Anda di halaman 1dari 40

BAB I

Pendahuluan

I.I Latar Belakang

Di era globalisasi seperti sekarang ini masyarakat Indonesia khususnya generasi muda
telah mengabaikan Pancasila yang merupakan dasar negara dan UUD 1945 sebagai konstitusi
negara Indonesia, parahnya lagi banyak dari generasi muda bangsa ini tidak mengetahui
makna dari negara dan konstitusi itu sendiri. Sekarang ini kita harus memilah dan memilih
pengaruh positif dan negatif perkembangan di era globalisasi yang dapat menggerus jatidri
bangsa kita.
Maka dari itu perlu adanya pendidikan tentang dasar negara dan konstitusi agar
masyarakat khususnya kaum muda Indonesia bisa memahami dan menjalankan segala bentuk
kegiatan – kegiatan kenegaraan yang berlandaskan pada dasar negara dan konstitusi, namun
tidak menghilangkan jati diri mereka.
Dalam konstitusi dasar negara merupakan sember pembentukan sebuah konstitusi. Dasar
negara adalah sebagai norma hukum tertinggi sebuah negara. Sebagai norma tertinggi , dasar
negara menjadi sumber pembentukan bagi norma-norma hukum yang ada dibawahnya.
Konstitusi merupakan suatu norma hukum dibawah dasar negara. Konstitusi dalam arti luas
adalah hukum tata negara, yaitu keseluruhan aturan dan ketentuan (hukum) yang
menggambarkan sistem ketatanegaraan suatu negara, dan dalam arti sempit sendiri konstitusi
adalah Udang-Undang Dasar, yaitu satu atau beberapa dokumen yang memuat aturan-aturan
yang bersifat pokok.
Dengan demikian, konstitusi bersumber dari dasar negara, norma hukum dibawah dasar
negara isinya tidak boleh bertentangan dengan norma dasar. Isi norma tersebut bertujuan
untuk mencapai cita-cita negara yang terkandung dalam dasar negara. Dasar Negara
merupakan cita hukum dari Negara dan terdapat hubungan yang sangat terkait antara
keduanya yang perlu kita ketahui
Negara bisa menjadi jembatan penghubung antara kebebasan yang satu dan yang lain.
Kebebasan kita merampas barang orang lain, misalnya rakyat titipkan Negara, dan timbal
baliknya Negara menjamin hak milik seseorang. Hasil dari jual beli kebebasan inilah yang
kita namakan hukum. Selain hak milik, kebebasan melakukan kekerasan terhadap orang lain
juga kita harus titipkan kepada Negara. Alasannya, untuk menghindari pertempuran fisik
antara manusia satu dan manusia lainnya. Dinamika masyarakat disekitar kita telah
membuktikannya. Disaat terjadi perselisihan dimana emasi setiap orang meningkat, jika tidak
dicegah akan timbul perkalihan. Jika kekerasan tidak dijamin, bisa dibayangkan apa yang
terjadi dengan si lemah, ia akan menjadi sasaran manusia lain, padahal, si lemahjuga perlu
penghargaan dan pengakuan sebagai manusia. Jika dilihat secara mendalam Negara memiliki
fungsi mewujudkan hak-hak warga negaranya merujuk pendapat Friedrich Hegel, Negara
merupakan organisasi yang muncul sebagai sintesis dari kemerdekaan individual dengan
kemerdekaan universal hal ini mirip dengan apa yang dipaparkan Isiyah Berlin tentang
Negara yang memiliki fungsi untuk menjembatani pertarungan antara kebebasan positif dan
kebebasan negative. Jadi Negara memiliki wewenang penuh mengatur dan mengendalikan
persoalan bersama atas masyarakat. Dalam struktur masyarakat selalu ada dikotomi antara
pengatur dan yang diatur. Jika zaman feudal rakyat diperintah oleh para bangsawan, diera
globalisasi pemerintahan dijalankan oleh elit politik. Namanya saja elit, sehingga jumlahnya
pasti lebih sedikit dan lebih pintar ketimbang rakyat yang diatur. Nah, dalam praktiknya
orang yang mengurusi kepentingan rakyat banyak harus dipilih oleh rakyat. Hal ini terkait
dengan kepercayaan dan legitimaasi rakyat kepada para penyelenggara Negara. Pemilihan
pejabat pengelola Negara harus terlaksana secara jujur dan adil .Negara adalah tempat di
mana satu atau lebih individu menyepakati hukum-hukum dan mengembangkan perangkat
hukum itu sebagai sistem yang fungsional dan berkeadilan, dikembangkan dengan menata
suprastruktur dan infrastruktur kelembagaan politik, ekonomi, dan sosial yang tertib dan
teratur, serta dibina dengan membangun budaya dan kesadaran hukum yang rasional dan
impersonal dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Untuk itu, sistem
hukum itu perlu dibangun dan ditegakkan sebagaimana semestinya, dimulai dengan
konstitusi sebagai hukum yang paling tinggi kedudukannya. Untuk menjamin tegaknya
konstitusi itu sebagai hukum dasar yang berkedudukan tinggi, dibentuk pula sebuah
Mahkamah Konstitusi yang berfungsi sebagai The Guardian sekaligus The Ultimate
Interpreter of The Constitution.

Lalu apakah Konstitusi itu? Konstitusi umunya bersifat kodifikasi yaitu sebuah dokumen
yang berisikan aturan-aturan untuk menjalankan suatu organisasi pemerintaan negara, namun,
konstitusi tidak hanya berupa dokumen tertulis. Konstitusi bagi organisasi pemerintah bisa
dalam beragam bentuk dan kerumitan strukturnya, ada konstitusi politik atau hukum tetapi
juga mengandung konstitusi ekonomi. Konstitusi tersebut melengkapi aturan-aturan yang ada
dalam negara sehingga Negara dan Konstitusi berkaitan satu sama lain.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) adalah
dasar negara Indonesia. Seperti yang termuat dalah pasal 7 ayat (1) UU Nomor 12 Tahun
2011 tentang Peraturan Perundang-Undangan bahwa Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 menduduki urutan tertinggi dalam hirarki perundang-
undangan di Indonesia. Hal demikian membawa konsekuensi hukum terhadap peraturan
perundang-undangan di Indonesia, yaitu bahwa peraturan perundang-undangan di bawah
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 tidak boleh bertentangan
isinya (materiil) maupun mekanisme pembuatannya (formil) dengan Undang-Undang
DasarNegara Republik Indonesia Tahun 1945.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai dasar Negara
Indonesia telah mengalami amandemen sebanyak empat kali. Amandemen Undang - undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah suatu wujud reformasi hukum yang
dilakukan di Indonesia. 

Salah satu substansi penting dari perubahan itu tepatnya dalam amandemen yang
keempat, ialah keberadaan Mahkamah Konstitusi sebagai lembaga negara baru yang berdiri
sendiri dalam melaksanakan kekuasaan kehakiman sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang Nomor 24 Tahun 2003. Dalam pasal 24 ayat (2) UUDN RI Tahun 1945, disebutkan
tentang keberadaan Mahkamah Konstitusi yang kemudian secara lebih rinci kewenangannya
disebutkan dalam pasal 24C ayat (1) dan (2) UUDN RI Tahun 1945.

Maka, oleh sebab itu Konstitusi perlu untuk memahami Pengertian Konstitusi dan sifat
Konstitusi itu sendiri. Agar dalam penerapannya tidak terjadi kekeliruan dan juga
penerapannya. Sebagai warga negara Indonesia, kita perlu mengetahui dan menelisik Negara
dan Konstitusi dengan penjelasan makna negara, dan negara sebagai negara hukum; unsur-
unsur dari suatu negara hukum; bentuk-bentuk negara; perbedaan negara kesatuan dengan
negara serikat; Arti dari Konstitusi; Tujuan ditetapkannya suatu konstitusi dalam suatu
negara; dan Pembedaan Konstitusi berdasarkan sifatnya.

Pengertian Negara Menurut Beberapa Para Ahli


a.       Menurut Gettell
Negara adalah komunitas oknum- oknum, secara permanent mendiami wilayah tertentu,
menuntut dengan sah kemerdekaan diri dari luar dan mempunyai sebuah organisasi
pemerintahan, dengan menciptakan dan menjalankan hukum secara menyeluruh didalam
lingkungan.
b.      Menurut Aristoteles
Negara adalah perpaduan beberapa keluarga mencakupi beberapa desa, hingga pada
akhirnya dapat berdiri sendiri sepenuhnya, dengan tujuan kesenangan dan kehormatan
bersama.
c.       Menurut Georg Jellinek
Negara merupakan organisasi kekuasaan dari kelompok manusia yang telah berdiam di
suatu wilayah tertentu.
d.      Menurut Prof. R. Djokosoetono
Negara adalah suatu organisasi manusia atau kumpulan manusia yang berada di bawah
suatu pemerintahan yang sama
Pengertian Konstiusi Menurut Beberapa Para Ahli
e.       Menurut Prof. Miriam Budiarjo
Konstitusi adalah keseluruhan peraturan, baik yang tertulis maupun tidak tertulis yang
mengatur secara mengikat cara-cara bagaimana suatu pemerintah diselenggarakan dalam
suatu masyarakat. 
f.       Menurut Sri Soemantri
Konstitusi adalah suatu naskah yang memuat suatu bangunan negara dan sendi-sendi sistem
pemerintahan negara. 
g.      Menurut Paul B. Barthollomew
Konstitusi adalah seperangkat hukum-hukum fundamental dan prinsip-prinsip yang
mengatur bagaimana sebuah pemerintah politis dijalankan. 
I.II Rumusan Masalah
Dengan melihat latar belakang di atas mengenai Negara dan Konstitusi, kelompok
kami mempunyai beberapa pertanyaan mendasar:

1. Apa yang dimaksud Negara, dan Negara secara negara hukum?


2. Apa saja unsur-unsur dari suatu negara hukum?
3. Apa saja bentuk-bentuk negara?
4. Apa perbedaan Negara Kesatuan dengan Negara Serikat?
5. Apa yang dimaksud dengan Konstitusi?
6. Apa tujuan ditetapkan konstitusi dalam sebuah negara?
7. Bagaimana pembedaan Konstitusi berdasarkan sifat?

Setelah mengetahui Mindmap dari materi Negara dan Konstitusi, kelompok kami
akan mencoba menjelaskan terlebih dahulu poin pertama dari pertanyaan yang telah
kelompok berikan.
I.III Tujuan Penulisan
Kelompok kami memiliki urgensi untuk menjelaskan mengenai materi Negara dan
Konstitusi, oleh sebab itu kami memberikan tujuh pertanyaan terkait dengan Negara dan
Konstitusi agar lebih mudah dipahami oleh mahasiswa yang mengambil mata kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan. Semoga dengan penjelasan dari kelompok kami, pemahaman
dan pengetahuan mengenai Negara dan Konstitusi lebih terbuka dan kita semua masih belajar
untuk lebih memperdalam pengetahuan.
BAB II

PEMBAHASAN NEGARA DAN KONSTITUSI


II.I Negara

1.Pengertian Negara

Negara merupakan satu atau lebih kekuasaan politik yang berintegrasi menjadi satu.
Negara juga merupakan organisasi yang dalam suatu wilayah dapat memaksakan
kekuasaannya secara sah terhadap semua golongan kekuasaan. Cara-cara dan batas-batas
sampai mana kekuasaan dapat digunakan dalam kehidupan bersama ditetapkan oleh Negara.
Pengendalian ini berdasarkan sistem hukum dan campur tangan pemerintah serta segala alat-
alat perlengkapannya.

Secara literal istilah Negara berasal dari kata asing, yaitu: state (bahasa inggris), Staat
(bahasa Belanda dan Jerman) dan etat (bahasa Perancis), kata stae,staat, dan etat itu di ambil
dari bahasa latin status atau statum, yang berarti keadaan yang tegak dan tetap atau sesuatu
yang bersifat tetap dan tegak. Secara terminology, Negara diartikan dengan organisasi
tertinggi diantara satu kelompok masyarakat yang mempunyai cita-cita untuk bersatu, hidup
dalam daerah tertentu dan mempunyai pemerintah yang berdaulat. Pengertian ini
mengandung nilai konstitutif dari sebuah negara yang meniscayakan adanya unsure dalam
sebuah Negara, yakni adanya masyarakat(rakyat), adanya wilayah(daerah), dan adanya
pemerintah yang berdaulat. Menurut Roger H. Soltao, Negara didefinisikan dengan alat
(agency) atau wewenang masyarakat. Menurut Haroid.J.Laski Negara merupakan suatu
masyarakat yang diintegrasikan karena mempunyai wewenang yang bersifat memaksa dan
yang secara sah lebih agung daripada individu atau kelompok yang merupakan bagian dari
masyarakat itu.Max Weber mendefinisikan bahwa Negara adalah suatu masyarakat yang
mempunyai monopoli dalam penggunaan kekeraasan fisik secara sah dalam suatu wilayah
dengan berdasarkan system hokum yang diselenggarakan oleh suatu pemerintah yang untuk
maksud tersebut diberikan kekuasaan memaksa. Thomas Habbes yang dikutip oleh Weber
mendefinisikan bahwa negara adalah satu-satunya bentuk penggunaan kuasa yang sah.

Pengertian negara adalah suatu wilayah di permukaan bumi yang mana ada
pemerintahan yang berada di wilayah tersebut mengatur kekuasaan baik politik, militer,
ekonomi, sosial maupun budayanya. Pengertian lainnya adalah suatu wilayah yang
mempunyai sistem atau aturan yang berlaku bagi semua individu di wilayah tersebut, serta
berdiri secara independen.

Beberapa pengertian negara yang dikemukakan oleh para ahli antara lain:

 Aristoteles: perpaduan beberapa keluarga mencakupi beberapa desa, hingga pada


akhirnya dapat berdiri sendiri sepenuhnya, dengan tujuan kesenangan dan kehormatan
bersama.
 George Jellinek: Organisasi kekuasaan dari sekelompok manusia yang telah
berkediaman di wilayah tertentu.
 Roelof Krannenburg: Negara adalah suatu organisasi yang timbul karena kehendak
dari suatu golongan atau bangsanya sendiri.
 George Wilhelm Friedrich Hegel: Negara merupakan organisasi keksusilaan yang
muncul sebagai sintesis dari kemerdekaan individual dan kemerdekaan universal.
 Max Webber: Negara adalah suatu masyarakat yang mempunyai monopoli dalam
penggunaan kekerasan fisik secara sah dalam suatu wilayah.
 Prof.R. Djokosoetono: Negara adalah suatu organisasi manusia atau kumpulan
manusia yang berada di bawah suatu pemerintahan yang sama
 Prof.Mr. Soenarko: Negara adalah organisasi masyarakat yang mempunyai daerah
tertentu, dimana kekuasaan negara berlaku sepenuhnya sebagai sebuah kedaulatan.
 Menurut Gettell: Negara adalah komunitas oknum- oknum, secara permanent
mendiami wilayah tertentu, menuntut dengan sah kemerdekaan diri dari luar dan
mempunyai sebuah organisasi pemerintahan, dengan menciptakan dan menjalankan
hukum secara menyeluruh didalam lingkungan.

 Menurut Sunarko: Negara adalah organisasi masyarakat yang mempunyai daerah


yang mana kekuasaan Negara berlaku sebagai kedaulatan.
 Menurut H. J. Laski: Negara adalah suatu masyarakat yang diintegrasikan karena
mempunyai wewenang yang bersifat memaksa dan secara sah lebih agung daripada
individu atau kelompok yang merupakan bagian dari masyarakat itu.
 Menurut Leon Duguit: Negara adalah kekuasaan orang-orang kuat yang memerintah
orang-orang lemah dan kekuasaan orang-orang kuat tersebut diperoleh karena factor
politik.
 Menurut Miriam Budiarjo: Negara adalah suatu daerah territorial yang rakyatnya
diperintah oleh sejumlah pejabat yang berhasil menuntut warganya untuk taat pada
peraturan perundang-undangan melalui penguasaan monopolistis dari kekuasaan yang
sah.

Pengertian negara hukum secara sederhana adalah negara yang penyelenggaraan


kekuasaan pemerintahannya didasarkan atas hukum. Dalam negara hukum, kekuasaan
menjalankan pemerintahan berdasarkan kedaulatan hukum (supremasi hukum) dan bertujuan
untuk menjalankan ketertiban hukum (Mustafa Kamal Pasha, dalam Dwi Winarno, 2006).

Dengan demikian dalam negara hukum, kekuasaan negara berdasar atas hukum,
bukan kekuasaan belaka serta pemerintahan negara berdasar pada konstitusi yang berpaham
konstitusionalisme, tanpa hal tersebut sulit disebut sebagai negara hukum. Supremasi hukum
harus mencakup tiga ide dasar hukum, yakni keadilan, kemanfaatan, dan kepastian. Oleh
karena itu di negara hukum, hukum harus tidak boleh mengabaikan “rasa keadilan
masyarakat”.

Negara-negara komunis atau negara otoriter memiliki konstitusi tetapi menolak


gagasan tentang konstitusionalisme sehingga tidak dapat dikatakan sebagai negara hukum
dalam arti sesungguhnya. Jimly Asshiddiqie (dalam Dwi Winarno, 2006) menyatakan bahwa
negara hukum adalah unik, sebab negara hendak dipahami sebagai suatu konsep hukum.
Dikatakan sebagai konsep yang unik karena tidak ada konsep lain. Dalam negara hukum
nantinya akan terdapat satu kesatuan sistem hukum yang berpuncak pada konstitusi atau
undang-undang dasar.

Negara tidak campur tangan secara banyak terhadap urusan dan kepentingan warga
negara. Namun seiring perkembangan zaman, negara hukum formil berkembang menjadi
negara hukum materiil yang berarti negara yang pemerintahannya memiliki keleluasaan
untuk turut campur tangan dalam urusan warga dengan dasar bahwa pemerintah ikut
bertanggung jawab terhadap kesejahteraan rakyat. Negara bersifat aktif dan mandiri dalam
upaya membangun kesejahteraan rakyat.

Tujuan Negara ada bermacam-macam diantaranyalah adalah :


a) Memperluas kekuasaan

b) Menyelenggarakan ketertiban hukum

c) Mencapai kesejahteraan hukum.


Menurut Plato tujuan negara adalah untuk memajukan kesusilaan manusia,
sebagai perseorangan (individu) dan sebagai makhluk social. Sedangkan menurut

Roger H. Soltau tujuan Negara adalah memungkinkan rakyatnya berkembang serta


menyelenggarakan daya ciptanya sebebas mungkin. Dalam ajaran dan konsep teokratis,
tujuan Negara adalah untuk mencapai penghidupan dan kehidupan aman dan tenteram
dengan taat kepada dan dibawah pimpinan Tuhan.

Dalam kontek Negara Indonesia, tujuan Negara adalah untuk memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan social.

CIRI-CIRI NEGARA HUKUM

Negara hukum merupakan terjemahan dari istilah Rechtsstaat atau Rule of Law.
Friedrich Julius Stahl dari kalangan ahli hukum Eropa Kontinental memberikan ciri-ciri
Rechtsstaat sebagai berikut.
1) Hak asasi manusia
2) Pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin hak asasi manusia yang biasa
dikenal sebagai Trias Politika
3) Pemerintahan berdasarkan peraturan-peraturan
4) Peradilan administrasi dalam perselisihan

Adapun AV Dicey dari kalangan ahli hukum Anglo Saxon memberi ciri-ciri Rule of Law
sebagai berikut.
1) Supremasi hukum, dalam arti tidak boleh ada kesewenang-wenangan, sehingga seseorang
hanya boleh dihukum jika melanggar hukum.
2) Kedudukan yang sama di depan hukum, baik bagi rakyat biasa maupun bagi pejabat
3) Terjaminnya hak-hak manusia dalam undang-undang atau keputusan pengadilan

Ciri-ciri Rechtsstaat atau Rule of Law di atas masih dipengaruhi oleh konsep negara hukum
formil atau negara hukum dalam arti sempit. Dari pencirian di atas terlihat bahwa peranan
pemerintah hanya sedikit karena ada dalil bahwa “Pemerintah yang sedikit adalah pemerintah
yang baik”. Dengan munculnya konsep negara hukum materiil pada abad ke-20 maka
perumusan ciri-ciri negara hukum sebagaimana dikemukakan oleh Stahl dan Dicey di atas
kemudian ditinjau lagi sehingga dapat menggambarkan perluasan tugas pemerintahan yang
tidak boleh lagi bersifat pasif. Sebuah komisi para juris yang tergabung dalam International
Comunition of Jurits pada konferensi Bangkok tahun 1965 merumuskan ciri-ciri
pemerintahan yang demokratis di bawah Rule of Law yang dinamis. Ciri-ciri tersebut adalah
:
1) Perlindungan konstitusional, dalam arti bahwa konstitusi selai daripada menjamin hak-hak
individu harus menentukan pula cara prosedural untuk memperoleh perlindungan atas hak-
hak yang dijamin
2) Badan Kehakiman yang bebas dan tidak memihak
3) Kebebasan untuk menyatakan pendapat
4) Pemilihan umum yang bebas
5) Kebebasan untuk berorganisasi dan beroposisi
6) Pendidikan civics (kewarganegaraan)

Prof. Sudargo Gautama mengemukakan 3(tiga) ciri atau unsur dari negara hukum, yakni
sebagai berikut.
1) Terdapat pembatasan kekuasaan negara terhadap perorangan, maksudnya negara tidak
dapat bertindak sewenang-wenang. Tindakan negara dibatasi oleh hukum, individual
mempunyai hak terhadap negara atau rakyat mempunyai hak terhadap penguasa.
2) Asas legalitas
Setiap tindakan negara harus berdasarkan hukum yang telah diadakan terlebih dahulu yang
harus ditaati juga oleh pemerintah atau aparaturnya.
3) Pemisahan kekuasaan

Agar hak-hak asasi betul-betul terlindungi, diadakan pemisahan kekuasaan yaitu badan yang
membuat peraturan perundang-undangan, melaksanakan dan badan yang mengadilin harus
terpisah satu sama lain tidak berada dalam satu tangan.
Frans Magnis Suseno (1997) mengemukakan adanya 5 (lima) ciri negara hukum sebagai
salah satu ciri hakiki negara demokrasi.

Kelima ciri negara hukum tersebut adalah sebagai berikut :


1) Fungsi kenegaraan dijalankan oleh lembaga yang bersangkutan sesuai dengan ketetapan
sebuah undang-undang dasar.
2) Undang-undang dasar menjamin hak asasi manusia yang paling penting. Karena tanpa
jaminan tersebut, hukum akan menjadi sarana penindasan. Jaminan hak asasi manusia
memastikan bahwa pemerintah tidak dapat menyalahgunakan hukum untuk tindakan yang
tidak adil atau tercela
3) Badan-badan negara menjalankan kekuasaan masing-masing selalu dan hanya taat pada
dasar hukum yang berlaku.
4) Terhadap tindakan badan negara, masyarakat dapat mengadu ke pengadilan dan putusan
pengadilan dilaksanakan oleh badan negara.
5) Badan kehakiman bebas dan tidak memihak.

Mustafa Kamal Pasha (2003) menyatakan adanya tiga ciri khas negara hukum, yaitu
1) Pengakuan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia

Di dalam ciri ini terkandung ketentuan bahwa di dalam suatu negara hukum dijamin
adanya perlindungan hak asasi manusia berdasarkan ketentuan hukum. Jaminan itu umumnya
dituangkan dalam konstitusi negara bukan pada peraturan perundang-undangan di bawah
konstitusi negara. Undang-undang dasar negara berisi ketentuan-ketentuan tentang hak asasi
manusia. Inilah salah satu gagasan konstitusionalisme
2) Peradilan yang bebas dari pengaruh kekuasaan lain dan tidak memihak.

Dalam ciri ini terkandung ketentuan bahwa pengadilan sebagai lembaga peradilan dan
badan kehakiman harus benar-benar independen dalam membuat putusan hukum, tidak
dipengaruhi oleh kekuasaan lain terutama kekuasaan eksekutif. Dengan wewenang sebagai
lembaga yang mandiri terbebas dari kekuasaan lain, diharapkan negara dapat menegakkan
kebenaran dan keadilan.
3) Legalitas dalam arti hukum dalam segala bentuknya

Bahwa segala tindakan penyelenggara negara maupun warga negara dibenarkan oleh
kaidah hukum yang berlaku serta dapat dipertanggungjawabkan secara hukum.
INDONESIA SEBAGAI NEGARA HUKUM

Dasar pijakan bahwa negara Indonesia adalah negara hukum tertuang pada Pasal 1
ayat 3 UUD 1945, yang menyebutkan bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”.
Dimasukkannya ketentuan ini ke dalam bagian pasal UUD 1945 menunjukkan semakin
kuatnya dasar hukum serta menjadi amanat negara, bahwa negara Indonesia adalah dan harus
merupakan negara hukum.

Sebelumnya, landasan negara hukum Indonesia ditemukan dalam bagian Penjelasan


Umum UUD 1945 tentang Sistem Pemerintahan Negara, yaitu sebagai berikut.
1) Indonesia adalah negara yang berdasar atas hukum (Rechsstaat). Negara Indonesia
berdasar atas Hukum (Rechsstaat), tidak berdasar atas kekuasaan belaka (Machtsstaat).
2) Sistem Konstitusional. Pemerintah berdasar atas sistem konstitusi (hukum dasar), tidak
bersifat absolutisme (kekuasaan yang tidak terbatas).

Berdasarkan perumusan di atas, negara Indonesia memakai sistem Rechsstaat yang


kemungkinan dipengaruhi oleh konsep hukum Belanda yang termasuk dalam wilayah Eropa
Kontinental.

Konsepsi negara hukum Indonesia dapat dimasukkan negara hukum materiil, yang
dapat dilihat pada Pembukaan UUD 1945 Alenia IV. Dasar lain yang dapat dijadikan
landasan bahwa negara Indonesia adalah negara hukum yakni pada Bab XIV tentang
Perekonomian Nagara dan Kesejahteraan Sosial Pasal 33 dan 34 UUD 1945, yang
menegaskan bahwa negara turut aktif dan bertanggung jawab atas perekonomian negara dan
kesejahteraan rakyat.
Negara Hukum Indonesia menurut UUD 1945 mengandung prinsip-prinsip sebagai berikut.
1. Norma hukumnya bersumber pada Pancasila sebagai hukum dasar nasional;
2. Sistem yang digunakan adalah Sistem Konstitusi;
3. Kedaulatan rakyat atau Prinsip Demokrasi;
4. Prinsip kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan (Pasal 27 (1) UUD 1945);
5. Adanya organ pembentuk undang-undang (Presiden dan DPR);
6. Sistem pemerintahannya adalah Presidensiil;
7. Kekuasaan kehakiman yang bebas dari kekuasaan lain (eksekutif);
8. Hukum bertujuan untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial; dan
9. Adanya jaminan akan hak asasi dan kewajiban dasar manusia (Pasal 28 A-J UUD 1945).

UNSUR UNSUR NEGARA HUKUM


Gagasan tentang negara hukum yang telah dikembangkan oleh para ahli baik oleh
Plato, Aristoteles, John Lock, Montesque dan sebagainya masih bersifat samar-samar dan
tenggelam dalam waktu yang sangat panjang, kemudian muncul kembali secara lebih
eksplisit pada abad ke-19, yaitu dengan munculnya konsep Rechsstaat yang dikembangkan
oleh Frederich Julius Stahl di Eropa Contiental yang diilhami oleh pemikiran Immanuel Kant.
Menurut Stahl, unsur-unsur negara hukum (rechtsstaat) adalah:
1.  Perlindungan hak-hak asasi manusia;
2.  Pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin hak-hak itu;
3.  Pemerintahan berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan; dan
4.  Peradilan administrasi dalam perselisihan.
Pada saat yang hampir bersamaan muncul pula konsep negara hukum (Rule of Law)
yang dikembangkan oleh A.V Dicey, yang lahir dalam naungan sistem hukum Anglo-
Saxon.Dicey mengemukakan unsur-unsur Rule of Law sebagai berikut.
1.  Supremasi aturan-aturan hukum (supremacy of the law), yaitu tidak adanya kekuasaan
sewenang-wenang (absence of arbitrary power);
2.  Kedudukan yang sama dalam menghadapi hukum (equality before the law). Dalil ini berlaku
baik untuk orang biasa maupun orang pejabat.
3.  Terjaminnya hak-hak manusia oleh undang-undang (di negara lain oleh Undang-Undang
Dasar) serta keputusan-keputusan pengadilan.
Lebih lanjut H. Abdul Latief mengemukakan bahwa Negara hukum pada prinsipnya
mengandung unsur-unsur:
1.  Pemerintahan dilakukan berdasarkan undang-undang (asas legalitas) dimana kekuasaan dan
wewenang yang dimiliki pemerintah hanya semata-mata ditentukan oleh Undang-Undang
Dasar atau Undang-Undang;
2.  Dalam Negara itu hak-hak dasar manusia diakui dan dihormati oleh penguasa yang
bersangkutan;
3.  Kekuasaan pemerintah dalam Negara itu tidak dipusatkan dalam satu tangan, tetapi harus
diberi kepada lembaga-lembaga kenegaraan di mana yang satu melakukan pengawasan
terhadap yang lain sehingga tercipta suatu keseimbangan kekuasaan antara lembaga-lembaga
kenegaraan tersebut;
 4. Perbuatan pemerintah yang dilakukan oleh aparatur kekuasaan pemerintah dimungkinkan
untuk dapat diajukan kepada pengadilan yang tidak memihak yang diberi wewenang menilai
apakah perbuatan pemerintahan tersebut bersifat melawan hukum atau tidak.

Munculnya “unsur peradilan administrasi dalam perselisihan” pada konsep


rechtsstaatmenunjukan adanya hubungan historis antara negara hukum Eropa Kontinental
dengan hukum Romawi. Philipus M. Hadjon menberikan pendapat berikut ini:
“Konsep rechsstaat bertumpu pada sistem hukum kontinental yang disebut “Civil
Law” atau ”Modern Roman Law”, sedangkan konsep Rule Of Law bertumpu atas sistem
hukum yang disebut “Common Law”.
Karakteristik civil law adalah administratif, sedangkan karakteristik common law
adalah judicial.Perbedaan Karakteristik yang demikian disebabkan karena latar belakang
daripada kekuasaan raja. Pada Zaman Romawi, kekuasaan yang menonjol dari raja ialah
membuat peraturan melalui dekrit. Kekuasaan itu kemudian didelegasi kepada pejabat-
pejabat administratif yang membuat pengarahan-pengarahan tertulis bagi hakim tentang
bagaimana memutus suatu sengkata. Begitu besarnya peranan administrasi, sehingga tidaklah
mengherankan kalau dalam sistem continental-lah mula pertama muncul cabang hukum baru
yang disebut “droit administraf “ dan inti dari “droit administraf“ adalah hubungan antara
administrasi dengan rakyat, di Kontinen dipikirkan langkah-langkah untuk membatasi
kekuasaan administrasi negara (hukum administrasi dan peradilan administrasi).”

Dalam perkembangannya konsep negara hukum tersebut kemudian mengalami


penyempurnaan, yang secara umum dapat dilihat di antaranya:”
1.  Sistem pemerintah negara yang didasarkan atas kedaulatan rakyat;
2.  Bahwa pemerintah dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya harus berdasar atas hukum
atau Peraturan Perundang-Undangan;
3.  Adanya jaminan terhadap hak-hak asasi manusia (warga negara);
4.  Adanya pembagian kekuasaan dalam negara;
5.  Adanya pengawasan dari badan-badan peradilan (rechterlijke controle) yang bebas dan
mandiri, dalam arti lembaga peradilan tersebut benar-benar tidak memihak dan tidak berada
di bawah pangaruh eksekutif;
6.  Adanya peran yang nyata dari anggota-anggota masyarakat atau warga negara untuk turut
serta mengawasi perbuatan dan pelaksanaan kebijaksanaan yang dilakukan oleh pemerintah;
7.  Adanya sistem perekonomian yang dapat menjamin pembagian yang merata sumber daya
yang diperlukan bagi kemakmuran warga negara.

Perumusan unsur-unsur negara hukum ini tidak terlepas dari falsafah dan sosio politik
yang melatarbelakanginya, terutama pengaruh falsafah individualisme, yang menempatkan
individu atau warga negara sebagai primus interpares dalam kehidupan bernegara. Oleh
karena itu, unsur pembatasan kekuasaan Negara untuk melindungi hak-hak individu
menempati posisi yang signifikan. Semangat membatasi kekuasaan Negara ini semakin
kental segera setelah lahirnya adagium yang begitu popular dari Lord Acton, yaitu “Power
tends to corrupt, but absolute power corrupt absolutely”; (Manusia yang mempunyai
kekuasaan cenderung untuk menyalahgunakan kekuasaan itu, tetapi kekuasaan yang tidak
terbatas (absolute) pasti akan disalahgunakan). Model Negara hukum seperti ini berdasarkan
catatan sejarah dikenal dengan sebutan demokrasi konstitusional, dengan ciri bahwa
pemerintah yang demoktratis adalah pemerintah yang terbatas kekuasaannya dan tidak
dibenarkan bertindak sewenang-wenang terhadap warga negaranya. Pembatasan-pembatasan
sering disebut “pemerintah berdasarkan kontitusi” (constitutional government).Meskipun
tidak semua Negara yang memiliki konstitusi diilhami oleh semangat individualisme,
semangat untuk melindungi kepentingan individu melalui konstitusi dianggap paling
memungkinkan, terlepas dari falsafah Negara yang bersangkutan. Dengan kata lain, esensi
dari Negara berkonstitusi adalah perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia. Atas dasar
itu, keberadaan konstitusi dalam suatu Negara merupakan condition sine quanon.

Menurut Sri Soemantri, tidak ada suatu negarapun di dunia ini yang tidak mempunyai
konstitusi atau Undang-Undang Dasar. Negara dan konstitusi merupakan dua lembaga yang
tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain. Bila Negara hukum diidentikkan dengan
keberadaan konstitusi dalam suatu Negara, maka benar apa yang dikemukakan oleh A.
Hamid S. Attamimi, yang mengatakan bahwa dalam abad ke 20 ini hampir tidak ada suatu
Negara pun yang menganggap sebagai Negara modern tanpa menyebutkan dirinya “Negara
berdasar atas hukum”. Dengan demikian, dalam batas-batas minimal, negara hukum identik
dengan Negara yang berkonstitusi atau Negara yang menjadikan konstitusi sebagai aturan
main kehidupan kenegaraan, pemerintahan, dan kemasyarakatan.
2.Unsur-Unsur Negara

Dari pengertian di atas, dapat dirinci ada tiga syarat sebuah negara terbentuk, yaitu:

1. Memiliki rakyat;
2. Memiliki wilayah; dan
3. Memiliki pemerintahan yang berdaulat.

Ketiga hal ini disebut syarat primer, sedangkan mendapatkan pengakuan dari negara
lain merupakan syarat sekunder.

Pengorganisasian masyarakat yang mempunyai rakyat dalam suatu wilayah tersebut,


dengan sejimlah orang yang menerima keberadaan organisasi itu merupakan Negara. Syarat
lain keberadaan negara adalah adanya wilayah tertentu tempat negara itu berada. Hal lainnya
adalah kedaulatan, bahwa negara diakui oleh warganya sebagai pemegang kekuasaan
tertinggi atas diri mereka pada wilayah dimana tempat negara berada.

3.Bentuk-Bentuk Negara

Ada enam bentuk negara yang dapat dipelajari pada materi Pendidikan
Kewarganegaraan, yaitu:

1. Negara Kesatuan
2. Negara Serikat/Federasi
3. Negara Koloni
4. Negara Perwalian (Trustee)
5. Negara Mandat
6. Negara Protektorat

Pembahasan kelompok kami hanya akan fokus pada 2 bentuk negara yaitu Negara Kesatuan
dan Negara Serikat/Federasi, selain itu hanya pengertian secara umumnya saja.

1. Negara Kesatuan

Negara kesatuan adalah negara merdeka dan berdaulat yang pemerintahannya diatur
oleh pemerintah pusat. Bentuk negara yang merdeka dan berdaulat, dengan satu
Pemerintahan Pusat yang berkuasa dan mengatur seluruh daerah. Ada dua bentuk Negara
kesatuan berdasarkan pemerintahannya, yaitu:

a. Negara Kesatuan dengan Sistem Sentralisasi: sistem pemerintahan yang seluruh


persoalan terkait dengan negara langsung diatur dan diurus oleh Pemerintah Pusat,
sementara daerah-daerah tinggal melaksanakannya.
Contoh dari Negara Kesatuan dengan Sistem Sentralisasi adalah Indonesia pada
saat Pemerintahan Orde Baru, Soeharto. Berupa ekonomi komando, Orde Baru
cenderung Sentralistik dan hal ini menyebabkan Pak Harto melupakan daerah-
daerah yang ada di pedalaman.
b. Negara Kesatuan dengan Sistem Desentralisasi: Kepala daerah diberikan
kesempatan dan kekuasaan untuk mengurus rumah tangganya sendiri, yang
dikenal dengan otonomi daerah.
Contoh dari Negara Kesatuan dengan sistem desentralisasi adalah Indonesia pada
saat ini, pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla, memberikan amanat kepada
kepala daerah untuk memperkuat infrastruktur berdasarkan cara kepala daerah,
memberikan kesempatan UMKM untuk berkontribusi meningkatkan ekonomi
masyarakat dengan memberikan opsi pemerintah akan bekerjasama dengan pelaku
entrepreneur saat ide bisnis disetujui dan dijalankan, pelaku entrepreneur sebagai
masyarakat menengah ke atas mempunyai banyak kontribusi dalam meningkatkan
investasi dan penjualan domestik negara. Contoh lain adalah proyek mobil dalam
negeri yang telah berkembang pesat di Solo. Adalah salah satu contoh di mana
Daerah Solo diberi kebebasan untuk mengembangkan daerahnya sesuai dengan
potensi untuk memberikan kontribusi terhadap negara.

2. Negara Serikat atau Federasi

Negara Serikat atau Federasi adalah negara yang terdiri atas gabungan beberapa
Negara Bagian, Kekhasan asli dalam Negara Federasi merupakan tugas Negara Bagian
karena berhubungan langsung dengan rakyatnya. Sementara itu, Negara Federasi bertugas
untuk menjalankan hubungan Luar Negeri, Pertahanan Negara, Keuangan dan Urusan Pos.

Contoh dari Negara Serikat ini adalah Amerika Serikat. Amerika Serikat mempunyai
50 negara bagian dan sebuah distrik federal. 48 negara bagian yang bersebelahan, sementara
2 yaitu Alaska dan Hawaii terpisah dari dataran utama Amerika Serikat. Warga negara
Amerika Serikat tunduk pada tiga tingkat pemerintahan yaitu Tingkat Federal, negara bagian,
dan pemerintah daerah.

Beberapa bentuk negara didasarkan pada jumlah orang yang memerintah dalam sebuah
negara adalah sebagai berikut:

a. Monarchi: adalah bentuk negara yang dalam pemerintahaannya hanya dikuasai dan
diperintah oleh satu orang saja.
b. Oligarki: Bentuk negara yang dipimpin oleh beberapa orang. Biasanya model negara
ini diperintah oleh kelompok orang yang berasal dari kalangan feodal/orang kaya.
c. Demokrasi: bentuk negara yang pemerintahan tertinggi terletak di tangan rakyat.
Dalam bentuk negara yang demokratis, rakyat memiliki kekuasaan penuh dalam
menjalankan pemerintahan.

3. Negara Koloni: adalah suatu negara yang menjadi jajahan dari Negara Lain. Urusan politik
dan pemerintahan masih tergantung pada negara yang menjajahnya. Contohnya adalah
Indonesia pernah menjadi Koloni Belanda pada saat zaman penjajahan Belanda.

4. Negara Perwalian (Trustee) adalah wilayah jajahan dari Negara-negara yang kalah dalam
Perang Dunia II dan berada di bawah naungan Dewan Perwalian PBB. Contohnya adalah
Papua New Guinea bekas jajahan Inggris, berada di bawah naungan PBB sampai dengan
tahun 1975.

5. Negara Mandat adalah suatu Negara yang berasal dari daerah jajahan dari Negara-negara
yang kalah dalam Perang Dunia I, dan di bawah perlindungan Dewan Mandat PBB.
Contohnya adalah Kamerun bekas jajahan Jerman menjadi mandat Perancis.

6. Negara Protektorat adalah negara yang berada di bawah lindungan Negara lain yang lebih
kuat. Contohnya adalah Saudi Arabia di bawah naungan Amerika Serikat.

Setelah mengetahui bentuk-bentuk negara berdasarkan pengertiannya, kelompok kami


masuk pada perbedaan Negara Kesatuan dengan Negara Serikat/Federasi.

4 Perbedaan Negara Kesatuan dengan Negara Serikat/Federasi

Pada zaman Orde Baru, dipimpin oleh Bapak Soeharto, Indonesia menjadi bentuk
Negara Kesatuan dengan Sistem Sentralisasi. Namun dewasa ini, Indonesia menggunakan
bentuk Negara Kesatuan dengan Sistem Desentralisasi. Perbedaannya dengan Negara serikat
adalah sebagai berikut:

1. Negara Kesatuan dengan Sistem Desentralisasi (Republik):


 Hak otonom daerah diperoleh dari pemerintah pusat
 Daerah bagiannya berstatus daerah otonom
 Daerah otonom tidak memiliki wewenang membuat undang-undang
 Wewenang membuat UUD hanya ada di tangan pemerintah pusat
 Kekuasaan pemerintah pusat merupakan asli
 Kekuasaan mengatur rumah tangga yang dimiliki daerah relatif terbatas
2. Negara Serikat/Federasi:
 Hak otonom negara bagiannya merupakan hak asli.
 Daerah bagiannya berstatus negara
 Negara bagian memiliki wewenang membuat undang-undang
 Wewenang membuat UUD ada pada pemerintah Federal dan pemerintah
negara bagian.
 Kekuasaan pemerintah federal berasal dari masing-masing negara bagian
 Negara bagian memiliki kekuasaan mengatur rumah tangga daerahnya relatif
luas.

Dengan melihat poin-poin di atas mengenai perbedaan Negara Kesatuan dengan


Negara Serikat/Federasi, kekuasaan pemerintah Pusat (Kesatuan/Republik) merupakan asli.
Kekuasaan pemerintah Serikat/Federal berasal dari masing-masing negara bagian.

Negara Kesatuan hanya ada satu Kebijaksanaan yang menyangkut persoalan politik,
ekonomi, sosial, budaya serta pertahanan dan keamanan. Contoh: Indonesia mempunyai
GBHN (Garis Besar Haluan Negara) pada saat pemerintahan Soekarno dan Soeharto yang
mengatur mengenai persoalan poleksosbudhankam. Sedangkan Serikat/Federasi, memiliki
banyak kebijaksanaan mengenai persoalan politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan
keamanan.

Perbedaan perbandingan antara Negara kesatuan dengan Negara federal :

1. Perbedaan pertama, terletak kepada pengelolaan negara. Jika negara kesatuan adalah
sebuah negara yang memiliki otoritas penuh dalam mengurus negaranya. Negara
kesatuan memiliki beberapa provinsi yang dipimpin oleh kepala daerah. Sedangkan
negara serikat adalah negara yang terdiri dari negara-negara bagian dan seti
ap negara bagian memiliki otoritas sendiri dalam mengelola negaranya.
2. Perbedaan kedua, perbedaan yang mendasar dari negara kesatuan dan negara serikat
adalah konsep kumpulan negara-negaranya. Jika negara kesatuan menunjukkan
bahwa sebuah negara yang utuh dan tidak terpecah-pecah.
Sedangkan negara serikat adalah terdiri dari beberapa negara yang bersatu menjadi
sebuah negara serikat. Sebuah contoh adalah Amerika Serika dan Uni Soviet sebagai
negara serikat. Sedang Indonesia, malaysia dan filipina merupakan contoh negara
kesatuan.
3. Perbedaan ketiga, terkait dengan kebijakan yang dikelola pemerintah. Negara
kesatuan pemerintah pusat memiliki kebijakan sepenuhnya pada negara. Negara
serikat memberikan hak asasi kepada setiap negara-negara bagiannya.
4. Perbedaan keempat, tentang UUD dalam negara kesatuan adalah kitab suci tertinggi
dan bersifat mengikat. Sedang negara serikan menjadikan UUD sebagai sesuatu yang
tidak mengikat. Negara-negara bagian di negara serikat tidak terikat pada UUD asal
tidak selalu bertentangan dengan isi UUD itu.
5. Bagian kelima, tentang kemandirian sebuah bangsa. Jika negara kesatuan diakomodir
oleh pusat. Sedang negara serikat memberikan kemandirian pada negara-negara
bagian.
6. Bagian keenam, terkait dengan keputusan negara. Jika negara kesatuan otoritas penuh
diambil alih kepala negara. Sedang negara serikat kebijakan tidak terikat dengan
pemerintahan pusat
5. Pengertian Konstitusi

Konstitusi berasal dari kata constitution (Bhs. Inggris) – constitutie (Bhs. Belanda) –
constituer (Bhs. Perancis), yang berarti membentuk, menyusun, menyatakan. Dalam bahasa
Indonesia, konstitusi diterjemahkan atau disamakan artinya dengan UUD. Konstitusi menurut
makna katanya berarti dasar susunan suatu badan politik yang disebut negara. Konstitusi
menggambarkan keseluruhan sistem ketatanegaraan suatu negara, yaitu berupa kumpulan
peraturan untuk membentuk, mengatur, atau memerintah negara. Peraturan-peraturan tersebut
ada yang tertulis sebagai keputusan badan yang berwenang, dan ada yang tidak tertulis
berupa konvensi. Dalam konsep dasar konstitusi, pengertian konstitusi:
1) Kontitusi itu berasal dari bahasa parancis yakni constituer yang berarti membentuk.
2) Dalam bahasa latin konstitusi berasal dari gabungan dua kata yaitu “Cume” berarti bersama
dengan dan “Statuere” berarti membuat sesuatu agar berdiri atau mendirikan, menetapkan
sesuatu, sehingga menjadi “constitution”.
3) Dalam istilah bahasa inggris (constution) konstitusi memiliki makna yang lebih luas dan
undang-undang dasar. Yakni konstitusi adalah keseluruhan dari peraturn-peraturan baik yang
tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur secara mengikat cara-cara bagaimana sesuatu
pemerintahan diselenggarakan dalam suatu masyarakat.
4) Dalam terminilogi hokum islam (Fiqh Siyasah) konstitusi dikenal dengan sebutan DUSTUS
yang berati kumpulan faedah yang mengatur dasar dan kerja sama antar sesame anggota
masyarakat dalam sebuah Negara.
5) Menurut pendapat James Bryce, mendefinisikan konstitusi sebagai suatu kerangka
masyarakat politik (Negara yang diorganisir dengan dan melalui hokum. Dengan kata lain
konstitusi dikatakan sebagai kumpulan prinsip-prinsip yang mengatur kekuasaan
pemerintahan, hak-hak rakyat dan hubungan diantara keduanya.

Dalam perkembangannya, istilah konstitusi mempunyai dua pengertian. Dalam pengertian


luas (dikemukakan oleh Bolingbroke), konstitusi berarti keseluruhan dari ketentuan-
ketentuan dasar atau hukum dasar. Seperti halnya hukum pada umumnya, hukum dasar tidak
selalu merupakan dokumen tertulis atau tidak tertulis atau dapat pula campuran dari dua
unsur tersebut. Sebagai hukum dasar yang tertulis atau undang-undang Dasar dan hukum
dasar yang tidak tertulis / Konvensi.
Konvensi sebagai aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktek
penyelenggaraan bearnegara mempunyai sifat :
a. Merupakan kebiasaan yang berulangkali dalam prektek penyelenggaaraan Negara
b. Tidak beartentangan dengan hukum dasar tertulis/Undang-undang Dasar dan bearjalan
sejajar.
c. Diterima oleh rakyat negara.Bersifat melengkapi sehingga memungkinkan sebagai aturan
dasar yang tidak terdapat dalam Undang-undang Dasar. Konstitusi sebagiai hukum dasar
memuat aturan-aturan dasar atau pokok-pokok penyelenggaraan bernegara, yang masih
bersifat umum atau bersifat garis besar dan perlu dijabarkan lebih lanjut kedalam norma
hukum dibawahnya.
Dalam arti sempit (dikemukakan oleh Lord Bryce), konstitusi berarti piagam dasar atau
UUD, yaitu suatu dokumen lengkap mengenai peraturan-peraturan dasar negara. Contohnya
adalah UUD 1945.
Istilah konstitusi secara umum menggambarkan keseluruhan sistem ketatanegaraan
suatu negara, yaitu berupa kumpulan peraturan yang membentuk mengatur atau memerintah
negara, peraturan-peraturan tersebut ada yang tertulis dan ada yang tidak tertulis.
Sehubungan dengan konstitusi ini para sarjana dan Ilmuan Hukum Tata Negara terjadi
perbedaan pendapat:
1. Kelompok yang menyamakan konstitusi dengan undang-undang;
2. Kelompok yang membedakan konstitusi dengan undang-undang.
Menurut paham Herman Heller, konstitusi mempunyai arti yang lebih luas dari undang-
undang. Dia membagi konstitusi dalam tiga pengertian antara lain:
a. Konstitusi mencerminkan kehidupan politik dalam masyarakat sebagai suatu kenyataan (Die
Polotiche Verfasung Als Gesellchaftliche)
b. Unsur-unsur hukum dari konstitusi yang hidup dalam masyarakat dijadikan sebagai suatu
kesatuan hukum dan tugas mencari unsur-unsur hukum ” Abstraksi ”.
c. Ditulis dalam suatu naskah sebagai undang-undang yang tertinggi dan berlaku dalam suatu
negara.
Menurut Lord Bryce, terdapat empat motif timbulnya konstitusi :
1. Adanya keinginan anggota warga negara untuk menjamin hak-haknya yang mungkin
terancam dan sekaligus membatasi tindakan-tindakan penguasa;
2. Adanya keinginan dari pihak yang diperintah atau yang memerintah dengan harapan untuk
menjamin rakyatnya dengan menentukan bentuk suatu sistem ketatanegaraan tertentu;
3. Adanya keinginan dari pembentuk negara yang baru untuk menjamin tata cara
penyelenggaraan ketatanegaraan;
4. Adanya keinginan untuk menjamin kerja sama yang efektif antar negara bagian.

Konstitusi pada umumnya memiliki sifat kondifikasi, yaitu sebuah dokumen yang
berisi aturan untuk menjalankan sebuah organisasi pemerintahan Negara. Konstitusi bagi
organisasi pemerintahan terdapat beraneka ragam bentuk dan kompleksitas struktur,terdapat
konstitusi politik ataupun hukum tetapi juga mengandung arti konstitusi ekonomi. Istilah
konstitusi berasal dari berbagai macam bahasa mulai dari bahasa Inggris yaitu “Constitution”
dalam bahasa Belanda “constitue” dalam bahasa latin contitutio,constituere, dalam bahasa
perancis yaitu “constiture” dan dalam bahasa jerman “vertassung”. Konstitusi atau Undang-
Undang berarti peraturan yang berisi ketentuan-ketentuan pokok dan bergabung menjadi satu
sumber perundang-undangan. Secara umum konstitusi adalah Suatu dokumen yang
didalamnya memuat keseluruhan peraturan-peraturan yang mengatur dengan mengikat dalam
penyelenggaraan ketatanegaraan dalam suatu negara. Konstitusi menurut makna katanya
berarti dasar susunan suatu badan politik yang dinamakan negara. Konstitusi merupakan
gambaran keseluruhan sistem ketatanegaraan suatu negara yang berupa kumpulan peraturan
yang berfungsi untuk membentuk, mengatur atau memerintah negara.

 Pengertian Konstitusi dalam arti luas yang dikemukakan oleh Bolingbroke, bahwa


pengertian konstitusi dalam arti luas adalah keseluruhan dari ketentuan-ketentuan
dasar atau hukum dasar. Seperti halnya hukum pada umumnya dimana hukum dasar
tidak selalu berupa dokumen tertulis. Hukum dasar dapat berdiri dari unsur-unsur
tertulis atau tidak tertulis atau dapat juga merupakan campuran dari dua unsur
tersebut. 

 Pengertian Konstitusi dalam arti sempit yang dikemukakan oleh Lord Bryce, bahwa
pengertian konstitusi dalam arti sempit adalah piagam dasar atau UUD, yaitu suatu
dokumen lengkap mengenai peraturan-peraturan dasar negara. UUD 1945, Konstitusi
Amerika Serikat 1787, Konstitusi Prancis 1789, dan Konstitusi Konfederasi Swiss
1848 merupakan contohnya. Jadi, Pengertian konstitusi dalam arti sempit adalah
sebagian dari hukum  dasar yang merupakan satu dokumen tertulis yang lengkap.

Pengertian Konstitusi menurut para ahli :

1. K.C Wheare
Konstitusi adalah keseluruhan sistem ketatanegaraan suatu Negara yang berupa
kumpulan peraturan yang membentuk mengatur/memerintah dalam pemerintahan
suatu Negara.
2. Herman Heller
Konstitusi mempunyai arti luas daripada Undang-Undang Dasar, konstitusi tidak
hanya bersifat yuridis tetapi juga sosiologis dan politis
3. Lasalle
Konstitusi adalah hubungan antara kekuasaan yang terdapat didalam masyarakat
seperti golongan yang mempunyai kedudukan nyata didalam masyarakat misalnya
kepala Negara angkatan perang,partai politik dsb.
4. LJ. Van Apeldoorn
Konstitusi memuat baik peraturan tertulis maupun peraturan tak tertulis
5. Koernimanto Soetopawiro
Istilah konstitusi berasal dari bahasa latin cisme yang berarti bersama dengan dan
statute yang berarti membuat sesuatu agar berdiri. Jadi konstitusi berarti menetapkan
secara bersama.
6. Carl Schmitt
Membagi konstitusi dalam 4 pengertian :
a. Konstitusi dalam arti absolute mempunyai 4 sub pengertian yaitu
 Konstitusi sebagai kesatuan organisasi yang mencakup hukum dan semua
organisasi yang ada didalam Negara.
 Konstitusi sebagai bentuk Negara
 Konstitusi sebagai faktor integrasi
 Konstitusi sebagai sistem tertutup dari norma hukum yang tertinggi didalam
Negara

b. Konstitusi dalam arti relative dibagi menjadi 2 yaitu

 Konstitusi sebagai tuntutan dari golongan borjuis agar haknya dapat dijamin
oleh penguasa
 Konstitusi sebagai sebuah konstitusi dalam arti formil (konstruksi dapat
berupa tertulis)dan konstitusi dalam arti materil (konstitusi yang dilihat dari
segi isinya

c. konstitusi dalam arti positif adalah sebagai sebuah keputusan politik yang tertinggi
sehingga mampu mengubah tatanan kehidupan kenegaraan

d. konstitusi dalam arti ideal yaitu konstitusi yang memuat adanya jaminan atas hak
asasi serta perlindunganya.

7. E.C. Wade
Konstitusi adalah naskah yang memaparkan rangka dan tugas pokok dari badan
pemerintahan suatu negara dan menentukan pokok-pokok cara kerja badan tersebut.
8. Sri Soemantri
Konstitusi merupakan naskah yang memuat suatu bangunan negara dan sendi-sendi
sistem pemerintahan negara.
Dari beberapa pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa ada dua
pengertian
konstitusi
yaitu
 Dalam arti luas, merupakan suatu keseluruhan aturan dan ketentuan dasar
(hukum dasar yang meliputi hukum dasar tertulis dan hukum dasar tidak
tertulis yang mengatur mengenai suatu pemerintahan yang diselenggarakan di
dalam suatu negara;
 Dalam arti sempit, merupakan undang-undang dasar, yaitu suatu dokumen
yang berisi aturan-aturan dan ketentuan-ketentuan yang bersifat pokok dari
ketatanegaran suatu negara.

Sifat Konstitusi
 Fleksibel : Dalam bahasa indonesia fleksibel dapat diartikan secara luwes.
 Rigid : Sedangkan rigid merupakan salah satu sifat konstitusi, berlawanan dengan
sikap fleksibel. Rigid dapat diartikan kaku.
 Tertulis : Suatu konstitusi disebut tertulis apabila konstitusi tersebut bersangkutan
ditulis dalam suatu naskah serta beberapa naskah.
 Tidak Tertulis : Suatu konstitusi disebut tidak tertulis di karena ketentuan-ketentuan
yang mengatur suatu pemerintahan tidak tertulis dalam suatu naskah.

Konstitusi yang pernah berlaku di Indonesia

 Undang-Undang Dasar 1945 (18 Agustus 1945 - 27 Desember 1949)


 Undang-Undang Dasar RIS (27 Desember - 17 Agustus 1950)
 Undang-Undang Dasar Sementara Republik Indonesia (17 Agustus 1950 - 5 juli
1959)
 Berlakunya Kembali UUD 1945 (5 Juli 1959 - 19 Oktober 1999)
 Berlakunya UUD 1945 Hasil Amendemen (19 Oktober 1999- Sekarang)

Penyimpangan terhadap konstitusi yang berlaku di Indonesia


 Penyimpangan terhadap UUD 1945 pada Masa Awal Kemerdekaan

 Keluarnya maklumat wakil presiden nomor X (atau dibaca dengan maklumat presiden
nomor eks) pada tanggal 16 oktober yang merubah fungsi KNIP dari pembantu menjadi
badan yang diberi kekuasaan legislatif dan ikut serta menetapkan GBHN, sebelum
terbentuknya MPR, DPR, dan DPA. Hal ini juga bertentangan dengan UUD 1945 pasal 4
aturan peralihan yang berbunyi " Sebelum MPR, DPR, dan DPA terbentuk segala kekuasaan
dilaksanakan oleh presiden dengan bantuan sistem komite nasional. "

 Keluarnya maklumat pemerintah tanggal 14 november 1945 yang merubah sistem


pemerintahan presidensial menjadi sistem pemerintahan parlementer. Hal ini menjadi
bertentangan dengan pasal 4 ayat (1) serta pasal 17 UUD 1945.

 Penyimpangan terhadap UUD 1945 pada masa orde lama

 MPRS dengan ketetapan no. I/MPRS/1960 telah menetapkan pidato Presiden tanggal
17 /agustus 1959 yang berjudul penemuan kembali revolusi kita (manifesto Politik Republik
Indonesia) sebagai GBHN yang bersifat tetap.

 Pimpinan lembaga-lembaga negara diberi jabatan atau kedudukan sebagai menteri-


menteri negara, yang berarti menempatkannya sejajar dengan pembantu presiden.

 Pimpinan MA diberi kedudukan berstatus menteri. Hal ini merupakan penyelewengan


terhadap prinsip bahwa kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan yang merdeka.

 Pembentukan lembaga negara yang tidak diatur dalam konstitusi, yaitu front nasional.

 Presiden telah mengeluarkan produk peraturan dalam bentuk penetapan presiden yang
hal itu tidak dikenal dalam UUD 1945.

 Penyimpangan terhadap UUD 1945 pada masa orde baru

 Terjadi pemusatan kekuasaan di tangan presiden sehingga pemerintahan dijalankan


dengan cara otoriter.

 Lembaga-lembaga kenegaraan tidak berfungsi sebagaimana mestinya, hanya melayani


keinginan pemerintah (presiden).
 Pemilu di laksanakan dengan cara tidak demokratis. Pemilu hanya menjadi sarana
untuk mengukuhkan kekuasaan bagi presiden sehingga presiden terus-menerus dipilih
kembali.

 Terjadi monopoli penafsiran Pancasila. Pancasila ditafsirkan sesuai keinginan


pemerintah untuk membenarkan tindakan-tindakannya.

 Penyimpangan terhadap UUD 1945 setelah Amandemen

 Sering terjadi pemaksaan kehendak dengan cara kekerasan.

 Korupsi semakin membudaya dan banyak dilakukan oleh para pejabat negara.

Kedudukan Konstitusi
Kedudukan konstitusi dalam kehidupan ketatanegaraan pada suatu negara sangat penting
karena menjadi ukuran kehidupan dalam bernegara dan berbangsa untuk mengetahui aturan-
aturan pokok yang ditujukan baik kepada penyelenggara negara maupun masyarakat dalam
ketatanegaraan. Kedudukan tersebut adalah sebagai berikut.
 Sebagai hukum dasar
Konstitusi memuat aturan-aturan pokok mengenai penyelenggara Negara yaitu badan-
badan atau lembaga-lembaga pemerintahan dan memberikan kekuasaan serta
prosedur penggunaan kekuasaan tersebut kepada badan-badan pemerintahan.
 Sebagai hukum tertinggi
konstitusi memiliki kedudukan yang lebih tinggi terhadap peraturan-peraturan yang
lain dalam tata hukum pada suatu negara. Dengan demikian, aturan-aturan di bawah
konstitusi tidak bertentangan dan harus sesuai dengan aturan-aturan yang terdapat
pada konstitusi.

Jenis-jenis konstitusi
Konstitusi adalah seluruh peraturan yang tertulis dan tidak tertulis yang bersifat mengikat
cara suatu pemerintahahan diselenggarakan dalam masyarakat disebuah Negara. Menurut CF.
Strong konstitusi dibedakan menjadi 2 yaitu :

1. Konstitusi tertulis
Adalah aturan-aturan pokok dasar Negara,bangunan Negara dan tata Negara,demikian
juga aturan dasar lainnya yang mengatur kehidupan suatu Negara atau bangsa didalam
persekutuan hukum Negara.
2. Konstitusi tidak tertulis (konvensi)
Adalah berupa kebiasaan ketatanegaraan yang sering timbul.
Adapun syarat konvensi :
 Diakui dan dipergunakan berulang-ulang dalam praktik penyelenggaraan
Negara
 Tidak bertentangan dengan Undang-Undang Dasar
 Memperhatikan pelaksanaan Undang-Undang Dasar

Unsur-Unsur Konstitusi
Unsur-unsur yang harus dimuat di dalam konstitusi menurut pendapat Lohman adalah:
1. Konstitusi sebagai perwujudan kontak sosial, yaitu merupakan perjanjian dari
kesepakatan antara warga negara dengan pemerintah;
2. Konstitusi sebagai penjamin hak asasi manusia, yaitu merupakan penentu hak dan
kewajiban warga negara dan badan-badan pemerintah;
3. Konstitusi sebagai forma regiments, yaitu merupakan kerangka pembangunan
pemerintah.

6. Tujuan konstitusi

Konstituis memiliki 3 tujuan ditetapkannya suatu konstitusi dalam suatu Negara adalah
sebagai berikut

1. Membatasi kekuasaan penguasa agar tidak bertindak sewenang-wenang yang


dimaksud adalah tanpa membatasi kekuasaan penguasa, konstitusi tidak akan
berjalan dengan baik dan bias saja kekuasaan penguasa akan merajarela dan
bias merugikan rakyat banyak
2. Melindungi HAM, setiap penguasa berhak menghormati HAM orang lain dan
hak memperoleh perlindungan hukum dalam hal melaksanakan haknya.
3. Pedoman penyelenggaraan Negara
Tanpa adanya pedoman konstitusi Negara tidak akan berdiri dengan kokoh.

Selain itu ada 3 nilai yang dipandang luhur dan dipandang mulai mengapa konstitusi
dibutuhkan dalam kehidupan bangsa dan bernegara yaitu sebagai berikut

1. Nilai normative adalah suatu konstitusi yang resmi diterima oleh suatu bangsa dan
bagi mereka konstitusi itu tidak berlaku dalam arti hukum,tetapi juga nyata berlaku
dalam masyarakat dalam arti berlaku efektif dan dilaksanakan secara murni dan
konsekuen
2. Nilai nominal adalah suatu konstitusi yang secara hukum berlaku tetapi tidak
sempurna, ketidak sempurnaan itu disebabkan pasal-pasal tertentu tidak berlaku atau
tidak seluruh pasal-pasal yang terdapat didalam UUD berlaku bagi seluruh wilayah
Negara.
3. Nilai semantic adalah suatu konstitusi yang berlaku hanya untuk kepentingan
penguasa saja. Dalam memobilisasi kekuasaan,penguasa menggunakan konstitusi
sebagai alat untuk melaksanakan kekuasaan politik.

Secara teoritis konstitusi dibedakan menjadi konstitusi politik dan sosial :

 Konstitusi politik adalah berisi tentang norma-norma dalam penyelenggaraan


Negara,hubungan rakyat dengan pemerintah,hubungan antara lembaga Negara.
 Konstitusi sosial adalah konstitusi yang mengandung cita-cita sosial bangsa,rumusan
filosofi Negara,sistem sosial,sistem ekonomi,dan sistem politik yang ingin
dikembangkan bangsa itu.

Pada umumnya, konstitusi mempunyai tujuan untuk membatasi kekuasaan penyelenggara


negara agar tidak dapat berbuat sewenang-wenang serta dapat menjamin hak-hak warga
negara. Tujuan konstitusi ini merupakan suatu gagasan yang dinamakan dengan
konstitusionalisme. Maksud dari konstitusionalisme adalah suatu gagasan yang memandang
pemerintah (penyelenggara pemerintahan) sebagai suatu kumpulan kegiatan yang
diselenggarakan oleh dan atas nama rakyat.

Fungsi Konstitusi
Fungsi konstitusi bagi suatu negara sebagai berikut.
1. Membatasi atau mengendalikan kekuasaan penguasa agar dalam menjalankan
kekuasaannya tidak sewenang-wenang terhadap rakyatnya.
2. Memberi suatu rangka dan dasar hukum untuk perubahan masyarakat yang dicita-
citakan dalam tahap berikutnya.
3. Sebagai landasan penyelenggaraan negara menurut suatu sistem ketatanegaraan
tertentu yang dijunjung tinggi oleh semua warga negaranya, baik penguasa maupun
rakyat (sebagai landasan struktural).
4. Konstitusi berfungsi sebagai piagam kelahiran suatu negara (a birth certificate of new
state)
5. Konstitusi berfungsi sebagai sumber hukum tertinggi

6. Konstitusi berfungsi sebagai alat yang membatasi kekuasaan 


7. Konstitusi berfungsi sebagai identitas nasional dan lambang
8. Konstitusi berfungsi sebagai pelindung hak asasi manusia dan kebebasan warga suatu
negara.

7. Pembedaan Konstitusi berdasarkan Sifat

Secara umum, suatu konstitusi memiliki sifat-sifat antara lain, formal dan materiil,
tertulis dan tidak tertulis serta flexibel (luwes) dan rigid (kaku) sebagai berikut :

a. Formal dan Materiil


Konstitusi dalam arti formal berarti konstitusi yang tertulis dalam suatu
ketatanegaraan suatu negara. Dalam pandangan ini suatu konstitusi baru bermakna apabila
konstitusi tersebut telah berbentuk naskah tertulis dan diundangkan , misal UUD 1945.

Konstitusi materiil adalah konstitusi yang jika dilihat dari segi isinya yang merupakan
peraturan bersifat mendasar dan fundamental [8]. Artinya tidak semua masalah yang penting
harus dimuat dalam konstitusi, melainkan hal-hal yang bersifat pokok, dasar, atau asas-
asasnya saja.
b. Tertulis dan Tidak Tertulis

Membedakan secara prinsipiil antara konstitusi tertulis dan tidak tetulis adalah tidak
tepat, sebuatan konstitusi tidak tertulis adalah tidak tertulis hanya dipakai untuk dilawankan
dengan konstitusi modern yang lazimnya ditulis dalam suatu naskah atau beberapa naskah.
Timbulnya konstitusi tertulis disebabkan karena pengaruh aliran kodifikasi .Salah satu negara
di dunia yang mempunyai konstitusi tidak tertulis adalah inggris namun prinsip-prinsip yang
ada dikonstitusikan dan dicantumkan dalam undamg-undang biasa seperti bill of rights .

Dengan demikian, suatu konstitusi tertulis apabila dicantumkan dalam suatu naskah
atau beberapa naskah , sedangkan yang tidak tertulis dalam suatu naskah tertentu melainkan
dalam banyak hal yang diatur dalam konvensi-konvensi atau undang-undang biasa .

c. Sifat Flexibel (luwes) dan Rigid (kaku)


Naskah konstitusi atau undang-undang dasar dapat bersifat flexsibel atau rigid.
Menurut kusnardi dan Harmaily ibrahim untuk menentukan suatu konstitusi itu bersifat rigid
dapat dipakai ukuran sebagai berikut :

1. Cara Mengubah Konstitusi


Setiap konstitusi yang tertulis mencantumkan pasal tentang perubahan, karena
kemungkinan akan tertinggal dari perkembangan masyarakat. Suatu konstitusi pada
hakekatnya adalah suatu hukum yang merupakan dasar bagi peraturan perundangan lainnya .
konstitusi yang bersifat flexibel ialah dengan pertimbangan bahwa perkembangan tidak perlu
mempersulit perubahan konstitusi, karena untuk perubahannya tidak memerlukan cara yang
istimewa, cukup dilakukan oleh badan pembuat Undang-Undang biasa. Misal negara yang
mempunyai konstitusi bersifat luwes adalah New Zealand dan Inggris. Sementara yang
bersifat rigid atau kaku seperti Amerika, Kanada, Australia.

Karena tingkatannya yang lebih tinggi, konstitusi yang juga menjadi dasar bagi
peraturan-peraturan hukum lainnya yang lebih rendah, para penyusun atau perumus undang-
undang dasar selalu menganggap perlu menentukan tata cara perubahan yang tidak mudah.
Dengan prosedur yang tidak mudah pula orang untuk mengubah hukum dasar negaranya. 
Kecuali apabila hal itu memang sungguh-sungguh dibutuhkan karena pertimbangan
objektif dan untuk kepentingan seluruh rakyat, serta bukan untuk sekedar memenuhi
keinginan atau kepentingan segolongan orang yang berkuasa saja. Oleh karena itu biasanya
prosedur perubahan undang-undang dasar diatur sedemikian berat dan rumit syarat-syaratnya
sehingga undang-undang dasar yang bersangkutan menjadi sangat rigid dan kaku. Konstitusi
yang bersifat rigid menetapkan syarat perubahan dengan cara yang istimewa, misalnya dalam
sistem parlemen bikameral, harus disetujui lebih dahulu oleh kedua kamar parlemennya.
Misal negara yang mempunyai konstitusi bersifat rigid adalah Amerika Serikat, Australia,
Canada dan Swiss

2. Apakah konstitusi itu mudah atau tidak mengikuti perkembangan zaman.


Suatu konstitusi dikatakan fleksibel apabila konstitusi itu mudah mengikuti
perkembangan zaman. Suatu konstitusi yang mudah mengikuti perkembangan zaman,
biasanya hanya memuat hal-hal yang pokok dan penting saja . Suatu konstitusi yang
mengatur hal-hal yang pokok adalah konstitusi yang mudah mengikuti perkembangan
masyarakat, Sebab norma-norma pelaksanaannya lebih lanjut diserahkan kepada bentuk
peraturan perundang-undangan yang lebih rendah sehingga lebih mudah untuk dibuat dan
diubah.

Sementara itu menurut C.F strong untuk undang-undang dasar yang dikenal kaku atau
rigid, prosedur perubahannya dapat dilakukan :

 Oleh lembaga legislatif, tetapi dengan pembatasan-pembatasan


 Oleh rakyat secara langsung melalui suatu referendum
 Oleh urusan negara-negara bagian (negara serikat)
 Dengan kebiasaan ketatanegaraan atau oleh suatu lembaga negara yang khusus yang
dibentuk hanya untuk keperluan perubahan

Berbicara konstitusi Indonesia tidak terlepas dari konstitusi tertulisnya yakni,


Undang-Undang Dasar (UUD) 1945. UUD 1945 sebelum amendemen memiliki
kecenderungan bersifat konstitusi yang bernilai semantik. Contohnya UUD 1945 pada zaman
Orde baru dan Orde lama pada waktu itu berlaku secara hukum, tetapi dalam praktiknya
keberlakuan itu semata-mata hanya untuk kepentingan penguasa saja dengan dalih untuk
melaksanakan Undang-Undang dasar 1945.

Kenyataan itu dapat kita lihat dalam masa Orde Lama ikut campur penguasa dalam
hal ini eksekutif (Presiden) dalam bidang peradilan, yang sebenarnya dalam pasal 24 dan 25
Undang-Undang Dasar 1945 harus bebas dan tidak memihak, hal tersebut dapat terlihat
dengan adanya Undang-Undang No. 19 tahun 1965. 

Pada masa Orde Baru konstitusi pun menjadi arena pelanggengan kekuasaan hal
tersebut terlihat dengan adanya sifat konstitusi yang “sengaja” dibuat dengan membuat
peraturan atau prosedur perubahan demikian sulit, padahal Undang-Undang Dasar pada saat
itu dibentuk dengan tujuan sebagai Undang-Undang Dasar sementara, mengingat kondisi
negara yang pada waktu itu telah memproklamirkan kemerdekaan maka diperlukanlah suatu
Undang-Undang dasar sebagai dasar hukum tertinggi. Namun dikarenakan konstitusi tersebut
masih dimungkinkan untuk melanggengkan kekuasaan, maka konstitusi tersebut
dipertahankan. Maka timbulah adigium negatif “Konstitusi akan dipertahankan sepanjang
dapat melanggengkan kekuasaan”.

Pasca perubahan Undang-Undang Dasar 1945 amandemen ke-4, memberikan nilai


lain pada konstitusi kita. Dalam beberapa pasal konstitusi kita memiliki nilai nominal, namun
untuk beberapa pasal memiliki nilai normatif. Misal pada pasal 28 A-J UUD 1945 tentang
Hak Asasi manusia, namun pada kenyataan masih banyak pelanggaran atas pemenuhan hak
asasi tersebut, katakanlah dalam pasal 28B ayat (2), yang berbunyi “Setiap orang berhak atas
kekeluargaan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan
dan diskriminasi.

Walaupun dalam ayat tersebut terdapat hak atas perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi namun kenyataannya masih banyak diskriminasi-diskriminasi penduduk pribumi
keturunan. Terlebih pada era orde baru. Kemudian pasal 29 ayat (2), yang berbunyi “Negara
menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan
untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu”. Perkataan Negara menjamin
kemerdekaan menjadi sia-sia kalau agama yang diakui di Indonesia hanya 5 dan 1
kepercayaan.
Hal tersebut menjadi delematis dan tidak konsekuen, bila memang kenyataan
demikian, mengapa tidak dituliskan secara eksplisit dalam ayat tersebut. Hal lain adalah
dalam pasal 31 ayat (2), yang berbunyi “ Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan
dasar dan pemerintah wajib membiayainya”. Kata-kata wajib membiayainya seharusnya
pemerintah membiayai seluruh pendidikan dasar tanpa memandang apakah sekolah tersebut
swasta atau negeri, karena kata wajib disana tidak merujuk pada sekolah dasar negeri saja,
seperti yang dilaksanakan pemerintah tahun ini, tetapi seluruh sekolah dasar. Pasal
selanjutnya adalah pasal 33 ayat (3), yang berbunyi “Bumi dan air dan kekayaan alam yang
terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat”.

Kata dipergunakan dalam ayat tersebut tampaknya masih jauh dari kenyataan, betapa
tidak banyak eskploitasi sumber daya alam bangsa ini yang dikuras habis oleh perusahaan
asing yang sebagian besar keuntungannya di bawa pulang ke negara asal mereka. Kondisi
demikian masih jauh dari tujuan pasal teersebut yakni kemakmuran rakyat bukan
kemakmuran investor. Selanjutnya pasal 34 ayat (1), yang berbunyi “ fakir miskin dan anak-
anak yang terlantar dipelihara oleh negara”. 

Kata dipelihara disini bukan berarti fakir miskin dan anak-anak terlantar dibiarkan
“berpesta ngemis” atau bergelandang tanpa dicari solusi dan menjamin jaminan sosial dimana
sesuai dengan tujuan awal, yakni kesemakmuran seluruh rakyat Indonesia.

Kesimpulan dari pemaparan diatas tampaknya Undang-undang Dasar kita mempunyai


nilai nominal. Sebab walaupun secara hukum konstitusi ini berlaku dan mengikat peraturan
dibawahnya, akan tetapi dalam kenyataan tidak semua pasal dalam konstitusi berlaku secara
menyeluruh, yang hidup dalam arti sepenuhnya diperlukan dan efektif dan dijalankan secara
murni dan konsekuen.

Konstitusi memiliki dua sifat yakni luwes (flexible) atau kaku (rigid), dan tertulis atau
tidak tertulis. Sifat luwes atau kakunya sebuah konstitusi dapat dilihat dari kemampuannya
dalam mengikuti atau menyesuaikan perkembangan jaman.

Undang-Undang Dasar 1945 dapat memiliki dua sifat yakni luwes dan kaku.
Dikatakan kaku karena untuk mengubahnya terbilang cukup sulit, ini disebabkan Pasal 37
ayat 1 UUD 1945 mengharuskan bahwa perubahan baru dapat terjadi jika disepakati minimal
2/3 anggota MPR yang hadir. Sedangkan dikatakan luwes karena terbukti bahwa MPR telah
melakukan perubahan (Amandemen) sebanyak empat kali. UUD 1945 hanya berisi hal-hal
pokok saja dimana peraturan atau hal-hal yang lebih rinci diatur oleh perundang-undangan
yang derajatnya lebih rendah

Sifat lainnya yakni konstitusi tertulis dan tidak tertulis. Dikatakan sebagai konstitusi
tertulis jika ditulis dalam suatu naskah. Sedangkan dinyatakan tidak tertulis yakni jika
konstitusi tidak tertulis dalam suatu naskah melainkan dalam suatu konvensi atau Undang-
Undang biasa. Yang menerapkan konstitusi tidak tertulis adalah negara Inggris.

Konstitusi negara Indonesia dinamakan sebagai Undang-Undang Dasar. Sejak


proklamasi kemerdekaan sampai sekarang, dalam empat periode bangsa Indonesia
telah memberlakukan tiga macam Undang-Undang Dasar.

Konstitusi yang pernah berlaku di Indonesia antara lain:

A. Periode UUD 1945 pertama (18 Agustus 1945–27 Desember 1949)

Setelah Indonesia melakukan proklamasi kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945,


Indonesia belum memiliki Undang-Undang Dasar (UUD). Kemudian baru pada tanggal 18
Agustus 1945, PPKI mensyahkan UUD.

B. Periode Konstitusi RIS (27 Desember 1949–17 Agustus 1950)

Pasca kekalahan Jepang atas sekutu, Belanda ingin menjajah Indonesia kembali
dengan cara memecah belah rakyat. Upaya ini bisa dilihat dengan dibuatnya negara boneka
yang diberi dengan berbagai macam kebutuhan tetapi harus tunduk dan patuh kepada
Belanda. Negara-negara boneka tersebut diberi nama Negara Sumatera Timur, Negara
Indonesia Timur, Negara Pasundan, Negara Irian Barat dan Negara Jawa Timur. Namun
bangsa Indonesia tetap melawan hingga akhirnya dunia intrenasional menyelenggarakan
Konferensi Meja Bundar (KMB) dari 23 Agustus 1949 sampai 2 November 1949.

Konferensi Meja Bundar menghasilkan tiga buah persetujuan pokok, yaitu:


1) mendirikan negara Republik Indonesia Serikat,

2) penyerahan kedaulatan kepada Republik Indonesia Serikat,

3) didirikan Uni antara Republik Indonesia Serikat dan Kerajaan Belanda.

Setelah itu Indonesia Serikat dibuatkan Undang-Undang Dasar oleh perwakilan


Delegasi Republik Indonesia bersama-sama dengan Delegasi Bijeenkomst Voor Federal
Overleg (BFO) yang kemudian konstitusi ini mulai diberlakukan pada tanggal 27 desember
1949. Undang-Undang Dasar ini kemudian diberi nama sebagai “Konstitusi Republik
Indonesia Serikat.”. Konstitusi ini menyebabkan adanya perubahan dalam sistem
ketatanegaraan karena negara serikat merupakan negara yang didalamnya terdapat negara
atau istilahnya negara bagian.

C. Periode UUD Sementara 1950 (17 Agustus 1950–5 Juli 1959)

Konstitusi Republik Indonesia Serikat memiliki asas dasar yang tidak sesuai dengan
bangsa Indonesia karena posisi negara disini dibuat terpisah-pisah menjadi bagian-bagian.
Hal ini menyebabkan konstitusi ini tidak bisa bertahan lama sehingga banyak negara bagian
yang menginginkan kembali ke kesatuan Republik Indonesia. Hingga akhirnya dibentuklah
kembali Negara Kesatuan Republik Indonesia disepakati pada 19 Mei 1950 dan Konstitusi
Republik Indonesia Serikat dirubah menjadi Undang-Undang Dasar yang disusun oleh Badan
Pekerja Komite Nasional Pusat dan Dewan Perwakilan Rakyat serta Senat RIS. UUD ini
kemudian diberlakukan pada tanggal 17 Agustus 1950 dan diberi nama sebagai Undang-
Undang Dasar Sementara (UUDS) 1950.

Pada pemilu di bulan Desember 1955, Undang-Undang Dasar Sementara (UUDS)


1950 berhasil membentuk Konstituante yang kemudian diresmikan di Bandung pada tanggal
10 November 1956. Konstituante ini memiliki tugas pokok yaitu bersama-sama dengan
pemerintah melakukan penyusunan UUD Republik Indonesia untuk menggantikan UUDS.
Namun setelah 2,5 tahun berjalan, konstituante ini tidak mampu menyelesaikan tugasnya
dengan baik. Hal ini disebabkan adanya perbedaan yang sangat mencolok antara golongan
Islam dengan golongan nasionalis sehingga dalam pengambilan keputusan selalu tidak
meencapai suara quorum atau 2/3 suara anggota

D. Periode UUD 1945 kedua (5 Juli 1959–sekarang)

Pada tanggal 22 April 1959, Presiden Soekarno memberikan amanatnya dalam sidang
Pleno Konstituante yang berisi anjuran agar Konstituante menetapkan UUD 1945 sebagai
UUD Negara Republik Indonesia. Namun setelah diadakan sidang dan pemungutan suara,
ternyata tetap sama saja alias tidak mencapai kesepakatan 2/3 suara anggota.

1) Pemungutan suara I, tanggal 30 Mei 1959 hadir 478 anggota, setuju 269, dan tidak setuju
199.
2) Pemungutan suara II, tanggal 1 Juni 1959 hadir 469 anggota, setuju 264, dan tidak setuju
204.
3) Pemungutan suara III, tanggal 2 Juni 1959 hadir 469 anggota, setuju 263, dan tidak setuju
203.

Kemudian pada tanggal 5 Juli 1959, Presiden mengeluarkan Dekrit Presiden yang berisi:

1) Pembubaran Konstituante
2) UUD 1945 berlaku kembali
3) UUDS 1950 tidak berlaku lagi
4) Dibentuknya MPRS dan DPAS

Dengan dikeluarkannya Dekrit Presiden ini merupakan sebuah jalan atau solusi untuk
memecahkan kebuntuan terkait penetapan Undang-Undang Dasar untuk Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Dan UUD 1945 tetap digunakan sebagai konstitusi negara hingga saat
ini. Sejak tahun 1999 sampai dengan tahun 2004, MPR telah mengamandemen
(mengubah/menambah) UUD 1945 sebanyak empat kali.
BAB III

KESIMPULAN

Negara merupakan suatu organisasi diantara sekelompok atau beberapa kelompok


manusia yang secara bersama-sama mendiami suatu wilayah (territorial) tertentu dengan
mengakui adanaya suatu pemerintahan yang mengurus tata tertib dan keselamatan
sekelompok atau beberapa kelompok manusia yang ada di wilayahnya.
Konstitusi diartikan sebagai peraturan yang mengatur suatu negara, baik yang tertulis
maupun tidak tertulis. Konstitusi memuat aturan-aturan pokok yang menopang berdirinya
suatu Negara.
Antara negara dan konstitusi mempunyai hubungan yang sangat erat. Karena
melaksanakan konstitusi pada dasarnya juga melaksanakan dasar negara.
Pancasila sebagai alat yang digunakan untuk mengesahkan suatu kekuasaan dan
mengakibatkan Pancasila cenderung menjadi idiologi tertutup, sehingga pancasila bukan
sebagai konstitusi melainkan UUD 1945 yang menjadi konstitusi di Indonesia.

SARAN

Diharapkan masyarakat khususnya generasi muda bangsa ini mengetahui tentang


negara dan konstitusi di negara kita. Diharapkan informasi ini dapat tersebar luas ke
masyarakat agar terbentuk jiwa nasionalisme sebagai tonggak kemajuan Negara
DAFTAR PUSTAKA

http://www.artikelsiana.com/2015/02/pengertian-tujuan-jenis-fungsi-konstitusi.html

http://www.zonasiswa.com/2014/07/pengertian-konstitusi-lengkap.html

http://zocara.blogspot.com/2015/11/pengertian-konstitusi.html

soerjowinoto,petrus,2014,Pendidikan Kewarganegaraan.Semarang : PPMKU.

http://www.pengertianahli.com/2014/03/negara-adalah.html#

https://yogifajarpebrian13.wordpress.com/2011/04/12/pengertian-negara-hukum/

https://up-date09.blogspot.co.id/2012/11/makalah-tentang-negara.html

Anda mungkin juga menyukai

  • Pendahuluan
    Pendahuluan
    Dokumen2 halaman
    Pendahuluan
    albertfebriano
    Belum ada peringkat
  • Dendeng A2
    Dendeng A2
    Dokumen7 halaman
    Dendeng A2
    albertfebriano
    Belum ada peringkat
  • PBL 1 Albert DKK
    PBL 1 Albert DKK
    Dokumen9 halaman
    PBL 1 Albert DKK
    albertfebriano
    Belum ada peringkat
  • Dendeng D3
    Dendeng D3
    Dokumen7 halaman
    Dendeng D3
    albertfebriano
    Belum ada peringkat
  • Lapres Sosis
    Lapres Sosis
    Dokumen8 halaman
    Lapres Sosis
    albertfebriano
    Belum ada peringkat
  • Dendeng A2
    Dendeng A2
    Dokumen6 halaman
    Dendeng A2
    albertfebriano
    Belum ada peringkat
  • REMPAH BATUK
    REMPAH BATUK
    Dokumen10 halaman
    REMPAH BATUK
    albertfebriano
    Belum ada peringkat
  • CV Senat
    CV Senat
    Dokumen1 halaman
    CV Senat
    albertfebriano
    Belum ada peringkat
  • Ham
    Ham
    Dokumen7 halaman
    Ham
    albertfebriano
    Belum ada peringkat
  • Pie Uts
    Pie Uts
    Dokumen9 halaman
    Pie Uts
    albertfebriano
    Belum ada peringkat
  • Ham
    Ham
    Dokumen7 halaman
    Ham
    albertfebriano
    Belum ada peringkat
  • Laporan Anpang
    Laporan Anpang
    Dokumen33 halaman
    Laporan Anpang
    albertfebriano
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    albertfebriano
    Belum ada peringkat
  • Haspeng Karbo Biokim Kloter F
    Haspeng Karbo Biokim Kloter F
    Dokumen9 halaman
    Haspeng Karbo Biokim Kloter F
    albertfebriano
    Belum ada peringkat