Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN


PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN
UNIKA SOEGIJAPRANATA
SEMARANG
TEKNOLOGI PENGOLAHAN DAGING
DENDENG
Putri Rachma A./15.I1.0183, Monica Novelia/16.I1.0010, Denita Meyke/16.I1.0076,
Eleonora Pradnya N.C./16.I1.0089, Francisca Yellow/16.I1.0104

Abstrak
Dendeng merupakan produk olahan semi basah (intermediate moisture food), dimana kadar air
yang terkandung berada pada kisaran 15-50%. Dendeng sering disebut sebagai dry cured meat
dimana produk ini mempunyai karakteristik kelembaban rendah dan kadar protein tinggi. Dalam
pembuatan dendeng, dilakukan penambahan sebagai curing dan meningkatkan palatabilitas, juga
memiliki aktivitas antioksidan. Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah untuk mengetahui
pengaruh dari perbedaan suhu pengeringan dendeng serta mengetahui pengaruh dari perbedaan
konsentrasi bahan baku yang digunakan terhadap dendeng. Metode yang digunakan adalah
pembuatan dendeng dengan bahan utama daging sapi, namun terdapat perbedaan perlakuan pada
suhu dan rasio penambahan gula dengan gula pasir dan gula merah secara berturut-turut,
kelompok D1 16,5 gram dan 16,5 gram; kelompok D2 dan D3 30 gram dan 10 gram; dan
kelompok D4 dan D5 30 gram dan 10 gram. Perbedaan penggunaan suhu pengeringan, suhu 60oC
dan 70oC (kelompok 1-3) serta suhu 70oC dan 80oC (kelompok 4-5). Berdasarkan hasil
pengamatan, pengaruh penambahan gula dan perbedaan suhu pengeringan terhadap kualitas
sensori dan kadar air.

Kata kunci : Dendeng daging sapi, gula pasir, gula jawa, suhu pengeringan

1. TINJAUAN PUSTAKA Dendeng sering disebut sebagai dry cured


meat dimana produk ini mempunyai
Dendeng merupakan produk olahan semi karakteristik kelembaban rendah dan kadar
basah (intermediate moisture food), dimana protein tinggi (Lorenzo et al., 2011). Bahan
kadar air yang terkandung berada pada yang digunakan untuk menghasilkan dry
kisaran 15-50% (Buckle et al., 1985 dan cured meat adalah garam dapur, sendawa
Legowo et al., 2002 dalam Ernawati & (garam nitrat dan/atau nitrit), gula
Wulandari, 2009). Dendeng sendiri biasa merupakan bahan utama dalam curing,
dijumpai di daerah Jawa dan Bali, dimana sedangkan merica, laos, ketumbar, dan
biasanya terbuat dari daging ayam, sapi, bawang putih merupakan bumbu tambahan
babi, ataupun kambing (Bintoro et al., yang dapat meningkatkan palatabilitas
1987). Secara tradisional, dendeng terbuat dendeng (Suharyanto et al., 2008).
dari daging yang diiris tipis dan diberi Sedangkan dalam pembuatan dendeng,
tambahan bumbu, yang selanjutnya bumbu utama yang digunakan adalah
dikeringkan (Purnomo dan Adiono, 1981). ketumbar, bawang putih dan lengkuas
Biasanya dendeng memiliki flavor manis (Suryati et al., 2014). Penambahan bumbu
pedas, dan memiliki umur simpan beberapa juga berfungsi dalam meningkatkan
minggu jika disimpan dalam suhu ruang aktivitas antioksidan (Tangkanakul et al.,
(Suryati et al., 2014) 2009). Penggunaan rempah-rempah dalam
pengolahan dendeng dianggap mampu

1
mengurangi residu nitrit dan tingkat didiamkan selama 24 jam pada chiller. Lalu
malonaldehid (MDA). Kehadiran residu daging dikeringkan menggunakan oven
nitrit dalam dendeng komersial yang selama 3 jam pada suhu 60oC (kelompok 1-
disebabkan karena penambahan bahan 3) dan 70oC (kelompok 4-5) dan dilanjurkan
pengawet dalam proses curing (Bintoro et dengan pengeringan selama 5 jam pada suhu
al., 1987 dalam Suryati et al., 2014) 70oC (kelompok 1-3) dan 80oC (kelompok
4-5) (selama pengeringan dilakukan
2. TUJUAN PRAKTIKUM pembalikan daging). Dendeng yang telah
jadi kemudian dianalisa.
Tujuan praktikum ini adalah untuk
mengetahui pengaruh dari perbedaan suhu Pada metode uji kadar air (moisture
pengeringan dendeng serta mengetahui balance), pertama-tama dendeng ditimbang
pengaruh dari perbedaan konsentrasi bahan sebanyak 1 gram dan diletakkan di atas plate
baku yang digunakan terhadap dendeng. alumunium. Lalu cover moisture balance
ditutup, dan sampel dipanaskan pada suhu
3. METODE PRAKTIKUM 100-105oC selama 10 menit. Persen kadar air
yang tertera dicatat.
3.1. Materi
3.1.1. Alat Pada metode uji, pertama-tama dendeng
Alat yang digunakan adalah pisau, talenan, dianalisa secara sensoirs meliputi warna,
oven, tray, timbangan, baskom, cling wrap, rasa, dan tekstur.
dan chiller
4. HASIL PENGAMATAN
3.1.2. Bahan
Bahan yang digunakan adalah daging sapi Hasil pengamatan terhadap dendeng daging
500 gram; ketumbar 10 gram; garam dapur sapi dapat dilihat pada tabel 1
1,5 gram; lada 2,5 gram; asam jawa 2,5 (Dilampirkan).
gram; lengkuas 5 gram; bawang putih 37,5
gram; gula pasir 16,5 gram (kelompok 1), 30 Berdasarkan tabel 1., bahwa pada semua
gram (kelompok 2-3), 10 gram (kelompok 4- kelompok menggunakan sampel daging
5); dan gula merah 16,5 gram (kelompok 1), sapi, dengan perlakuan suhu untuk
10 gram (kelompok 2-3), 30 gram kelompok D1-D3 adalah 60oC dan 70oC.
(kelompok 4-5). Sedangkan pada kelompok D4-D5 adalah
70oC dan 80oC. Kemudian pada masing-
3.2. Metode masing kelompok terdapat pembedaan pada
Pada praktikum ini dilakukan tiga metode perlakuan penambahan gula merah serta
yaitu pembuatan dendeng sapi, uji kadar air gula putih. Pada kelompok D1 ditambahkan
(moisture balance), dan uji sensori. gula merah dan gula putih, masing-masing
sebanyak 16,5 gram. Pada kelompok D2 dan
Pada metode pembuatan dendeng sapi, D3, ditambahkan gula merah sebanyak 10
pertama-tama, daging sapi diiris tipis dan gram dan gula putih sebanyak 30 gram. Pada
bumbu yang sudah dihaluskan dicampur dan kelompok D4 dan D5 ditambahkan gula

2
merah dan gula putih sebanyak 30 gram dan protein tinggi (Lorenzo et al., 2011). Bahan
10 gram. Berdasarkan perlakuan yang telah yang digunakan untuk menghasilkan dry
dilakukan, kadar air pada masing-masing cured meat adalah garam dapur, sendawa
kelompok secara urut adalah 2,76%, 2,52%, (garam nitrat dan/atau nitrit), gula
3,13%, 3,75%, dan 6,21%. Kadar air merupakan bahan utama dalam curing,
tertinggi terdapat pada kelompok D5 dengan sedangkan merica, laos, ketumbar, dan
6,21% dan kadar air terendah pada bawang putih merupakan bumbu tambahan
kelompok D2 dengan 2,52%. Pada yang dapat meningkatkan palatabilitas
parameter warna, semua kelompok dendeng (Suharyanto et al., 2008).
didapatkan warna coklat tua. Pada parameter Sedangkan dalam pembuatan dendeng,
rasa, kelompok D1-D3 didapatkan agak bumbu utama yang digunakan adalah
manis dan pada kelompok D4-D5 ketumbar, bawang putih dan lengkuas
didapatkan rasa manis. Sedangkan pada (Suryati et al., 2014). Penambahan bumbu-
parameter tekstur, kelompok D1-D3 bumbu tersebut juga digunakan sebagai
didapatkan tekstur kasar dan pada kelompok sumber antioksidan (Tangkanakul et al.,
D4-D5 didapatkan tekstur halus. 2009).

5. PEMBAHASAN Pada praktikum ini, semua kelompok


menggunakan sampel daging sapi, namun
Dendeng merupakan produk olahan semi dengan perlakuan suhu dan penambahan
basah (intermediate moisture food), dimana gula putih serta gula merah yang dibedakan.
kadar air yang terkandung berada pada Pada kelompok D1-D3 adalah 60oC dan
kisaran 15-50% (Buckle et al., 1985 dan 70oC. Sedangkan pada kelompok D4-D5
Legowo et al., 2002 dalam Ernawati & adalah 70oC dan 80oC. Pada penambahan
Wulandari, 2009). Dendeng banyak gula putih dan gula merah, kelompok D1
dijumpai di daerah Jawa dan Bali, dimana ditambahkan gula merah dan gula putih,
biasanya terbuat dari daging ayam, sapi, masing-masing sebanyak 16,5 gram. Pada
babi, ataupun kambing. Namun, paling kelompok D2 dan D3, ditambahkan gula
sering dijumpai adalah dendeng yang terbuat merah sebanyak 10 gram dan gula putih
dari daging sapi (Bintoro et al., 1987). sebanyak 30 gram. Pada kelompok D4 dan
Secara tradisional, dendeng terbuat dari D5 ditambahkan gula merah dan gula putih
daging yang diiris tipis dan diberi tambahan sebanyak 30 gram dan 10 gram. Berdasarkan
bumbu, yang selanjutnya dikeringkan perlakuan yang telah dilakukan, kadar air
(Purnomo dan Adiono, 1981). Biasanya pada masing-masing kelompok secara urut
dendeng memiliki flavor manis pedas, dan adalah 2,76%, 2,52%, 3,13%, 3,75%, dan
memiliki umur simpan beberapa minggu jika 6,21%. Pada parameter rasa, kelompok D1-
disimpan dalam suhu ruang (Suryati et al., D3 didapatkan agak manis dan pada
2014) kelompok D4-D5 didapatkan rasa manis.
Sedangkan pada parameter tekstur,
Dendeng sering disebut sebagai dry cured kelompok D1-D3 didapatkan tekstur kasar
meat dimana produk ini mempunyai dan pada kelompok D4-D5 didapatkan
karakteristik kelembaban rendah dan kadar tekstur halus.

3
terkandung dalam dendeng harusnya kurang
Pada pengaruh suhu dan penambahan dari 12%. Jika dibandingkan dengan hasil
konsentrasi gula terhadap kadar air, pengamatan, sudah didapatkan kesesuaian
didapatkan hasil yang berbeda-beda antar karena pada masing-masing kelompok
kelompok. Hal ini disebabkan karena, didapatkan nilai yang berada dibawah 12%.
adanya proses osmosis, hal ini dikarenakan (Purnamasari et al., 2013)
bumbu yang dicampurkan bersifat hipertonis
(Salahuddin, 2011 dalam Purnamasari et al., Pengaruh rasio penambahan gula terhadap
2013). Selain itu, rasio penambahan gula warna disebabkan karena terjadinya reaksi
pasir dan gula merah juga mempengaruhi. Maillard antara gugus karbonil pada gula
Hal ini disebabkan karena gula pasir reduksi dengan gugus amino pada protein
memiliki sifat lebih higroskopis jika daging menimbulkan warna coklat gelap
dibandingkan dengan gula merah, dimana selama proses pengovenan atau
kemurnian sukrosa gula pasir 99,8% dan pengeringan. Semakin meningkat suhu dan
gula jawa 92%. Selain itu kadar air pada semakin lama proses, maka pencoklatan
gula pasir 5,5% dan pada gula jawa sebesar menjadi semakin cepat dan nilai kecerahan
10% (Buckle et al., 1987 dan Oey, 2001; semakin rendah atau semakin gelap
dalam Ernawati & Wulandari, 2009). (Winarno, 2002 dalam Nilasari, 2017).
Menurut (Ikhsan et al., 2016), penurunan Sedangkan pengaruh penambahan gula
kadar air juga disebabkan karena adanya merah yang semakin tinggi, akan
perubahan suhu, dimana semakin tinggi mengakibatkan warna dendeng yang jauh
suhu pengeringan, maka semakin rendah lebih gelap, karena warna dari gula merah
kadar air produk. Hal ini disebabkan karena sendiri (Febrianingsih et al., 2016; Ernawati
perbedaan kandungan uap air yang ada pada & Wulandari, 2009). Disebabkan karena
bahan dan udara lingkungan sehingga terjadi menurut Soediro (1982), warna gula merah
penguapan air pada bahan. yang cenderung cokelat karena terdapat
adanya zat-zat warna klorofil, anthosianin,
Berdasarkan hasil pengamatan, hal ini sesuai xanthofil dan karoten pada nira, serta hasil
dengan teori, dimana rasio penambahan gula penguraian gula pada proses pengolahan
merah yang lebih besar jika dibandingkan atau proses karamelisasi (Maharani et al.,
dengan gula pasir, akan menyumbangkan 2014). Berdasarkan hasil pengamatan, tidak
kadar air yang lebih besar produk. Terlihat ada perbedaan warna pada semua kelompok.
pada peningkatan kadar air pada kelompok Pada masing-masing kelompok didapatkan
D4 dan D5 dengan kadar penambahan gula warna coklat tua. Seharusnya terdapat
merah sebesar 30 gram jika dibandingkan perbedaan warna karena perlakuan yang
dengan penambahan gula pasir sebesar 10 berbeda.
gram. Sedangkan berdasarkan penggunaan
suhu, hal ini tidak sesuai dengan teori. Hal Pengaruh penambahan gula juga
ini disebabkan karena semakin tinggi suhu, berpengaruh terhadap rasa dari dendeng.
justru kadar air semakin meningkat, yang Dimana menurut De Man (1997) dalam
seharusnya semakin menurun. Berdasarkan Maharani et al. (2014), bahwa reaksi
SNI 01-2908-1992 kadar air yang pencoklatan non enzimatis seperti reaksi

4
Maillard dapat mempengaruhi rasa dan juga sehingga bahan menyerap kelembaban dari
tingkat kemanisan pada gula jawa dan gula lingkungan. Selain itu hal ini juga dapat
putih. gula merah, dimana tingkat kemanisan disebabkan karena perbedaan ukuran dan
gula pasir lebih tinggi daripada gula jawa, ketebalan pada masing-masing sampel, juga
karena jumlah sukrosa yang terkandung dapat disebabkan karena ketidaktelitian
didalamnya (Ikhsan et al., 2016). praktikan (Prayitno et al., 2012; Saputro et
Berdasarkan pengamatan terjadi al., 2017).
ketidaksesuaian dengan teori, seharusnya
pada penambahan total 40 gram gula pada 6. KESIMPULAN
kelompok D2-D5 memiliki rasa lebih manis
daripada D1. Namun, pada D1 justru  Dendeng merupakan produk olahan semi
memiliki karakteristik rasa yang sama basah (intermediate moisture food) yang
dengan D2 dan D3. Kemudian pada rasio merupakan dry cured meat.
penambahan gula merah lebih banyak  kadar air yang terkandung berada pada
seharusnya memiliki tingkat kemanisan kisaran 15-50%
yang lebih rendah jika dibandingkan dengan  Penambahan bumbu-bumbu tersebut
penambahan gula pasir yang lebih banyak. juga digunakan sebagai sumber
antioksidan dan proses curing.
Menurut Prayitno et al. (2012), bahwa  Penambahan gula dan semakin tinggi
tekstur daging olahan dipengaruhi oleh suhu, kadar air produk semakin rendah
macam daging yang digunakan, metode  Penambahan gula dan semakin tinggi
pengolahan, dan bahan lain yang suhu meningkatkan rasa manis, tekstur
ditambahkan. Selain itu, berdasarkan menjadi kasar, dan warna menjadi lebih
Veerman et al. (2013), bahwa penambahan gelap
bahan seperti gula dan garam dapat  Ketidaksesuaian dengan teori dapat
mempengaruhi tekstur. Sedangkan disebabkan karena perbedaan ukuran
berdasarkan Nilasari et al. (2017), bahwa daging, kontak dengan udara luar yang
semakin tinggi suhu dan semakin lama terlalu lama, dan ketidaktelitian
pemasakan akan semakin tinggi penguapan, praktikan.
sedangkan semakin tinggi kadar gula maka
viskositas bahan dan total padatan akan
semakin meningkat. Menurut Diniyah dkk., Asisten Praktikum
(2012), semakin tinggi viskositas dan total
padatan terlarut semakin meningkat,
sehingga tekstur produk semakin kasar. Hal Yohanna Sofiani
ini terdapat ketidaksesuaian karena semakin
tinggi penambahan gula dan semakin tinggi 7. DAFTAR PUSTAKA
suhu, justru tekstur semakin halus.
Diniyah, N., Wijanarko, S. B. & Purnomo,
Adanya ketidaksesuaian teori dengan hasil H. 2012. Teknologi Pengolahan Gula
pengamatan disebabkan karena kontak Coklat Cair Nira Siwalan (Borassus
flabellifer L.). Jurnal Teknologi dan
dengan udara luar yang terlalu lama,
Industri Pangan 23 (1): 53-62

5
Ernawati, A.T.D. & Aniek Wulandari. L.) dengan Konsentrasi dan Lama
(2009). Varaisi Perbandingan Tepung Perendaman Berbeda. Jurnal
dan Gula terhadap Kualitas Dendeng Peternakan. 10(1): 9-17
Jantung Pisang (DENJAPI). Jurnal Purnomo, H dan Adiono. 1984. Ilmu
Teknologi Hasil Pertanian. 2(2): 59-65 Pangan. NUFFIC. Universitas
Febrianingsih, Febi, Harapin Hafid, dan Brawijaya. Malang.
Amiluddin Indi. (2016). Kualitas Saputro, E., V.P. Bintoro, Y.B. Pramono.
Organoleptik Dendeng Sapi yang Diberi (2017). The Effects of Natural Curing
Gula Merah dengan Level Berbeda. on Sensory and Physicochemical
JITRO. 3(2): 10-16 Quality Attributes of Dendend Sapi
Ikhsan, Muhammad, Muhsin, & Patang. (Indonesian Dried Beef). Research in:
(2016). Pengaruh Variasi Suhu Agricultural & Veterinary Science.
Pengering terhadap Mutu Dendeng Ikan Jomard Publishing. 1(3): 194-203
Lele Dumbo (Clarias gariepinus). Soediro, S. (1982). Pengolahan Gula
Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian. Merah Kristal dari Tebu (Saccharum
Vol 2: 114-112 officinarum) di Desa Slumbung
Lorenzo, J.M., L. Purriños, S. Temperán, Kecamatan Ngadiluwih Kabupaten
R. Bermúdez, S. Tallón, and D. Franco. Kediri Jawa Timur. Fakultas Teknologi
2011. Physicochemical and nutritional Pertanian. Universitas Gadjah Mada,
composition of dry-cured duck breast Yogyakarta.
Poult. Sci. 90: 931 - 940. Suharyanto, R. Priyanto, dan E. Gunardi.
Maharani, Dewi Maya, Rini Yulianingsih, 2008. Sifat fisiko-kimia dendeng daging
Shinta Rosalia Dewi, Yusron Sugiarto, giling terkait cara pencucian (leaching)
& Dina Wahyu Indriani. (2014). dan jenis daging yang berbeda. Media
Pengaruh Penambahan Natrium Peternakan 31: 99-106.
Metabilsufit dan Suhu Pemasakan Suryati, T., Astawan, M., Lioe, H. N.,
dengan Menggunakan Teknologi Wresdiyati, T., & Usmiati, S. (2014).
Vakum terhadap Kualitas Gula Merah Nitrite residue and malonaldehyde
Tebu. Agritech. 34(4): 365-374 reduction in dendeng—Indonesian
Nilasari, Ovrida Wahyu, Wahono Hadi dried meat—influenced by spices,
Susanto, dan Jaya Mahar Maligan. curing methods and precooking
(2017). Pengaruh Suhu dan Lama preparation. Meat science, 96(3), 1403-
Pemasakan Terhadap Karakteristik 1408.
Lempok Labu Kuning (Waluh). Jurnal Tangkanakul, P., Autavilboonkul P.,
Pangan dan Agroindustri. 5(3): 15-26 Niyomwit B., Lwvitoon N.,
Prayitno, Agus Hadi, Dwi Puspa Adie Charoenthamawat P., &
Saputra, Antariya Kurniati, Herni Trakoontivakorn C. (2009). Antioxidant
Widyastuti, Raras Rahayu Utami, Capacity, Total Phenolic Content and
Soeparno, dan Rusman. (2012). Nutritional Composition of Asian Foods
Pengaruh Metode Pembuatan dan after Thermal Processing. International
Pengeringan yang Berbeda Terhadap Food Research Journal. 16: 571-580
Karakteristik Fisik, Kimia, dan Sensoris Veerman, Marcus, Setiyono, & Rusman.
Dendeng Daging Kelinci. Buletin (2013). Pengaruh Metode Pengeringan
Peternakan. 36(2): 113-121 dan Konsentrasi Bumbu serta Lama
Purnamasari, E., D.S. Munawarah, & S.I. Perendaman dalam Larutan Bumbu
Zam. (2013). Mutu Kimia Dendeng terhadap Kualitas Fisik dan Sensori
Semi Basah Daging Ayam yang Dendeng Babi. Buletin Peternakan.
Direndam Jus Daun Sirih (Piper betle 37(1): 34-40

6
7

Anda mungkin juga menyukai