat teknologi
dan kondisi geografis, 2) keberagaman suku bangsa di Indonesia, 3) perbedaan dalam dasar-dasar
peradaban suatu kawasan, dan 4) pengaruh kekuasaan luar desa.
Keberagaman desa-desa di Indonesia menyebabkan terjadinya kesulitan dalam usaha untuk
menyeragamkan desa-desa tersebut. Salah satu kesulitan adalah kesulitan dalam mencari padanan desa
di Jawa dengan fenomena serupa yang ada di luar Jawa. Usaha yang telah dilakukan antara lain adalah
pembakuan desa di Indonesia lewat Surat Menteri Dalam Negeri tanggal 29 April 1969 (Nomor Desa
5/1/29) kepada para gubernur seluruh Indonesia.
Struktur Masyarakat Desa
Konsep Struktur Sosial dan Struktur Pihak Desa
Di dalam konsep struktur sosial terkandung pengertian adanya hubungan-hubungan yang jelas
dan teratur antara orang yang satu dengan yang lainnya. Untuk dapat membangun pola hubungan yang
jelas dan teratur tersebut tentu ada semacam aturan main yang diakui dan dianut oleh pihak-pihak yang
terlibat. Aturan main tersebut adalah norma atau kaidah ini menjadi lebih konkret dan bersifat mengikat
maka diperlukan lembaga (institusi).
Pitirin Sorokin membedakan struktur sosial menjadi struktur sosial vertikal dan horizontal. Struktur
sosial vertikal (pelapisan/stratifikasi sosial) menggambarkan kelompok-kelompok sosial dalam susunan
yang bersifat hierarkis, sedangkan struktur sosial horizontal (diferensiasi sosial) menggambarkan
variasi/beragamnya dalam pengelompokan-pengelompokan sosial.
Smith dan Zopf mengemukakan pendapat tentang pola pemukiman. Menurut mereka pola
pemukiman berkaitan dengan hubungan-hubungan keruangan (spatial) antara pemukiman penduduk
desa yang satu dengan yang lain dan dengan lahan pertanian mereka. Sementara itu Paul H. Landis
menggambarkan adanya empat tipe pola pemukiman yaitu pola pemukiman: 1) mengelompok murni, 2)
mengelompok tidak murni, 3) menyebar teratur, dan 4) menyebar tidak teratur. Menurut tipe pola
pemukiman mengelompok murni yang paling dominan di dunia, sedangkan yang paling ideal adalah pola
pemukiman tipe menyebar teratur. Di Indonesia, terutama di Jawa cenderung memperlihatkan pola
pemukiman tipe mengelompok murni.