Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

SOSIOLOGI PEDESAAN
PERUBAHAAN SOSIAL MASYARAKAT

“Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sosiologi Pedesaan”


Dosen pengampu:
Nawangwulan Widyastuti, SP., M.Si.

Disusun oleh :
Kelompok 4 / Kelas II B
Amallia Sari Pratama Putri 04.1.16.0822
Fikri Fatkhurrahman 04.1.16.0831
Fitri Rahmi Ramadanti 04.1.16.0832
Nidia Qurrota A’yun 04.1.16.0841
Riyyan Insani 04.1.16.0847

PROGRAM STUDI PENYULUHAN PERTANIAN BERKELANJUTAN


POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN BOGOR
BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
PERTANIAN (BPPSDMP)

2018
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, puji syukur kami panjatkan atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah dengan judul perubahaan sosial masyarakat.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal mungkin dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak yang memperlancar pembuatan
makalah ini. Untuk itu kami sampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasa. Oleh karena itu
kami sangat menerima segala saran dan kritik sehingga kami dapat memperbaiki
makalah ini.

Bogor, Juli 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................i

DAFTAR ISI ...........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 3

1.1. Latar Belakang ....................................................................................... 3


1.2. Tujuan ..................................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 5

2.1. Definisi Perubahan Sosial ...................................................................... 5


BAB III PEMBAHASAN ..................................................................................... 7

3.1. Faktor Pendorong Perubahan Sosial .................................................. 10


3.2. Faktor Penghambat Perubahan Sosial ............................................... 10
3.3. Karakteristik Perubahan Sosial .......................................................... 13
3.4. Bentuk – Bentuk Perubahan Sosial .................................................... 15
3.5. Aspek-Aspek Perubahan Sosial Pada Masyarakat Desa .................. 18
BAB IV PENUTUP ............................................................................................. 23

4.1. Kesimpulan ........................................................................................... 23


4.2. Saran ..................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 24

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Setiap masyarakat manusia selama hidup pasti mengalami perubahan-
perubahan, yang dapat berupa perubahan yang tidak menarik dalam arti kurang
mencolok. Ada pula perubahan-perubahan yang pengaruhnya terbatas maupun
yang luas, serta ada pula perubahan-perubahan yang lambat sekali, tetapi ada juga
yang berjalan dengan cepat. Perubahan-perubahan hanya akan dapat ditemukan
oleh seseorang yang sempat meneliti susunan dan kehidupan suatu masyarakat
pada suatu waktu dan membandingkannya dengan susunan dan kehidupan
masyarakat pada waktu yang lampau. Seseorang yang tidak sempat menelaah
susunan dan kehidupan masyarakat desa di Indonesia misalnya akan berpendapat
bahwa masyarakat tersebut statis, tidak maju, dan tidak berubah. Pernyataan
demikian didasarkan pada pandangan sepintas yang tentu saja kurang mendalam
dan kurang teliti karena tidak ada suatu masyarakat pun yang berhenti pada suatu
titik tertentu sepanjang masa. Orang-orang desa sudah mengenal perdagangan,
alat transportasi modern, bahkan dapat mengikuti berita-berita mengenai daerah
lain melalui radio, televisi, dan sebagainya yang kesemuanya belum dikenal
sebelumnya.
Perubahan-perubahan masyarakat dapat mengenai nilai-nilai sosial,
norma-norma sosial, pola-pola perilaku organisasi, susunan lembaga
kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan wewenang,
interaksi sosial dan lain sebagainya. Perubahan-perubahan yang terjadi pada
masyarakat dunia dewasa ini merupakan gejala yang normal. Pengaruhnya bisa
menjalar dengan cepat ke bagian-bagian dunia lain berkat adanya komunikasi
modern. Penemuan-penemuan baru di bidang teknologi yang terjadi di suatu
tempat dengan cepat dapat diketahui oleh masyarakat lain yang berada jauh dari
tempat tersebut.Perubahan dalam masyarakat memang telah ada sejak zaman
dahulu. Namun, dewasa ini perubahan-perubahan tersebut berjalan dengan sangat
cepatnya sehingga membingungkan manusia yang menghadapinya, yang sering
berjalan konstan. Perubahan memang terikat oleh waktu dan tempat. Akan tetapi,
karena sifatnya yang berantai, perubahan terlihat berlangsung terus, walau

3
diselingi keadaan di mana masyarakat mengadakan reorganisasi unsur-unsur
struktur masyarakat yang terkena perubahan.
1.2. Tujuan
1. Mengetahui Faktor Pendorong Perubahan Sosial
2. Mengetahui Faktor Penghambat Perubahan Sosial
3. Mengetahui Karakteristik Perubahan Sosial
4. Mengetahui Bentuk – Bentuk Perubahan Sosial
5. Mengetahui Aspek-Aspek Perubahan Sosial Pada Masyarakat Desa

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Perubahan Sosial

Perubahan Sosial secara umum dapat diartikan sebagai suatu proses


pergeseran atau berubahnya struktur/tatanan didalam masyarakat, meliputi pola
pikir yang lebih inovatif, sikap, serta kehidupan sosialnya untuk mendapatkan
penghidupan yang lebih bermartabat. Larson dan Rogers (1964), mengemukakan
pengertian tentang perubahan sosial yang dikaitan dengan adopsi teknologi yaitu
perubahan sosial merupakan suatu proses yang berkesinambungan dalam suatu
bentangan waktu tertentu. Pemakaian teknologitertentu oleh suatu warga
masyarakat akan membawa suatu perubahan sosial yang dapat diobservasi lewat
perilaku anggota masyarakat yang bersangkutan.Ferdinand Toennies (1855-1936),
menggambarkan proses perubahan sosial sebagai perkembangan
dari Gemeinschaft menjadi Gesellschaft.
Gemeinschaft (paguyuban) adalah kelompok orang yang relasi-relasi
interaksionalnya bersifat langsung, dalam, dan terarah kepada diri orang lain
dalam keseluruhannya. Sedangkan Gesellschaft (patembayan) adalah kelompok-
kelompok di mana interaksional bersifat tidak langsung, dangkal, hanya
menyentuh kulit atau permukaan hidup saja, dan terarah pada sebagaian saja dari
orang lain, yaitu kedudukan, wewenang, atau kemampuannya.Atkinson (1987)
dan Brooten (1978), menyatakan definisi perubahan merupakan kegiatan atau
proses yang membuat sesuatu atau seseorang berbeda dengan keadaan
sebelumnya dan merupakan proses yang menyebabkan perubahan pola perilaku
individu atau institusi. Ada empat tingkat perubahan yang perlu diketahui yaitu
pengetahuan, sikap, perilaku, individual, dan perilaku kelompok. Setelah suatu
masalah dianalisa, tentang kekuatannya, maka pemahaman tentang tingkat-tingkat
perubahan dan siklus perubahan akan dapat berguna.
Pada dasarnya setiap masyarakat yang ada di muka bumi ini dalam
hidupnya dapat dipastikan akan mengalami apa yang dinamakan dengan
perubahan-perubahan. Adanya perubahan-perubahan tersebut akan dapat
diketahui bila kita melakukan suatu perbandingan dengan menelaah suatu
masyarakat pada masa tertentu yang kemudian kita bandingkan dengan keadaan

5
masyarakat pada waktu yang lampau. Perubahan-perubahan yang terjadi di dalam
masyarakat,pada dasarnya merupakan suatu proses yang terus menerus, ini berarti
bahwa setiap masyarakat pada kenyataannya akan mengalami perubahan-peru-
bahan.
Tetapi perubahan yang terjadi antara masyarakat yang satu dengan
masyarakat yang lain tidak selalu sama. Hal ini dikarenakan adanya suatu
masyarakat yang mengalami perubahan yang lebih cepat bila dibandingkan
dengan masyarakat lainnya. Perubahan tersebut dapat berupa perubahan-
perubahan yang tidak menonjol atau tidak menampakkan adanya suatu perubahan.
Juga terdapat adanya perubahan-perubahan yang memiliki pengaruh luas maupun
terbatas. Di samping itu ada juga perubahan-perubahan yang prosesnya lambat,
dan perubahan yang berlangsung dengan cepat.
Perubahan-perubahan yang terjadi di dalam masyarakat pada umumnya
menyangkut hal yang kompleks. Oleh karena itu Alvin L. Bertrand menyatakan
bahwa perubahan sosial pada dasarnya tidak dapat diterangkan oleh dan
berpegang teguh pada faktor yang tunggal. Menurut Robin Williams, bahwa
pendapat dari faham diterminisme monofaktor kini sudah ketinggalan zaman, dan
ilmu sosiologi modern tidak akan menggunakai interpretasi-interpretasi sepihak
yang mengatakan bahwa perubahan itu hanya disebabkap oleh satu faktor saja.

6
BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Faktor Pendorong Perubahan Sosial


Proses perubahan sosial yang terjadi di dalam masyarakat dapat
berlangsung secara cepat atau lancar, dan dapat pula berlangsung secara tidak
cepat atau tidak lancar, misalnya saja dengan cara yang lambat atau tersendat-
sendat. Adapun secara umum, faktor-faktor yang diperkirakan dapat mendorong
(memperlancar/mempercepat) bagi jalannya proses perubahan sosial itu antara
lain:
1. Adanya kontak dengan kebudayaan masyarakat lain Salah satu proses yang
menyangkut hal ini adalah misalnya diffusion. Difusi adalah suatu proses
penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari seseorang kepada orang lain, dan
dari satu masyarakat ke masyarakat lain. Dengan terjadinya difusi, suatu
penemuan baru yang telah diterima oleh masyarakat misalnya, dapat
diteruskan dan disebarluaskan pada masyarakat lain, sampai masyarakat
tersebut dapat menikmati kegunaan dari hasil-hasil peradaban bagi kemajuan
manusia. Maka proses semacam itu merupakan pendorong bagi pertumbuhan
suatu kebudayaan dan memperkaya kebudayaan-kebudayaan umat manusia.

2. Adanya sikap terbuka terhadap karya serta keinginan orang lain untuk maju
Sikap menghargai karya orang lain dan keinginan-keinginan untuk maju
merupakan salah satu pendorong bagi jalannya perubahan-perubahan. Apabila
sikap tersebut telah melembaga, maka masyarakat akan memberikan
pendorong bagi usaha-usaha untuk mengadakan penemuan-penemuan baru.
Pemberian hadiah nobel dan yang sejenisnya misalnya, merupakan pendorong
bagi individu-individu maupun kelompok-kelompok lainnya untuk
menciptakan karya-karya yang baru lagi.

3. Adanya sistem pendidikan formal yang maju sistem pendidikan yang baik
yang didukung oleh kurikulum adaptif maupun fleksibel misalnya, akan
mampu mendorong terjadinya perubahan-perubahan sosial budaya.
Pendidikan formal, misalnya di sekolah, mengajarkan kepada anak didik

7
berbagai macam pengetahuan dan kemampuan yang dibutuhkan oleh para
siswa. Di samping itu, pendidikan juga memberikan suatu nilai-nilai tertentu
bagi manusia, terutama dalam membuka pikirannya serta menerima hal-hal
baru dan juga bagaimana cara berpikir secara ilmiah. Namun jika dikelola
secara baik dan maju, pendidikan bukan hanya sekedar dapat mengajarkan
pengetahuan, kemampuan ilmiah, skill, serta nilai-nilai tertentu yang
dibutuhkan siswa, namun lebih dari itu juga mendidik anak agar dapat
berpikir secara obyektif. Dengan kemampuan penalaran seperti itu,
pendidikan formal akan dapat membekali siswa kemampuan menilai apakah
kebudayaan masyarakatnya akan dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan
jamannya atau tidak. Nah, di sinilah kira-kira peranan atau faktor pendorong
bagi pendidikan formal yang maju untuk berlangsungnya perubahan-
perubahan dalam masyarakat.

4. Sikap berorientasi ke masa depan adanya prinsip bahwa setiap manusia harus
berorientasi ke masa depan, menjadikan manusia tersebut selalu berjiwa
(bersikap) optimistis. Perasaan dan sikap optimistis, adalah sikap dan
perasaan yang selalu percaya akan diperolehnya hasil yang lebih baik, atau
mengharapkan adanya hari esok yang lebih baik dari hari sekarang.
Sementara jika di kalangan masyarakat telah tertanam jiwa dan sikap
optimistis semacam itu maka akan menjadikan masyarakat tersebut selalu
bersikap ingin maju, berhasil, lebih baik, dan lain-lain. Adanya jiwa dan sikap
optimistik, serta keinginan yang kuat untuk maju itupula sehingga proses-
proses perubahan yang sedang terjadi dalam masyarakat itu dapat tetap
berlangsung.

5. Sistem lapisan masyarakat yang bersifat terbuka (open stratification)


Sistem stratifikasi sosial yang terbuka memungkinkan adanya gerak vertikal
yang luas yang berarti memberi kesempatan bagi individu-individu untuk
maju berdasar kemampuannya. Dalam keadaan demikian, seseorang mungkin
akan mengadakan identifikasi dengan warga-warga yang mempunyai status
yang lebih tinggi. Dengan demikian, seseorang merasa dirinya berkedudukan

8
sama dengan orang atau golongan lain yang dianggapnya lebih tinggi dengan
harapan agar mereka diperlakukan sama dengan golongan tersebut.
Identifikasi terjadi di dalam hubungan superordinat-subordinat. Pada
golongan yang lebih rendah kedudukannya, sering terdapat perasaan tidak
puas terhadap kedudukan sosial yang dimilikinya. Keadaan tersebut dalam
sosiologi dinamakan “status-anxiety”. “Status-anxiety” tersebut menyebabkan
seseorang berusaha untuk menaikkan kedudukan sosialnya.

6. Adanya komposisi penduduk yang heterogen pada kelompok-kelompok


masyarakat yang terdiri dari berbagai latar belakang seperti kebudayaan, ras
(etnik), bahasa, ideologi, status sosial, dan lain-lain, atau yang lebih populer
dinamakan “masyarakat heterogen”, lebih mempermudah bagi terjadinya
pertentangan-pertentangan ataupun kegoncangan-kegoncangan. Hal semacam
ini juga merupakan salah satu pendorong bagi terjadinya perubahan-
perubahan sosial dalam masyarakat.

7. Nilai bahwa manusia harus senantiasa berikhtiar untuk memperbaiki


hidupnya
Nasib manusia memang sudah ditentukan oleh Tuhan, namun adalah menjadi
tugas dan kewajiban manusia untuk senantiasa berikhtiar dan berusaha guna
memperbaiki taraf kehidupannya. Lagipula, menurut ajaran agama juga
ditekankan bahwa Tuhan tidak akan mengubah nasib sesuatu umat (termasuk
individu) selama umat (individu) tersebut tidak berusaha untuk mengubahnya.
Dengan demikian tugas manusia adalah berusaha, lalu berdoa, sedangkan
hasil akhir adalah Tuhan yang menentukannya. Adanya nilai-nilai hidup serta
keyakinan yang semacam itu menyebabkan kehidupan manusia menjadi
dinamik, dan adanya dinamisasi kehidupan inilah sehingga perubahan-
perubahan sosial budaya dapat berlangsung.

8. Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang kehidupan tertentu munculnya


ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu,
misalnya adanya pelaksanaan pembangunan yang hanya menguntungkan

9
golongan tertentu, pembagian hasil pembangunan yang tidak merata, semakin
melebarnya jurang pemisah antara si kaya dan si miskin, dan lain-lain, dapat
menyebabkan terjadinya kekecewaan dalam masyarakat. Bahkan jika
dibiarkan sampai berlarut-larut, hal semacam itu dapat mengakibatkan
terjadinya demo ataupun protes-protes yang semakin meluas, atau bahkan
kerusuhan-kerusuhan, dan revolusi. Dengan demikian adanya ketidakpuasan
masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu dapat mendorong bagi
bergulirnya perubahan-perubahan sosial budaya.

3.2. Faktor Penghambat Perubahan Sosial


1. Rasa Khawatir Terjadinya Kegoyahan terhadap Integrasi Masyarakat
Ada beberapa anggota masyarakat yang khawatir dan takut terhadap
perubahan yang terjadi di masyarakat, karena mereka beranggapan perubahan
akan menggoyahkan integrasi dalam masyarakat dan Perubahan yang terjadi pada
kehidupan dinilai mengganggu tatanan sosial yang sudah berjalan. Contohnya
penggunaan traktor dalam pengolahan lahan pertanian. Awalnya hal tersebut
ditolak karena dapat memudarkan gotong royong di antara petani, namun lambat
laun hal tersebut bisa diterima.

2. Adat atau Kebiasaan


Setiap masyarakat memiliki adat atau kebiasaan. Adat atau kebiasaan
merupakan pola-pola perikelakuan bagi anggota-anggota masyarakat dalam
memenuhi kebutuhan pokoknya. Jika suatu saat timbul krisis ketika adat dan
kebiasaan sudah tidak efektif lagi dalam memenuhi kebutuhan pokok
masyarakatnya, adat dan kebiasaan tersebut tidak akan mengalami perubahan. Hal
ini dikarenakan adat dan kebiasaan sudah terbiasa dilakukan atau dipakai sehingga
sangat sulit untuk mengubahnya.

Contohnya kebiasaan masyarakat dalam memotong padi dengan pisau


yang terbuat dari kayu (ani-ani atau ketam) akan sulit diubah walaupun telah
dikenal alat pemotong padi yang lebih efektif. Perubahan tersebut akan
berdampak besar bagi tenaga-tenaga kerja (terutama wanita) yang menjadikan

10
memotong padi sebagai mata pencaharian tambahan. Selain itu, adat dan
kebiasaan yang sukar mengalami perubahan biasanya berupa kepercayaan, sistem
mata pencaharian, cara berpakaian tertentu, dan lain-lain.

3. Sikap Masyarakat yang Konservatif (Tertutup)


Sikap konservatif atau takun menjalankan perubahan akan membawa
mentalitas yang buruk dalam suatu kemajuan. Karena mereka menganggap
elemen elemen perubahan yang datangnya dari luar dianggap berbahaya. Sering
nya masyarakat yang pernah dijajah oleh bangsa lain lah memiliki sikap seperti
itu, mereka mengganggap setiap unsur yang berbau negara penjajah akan ditolak
dan dianggap berdampak negatif terhadap kepribadian masyarakat pada suatu
bangsa. Karena itu sikap tersebut harus dihindari apabila seseorang hendak
melakukan suatu perubahan.

4. Hambatan Ideologis
Suatu perubahan dalam masyarakat akan sulit terjadi seandainya
berbenturan dengan ideologi atau paham yang diyakini oleh masyarakat tersebut,
Karena setiap unsur perubahan yang berkaitan dengan kepercayaan atau
keyakinan masyarakat akan ditolak sebab dianggap bertentangan dengan ideologi
mereka. Contohnya, masyarakat percaya bahwa Sebelum dilakukan pembangunan
Jalan Raya harus dilakukan ritual selamatan dahulu. Namun, perencana proyek
pembangunan tidak melaksanakan hal tersebut sehingga proyek akan ditolak
keberadaannya oleh masyarakat.

5. Prasangka (Prejudice) terhadap Hal-Hal Baru


Selain nilai nilai kepentingan, prasangka buruk (Prejudice) akan hal yang
baru bisa menghambat proses perubahan sosial. Setiap ada hal yang baru datang,
ada semacam kekhawatiran dari sebagian masyarakat yang tidak menghendaki
perubahan, kemudian beberapa orang tadi berusaha memengaruhi kelompok yang
lain. Hal tersebut harus dihilangkan seandainya seseorang akan melakukan
perubahan sosial.

11
6. Kepentingan-Kepentingan yang Tertanam Kuat (Vested Interest)
Nilai-nilai tradisional akan menimbulkan suatu kepentingan-kepentingan
kolektif yang tertanam kuat di masyarakat. Hal tersebut juga akan mengganjal
sebuah perubahan sosial sebab pada hakikatnya sebuah perubahan itu berusaha
untuk meninggalkan nilai nilai lama guna menuju pada nilai nilai yang baru yang
lebih bermanfaat serta lebih sesuai dengan keadaan yang ada dalam masyarakat.
Oleh sebab itu, seseorang yang mengharapkan suatu perubahan harus berani
membuang jauh nilai-nilai kepentingan seperti ini.

7. Sikap Masyarakat yang Tradisional


Sikap masyarakat ini lebih memihak masa lampau karena masa tersebut
merupakan masa yang penuh kemudahan menurut beberapa kelompok. Tradisi
yang berlaku sebagai warisan masa lampau tidak dapat diubah dan harus terus
dilestarikan. Hal tersebut berpotensi menghambat perubahan, terutama beberapa
kelompok yang konservatif serta ingin tetap bertahan dalam kepemimpinan
masyarakat.

8. Hakikat Hidup
Ada masyarakat yang mempunyai kepercayaan bahwa baik buruknya
kehidupan ini telah diatur. Dorongan terjadinya perubahan dan penghambat
perubahan selalu ada di setiap masyarakat, tergantung besar kecilnya kekuatan
dalam menanggapi perubahan tersebut. Seandainya dorongan lebih kuat dibanding
hambatan perubahan sosial akan terjadi. Akan tetapi, apabila hambatan lebih kuat
dibanding dorongan, perubahan akan terganjal atau tidak terjadi.

9. Perkembangan Ilmu Pengetahuan yang Terlambat


Dengan pergaulan yang terbatas, dapat dipastikan perkembangan ilmu
pengetahuan pasti akan terlambat. dan kemajuan ilmu pengetahuan sendiri bisa
ditempuh di antaranya dengan metode "learning by doing". Tidak adanya
keinginan untuk menambah wawasan di bidang ilmu pengetahuan dapat
mengakibatkan pola pikir yang terbelakang dan ketinggalan zaman, sehingga

12
muncul sebuah pandangan miring (stigma) adanya kelompok masyarakat yang
tidak mau berubah.

10. Kurangnya Hubungan dengan Masyarakat Lain


Manusia tidak pernah lepas dari hubungan dengan manusia atau
masyarakat lain dalam suatu pergaulan. Masyarakat yang sedikit berinteraksi
dengan masyarakat lain mengalami perubahan yang lamban. Hal tersebut
disebabkan masyarakat tidak mengetahui perkembangan masyarakat lain yang
dapat memperkaya kebudayaan sendiri. Mereka terkukung dalam kebudayaan
mereka dan pola pemikiran yang masih tradisional (sederhana). Contohnya suku-
suku bangsa yang masih tinggal di pedalaman.

3.3 Karakteristik Perubahan Sosial


Menurut Soerjono Soekanto, proses perubahan sosial di dalam masyarakat
dapat diketahui karena adanya ciri-ciri seperti berikut ini.
1. Tidak ada masyarakat yang berhenti perkembangannya, karena setiap
masyarakat akan mengalami perubahan-perubahan yang terjadi secara cepat
ataupun lambat.
2. Perubahan-perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan tertentu
akan diikuti dengan perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga sosial
yang lainnya, karena lembaga-lembaga tersebut memiliki sifat
interdependen. Dengan demikian sulit sekali mengisolir perubahan
perubahan hanya pada lembaga-lembaga sosial tertentu saja, karena proses
yang dimulai dan proses yang selanjutnya merupakan suatu mata rantai.
3. Perubahan-perubahan yang cepat biasanya akan menyebabkan disorganisasi
yang sifatnya sementara dalam proses penyesuaian. Disorganisasi tersebut
akan diikuti oleh suatu organisasi yang mencakup pemantapan dari kaidah-
kaidah dan nilai-nilai baru.
4. Perubahan-perubahan tidak dapat dibatasi pada bidang kebendaan atau
bidang spiritual saja, oleh karena keduanya memiliki kaitan timbal balik.

13
Secara tipologis, perubahan-perubahan sosial dapat dikategorikan sebagai berikut.

a. Proses sosial, yaitu hubungan timbal balik antara berbagai segi kehidupan
bersama, misalnya antara kehidupan ekonomi dengan kehidupan politik,
antara kehidupan hukum dengan kehidupan agama, dan lain sebagainya.
b. Segmentasi, yaitu suatu pembagian sebuah struktur sosial ke dalam segmen-
segmen atau bagian-bagian tertentu sesuai dengan kriteria yang
dimaksudkan.
c. Perubahan struktural, yaitu perubahan yang terjadi dalam sebuah susunan
yang berupa jalinan antara unsur-unsur sosial yang pokok, seperti kaidah-
kaidah sosial, lembaga-lembaga sosial, kelompok-kelompok sosial, serta
lapisan-lapisan sosial.
d. Perubahan-perubahan pada struktur kelompok, yaitu suatu perubahan yang
terjadi dalam struktur kelompok sosial, misalnya perubahan organisasi
sosial.

Beberapa ciri perubahan sosial dapat digunakan untuk mengetahui


bagaimana pengaruh dari perubahan sosial terhadap kehidupan sosial masyarakat.
Selain ciri-ciri yang ada dalam sebuah perubahan sosial, kita juga perlu
memahami karakteristik perubahan sosial. John J. Macionis menyebutkan adanya
karakteristik perubahan sosial, yaitu sebagai berikut.

1. Perubahan sosial terjadi di setiap masyarakat, kendatipun laju perubahan


sosial bervariasi. Perubahan sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat
bersahaja (hunting and gathering societies) lebih lambat dibandingkan
dengan perubahan sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat maju
atau berteknologi tinggi. Dalam kehidupan masyarakat yang sama juga
terjadi perbedaan perubahan elemen kebudayaan.

2. Perubahan sosial kerapkali berkembang pada arah yang sulit dikontrol.


Sebuah penemuan atau kebijakan baru yang disusun untuk meningkatkan
kesejahteraan sosial boleh jadi justru membuat masyarakat sengsara akibat

14
dari manipulasi dan monopoli yang dilakukan oleh kelompok tertentu
(penguasa dan pengusaha).

3. Perubahan sosial seringkali melahirkan kontroversi, terutama karena


memperoleh variasi pemaknaan yang saling bertentangan.

4. Perubahan sosial boleh jadi menguntungkan pihak-pihak tertentu, tetapi


dalam waktu yang bersamaan justru dapat merugikan pihak-pihak tertentu
yang lainnya.

Dengan memahami ciri-ciri dan karakteristik perubahan, kita dapat


mengetahui bagaimana sebenarnya perubahan tersebut memengaruhi kehidupan
sosial masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung. Namun tidak
serta merta kita dapat memastikan bahwa hanya dengan ciri-ciri dan karakteristik
tersebut, kemudian kehidupan masyarakat akan selalu berubah. Perlu juga kita
mengkaji faktor-faktor lainnya yang turut memengaruhi perubahan sosial, seperti
adanya dorongan-dorongan untuk berubah dan juga hal-hal yang menjadi dampak
atau akibat dari perubahan sosial.

3.4 Bentuk – Bentuk Perubahan Sosial

1. Perubahan Kecil

Perubahan kecil adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada unsur-


unsur struktur sosial yang tidak membawa pengaruh langsung atau berarti bagi
masyarakat. Misalnya perubahan mode pakaian, bentuk rumah, dan mainan anak
yang tidak akan membawa pengaruh yang berarti bagi masyarakat dalam
keseluruhannya.

2. Perubahan Besar

Perubahan besar adalah suatu perubahan yang berpengaruh terhadap


masyarakat dan lembaga-lembaganya, Suatu perubahan dikatakan berpengaruh
besar jika perubahan tersebut mengakibatkan terjadinya perubahan pada struktur

15
kemasyarakatan, sistem mata pencaharian, hubungan kerja, serta stratifikasi
masyarakat. Sebagaimana tampak pada perubahan masyarakat agraris menjadi
industrialisasi, perubahan ini menyebabkan pengaruh secara besar-besaran
terhadap jumlah kepadatan penduduk di wilayah industri dan mengakibatkan
adanya perubahan mata pencaharian.
Contoh Perubahan Besar adalah adanya industrialisasi. Industrialisasi
sudah merubah masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Perubahan itu
memberikan pengaruh dalam kehidupan masyarakat, seperti terlihat dalam
hubungan antarsesama. Pada masyarakat industri hubungan antar sesama lebih
didasarkan pada pertimbangan untung rugi. akan tetapi Pada masyarakat agraris,
hubungan antar sesama terbentuk sangat akrab dan menunjukkan adanya
kebersamaan, saling perduli dan gotong royong.

3. Perubahan Struktural

Perubahan ini merupakan perubahan yang sangat mendasar yang


mengakibatkan timbulnya reorganisasi dalam masyarakat. Contohnya Perubahan
sistem pemerintahan dari kerajaan menjadi republik, perubahan sistem kekuasaan
dari kolonial ke nasional.

4. Perubahan Proses

Perubahan proses adalah perubahan yang sifatnya tidak mendasar.


Perubahan ini hanya merupakan penyempurnaan dari perubahan sebelumnya.
Contohnya adalah amandemen terhadap UUD 1945 yang dilakukan oleh Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR). Amandemen yang dilakukan dengan
menambahkan dan menghapus beberapa pasal itu dimaksudkan untuk
menyempurnakan pasal-pasal yang sudah ada agar sesuai dengan keadaan
masyarakat Indonesia diwaktu kini.

5. Perubahan Lambat (Evolusi)

Perubahan secara lambat membutuhkan waktu yang cukup lama dan


biasanya melalui rentetan perubahan kecil yang saling mengikuti dengan lambat.
Pada perubahan lambat, perubahan terjadi dengan sendirinya tanpa kehendak atau

16
rencana tertentu. Masyarakat hanya berusaha menyesuaikan dengan keperluan,
kondisi dan keadaan, baru yang timbul sejalan dengan pertumbuhan masyarakat.

Perubahan ini terjadi melalui tahapan-tahapan dari yang sederhana


menjadi maju. Misalnya kehidupan masyarakat suku Kubu di Sumatra. Mereka
mengalami perubahan secara lambat, terutama dalam tempat tinggal dan mata
pencaharian hidup. Sampai saat ini suku Kubu masih menjalankan aktivitas
lamanya, yaitu meramu dan berburu untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.

6. Perubahan Cepat (Revolusi)

Perubahan revolusi ialah perubahan yang berlangsung secara cepat serta


tidak ada kehendak atau perencanaan terlebih dahulu (Astrid, Susanto, 1985,
Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial). Secara sosiologis perubahan revolusi
disebut sebagai perubahan-perubahan sosial mengenai unsur-unsur kehidupan atau
lembaga-lembaga kemasyarakatan yang berjalan cukup cepat. Pada revolusi,
perubahan bisa terjadi dengan tidak direncanakan atau direncanakan, di mana
biasanya diawali dengan konflik atau ketegangan dalam tubuh masyarakat yang
bersangkutan.
Pada umumnya, suatu perubahan dianggap sebagai perubahan cepat
disebabkan merubah sendi-sendi pokok kehidupan masyarakat, seperti ekonomi,
hubungan antarmanusia, politik, dan sistem kekeluargaan. sebuah revolusi dapat
juga berjalan dengan didahului sebuah pemberontakan. Misalnya revolusi bangsa
Indonesia dalam mencapai kemerdekaannya. Secara sosiologis, persyaratan yang
harus dipenuhi agar suatu revolusi dapat tercapai adalah sebagai berikut.
- Harus ada momentum yang tepat untuk mengadakan revolusi, yaitu saat di
mana keadaan sudah tepat dan baik untuk mengadakan suatu gerakan.
- Terdapat seorang pemimpin atau sekelompok orang yang dianggap dapat
memimpin masyarakat tersebut untuk mengadakan perubahan.
- Pemimpin itu harus dapat mewadahi aspirasi atau keinginan dari rakyat,
untuk kemudian merumuskan aspirasi tersebut menjadi sebuah program
kerja.
- Ada tujuan konkret yang bisa digapai. Artinya, tujuan itu dapat dilihat oleh
masyarakat dan dilengkapi oleh sebuah ideologi tertentu.

17
- Harus ada keinginan dari masyarakat banyak untuk melakukan perubahan.
Artinya bahwa di dalam masyarakat harus ada perasaan tidak puas
terhadap keadaan dan harus ada keinginan untuk mencapai keadaan yang
diinginkan (lebih baik).

7. Perubahan yang Dikehendaki

Perubahan bentuk ini adalah perubahan-perubahan yang diperkirakan atau


sudah direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang akan melakukan
perubahan di masyarakat. Pihak-pihak itu disebut sebagai agent of change, yaitu
seseorang atau sekelompok orang yang mendapat kepercayaan masyarakat
sebagai pemimpin dalam perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan.
Misalnya tokoh masyarakat, pejabat pemerintah, serta mahasiswa.

3.5 Aspek-Aspek Perubahan Sosial Pada Masyarakat Desa


1. Demokrasi

Gelombang reformasi total yang melanda kehidupan bermasyarakat dan


berbangsa Indonesia dewasa ini telah menimbulkan berbagai perubahan yang
mendasar dalam segala aspek kehidupan manusia yang meliputi bidang politik ,
ekonomi, hukum , budaya dan pendidikan . Dalam sistem pemerintahan telah
terjadi perubahan penyelenggaraan yang bersifat sentralistik yang menhilangkan
inisiatif atau prakarsa, kreativitas keseragaman baik pribadi maupun masyarakat,
kini kita memerlukan paradikma baru yang mampu menghidupkan dan
mendorong, serta mengaktualisasikan dan meningkatkan partisipasi masyarakat.
Kehidupan baru tersebut adalah kehidupan yang memberikan peluang kepada
setiap orang, kelompok, organisasi, masyarakat untuk berpendapat, mengambil
bagian secara aktif, sesuai dengan kapasitasnya masing- masing, namun tidak
menyimpang dari aturan-aturan yang berlaku dan falsafah hidup bangsa
Indonesia.
Proses perubahan seperti itu adalah ”Demokrasi” Sebelumnya kita
terkungkung oleh kehidupan yang serba seragam , paradigma yang sentralistik
atau terpusat yang tampak dalam segala aspek kehidupan termasuk dalam
penyelenggaraan dan pengembangan pendidikan.Sebaliknya dalam kehidupan

18
yang demokratis kita menentang segala jenis kekuasaan yang disalah gunakan .
H.A.R Tilaar (2000 ) mengemukakan bahwa, ”Kehidupan demokrasi adalah
kehidupan yang menghargai akan potensi individu, yaitu individu yang berbeda
dan individu yang mau hidup bersama.”
Demokrasi bukan hanya masalah prosedur atau susunan pemerintahan ,
akan tetapi merupakan masalah internalisasi nilai-nilai. Nilai – nilai dalam
demokrasi adalah nilai-nilai yang mengakui kehormatan dan martabat
manusia.Kehidupan demokratis tidak akan berkembang jika segala bentuk
kehidupan ditentukan oleh penguasa atau mereka yang memiliki power dari atas.
Konsekwensi dari kehidupan demokrasi adalah partisipasi dari segenap lapisan
masyarakat tanpa pandang suku , agama, budaya, adat istiadat dan sebagainya.

2. Globalisasi

Memasuki abad XXI manusia dihadapkan pada berbagai tantangan yang


ditandai oleh pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan
tehnologi,kompleksitas masalah kesejahteraan material dan spiritual, serta
perubahan sosial yang semakin cepat. Globalisasi terjadi dalam berbagai bidang
kehidupan, seperti politik, ekonomi, budaya dan tehnologi. Sunaryo
Kartadinata (2000) mengemukakan kehidupan masyarakat global ditandai dengan
kehidupan yang interdependent, interconnected, dan networking.

Interdependent artinya kehidupan yang saling tergantung, saling membutuhkan


antara negara dan bangsa yang satu dengan bangsa / negara yang lainnya.
Interconnected artinya adanya saling berhubungan antara negara/ bangsa yang
satu dengan negara/bangsa lain dalam berbagai aspek kehidupan
Networking artinyanegara/bangsa yang satu dengan yang lainnya memiliki
jaringan yang sangat erat dan dekat sehingga menghilangkan batas-batas negara /
bangsa tersebut.
Menurut Umar Tirtaraharja (2000) istilah globalisasi berasal dari
kata global yang artinya secara umumnya utuhnya kebulatanya bermakna bumi
sebagai satu keutuhan seakan-akan tanpa batas administrasi negara, dunia menjadi
amat trasparan serta saling ketergantungan antar bangsa di dunia semakin
besar.Kehidupan global memungkinkan manusia untuk dapat menggunakan

19
berbagai fasilitas yang tersedia., seperti tehnologi canggih, belajar, berkomunikasi
dan bertukar informasi melalui internet.
Sunaryo Kartadinata ( 2000 ) mengemukakan, ”Kehidupan global telah
berdampak positif, karena telah meningkatkan harapan manusia akan setatus dan
mutu kehidupan yang lebih baik serta menempatkan penguasaan pengetahuan dan
ketrampilan serta kemampuan berkomunikasi sebagai piranti utama untuk
mewujudkan harapan tersebut.” Globalisasi juga menimbulkan dampak negatif,
terutama bagi individu atau masyarakat yang belum siap untuk menghadapi
kehidupan tersebut, globalisasi mungkin akan menimbulkan berbagai persoalan
yang lebih kompleks serta sulit diatasi.
Emil Salim ( 1990 ) mengemukakan terdapat empat kekuatan gelombang
globalisasi yang kuat dan menonjol daya dobraknya yaitu
1. Bidang iptek yang mengalami perkembangan yang semakin cepat, utamanya
dengan menggunakan berbagai tehnologi canggih, seperti komputer dan
satelit. Kekuatan pertama gelombang globalisasi ini membuat bumi seakan-
akan menjadi sempit dan transparan.
2. Bidang ekonomi yang mengakar ke ekonomi regional dan atau ekonomi
global tanpa mengenal batas-batas negara.
3. Bidang lingkungan hidup telah menjadi bahan pembicaraan dalam berbagai
pertemuan internasional yang puncaknya pada Konferensi Tingkat
Tinggi ( KTT ) bumi atau nama resminya Konferensi PBB mengenai
Lingkungan Hidup dan Pembangunan ( UNCEF ) pada bulan Juni 1992 di
Rio de Jeneiro Brasil .
4. Bidang pendidikan dengan kaitannya dengan identitas bangsa, termasuk
budaya nasional dan budaya-budaya nusantara.
5. Jika kita cermati, aspek globalisasi merupakan aspek yang memberikan
pengaruh yang sangat besar terhadap perubahan sosial pada umumnya dan
terhadap pendidikan pada khususnya. Sebagai sumber daya manusia yang
bergerak dibidang pendidikan, kita hendaknya tanggap terhadap tuntutan
global tersebut.
6. Perkembangan Ilmu Pengetahuan Dan Tehnologi, Tehnologi banyak
menghasilkan perangkat, seperti alat transportasi, telekomunikasi, komputer

20
dan peralatan perang perkembangan ilmu pengetahuan terkait dengan
landasan ontologis, epistemologis, dan eksiologisnya. Landasan
ontologis mengkaji objek ilmu itu sendiri. Objek ilmu adalah segala sesuatu
yang dapat dijangkau oleh alat indra atau melalui pengalaman manusia.
Landasan epistemologis mengkaji metodeyang digunakan untuk memperoleh
pengetahuan yang disebut ilmu atau yang lazim disebut metode ilmiah. Redja
Mudyahardjo (1998 ) mengemukakan karakteristik metode ilmiah sebagai
berikut
a. Tonggak Aristoteles

Aristoteles sebagai bapak ilmu memandang penyelidikan ilmiah


sebagai suatu gerak maju dari kegiatan observasi, menuju pada penyusunan
prinsip umum dan kembali pada observasi.

b. Tonggak Francis Bacon

Francis Bacon menerima teori Aristoteles tentang prosedur ilmiah ,


namun sekaligus ia mengkritik secara keras prosedur ilmiah tersebut.
Menurutnya Aristoteles dan pengikutnya mempraktekkan suatu pengumpulan
data yang serampangan, tidak cermat, cara menggeneralisasikan yang
dilakukan kaum Aristoteles terlampau terburu- buru berdasarkan sedikit
observasi dan mendasarkan induksi pada penjumlahan sederhana. Atas dasar
itu Bacon menekankan pentingnya penggunaan instrumen- instrumen ilmiah
dalam pengumpulan data

c. Tonggak ke tiga ( Perkembangan dalam Abad XIX )

Tokoh dari abad ini antara lain John Stewart Mill ( 1806-1873 ). Mill
merumuskan tehnik-tehnik induktif untuk menilai hubungan antar kesimpulan
dengan evidensi ( bukti-bukti ) atau hal-hal yang menjadi sumbernya. Ia
mengemukakan aturan-aturan pembuktian hubungan sebab akibat.

21
Tonggak Keempat ( Perkembangan Abad XX )

Tokoh dari perkembangan abad XX antara lain Percy Williams


Bridgeman (1882-1961). Ia memperjuangkan sebuah orientasi metodologis
yang dikenal sebagai operasionalisme, yaitu metode yang lebih menekankan
kecenderungan penelitian yang menggunakan pengukuran secara operasional.
Operasionalisme yaitu sebuah pandangan yang menyatakan bahwa ilmu
eksperimental hanya berhubungan dengan sifat-sifat yang nilainya dapat
diukur.
Landasan ontologis berkaitan dengan hakikat nilai atau manfaat ilmu
baik secara teoritis maupun secara praktis. Perkembangan ilmu pengetahuan
dan tehnologi tersebut berdampak positif maupun negatif, bergantung pada
persiapan individu atau masyarakat beserta kondisi sosial budayanya untuk
menerimanya karena pada prinsipnya ilmu pengetahuan dan tehnologi bersifat
netral. Segi positifnya antara lain jika individu atau masyarakat sudah siap
menerimanya manusia menggunakan secara tepat untuk tujuan-tujuan yang
positif, maka akan memudahkan meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Segi
negatifnya timbul apa bila individu atau masyarakat belum siap menerima
perkembangan ilmu dan tehnologi. Sebagai contoh , penemuan ilmu
pengetahuan dan tehnologi dibidang reproduksi yang disalah gunakan oleh
manusia itu sendiri.
Jika manusia menerima temuan itu tanpa mempertimbangkannya
dengan kondisi sosial budaya, nilai-nilai, keyakinan, serta moral dan kaidah-
kaidah agama, maka lahirnya ilmu bukan hanya akan menimbulkan gejala
dehumanisasi, tetapi bahkan kemungkinan mengubah hakikat kemanusiaan itu
sendiri.Menghadapi kenyataan seperti itu maka dalam aplikasinya ilmu tidak
bisa bebas nilai, artinya penerapan hasil-hasil temuan harus
mempertimbangkan kesesuaiannya dengan norma-norma masyarakat dan
norma-norma agama.

22
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Dari hasil makalah ini dapat ditarik kesimpulan yaitu perubahan sosial
dapat disimpulkan bahwa perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi akibat
adanya ketidaksesuaian diantara unsur-unsur yang saling berbeda yang ada dalam
kehidupan sosial sehingga menghasilkan suatu pola kehidupan yang tidak serasi
fungsinya bagi masyarakat yang bersangkutan.
Selain itu kesimpulan yang dapat penulis temukan dari makalah ini adalah
setiap masyarakat senantiasa berada dalam proses sosial, dengan kata lain
perubahan-perubahan sosial merupakan gejala yang melekat di setiap masyarakat
dapat diketahui dengan membandingkan keadaan masyarakat pada suatu waktu
tertentu dengan keadaannya pada masa lampau.
Tidak ada satu pun perubahan sosial yang tidak membawa pengaruh bagi
masyarakat. Perubahan sosial akan membawa pengaruh positif bagi kehidupan
masyarakatnya, tetapi juga berdampak negatif. Dampak atau akibat dari
perubahan sosial yaitu semakin kompleksnya alat dan perlengkapan dalam
memnuhi kebutuhan hidup,majunya teknologi diberbagaibidang kehidupan,
industri berkembang maju, tercipta stabilitas politik,meningkatkan tarap hidup
masyarakat, dan sebagainya.
4.2. Saran
Dari pembahasan mengenai perubahan sosial ini, kami menyarankan agar
masyarakat desa mampu mengenali karakteristik desanya agar mampu mengikuti
perubahan sosial tanpa mengubah struktur desa tersebut. Sehingga unsur dari desa
tersebut tidak hilang dan masih mampu mempertahankan aspek-aspek yang ada
dalam desa tersebut.

23
DAFTAR PUSTAKA

Wiryawanzudi. 2011. Faktor pendorong perubahan sosial


.https://wiryawanzudi.wordpress.com/tugas-tugas/data-ips/faktor-pendorong-
perubahan-sosial/. Diakses 8 juni 2018.

Belajarpsikologi. 2013. Pengertian perubahan sosial


http://belajarpsikologi.com/pengertian-perubahan-sosial/. Diakses 8 juni 2018.

Siswapedia. 2013. Ciri-ciri dan karakteristik perubahan


sosial.https://www.siswapedia.com/ciri-ciri-dan-karakteristik-perubahan-sosial/
diakses 8 juni 2018.

Markijar. 2016. 8 bentuk bentuk perubahan sosial (lengkap dengan contoh).


Http://www.markijar.com /2016/08/8-bentuk-bentuk-perubahan-sosial.html.
Diakses 7 juni 2018.

Markijar. 2016. 10 faktor penghambat perubahan sosial dan


contohnya.http://www.markijar.com/ 2016/08/10-faktor-penghambat-perubahan-
sosial.html diakses 8 juni 2018.

Rudi, fedelis. 2014. Aspek-aspek penyebab perubahan


sosial.http://fedelisrudi.blogspot.com /2014/05/aspek-aspek-penyebab-perubahan-
sosial.html.diakses 6 juni 2018.

Waluya, Bagja. Sosiologi 3. 2009. Menyelami Fenomena Sosial di Masyarakat Untuk


Kelas XII. Jakarta : Pusat Perbukuan Depdiknas.

Veeger, Karel J, dkk. 1997. Pengantar Sosiologi. Jakarta : Victory Jaya Abadi.
Giddens, Anthony, dkk. 2009. Sosiologi Sejarah dan Berbagai Pemikirannya.
Yogyakarta : Kreasi Wacana.

24

Anda mungkin juga menyukai