KAMABOKO
A. TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan dari praktikum Teknologi Daging dan Ikan Acara I Kamaboko
adalah untuk mempelajari jenis pati (tepung terigu, tepung maizena, dan
tepung tapioka) dan konsentrasi curdlan (nutrijel) terhadap kualitas
organoleptik produk akhir kamaboko.
B. TINJAUAN PUSTAKA
Ikan dan produk perikanan merupakan bahan pangan yang mudah
rusak (perishable food). Oleh karena itu perlakuan yang benar pada ikan
setelah ikan ditangkap sangat penting peranannya. Mutu kesegaran dapat
mencakup rupa atau kenampakan, rasa, bau, dan juga tekstur yang secara
sadar ataupun tidak sadar akan dinilai oleh pembeli atau pengguna dari
produk tersebut (Milo dkk, 2013).
Salah satu produk olahan berbasis ikan ialah kamaboko. Kamaboko
merupakan produk makanan tradisional Jepang dari hasil olahan daging ikan
berbentuk gel, yang bersifat kenyal dan elastis. Bahan baku yang digunakan
pada pembuatan kamaboko adalah daging ikan. Hampir semua jenis ikan
dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku, tetapi kekuatan gel atau kekenyalan
dan elastisitasnya bervariasi menurut jenisnya. Ikan yang digunakan harus
mempunyai kandungan protein yang sesuai untuk pembentukan gel
kamaboko dan harus mempunyai tingkat kesegaran yang tinggi. Bahan baku
kamaboko ialah bahan daging ikan giling atau surimi yang diberi tambahan
pati, garam, dan bumbu-bumbu lainnya untuk menunjang aspek sensorisnya.
Daging ikan cincang ikan yang hancur (atau surimi mentah) menjadi sol
kental atau pasta saat digiling atau dihaluskan dengan garam. Pasta semacam
itu tidak dapat diperoleh di tanpa adanya garam bahkan jika penghalusan
dilakukan selama berjam-jam. Fungsi utama dari garam adalah untuk
membantu melarutkan protein myofibrillar untuk meningkatkan pembentukan
gel. Myosin dan actomyosin memiliki peran dominan dalam gelasi surimi dan
menunjukkan jenis spesifitas tertentu yang berkaitan dengan sifat glassy
(Suryono dkk, 2013).
Nilai gizi, surimi dianggap rendah kolesterol, rendah lemak, dan
rendah sodium yang merupakan kunci untuk meningkatkan permintaan pasar.
Surimi umumnya diperoleh dari otot ikan putih baik berdasarkan karakteristik
keputihan dan tekstur yang paling penting dari surimi dan produk gel yang
dihasilkan. Untuk memperoleh tekstur yang tepat dalam produk surimi, perlu
untuk meningkatkan proses gelasi protein ikan, karena sifat fungsional gel
dari surimi seperti warna, kapasitas menahan air, kelembaban, kekuatan gel,
dan lain-lain merupakan aspek penting untuk penerimaan produk berbasis
surimi oleh konsumen. Untuk memenuhi tekstur, bahan harus ditambahkan ke
surimi yang mengubah sifat tekstur dan mobilitas air dari surimi. Sifat gel
dipengaruhi bukan hanya oleh kualitas daging cincang, tetapi juga oleh
berbagai bahan yang ditambahkan. Putih telur merupakan bahan aditif umum
untuk mengubah sifat-sifat tekstur yang dihasilkan gel. Fungsi dari putih telur
adalah sebagai inhibitor enzim untuk menghambat tahap "modori" (fenomena
pelunakan gel) selama pemanasan. Proses gelasi untuk membuat produk lebih
elastis (Jafarpour, et al., 2012).
Dalam praktikum pembuatan kamaboko digunakan pula bahan lain
seperti agar, tepung terigu, maizena, dan tapioka. Secara kimiawi, agar
merupakan senyawa polisakarida berantai panjang yang dibangun oleh
agarosa dan agaropektin secara berulang dan dikandung oleh makroalga
(rumput laut). Agar memiliki daya gelasi yang cukup kuat. Oleh sebab itu
agar memiliki fungsi utama sebagai bahan pemantap, penstabil, pengemulsi,
pengental, pengisi, pembuat gel dan lain-lain. Agar banyak dimanfaatkan
dalam berbagai industri seperti makanan dan minuman, farmasi, kosmetik,
kertas, tekstil, fotografi, pasta gigi dan industri lainnya (Widyastuti, 2009).
Sodium tripoliphospat memiliki rumus kimia Na5P3O10 atau di pasaran
dikenal sebagai STPP. STPP merupakan bahan tambahan yang dapat
mengenyalkan bakso. Penggunaan STPP sampai sekarang tidak dilarang oleh
Departemen Kesehatan RI. STPP dapat menurunkan penyusutan makanan,
meningkatkan daya mengikat air dan bersifat sebagai antioksidan. Garam
merupakan bahan tambahan lain yang dapat meningkatkan daya mengikat air,
menstabilkan emulsi daging dan menambah citarasa. Penggunaan garam
dengan penambahan STPP secara sinergis dapat meningkatkan daya mengikat
air. Penambahan fosfat alkali yang dicampur dengan garam pada daging
berguna dalam melarutkan protein myofibril terutama miosin. Protein-protein
hasil ekstraksi yang digunakan sebagai bahan pengikat akan saling
berinteraksi dan akan mengakibatkan ruang antar filament menjadi lebih
besar sehingga air dapat ditahan dan mengakibatkab tingginya daya mengikat
air (Ulupi dkk, 2005).
Bahan pengikat dapat berupa tepung terigu, tepung tapioka, dan
tepung maizena. Tepung maizena sangat baik untuk produk-produk emulsi
karena mampu mengikat air dan menahan air tersebut selama pemasakan.
Fungsi dari tepung maizena antara lain adalah memperbaiki tekstur, citarasa,
daya ikat air, dan memperbaiki elastisitas pada produk akhir. Selain itu,
tekstur juga merupakan salah satu penilaian kualitas suatu produk selain
daripada nilai makanan dan 90% responden mengemukakan mutu
berhubungan dengan tekstur (Wellyalina dkk, 2012).
Tepung terigu merupakan hasil ekstraksi dari proses penggilingan
gandum (T. sativum) yang tersusun oleh 67-70% karbohidrat, 10-14%
protein, dan 1-3% lemak (Riganakos and Kontominas, 1995). Menurut
Damodaran and Paraf (1997) pada sebagaian besar produk makanan, pati
terigu terdapat dalam bentuk granula kecil (1-40 m) dan dalam suatu sistem,
contohnya adonan, pati terigu terdispersi dan berfungsi sebagai bahan
pengisi. Protein dari tepung terigu membentuk suatu jaringan yang saling
berikatan (continous) pada adonan dan bertanggung jawab sebagai komponen
yang membentuk viscoelastik (Fitasari, 2009).
Tepung tapioka adalah pati dari umbi singkong yang dikeringkan dan
dihaluskan. Tepung tapioka memiliki beberapa keunggulan dibandingkan
dengan bahan bakunya (singkong), yaitu lebih tahan dalam penyimpanan,
lebih mudah didistribusikan karena praktis, ringan, dan aman, daya jangkau
pemasarannya jauh lebih luas, dan kegunaanya lebih banyak. Tepung tapioka
dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku ataupun campuran/tambahan pada
berbagai macam produk antara lain kerupuk, biskuit/kue kering, jajanan/kue
tradisional, misalnya cenil, klanthing, opak/semprong/ledre, wadah es krim,
kacang shanghai, pilus, dan ladu, bahan baku produk biji mutiara, sirup cair,
dekstrin, alkohol, dan lem. Selain itu, tepung tapioka dapat dimanfaatkan
sebagai bahan pengental (thickener), bahan pemadat/pengisi (filler), bahan
pengikat pada industri makanan olahan, dan dapat juga sebagai bahan penguat
benang (warp seizing) pada industri tekstil (Suprapti, 2005).
Bumbu-bumbu yang digunakan untuk kamaboko antara lain bawang
merah, lada, dan garam. Bawang merah Allium cepa L. merupakan salah satu
jenis komoditas yang mempunyai arti penting bagi masyarakat, baik dilihat
dari nilai ekonomisnya maupun kandungan gizinya. Aroma bawang merah
Allium cepa L. disebabkan karena aktivitas enzim allinase. Aroma ini akan
tercium apabila jaringan tanaman rusak karena enzim allinase akan mengubah
senyawa s-alkil sistein sulfoksida yang mengandung belerang. Umbi bawang
merah Allium cepa L. juga mengandung allisin, flavonol, kuersetin, dan
kuersetin glikosida yang bersifat antibakteri, anticendawan, antikoagulan
serta menunjukkan aktivitas enzim antikanker (Harada et al., 2013).
Selain bawang merah, digunakan pula bawang putih. Bawang putih
mengandung munyak atsiri, alliin, kalium, saltivine, diallylsulfide. Bawang
putih mempunyai aktivitas sebagai antibakteri dan antifungi. Kemampuan
bawang putih sebagai antibakteri didukung penelitian Rustama dkk. (2005)
yang menyatakan bahwa bawang putih mampu menghambat pertumbuhan
bakteri Gram positif dan Gram negatif. Kemampuan bawang putih ini berasal
dari zat kimia yang terkandung di dalam umbi. Zat kimia tersebut adalah alil
sulfida (biasa disebut alisin) yang diduga merusak dinding sel dan
menghambat sintesis protein (Sunanti, 2007).
Lada merupakan salah satu jenis bumbu. Bagian tanaman ini yang
dimanfaatkan adalah bagian buahnya. Komponen kimia yang terkandung
dalam lada putih adalah piperine, piperidin, lemak, asam piverat, chavisin,
dan minyak terbang yang terdiri dari felanden, kariofilen, dan terpen-terpen.
Minyak essensial pada lada putih hanya terdapat dalam jumlah yang sangat
sedikit. Lada putih banyak digunakan sebagai bumbu masakan dalam
makanan yang tidak menginginkan kontaminan penampakan (Mustar, 2013).
C. METODE PENELITIAN
1. Alat dan Bahan
a. Alumunium foil
b. Baskom
c. Blender
d. Cobek
e. Kompor
f. Loyang oven
g. Oven kompor
h. Panci pengukus
i. Piring kertas
j. Pisau
k. Sendok
l. Talenan
2. Bahan
a. Bawang merah secukupnya
b. Bawang putih secukupnya
c. Garam 1 gram
d. Ikan tenggiri 150 gram
e. Lada secukupnya
f. Nutrijel 1,2 gram
g. Putih telur ½ putih telur dari 1 butir telur
h. STPP 1 gram
i. Tepung maizena 100 gram
j. Tepung tapioka 100 gram
k. Tepung terigu 100 gram
3. Cara Kerja
150 gram daging ikan tenggiri
dibersihkan
Pengujian organoleptik
E. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil data diperoleh kesimpulan bahwa formulasi yang
paling disukai adalah formulasi dengan kode 389 yaitu tapioka dan
penambahan 0,8% nutrijel dengan pemanggangan. Dikarenakan pada saat input
SPSS memiliki nilai yang paling tinggi diantara formulasi yang lain meskipun
pada parameter aroma dan rasa tidak memiliki nilai tertinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Agustin, Titiek Indhira. 2012. Mutu Fisik dan Mikrostruktur Kamaboko Ikan
Kurisi (Nemipterus nematophorus) dengan Penambahan Karaginan. JPHPI
2012 Vol. 15(1).
Anjarsari, Bonita. 2010. Pangan Hewani Fisiologi Pasca Mortem dan Teknologi.
Graha Ilmu. Bandung.
Bachtiar, Ibnu, Tri Winarni Agustini, dan Apri Dwi Anggo. 2014. Efektivitas
Pencucian dan Suhu Setting (25, 40, 50oC) Pada Gel Kamaboko Ikan Lele
Dumbo (Clarias gariepenus). Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil
Perikanan Vol. 3(4): 45-50.
Candra, Fitria Nurika., P. H. Riyadi., dan I. Wijayanti. 2014. Pemanfaatan
Karagenan (Euchema Cottoni) Sebagai Emulsifier Terhadap Kestabilan
Bakso Ikan Nila (Oreochromis Nilotichus) Pada Penyimpanan Suhu Dingin.
Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan Vol.3 (1).
Fitasari, Eka 2009. Pengaruh Tingkat Penambahan Tepung Terigu terhadap Kadar
Air, Kadar Lemak, Kadar Protein, Mikrostruktur, dan Mutu Organoleptik
Keju Gouda Olahan. Jurnal Imu dan Teknologi Hasil Ternak Vol. 4(2): 17-
29.
Gumadi, S N., and Kumar K. 2005. Production of Extracelullar Water Insoluble
β-1,3 Glucan (Curdlan) from Bacillus sp SNC07. Bioprocess Eng Vol 10.
Harada, A. 2013. Essential Involvement of Interleukin-8 (IL-8) in Acute
Inflammation. Journal of Leukocyte Biology 56.
Jafarpour, Ali, Habib-Allah Hajiduon, Masuod Rez aie. 2012. A Comparative
Study on Effect of Egg White, Soy Protein Isolate and Potato Starch on
Functional Properties of Common Carp (Cyprinus carpio) Surimi Gel.
Journal Food Process Technology Vol. 3(11): 1-6.
Lestari, Desi Wiji., Aris Sri Widati., dan Eny Sri Widyastuti. 2009. Pengaruh
Substitusi Tepung Tapioka Terhadap Tekstur dan Nilai Organoleptik Dodol
Susu. Jurnal Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya, Malang.
Liviawaty, dan Afrianto. 2010. Pembuatan Tambak Udang. Kanisius. Jakarta.
Malaka, Ratmawati. 2010. Eksopolisakarida Bakteri Starter Kultur Susu
Fermentasi Sebagai Sumber Polisakarida. Fakultas Peternakan Universitas
Hasanudin.
Milo, Susanti Mariana, L.M. Ekawati, Purwijantiningsih, F. Sinung Pranat. 2013.
Mutu Ikan Tongkol (Euthynus affinis C) di Kabupaten Gunungkidul dan
Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta. Skripsi. Fakultas Teknologi
Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Mustar. 2013. Studi Pembuatan Abon Ikan Gabus (Ophiocephalus striatus)
sebagai Makanan Suplemen (Food Suplement). Skripsi. Universitas
Hasanuddin. Makassar.
Nopianti R, Huda N, dan Ismail N. 2010. Loss of Functional Properties of
Proteins During Frozen Storage and Improvement of Gel-Forming
Properties of Surimi. Asian Journal of Food and Agro-Industry
Vol.3(6):535-547.
Sudarwati. 2007. Pembuatan Bakso Daging Sapi dengan Penambahan Kitosan.
Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
Sunanti. 2007. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Tunggal Bawang Putih (Allium
sativum Linn.) dan Rimpang Kunyit (Curcuma domestica Val.) terhadap
Salmonella typhimurium. Skripsi. IPB. Bogor.
Suprapti, M. 2005. Kedelai Tradisional. Kanisius. Yogyakarta
Suryono, M, Harijono, dan Yunianta. 2013. Pemanfaatan Ikan Tuna (Yellowfin
tuna), Ubi Jalar (Ipomoea batatas) dan Sagu (Metroxylon sago sp) dalam
Pembuatan Kamaboko. Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 14(1): 9-20.
Ulupi, N., Komariah, S. Utami 2005. Evaluasi Penggunaan Garam dan Sodium
Tripoliphospat terhadap Sifat Fisik Bakso Sapi. Jurnal Indonesia Tropical
Animal Agriculture Vol. 30(2): 1-8.
Wellyalina, F. Azima, Aisman 2012. Pengaruh Perbandingan Tetelan Merah Tuna
dan Tepung Maizena terhadap Mutu Nugget. Jurnal Aplikasi Teknologi
Pangan Vol. 2(1).
Widyastuti, Sri 2009. Pengolahan Agar-agar dari Alga Coklat Strain Lokal
Lombok Menggunakan Dua Metode Ekstraksi. Journal Agroteksos Vol. 19:
(1-2).
Yuanita dan Suhud. 2009. Solusi Pangan Indonesia. Solusi Bangsa Center.
Jakarta.
DRAFT 2
TEKNOLOGI DAGING DAN IKAN
KAMABOKO
Kelompok 8:
FAKULTAS PERTANIAN
SURAKARTA
2017
LAMPIRAN
DOKUMENTASI