Anda di halaman 1dari 9

PERMINTAAN, PENAWARAN,

ELASTISITAS BAHAN PANGAN

PENGANTAR ILMU EKONOMI

TAKE HOME EXAM


Disusun oleh:

Njoo, Yuliana Dewi 17.I2.0029

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
SEMARANG

2018
1. Preferensi konsumen pada setiap bahan pangan di atas adalah

2. Bagaimana kemungkinan perubahan supply dan demand dan faktor apa saja yang
mempengaruhi perubahan tersebut?

Teori permintaan menunjukan hubungan antara jumlah permintaan dan harga suatu barang,
dimana menunjukan semakin rendah harga suatu barang, maka semakin banyak permintaan
terhadap barang tersebut dan sebaliknya dan memiliki Kurva dengan gradient negatif, artinya
slope pada kurva ini menurun dari kiri atas ke kanan bawah (Sukirno, 1994). Sedangkan
penawaran menunjukan jumlah barang yang ditawarkan pada tingkat harga tertentu dan pada
waktu tertentu. Hukum penawaran berbunyi bila harga tingkat mengalami kenaikan maka
jumlah barang yang ditawarkan akan naik, dan sebaliknya. Dalam hukum penawaran jumlah
barang yang ditawarkan akan berbanding lurus dengan tingkat harga, di hukum penawaran hanya
menunjukkan hubungan searah antara jumlah barang yang ditawarkan dengan tingkat harga.
Kurvanya memiliki gradient positif, artinya slope pada kurva ini berjalan naik dari pojok bawah
kiri ke pojok kanan atas (Sukirno, 1994). Bahan pangan adalah bahan yang memungkinkan
manusia tumbuh dan mampu memelihara tubuhnya serta berkembang biak sehingga dapat
menunjang kelangsungan kehidupannya (Winarno, 1993). Pemenuhan terhadap bahan pangan
akan sangat menentukan permintaan dan penawaran terhadap bahan pangan itu sendiri, serta
dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti harga barang itu sendiri, selera dan kepentingan
konsumen, adanya barang pengganti, harga barang pengganti, dan intetitas kebutuhan konsumen
(Sukirno, 1994).

Saat ini kentang menjadi sumber karbohidrat yang menjadi pilihan konsumen untuk dikonsumsi.
Kadar air yang tinggi dalam kentang menyebabkan umur simpan dari kentang rendah
(Pujimulyani, 2009). Kentang biasanya dikonsumsi dalam bentuk tepung, kentang kering,
kentang beku, dan keripik kentang dan memiliki cita rasa yang khas (Schieberdan Saldafia,
2009). Menurut Kurniawan, P (2015) faktor yang mempengaruhi permintaan kentang adalah
kesadaran masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi kentang, selera masyarakat, harga
kentang itu sendiri, harga beras (sebagai barang substitusi), kuantitas kentang yang diminta, dan
pendapatan seseorang. Dimana menurut Yekti, K. et al (2017) Kentang digolongkan ke dalam
permintaan dan penawaran elastisitas (elastisitas > 1). Ketika harga barang naik, selera
masyarakat berkurang, kualitas kentang yang menurun, kuantitas kentang yang menurun dan
murahnya harga barang substitusi maka permintaan konsumen akan menurun dan dengan mudah
menemukan barang penggantinya. Sedangkan faktor yang mempengaruhi pernawaran kentang
adalah kuantitas dan kualitas kentang yang ditawarkan, harga kentang, umur simpan kentang dan
harapan di masa depan dimana parameter yang ada akan berbanding lurus dengan penawaran
pada kentang.

Beras berkualitas premium dan sayuran organik dapat dikelompokkan ke dalam barang yang
termasuk dalam barang dengn permintaan dan penawaran inelastisitas (elastisitas < 1). Faktor
yang mempengaruhi permintaan beras premium dan sayuran organik adalah kuantitas beras dan
sayuran organik yang diminta, harga beras organik dan sayuran organik itu sendiri, harga beras
dan sayuran non-organik serta harga barang substitusi, harga barang tahu dan tempe (sbg barang
komplementer), konsumsi beras organik dan sayuran organik dengan alasan kesehatan, dan
pendapatan seseorang. Sedangkan faktor yang mempengaruhi pernawaran beras adalah kuantitas
dan kualitas beras yang ditawarkan, serta harga beras organik/premium, dan harapan masa
depan. Saat ini beras dan sayuran organik sangat banyak dikonsunsumi untuk fungsi kesehatan
dan para konsumen tidak melihat harga dari produk ini, namun lebih melihat pada kegunaan dari
produk ini sehingga dapat dikatakan beras berkualitas premium dan sayuran organik termasuk ke
dalam barang dengan permintaan dan penawaran inelastisitas (elastisitas < 1). Penawaran dan
permintaan inelastis pada beras berkualitas premium dan sayuran organik terjadi karena
perubahan harga tidak begitu berpengaruh terhadap perubahan kuantitas barang yang ditawarkan
serta tingkat konsumsinya.

Daging ayam saat ini menjadi sumber protein yang banyak dikonsumsi oleh masyrakat
Indonesia. Pada lampiran 3.1, dapat dilihat bahwa konsumsi daging ayam ras di Indonesia
mengalami peningkatan yang drastis ditahun 2014 meuju tahun 2015 pada konsumsi seminggu
dan konsumsi setahun. Sedangkan konsumsi cabai di Indonesia ada 3 jenis, yaitu cabai merah,
cabai hijau, dan cabai rawit. Ketiga jenis cabai tersebut mengalami peningkatan yang drastis dari
tahun 2014 ke tahun 2015. Pada lampiran 4.2, didapati bahwa produksi cabai merah di Indonesia
yaitu sebesar 1.074.602 ton atau sekitar 9,02% dari total produksi sayuran nasional, sehingga
cabai menepati rangking keempat dari 25 jenis sayuran (Statistik Produksi Holtikultura, 2015).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi permintaan daging ayam dan cabai yaitu kuantitas
daging dan cabai yang diminta, harga daging ayam boiler dan cabai, harga telur ayam ras dan
bubk cabai instant (sebagai barang substitusi), jumlah penduduk, selera konsumen, dan
pendapatan. Sedangkan faktor yang mempengaruhi pernawaran daging ayam adalah kuantitas
dan kualitas daging ayam dan cabai yang ditawarkan, harga daging ayam ras dan cabai, umur
simpan daging dan cabai dan harapan di masa depan dan berbanding lurus dengan penawaran.
Namun, ketika harga daging dan cabai naik, selera masyarakat menurun, kuantitas daging dan
cabai yang meningkat, dan murahnya harga barang substitusi maka permintaan konsumen akan
menurun dan dengan mudah menemukan barang penggantinya. Maka daging ayam dan cabai
dapat digolongkan ke dalam permintaan dan penawaran elastisitas (elastisitas > 1).

3. Bagaimana tingkat inelastisitas – elastisitas bahan pangan?

Elastisitas (pemuluran) adalah pengaruh perubahan harga terhadap jumlah barang yang diminta
atau yang ditawarkan. Beberapa faktor yang menentukan elastisitas harga permintaan suatu
produk adalah ada tidaknya barang pengganti di pasar, jumlah pengguna/tingkat kebutuhan dari
barang tersebut, dan jenis barang dan pola preferensi konsumen (Sukirno, 1994). Berdasarkan
teori yang ada, tingkat keelastisan beberapa bahan pangan dari yang inelastis sampai yang elastis
secara berturut adalah beras kualitas premium > sayuran organik > cabai > kentang > daging
ayam. Suatu benda akan semakin inelastis ketika barang tersebut tidak memiliki barang
substitusi dan sangat diperlukan sehingga kenaikan harga tidak akan mempengaruhi permintaan
dan penawaran. Menurut saya beras digolongkan paling inelastisitas dibandingkan ke-4 bahan
lain karena beras merupakan kebutuhan pokok utama manusia, meskipun beras premium
harganya mahal, konsumen akan tetap membeli beras kualitas premium karena fungsi dan
kualitasnya tidak dapat digantikan barang lain. Sebaliknya pula, jika harganya turun maka
permintaan konsumen cenderung tetap. Kemudian sayuran organik termasuk juga kedalam
kelompok bahan yang inelastisitas, dengan alasan kebutuhan dalam pemenuhan gizi dan nutrisi
dalam tubuh, maka konsumen akan tetap akan membeli sayuran organik dengan harga yang
cukup tinggi. Cabai (elasitis), karena barang pengganti cabai hanyalah saos sambal maka cabai
termasuk urutan ke-1 tingkat elasitas. Sedangkan kentang dikatakan urutan kedua karena kentang
mempunyai barang substitusi berupa beras dan umbi-umbian. Pertimbangan konsumen dalam
membeli kentang adalah kandungan karbohidrat yang lebih kecil dibandingkan dengan beras.
Pada tingkat elastisitas ke -3 atau dapat dikatakan bahan yang paling elastis permintaannya ialah
daging ayam, saya melihat bahwa daging ayam memiliki banyak subsitusi seperti telur ayam,
daging sapi, daging kambing, dan daging babi. Kemudian persentase pendapatan konsumen
besar dalam membelanjakan daging ayam dan pertimbangan konsumen dalam memilih daging
ayam atau daging yang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura. 2004.http://hortikultura.pertanian.go.id

Pujimulyani, D. 2009.Teknologi Pengelolahan Sayur-Sayuran dan Buah-buahan.GrahaIlmu.


Yogyakarta. 285 pp.

Kurniawan, P. 2015. Pengantar Ekonomi Mikro dan Makro. Andi. Yogyakarta

Schieber, A., Saldana, M. D. A., 2009, Potato Peels: A Source of Nutritionally and
Pharmacologically Interesting Compounds – A Review, GlobalScience Books, 3(2): 23-9
Sukirno, S. 1994. Pengantar Teori Mikroekonomi. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Statistik Produksi Holtikultura. 2015. Statistik Produksi Holtikultura Tahun 2014. Direktorat
Jenderal Pengolahan Kementrian Pertanian. Jakarta

SUSENAS. 2015. Statistik Konsumsi Pangan.


http://epublikasi.setjen.pertanian.go.id/epublikasi/StatistikPertanian/2015/STATISTIK%2
0KONSUMSI%20PANGAN%202015/files/assets/basic-html/page1.html.

Yekti, K. Et al. 2017. Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro. Universitas Katolik Soegijapranata.
Semarang
Winarno, F.G., 1993. Pangan Gizi Teknologi dan Konsumen. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
LAMPIRAN

1. KENTANG
1.1. Konsumsi Kentang per kapita

(SUSENAS, 2015)

1.2. Produksi Kentang nasional

(Statistik Produksi Holtikultura, 2015)


2. DAGING AYAM
2.1.Konsumsi Daging Ayam per kapita

(SUSENAS, 2015)

2.2. Produksi Daging Ayam Nasional

(Statistik Produksi Holtikultura, 2015)


3. CABAI
3.1.Konsumsi Cabai per kapita

(SUSENAS, 2015)

3.2. Produksi Cabai Nasional

(Statistik Produksi Holtikultura, 2015)

Anda mungkin juga menyukai

  • Pendahuluan
    Pendahuluan
    Dokumen2 halaman
    Pendahuluan
    albertfebriano
    Belum ada peringkat
  • Lapres Sosis
    Lapres Sosis
    Dokumen8 halaman
    Lapres Sosis
    albertfebriano
    Belum ada peringkat
  • Dendeng D3
    Dendeng D3
    Dokumen7 halaman
    Dendeng D3
    albertfebriano
    Belum ada peringkat
  • Dendeng A2
    Dendeng A2
    Dokumen7 halaman
    Dendeng A2
    albertfebriano
    Belum ada peringkat
  • KWN Kelompok 9
    KWN Kelompok 9
    Dokumen40 halaman
    KWN Kelompok 9
    albertfebriano
    Belum ada peringkat
  • REMPAH BATUK
    REMPAH BATUK
    Dokumen10 halaman
    REMPAH BATUK
    albertfebriano
    Belum ada peringkat
  • PBL 1 Albert DKK
    PBL 1 Albert DKK
    Dokumen9 halaman
    PBL 1 Albert DKK
    albertfebriano
    Belum ada peringkat
  • Dendeng A2
    Dendeng A2
    Dokumen6 halaman
    Dendeng A2
    albertfebriano
    Belum ada peringkat
  • CV Senat
    CV Senat
    Dokumen1 halaman
    CV Senat
    albertfebriano
    Belum ada peringkat
  • Ham
    Ham
    Dokumen7 halaman
    Ham
    albertfebriano
    Belum ada peringkat
  • Ham
    Ham
    Dokumen7 halaman
    Ham
    albertfebriano
    Belum ada peringkat
  • Laporan Anpang
    Laporan Anpang
    Dokumen33 halaman
    Laporan Anpang
    albertfebriano
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    albertfebriano
    Belum ada peringkat
  • Haspeng Karbo Biokim Kloter F
    Haspeng Karbo Biokim Kloter F
    Dokumen9 halaman
    Haspeng Karbo Biokim Kloter F
    albertfebriano
    Belum ada peringkat