NIRM. 04.1.16.0841
2018
Nama : Nidia Qurrota A’yunin
NIRM : 04.1.16.0841
Jurusan : Penyuluhan Pertanian
Judul Laporan : Pengolahan Keripik Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus)
Di Perusahaan Keripik Jamur Tiram Alfian Snack Kabupaten
Bandung Barat
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Dengan memanjatkan puji beserta syukur kehadirat Allah SWT. atas limpahan
rahmat dan anugerah dari-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kerja
Lapangan (PKL) I yang berjudul “Manajemen Pengolahan Keripik Jamur Tiram Putih
(Pleurotus ostreatus) di Perusahaan Keripik Jamur Tiram Alfian Snack Kabupaten
Bandung Barat” tepat pada waktunya. Tentunya laporan ini tidak akan tersusun
dengan baik tanpa motivasi, serta dukungan dari banyak pihak. Maka dari itu, pada
kesempatan ini penulis bermaksud untuk mengucapkan terimakasih atas bantuan
dan bimbingannya kepada yang terhormat :
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJAUN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAH
Latar Belakang
Tujuan
Manfaat
TINJAUAN TEORITIS
METODE PELAKSANAAN
Materi Kegiatan
Tahapan Pelaksanan
Profil Perusahaan
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Latar Belakang
Jamur tiram (Peurotus ostreatus) adalah salah satu jamur kayu yang tidak
asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Jamur tiram ini merupakan jenis jamur yang
banyak dibudidayakan oleh petani jamur di Indonesia. Terlepas dari hal tersebut,
faktanya tidak sedikit juga masyarakat yang masih awam terhadap keberadaan
salah satu komoditas pertanian ini. Padahal sebagai bahan pangan, jamur tiram
mempunyai tekstur dan cita rasa yang spesifik. Jamur merupakan salah satu bahan
pangan yang mempunyai nilai gizi, yaitu sekitar 34 – 89% (Rismunandar, 1984).
Dengan kandungan protein yang cukup tinggi dan kandungan lemak yang rendah,
jamur memiliki manfaat bagi orang yang mengkonsumsinya agar terhindar dari
resiko terkena stroke, mencegah timbunya penyakit darah tinggi, jantung, serta
diabetes. Akan tetapi, mengingat jamur merupakan bahan pangan yang mudah
rusak, cepat layu dan membusuk setelah pemanenan apabila tidak ditangani dengan
tepat, membuat daya konsumsinya tergolong rendah. Maka dari itu, untuk
meningkatkan daya konsumsi terhadap jamur tiram, diperlukan penanganan pasca
panen yang tepat agar produk jamur dapat tetap dinikmati dalam waktu yang lama.
Dengan sifat produk yang lebih tahan lama, tentunya dapat meningkatkan daya jual
jamur tiram dari hanya sekedar dijual dalam bentuk segar.
Dewasa ini olahan pasca panen jamur yang populer ialah Jamur Crispy yang
dibuat dengan balutan tepung sehingga menambah rasa tersendiri pada olahan
jamur. Akan tetapi pengolahan dengan metode ini belum mampu meningkatkan
daya tahan jamur agar tetap tahan lama karena pada produk masih terdapat
kandungan air yang membuat produk lembab dan membuatnya tidak tahan lama.
Metode ini juga dinilai kurang sehat karena dapat menaikkan kadar karbohidrat dan
lemak pada produk karena belum dilakukan pengeringan dari minyak hasil
menggoreng. Jamur tiram yang diolah dengan baik dengan tujuan meningkatkan
ketahanan produk serta dikemas dalam balutan wadah yang menarik dapat menjadi
peluang usaha. Terlebih dewasa ini, masyarakat lebih senang dengan produk-
produk instan dan praktis.
Berdasarkan uraian tersebut, penulis bermaksud untuk melaksanakan
Praktik Kerja Lapangan yang berkaitan dengan kegiatan pasca panen pada
komoditas jamur tiram, mulai dari penanganan setelah panen hingga menjadi produk
olahan jamur yang sehat dan aman dikonsumsi. Maka dari itu penulis memilih judul
“Pengolahan Keripik Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) di Perusahaan Keripik
Jamur Tiram Alfian Snack Kabupaten Bandung Barat ” untuk dilaksanakan pada
Praktik Kerja Lapangan I.
Tujuan
Adapun tujuan dilaksanakannya Praktik Kerja Lapangan (PKL) I ini,
diantaranya :
Manfaat
Adapun manfaat dilaksanakannya Praktik Kerja Lapangan (PKL) I ini,
diantaranya :
Pangsa pasar jamur yang mulai meluas menjadi peluang bagi petani untuk
melakukan usaha agribisnis pada subsistem agroproduksi dan agroindustri. Proses
budidaya yang relatif mudah serta biaya usaha yang relatif rendah menjadi salah
satu solusi potensi usaha pertanian.
Kingdom : Fungi
Filum : Basidiomycota
Kelas : Homobasidiomycetes
Ordo : Agaricales
Family : Tricholomatacea
Genus : Pleurotus
Spesies : P. ostreatus
Morfologi Jamur Tiram
Bentuk morfologi jamur bervariasi, mulai dari yang sangat sederhana yaitu
terdiri atas satu sel (pada khamir/yeast), bentuk serat atau miselia (misalnya jamur
tempe atau oncom), bentuk tubuh buah (misalnya jamur merang, jamur kancing,
jamur shitake, bentuk bilah, bunga karang, payung sampai kulit kerang (tiram),
sehingga masyarakat menyebutnya jamur tiram (Suriawiria, 2002).
Menurut Soenanto (2001), jamur tiram putih atau white mushroom juga
dikenal dengan istilah jamur shimeji (Jepang). Sesuai dengan namanya jamur ini
memiliki tudung atau buah yang bewarna putih susu, dan diameter tudung jamur
dewasa 4 - 15 cm atau lebih, bentuk seperti tiram, cembung kemudian menjadi rata
atau kadang - kadang membentuk corong, permukaan licin, agak berminyak ketika
lembab, tetapi tidak lengket, warna bervariasi dari putih sampai abu - abu, coklat,
atau coklat tua (kadang - kadang kekuningan pada jamur dewasa), tepi menggulung
kedalam, pada jamur muda sering bergelombang atau bercuping. Daging tebal,
bewarna putih kokoh, tetapi lunak pada bagian yang berdekatan dengan tangkai.
Bilah cukup berdekatan, lebar, warna putih keabuan dan sering kali berubah menjadi
kekuningan ketika dewasa. Tangkainya pendek kokoh, dan tidak ditengah atau
lateral (tetapi ada juga dipusat), panjang 0,5 – 0,4 cm, pada umumnya berambut
atau berbulu kapas paling sedikit di dasar. Warna spora putih sampai ungu atau
abu-abu keunguan, berukuran 7 - 9 x 3 - 4 mikron, bentuk lonjong, dan licin.
Manfaat Jamur Tiram
Jamur memiliki berbagai manfaat yaitu sebagai makanan, menurunkan
kolesterol, sebagai antibakterial dan anti tumor, serta dapat menghasilkan enzim
hidrolisis dan enzim oksidasi. Selain itu, jamur tiram juga dapat berguna dalam
membunuh nematode. Di dalam jamur terkandung senyawa imunomodulator yakni
beta-glucan yang sangat berkhasiat untuk kesehatan manusia. Penelitian mengenai
manfaat jamur ini dilakukan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
(BPPT).
Komposisi %
1 Protein 27
2 Karbohidrat 58
3 Abu 9,3
4 Lemak 1,6
5 Serat 11,5
6 Kalori 265,5 kl
Pasca panen merupakan salah satu dari subsistem agribisnis, dimana proses
ini dikategorikan ke dalam agroindustri. Agroindustri adalah pengolahan hasil
pertanian dan karena itu agroindustri merupakan bagian dari enam subsistem
agribisnis yang disepakati selama ini yaitu subsistem penyediaan sarana produksi
dan peralatan, usaha tani, pengolahan hasil (agroindustri), pemasaran, sarana dan
pembinaan (Soeharjo 1991). Agroindustri adalah fase pertumbuhan setelah
pembangunan pertanian, tetapi sebelum pembangunan tersebut memulai ke
tahapan pembangunan industri. Jadi setelah pembangunan pertanian diikuti oleh
pembangunan agroindustri kemudian pembangunan industri (Manalili dan Sajise
1996). Agroindustri dapat digolongkan menjadi 4 yang meliputi : agroindustri
pengolahan hasil pertanian, agroindustri yang memproduksi peralatan dan mesin
pertanian, agroindustri input pertanian (pupuk, pestisida, herbisida dan lain-lain)
dan, agroindustri jasa sektor pertanian (Sarigih 2000).
Pemanenan Jamur tiram harus dilakukan pada saat yang tepat agar
diperoleh kualitas jamur yang benar-benar baik. Ciri - ciri jamur yang sudah siap
panen, adalah:
1. Tudung jamur belum mekar penuh (ditandai pada bagian tudung jamur masih
terlihat utuh / belum pecah-pecah),
2. Warna belum pudar,
3. Spora belum dilepaskan,
4. Tekstur masih kokoh dan lentur,
5. Ukuran jamur yang siap panen rata-rata berdiameter 5 – 10 cm.
1. Lakukan seleksi / penyortiran jamur pisahkan jamur yang rusak dengan jamur
yang baik, jamur yang baik memiliki ciri-ciri besar, kering, putih bersih dan
bebas dari hama penyakit.
2. Lakukan pengepakan, Masukkan jamur yang telah disortir kedalam kantong
plastik (sesuaikan ukuran plastik dengan kebutuhan konsumen) atau dapat
menggunakan cawan styrofoam dan ditutup dengan plastik film.
3. Jika dibutuhkan penyimpanan sementara masukkan kemasan jamur tiram
kedalam pendingin / kulkas pada suhu 10 – 15̊ c, untuk menjaga kesegaran
jamur dan menambah masa simpan.
4. Untuk memberikan nilai ekonomi lebih selain dipasarkan kemasan segar jamur
dapat diolah menjadi berbagai macam makanan olahan seperti pepes jamur,
sate jamur, sop jamur, keripik jamur, dendeng jamur dll.
Cara ini disebut pengawetan segar karena jamur disimpan dalam keadaan
basah dan tidak dimasak. Disini jamur diawetkan dengan bantuan natrium bisulfit 0,1
- 0,2%. Dosis itu masih dibawah aturan Departemen Kesehatan yang mensyaratkan
pemakaian pengawet kimiawi maksimal 0,3% (di bawah 3.000 ppm). Natrium bisulfit
dipakai karena bersifat anti mikroba dan menghambat proses perubahan warna
jamur dari putih menjadi kecokelatan akibat reaksi enzim polifenolase pada jamur
karena pengaruh udara.
2. Pengalengan
Jamur yang dikalengkan memiliki daya simpan selama dua tahun tanpa
terjadi perubahan rasa, warna dan bau. Tahap pertama dalam proses pengalengan
sama dengan pengawetan segar. Setelah direbus dan ditiriskan, jamur dimasukan
ke dalam kaleng bersama-sama air dingin yang matang, natrium bisulfit dan garam
secukupnya.
Kaleng yang masih terbuka tutupnya itu kemudian direbus di panci dengan
air mendidih selama 5 - 10 menit agar udara dalam kaleng keluar. Setelah itu kaleng
ditutup dan disterilisasi dengan cara merebus kaleng selama 35 menit pada suhu
100̊ C. Setelah dingin, baru disimpan.
3. Irradiasi
Jamur tiram yang sudah bersih dikemas dalam wadah kemudian ditutup
plastik polietilen. Jamur dalam wadah kemudian diirradiasi dengan sinar gamma
cobalt 60. Teknik ini bisa mengawetkan jamur satu bulan. Kesulitannya, petani harus
menghubungi Batan (Badan Tenaga Atom Nasional) untuk "menyinari" jamurnya.
4. Pengeringan
Berbagai macam olahan jamur seperti tumis jamur, sate jamur, rending
jamur, keripik jamur, keripuk jamur merupakan bentuk produk turunan dari jamur
segar yang dapat meningkatkan nilai jual jamur itu sendiri.
Salah satu olahan jamur yang memasyarakat, praktis, dan tahan lama adalah
keripik jamur. Keripik dari bahan jamur memiliki nilai lebih dari sisi kesehatan karena
jamur memiliki nutrisi lebih dan tidak menimbulkan efek bagi kesehatan.
a. Jamur segar dicuci dan . Pengeringan cara manual dan dalam kondisi segar
terkadang menghasilkan banyak remah). Maka bisa dilakukan pengukusan
sebentar selama 10 menit lalu keringkan. Pengering dengan skala besar
dapat menggunakan mesin driyer.
b. Lakukan pemipihan dengan memukul jamur yang akan digunakan keripik
sehingga permukaannya datar dan sama. Terutama bagian batang yang
tebal. Pemipihan bisa dilakukan manual dengan menggunakan palu atau
ulek ulek. Pemipihan dimaksudkan agar saat digoreng keripik tetap kering.
Terkadang bagian yang tidak pipih membuat jamur lembab karena
kandungan air tidak hilang saat digoreng.
c. Penirisan dimaksudkan agar hasilnya maksimal tidak berminyak. Alat peniris
(mesin tapis minyak) dalam skala besar bisa menjadi alternatif.
Materi Kegiatan
Berikut materi kegiatan yang dilaksanakan pada Praktik Kerja Lapangan
(PKL) I :
No Tanggal Kegiatan
1 5 – 7 Februari 2018 Survei lokasi PKL I
2 9 Februari 2018 Pembekalan dan pengarahan PKL I
3 10 – 13 Februari 2018 Bimbingan dan pengajuan proposal PKL I
4 14 – 15 Februari 2018 Bimbingan teknis pelaksanaan PKL I
5 17 – 18 Februari 2018 Persiapan dan pemberangkatan ke lokasi
6 19 Februari – 19 Maret Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan
2018
7 20 Maret 2018 Ujian laporan hasil Praktik Kerja Lapangan
Survei dilaksanakan oleh panitia PKL I, tempat yang kunjungi sebagai calon
lokasi PKL merupakan perusahaan yang bergerak di bidang agribisnis yang dinilai
memiliki integrasi dengan program Praktik Kerja Lapangan (PKL) I tauun 2018.
Perusahaan yang dipilih merupakan perusahaan skala menengah ke atas, memiliki
jangkauan pemasaran cukup luas, dan memiliki citra baik di masyarakat dan
konsumen.
5. Pelaksanaan
Profil Perusahaan
Visi :
1. Menjadikan salah satu produk camilan sehat untuk dikonsumsi oleh semua
kalangan ( anak – anak sam pai lansia)
2. Menjadi produk camilan yang paling hits dan laris di seluruh kota Indonesia
dan manca negara.
Misi :
Owner
Iwan Kustiawan
2. Tahapan produksi
Untuk menghasilkan produk keripik jamur tiram yang kering, renyah, dan
tahan lama, Alfian Snack memiliki alur produksi sebagai berikut :
Bahan Baku
Penyuwiran
Pengukusan
Pencucian
Penirisan
Pengadonan
Penirisan
Penggorengan Matang
Penirisan (Spinner)
Pembumbuan
Pengemasan
Bahan baku pembuatan keripik jamur tiram merupakan jamur tiram segar
dengan kriteria tudung jamur yang lebar dan batang tidak terlalu besar. Jamur
dengan kriteria tersebut sangatlah diutamakan karena pada saat diolah, batang
jamur yang besar cenderung matang lebih lama, hal tersebut dapat membuat keripik
tidak matang secara seragam. Pada pemilihan bahan baku juga diperhatikan
kelembaban jamur tiram. Jamur tiram yang terlalu lembab, ditandai dengan bobot
lebih berat, warna putih – kuning bening kurang dianjurkan untuk dijadikan olahan
keripik jamur tiram, kandungan air yang terlalu banyak membuat tekstur jamur rusak
sehingga pada saat proses penggorengan tidak akan mekar sempurna. Jamur tiram
dengan kondisi kering – segar, ditandai dengan dengan tudung lebar kokoh, tidak
layu, dan berwarna putih pekat. Jamur dengan kondisi seperti ini sangat bagus untuk
dijadikan keripik jamur tiram karena strukturnya yang kuat membuat jamur tidak
mudah rusak, tetap utuh serta dapat mekar dan kering sempurna setelah penirisan
kedua.
b. Penyuwiran
d. Pencucian
Jamur tiram yang telah dikukus dipindahkan ke dala wadah besar untuk
selanjutnya dicuci di air mengalir. Tujuan pencucian ini antara lain untuk
mempercepat proses pendinginan jamur, serta membersihkan lendir dan kotoran
yang masih menempel pada jamur. Pencucian dilakukan sampai air yang mengalir
terlihat bersih dan suhu jamur hasil pengukusan dingin.
f. Pembuatan adonan
Jamur tiram yang telah ditiriskan dan diremahkan kemudian diberi telur dan
diaduk sampai setiap bagiannya terlumuri. Adapun adonan tepung yang digunakan
adalah adonan kering yang teridiri dari tepung terigu dan tepung beras dengan
perbandingan 5:1. Jamur yang telah terlumuri telur dimasukkan kedalam adonan
tepung sampai setiap bagiannya terbalut. Pemberian telur dan tepung ini bertujuan
untuk memberikan lapisan pada jamur agar lebih mekar, kering, dan meratakan
pematangan pada saat proses penggorengan.
Gambar 8. Pembuatan adonan lapisan keripik jamur
g. Penggorengan ½ matang
i. Penggorengan matang
k. Pembumbuan
Keripik jamur tiram yang sudah dibumbui dikemas dalam kemasan pouch berbahan
plastic dan aluminium foil agar produk dapat tahan lebih lama. Dengan teknik
pengolahan dan pengemasan yang baik, menjadikan produk keripik jamur tiram ini
bisa tahan sampai satu tahun.
A. Biaya Investasi
Harga Satuan
No Peralatan Volume Jumlah (Rp)
(Rp)
1 Wajan 3 100.000 300.000
2 Panci kukus 2 60.000 120.000
3 Saringan 3 17.000 51.000
4 Kompor 2 tungku 1 540.000 540.000
5 Tabung gas 3 140.000 420.000
6 Kontainer 3 55.000 165.000
7 Timbangan Digital 1 150.000 150.000
8 Sealer 1 240.000 240.000
9 Toples 6 15.000 90.000
10 Baskom stainless 1 30.000 30.000
11 Mesin Spinner 1 450.000 450.000
12 Tampah 2 30.000 60.000
13 Gunting 1 15.000 15.000
14 Spatula 1 15.000 15.000
Jumlah 2.646.000
A. Biaya Operasional
1. Biaya tetap
R/C
*Setiap Rp. 1 yang dikeluarkan untuk usaha ini, menghasilkan penerimaan sebesar
Rp. 1,27 sehingga usaha ini layak untuk dijalankan.
BEP
Biaya Tetap
BEP Penjualan : Biaya Variabel
1−( )
Penjualan
1.400.125
: 4.233.000
1−( )
7.200.000
: 3.333.630,952
Bila harga keripik jamur yang diproduksi ≤ Rp. 3.333.630,952 / bulan, maka akan
mengalami kerugian. Aka tetapi apabila herga keripik jamur yang diproduki ≥ Rp.
3.333.630,952 / bulan, maka akan mengalami keuntungan.
Biaya Tetap
BEP Volume Produksi : Biaya Variabel x Harga Satuan
Harga Satuan−( )
Penjualan
1.400.125
: 4.233.000 x 15.000
15.000−( )
7.200.000
: 226,51
Titik impas dari keripik jamur yang dihasilkan adalah 226 bungkus. Hasil 226 ini
merupakan jumlah produksi minimal yang harus dihasilkan perusahaan agar tidak
mengalami kerugian.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Proses pengolahan jamur tiram putih menjadi keripik jamur tiram cukup
sederhana akan tetapi membutuhkan ketelitian pada beberapa tahapan
proses. Adapun proses pengolahan terdiri dari penyuwiran, pengukusan,
pencucian, penirisan, pembuatan adonan, penggorengan ½ matang,
penirisan, penggorengan matang, penirisan (spinner), pembumbuan, dan
pengemasan.
2. Kendala utama yang dialami dalam pengolahan jamur tiram menjadi
keripik jamur ini ialah pada ketersediaan bahan baku dengan harga yang
fluktuatif dan keberadaannya yang cukup langka. Akan tetapi hal ini
dapat diatasi dengan menjalin kerjasama dengan petani jamur yang
dapat memasok bahan baku secara berkelanjutan. Hal ini dapat menjaga
kelangsungan usaha agar dapat tetap berproduksi.
3. Setelah melaksanakan Praktik Kerja Lapangan ( PKL 1 ) ini, dapat
diketahui prospek usaha pengolahan jamur tiram menjadi keripik jamur
tiram ini sehingga dapat disusun perencanaan bisnis serta analisis
finansial pengolahan keripik jamur tiram.
Saran