Anda di halaman 1dari 71

BKPM

(BUKU KERJA PRAKTIKUM MAHASISWA)

METABOLISME ZAT GIZI MIKRO

(SEMESTER EMPAT)

Oleh :

Tim Dosen Metabolisme Zat Gizi Mikro

PROGRAM STUDI D-IV GIZI KLINIK


JURUSAN KESEHATAN

POLITEKNIK NEGERI JEMBER


2020

1
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

POLITEKNIK NEGERI JEMBER

LEMBAR PENGESAHAN

BKPM

METABOLISME ZAT GIZI MIKRO

Mengetahui, Penulis,
Program Studi Gizi Klinik, a.n. Tim Pengampu Mata
Ketua Kuliah
Metabolisme Zat Gizi Mikro

dr.Adhiningsih Yulianti., M.Gizi dr.Arisanty Nur Setia R., M.Gizi


NIP. 19830723 201012 2 005 NIP. 19830825 201012 2 005

Menyetujui,
Jurusan Kesehatan,
Ketua

Sustin Farlinda, S.Kom., MT


NIP 19720204 200112 2 003

2
PRAKATA
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Alllah SWT, berkat
rahmat dan karunia-Nya, maka penulisan Buku Kerja Praktek
Mahasiswa Metabolisme Zat Gizi Mikro untuk semester IV dapat
diselesaikan.
Metabolisme Zat Gizi Mikro merupakan mata kuliah yang
wajib dipahami oleh mahasiswa Gizi Klinik. Mata kuliah ini
berkontribusi penuh sebagai pendukung bagi mahasiswa untuk
dapat mengetahui proses metabolisme zat gizi mikro yang
terjadi pada tubuh manusia, mahasiwa diharapkan dapat
memahami mekanisme penguraian zat gizi mikro yang
terkandung dalam makanan menjadi energi yang siap digunakan
oeh tubuh dan memahami mekanisme penyusunan kembali
simpanan zat gizi mikro didalam tubuh manusia.
Dalam penyusunan materi, tidak sedikit hambatan yang tim
penulis hadapi. Namun tim penulis menyadari bahwa kelancaran
dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan,
dorongan, dan bimbingan pihak terkait, sehingga kendala -
kendala yang tim penulis hadapi teratasi.
Terimakasih kami ucapkan pada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan Buku Kerja Praktikum Mahasiswa
ini. Kami harapkan kritik dan saran yang membangun bagi
kesempurnaan Buku Kerja Praktikum Mahasiswa.

Februari, 2020

Tim Penulis

3
DAFTAR ISI
Halaman
Acara 1 Pemeriksaan Vitamin E dalam ASI 5

Acara 2 Pemeriksaan Vitamin C dalam ASI 11

Acara 3 Pemriksaan Zinc dalam ASI 17

Acara 4 Pemeriksaan Kalsium dalam ASI 22

Acara 5 Pemeriksaan Natrium Urine 28

Acara 6 Pemeriksaan Kalium Urine 33

Acara 7 Pemeriksaan Fe dalam ASI 38

Acara 8 Pemeriksaan Natrium dalam ASI 47

Acara 9 Pemeriksaan Kalium dalam ASI 56

Acara 10 Pemeriksaan Vitamin A dalam ASI 63

Acara 11 Pemeriksaan Vitamin D dalam ASI 69

Acara 12 Pemeriksaan Vitamin K dalam ASI 74

4
Acara 1
Pokok Bahasan : Matabolisme Zat Gizi Mikro
Acara Praktikum : Pemeriksaan Vitamin E Dalam ASI
Tempat : Laboratorium Analisis Zat Gizi
Alokasi Waktu : 1 x 120 menit
Dosen Pembimbing : Zora Olivia., S.Farm., M.Farm., Apt.

A. CAPAIAN PEMBELAJARAN MATA KULIAH (CPMK)


Dengan mengikuti praktikum ini, diharapkan mahasiswa dapat :
1. Memperkenalkan metabolisme vitamin E dalam tubuh hingga
ke ASI
2. Memahami macam ASI
3. Memahami cara menguji vitamin E dalam ASI
4. Memahami cara mengitung kadar vitamin E

B. DASAR TEORI
Vitamin E atau Tocopherol tidak larut dalam air tetapi larut
dalam pelarut lemak seperti minyak, lemak, alkohol, aseton, eter
dan sebagainya.Karena tidak larut dalam air, vitamin E dalam
tubuh hanya dapat dicerna dengan bantuan empedu hati,
sebagai pengelmulsi minyak saat melalui duodenum.
Vitamin E stabil pada pemanasan namun akan rusak bila
pemanasan terlalu tinggi.Vitamin E bersifat basa jika tidak ada
oksigen dan tidak terpengaruh oleh asam pada suhu 100o C. Bila
terkena oksigen di udara, akan teroksidasi secara perlahan-
lahan. Sedangkan bila terkena cahaya warnanya akan menjadi
gelap secara bertahap.
Vitamin E mudah didapat dari bagian bahan makanan yang
berminyak atau sayuran. Vitamin E banyak terdapat pada buah-
buahan, susu, mentega, telur, sayur-sayuran, terutama
kecambah. Contoh sayuran yang paling banyak mengandung

5
vitamin E adalah minyak biji gandum, minyak kedelai, minyak
jagung, alfalfa, selada, kacang-kacangan, asparagus, pisang,
strawberry, biji bunga matahari, buncis, ubi jalar dan sayuran
berwarna hijau. Vitamin E lebih banyak terdapat pada makanan
segar yang belum diolah.
Satu unit setara dengan 1 mg alfa-tocopherol asetat atau
dapat dianggap setara dengan 1 mg.Selain itu ASI juga banyak
mengandung vitamin E untuk memenuhi kebutuhan bayi.
Dalam perkembangannya, Vitamin E diproduksi dalam bentuk
pil, kapsul, dan lain-lain sebagaimana vitamin-vitamin yang sudah
terlebih dahulu ada. Vitamin yang sudah dikemas dalam berbagai
bentuk ini banyak dijual bebas di pasaran serta dianggap
berguna.
Vitamin E berguna untuk: meningkatkan daya tahan tubuh,
membantu mengatasi stres, meningkatkan kesuburan,
meminimalkan risiko kanker dan penyakit jantung koroner.
berperan sangat penting bagi kesehatan kulit, yaitu dengan
menjaga, meningkatkan elastisitas dan kelembapan kulit,
mencegah proses penuaan dini, melindungi kulit dari kerusakan
akibat radiasi sinar ultraviolet, serta mempercepat proses
penyembuhan luka. sebagai Antioksidan. Semua vitamin E
adalah antioksidan dan terlibat dalam banyak proses tubuh dan
beroperasi sebagai antioksidan alami yang membantu
melindungi struktur sel yang penting terutama membran sel dari
kerusakan akibat adanya radikal bebas. Dalam melaksanakan
fungsinya sebagai antioksidan dalam tubuh, vitamin E bekerja
dengan cara mencari, bereaksi dan merusak rantai reaksi radikal
bebas. Dalam reaksi tersebut, vitamin E sendiri diubah menjadi
radikal. Namun radikal ini akan segera beregenerasi menjadi

6
vitamin aktif melalui proses biokimia yang melibatkan senyawa
lain.melindungi sel darah merah yang mengangkut oksigen ke
seluruh jaringan tubuh dari kerusakan. Selain bisa melindungi
dari akibat kelebihan vitamin A dan melindungi vitamin A dari
kerusakan, vitamin ini juga bisa melindungi hewan dari akibat
berbagai obat, bahan kimia, dan logam yang mendukung
pembentukan radikal bebas.Vitamin E utamanya untuk
kesehatan kulit. Selain itu, vitamin E sebagai penambah sel
darah merah bayi yang bernama hemoglobin sehingga
melindunginya dari anemia (kekurangan darah). Vitamin E juga
membantu untuk melindungi retina dan paru-paru.
Analisis vitamin E dapat menggunakan berbagai cara yaitu
titrasi dengan ceric sulfat (Ce(SO4)2), titrasi amperomtrik
menggunakan Ce(SO4)2, penentuan dengan kolorimetrik
menggunakan ferri klorida dan 2,2-bipiridin,fotometric
assay,penentuan kolorimetrik dengan asam sulfat,
spektrofotometrik dengan menggunakan o-phenantrolin,
kolorimetrik dengan asam fosfomolibdat, pengukuran dengan
absorbsi UV, metode fluorometrik, kromatografi Lapis Tipis, uji
polarografik, penentuan dengan kromatografi gas menggunakan
SE-30’Gas-chrom’Q, penentuan dengan kromatografi gas
menggunakan SE-30’Aeropak’30, Metode nitroso untuk nonα-
tokoferol.
titrasi dengan ceric sulfat (Ce(SO4)2),α-tokoferol sangat
mudah teroksidasi dengan cericsulfat menjadi α-
tokoferilquinone. Larutan yangmengandung vitamin E dititrasi
dengan larutanstandar ceric sulfat dengan difenilamin
sebagaiindikator hingga ceric sulfat tersisa dalam larutanuntuk

7
mengoksidasi indikator. Titik akhir titrasi ditandai dengan adanya
warna biru yang terebntukselama 10 detik.
Titrasi amperomtrik menggunakan Ce(SO4)2Metode
inimemiliki keuntungan yaitu dapat digunakan untuk
mengidentifikasi sampel dengan konsentrasi tokoferol yang kecil
dan metode ini tidak tergantung pada keterbatasan kelarutan
ceric sulfat. Reagent yang digunakan adalah larutan ceric sulfat,
larutan standar tokoferol, etanol, asamsulfat.
kolorimetrik menggunakan ferri klorida dan 2,2-
bipiridin,fotometric assay, tokoferol dapat teroksidasi dengan
ferri klorida denganadanya 2,2-bipiridin yang akan menghasilkan
ion selamareaksi reduksi dengan menghasilkan perubahan
warnalarutan menjadi warna merah yang memiliki absorban 520
mµ. Metode ini sesuai digunakan untuk pengujian vitamin E dari
formulasi multivitamin. Reagent yang digunakan adalah larutan
ferri klorida,larutan 2,2’-bipiridin, KOH, Na sulfat anhidrat,
etanolabsolut, dan asam sitrat hidrat.
Fotometrik assay,α-tokoferol bebas yang diperoleh setelah
hidrolisisester α-tokoferil dengan mengoksidasinya denganasam
nitrat menghasilkan larutan coklat kem erahanyang disebut
tokoferol merah. Absorban maksimum adalah pada panjang
gelombang 467mµ, kadar terendah yang digunakan untuk
analisis kuantitaif adalah 0,05 ppm. Reagent yang digunakan
adalah α-tokoferol, KOH,asam nitrat, petroleum eter, dan etanol
absolut
penentuan kolorimetrik dengan asam sulfat, α-tokoferol
memberikan warna kuning padalartan asam sulfat 90% v/v.
Saponifikasipreliminari tidak diperlukan dalam metode ini.
Selama reaksi dapat terbentuk garam oxonium. Namun, warna

8
yang dihasilkan dapat hilang apabila larutan diencerkan dengan
air
spektrofotometrik dengan menggunakan o-phenantrolin α-
tokoferol bereaksi dengan feri klorida dan o-phenantrolin pada
medium alkoholik menghasilkan warna merah yang memiliki
gelombang maksimum 510mµ. Reaksi yang terjadi berdasarkan
hokum Beer.
kolorimetrik dengan asam fosfomolibdat,Metode ini
berdasarkan reaksi asam fosfomolibdat dengan vitamin E dalam
larutan etanolmenghasilkan warna hijau kekuningan
padaabsorban maksimum 640-700mµ. Reaksi ini berdasarkan
hukum Beer hingga 150 µg/ml α-tokoferol.
Pengukuran dengan absorbansi UV Pada sikloheksan, α-
tokoferol memberikan absorbsi maksimal pada 298mµ, rata-rata
pada 291-295mµ, dan minimum pada 257 mµ, sedangkan pada
etanol 95%, maksimum muncul pada 292 mµ dan rendah pada
257 mµ
Metode Fluometrik α-tokoferol dalam larutan etanol
teroksidasi dengan asam nitrat menjadi tokoferol merah
sedangkan dengan larutan o-fenilenedianin 1% dlaam asam
asetat glasial menghasilkan pendaran kuning-hijau
akibat adanya kondensasi, fenazin.
Kromatografi Lempeng Tipis Sampel dari formulasi
multivitamin pertama-tama disaponifikasi dan pemisahan α-
tokoferol dengan metode KLT, dan diuji secara kolorimetrik
menggunakan feri sulfatdan 2,2’bipiridin.
C. ALAT DAN BAHAN
1. Beker glas 100 ml
2. Lampu spiritus

9
3. Kasa dan Kaki tiga
4. a-tokoperol
5. alcohol
6. asam nitrit
7. Alat tulis dan kertas
8. LCD Proyektor
9. Laptop

D. PROSEDUR KERJA
1. Cari Pendonor ASI fresh dan ASI simpan
2. Masing – masing ASI sebanyak 50 ml
3. Larutkan 50mg Tocoferol dalam 10 ml alcohol sebagai
pembanding
4. Larutkan 50mg ASI dalam 10 ml alkohol lalu
5. sambil diaduk ditambahkan asam nitrit
6. dan panaskan pada suhu 75 selama 15menit.
7. Hasil positif ditandai perubahan warna menjadi merah
terang atau orange
8. Dokumentasikan semua kegiatan yang dilakukan
9. Melakukan resume dari jurnal terkait analisis vitamin E
yang dapat diakses
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5295058/
https://www.researchgate.net/publication/224707825_Con
centrations_of_alpha-_and_gamma-
tocopherols_in_human_breast_milk_during_the_first_mont
hs_of_lactation_and_in_infant_formulas

E. HASIL DAN PEMBAHASAN

10
Meceritakan proses identifikasi vitamin E dalam ASI
yaitu perubahan warna yang terjadi disetiap proses
penambhan atau perlakuan terhadap sampel. Meresume
terkait analisis kadar vitamin E dalam ASI dari jurnal yang
diberikan kaitkan dengan Asupan ibu dan ceritakan
metabolisme vitamin e dalam tubuh sehingga dapat
diidentifikasi dan di analisis kadarnya di dalam ASI

F. KESIMPULAN
Mahasiswa memiliki pemahaman dalam mengidentifikasi
vitamin E dalam ASI dan proses analisis menggunakan HPLC

G. RUBRIK PENILAIAN
Jenjan
Angka Deskripsi Kinerja
g
Tidak mengerjakan laporan, tidak
E < 46
presentasi
Laporan tidak tepat dan tidak
lengkap, presentasi kurang baik,
D 46 - 55
penguasaan materi kurang, tim tidak
aktif, kehadiran tidak tepat waktu
Laporan tepat dan tidak lengkap,
presentasi kurang baik, penguasaan
C 56 - 65 materi kurang, ada sebagian tim
yang tidak aktif, kehadiran tidak
tepat waktu
Laporan tepat dan tidak lengkap,
presentasi baik, penguasaan materi
BC 66 - 70
kurang, ada sebagian tim yang tidak
aktif, kehadiran tidak tepat waktu
B 71 -75 Laporan tepat dan tidak lengkap,

11
presentasi baik, penguasaan materi
baik, semua tim aktif, kehadiran
tepat waktu
Laporan tepat dan lengkap, presentasi
baik, penguasaan materi baik,
AB 76 - 80
semua tim aktif, kehadiran tepat
waktu
Laporan tepat dan lengkap, presentasi
sangat baik, penguasaan materi
A >80
sangat baik, semua tim aktif,
kehadiran tepat waktu

12
Acara 2
Pokok Bahasan : Matabolisme Zat Gizi Mikro
Acara Praktikum : Pemeriksaan Vitamin C dalam ASI
Tempat : Laboratorium Analisis Zat Gizi
Alokasi Waktu : 1 x 120 menit
Dosen Pembimbing : Zora Olivia., S.Farm., M.Farm., Apt.

A. CAPAIAN PEMBELAJARAN MATA KULIAH (CPMK)


Dengan mengikuti praktikum ini, diharapkan mahasiswa dapat :
5. Memperkenalkan metabolisme vitamin C dalam tubuh hingga
ke ASI
6. Memahami macam ASI
7. Memahami cara menguji vitamin C dalam ASI
8. Memahami cara mengitung kadar vitamin C

B. DASAR TEORI
ASI mengandung komponen makro dan mikro nutrien.Yang
termasuk makronutrien adalah karbohidrat, protein dan lemak
sedangkan mikronutrien adalah vitamin & mineral. Air susu ibu
hampir 90%nya terdiri dari air. Volume dan komposisi nutrien
ASI berbeda untuk setiap ibu bergantung dari kebutuhan
bayi.Perbedaan volume dan komposisi di atas juga terlihat pada
masa menyusui (kolostrum, ASI transisi, ASI matang dan ASI
pada saat penyapihan).Kandungan zat gizi ASI awal dan akhir
pada setiap ibu yang menyusui juga berbeda. Kolostrum yang
diproduksi antara hari 1-5 menyusui kaya akan zat gizi terutama
protein.
ASI transisi mengandung banyak lemak dan gula susu
(laktosa). ASI yang berasal dari ibu yang melahirkan bayi kurang
bulan (prematur) mengandung tinggi lemak dan protein, serta
rendah laktosa dibanding ASI yang berasal dari ibu yang

13
melahirkan bayi cukup bulan. Pada saat penyapihan kadar lemak
dan protein meningkat seiring bertambah banyaknya kelenjar
payudara. Walapun kadar protein, laktosa, dan nutrien yang
larut dalam air sama pada setiap kali periode menyusui, tetapi
kadar lemak meningkat.
Jumlah total produksi ASI dan asupan ke bayi bervariasi
untuk setiap waktu menyusui dengan jumlah berkisar antara 450
-1200 ml dengan rerata antara 750-850 ml per hari. Banyaknya
ASI yang berasal dari ibu yang mempunyai status gizi buruk
dapat menurun sampai jumlah hanya 100-200 ml per hari.
Hampir semua vitamin yang larut dalam air seperti vitamin
B, asam folat, vitamin C terdapat dalam ASI. Makanan yang
dikonsumsi ibu berpengaruh terhadap kadar vitamin ini dalam
ASI. Kadar vitamin B1 dan B2 cukup tinggi dalam ASI tetapi
kadar vitamin B6, B12 dan asam folat mungkin rendah pada ibu
dengan gizi kurang. Karena vitamin B6 dibutuhkan pada tahap
awal perkembangan sistim syaraf maka pada ibu yang menyusui
perlu ditambahkan vitamin ini. Sedangkan untuk vitamin B12
cukup di dapat dari makanan sehari-hari, kecuali ibu menyusui
yang vegetarian.
Vitamin C atau asam askorbat mempunyai berat molekul
178 dengan rumus molekul C6H8O6. Dalam bentuk kristal tidak
berwarna, titik cair 190 – 192oC. Bersifat larut dalam air, sedikit
larut dalam aseton atau alcohol yang mempunyai berat molekul
rendah. Vitamin C sukar larut dalam chloroform, ether, dan
benzene. Dengan logam membentuk garam. Pada pH rendah
vitamin C lebih stabil daripada pH tinggi. Vitamin C mudah
teroksidasi, lebih-lebih apabila terdapat katalisator Fe, Cu, enzim
askorbat aksidase, sinar, dan temperature yang tinggi. Larutan

14
encer vitamin C pada pH kurang dari 7,5 masih stabil apabila
tidak ada katalisator seperti di atas. Oksidasi vitamin C akan
terbentuk asam dihidroaskorbat,
Asam askorbat sangat mudah teroksidasi menjadi asam
dihidroaskorbat yang masih mempunyai keaktifan sebagai
vitamin C. Asam dihidroaskorbat secara kimia sangat labil dan
dapat mengalami perubahan lebih lanjut menjadi asam
diketogulonat yang tidak memiliki keaktifan sebagai vitamin C
lagi.
Dalam larutan air vitamin C mudah dioksidasi, terutama
apabila dipanaskan.Oksidasi dipercepat apabila ada tembaga
atau suasana alkalis.Kehilangan vitamin C sering terjadi pada
pengolahan, pengeringan, dan cahaya.Vitamin C penting dalam
pembuatan zat-zat interseluler, kolagen.Vitamin ini tersebar
keseluruh tubuh dalam jaringan ikat, rangka, matriks, dan lain-
lain.Vitamin C berperan penting dalam hidroksilasi prolin dan
lisin menjadi hidroksiprolin dan hidroksilisin yang merupakan
bahan pembentukan kalogen tersebut.
Penentuan vitamin C dapat dikerjakan dengan titrasi
iodimetri. Titrasi iodimetri merupakan titrasi langsung
berdasarkan reaksi redoks yang menggunakan larutan baku I2
untuk mengoksidasi analatnya.
AReduksi + I2 Û AOksidasi + I-
Iod merupakan oksidator yang tidak terlalu kuat, sehingga
hanya zat-zat yang merupakan reduktor yang cukup kuat dapat
dititrasi.Indikator yang digunakan ialah amilum, dengan
perubahan dari tak berwarna menjadi biru.

15
C. ALAT DAN BAHAN
1. ASI
2. Larutan I2 0,01M
3. Larutan Kanji
4. Aquades
5. Botol penampung ASI
6. Buret 50ml                
7.    Klem                             
8.    Statif                              
9. Corong                           
10. Labu takar 100ml          
11. Labu takar 250 ml         
12. Batang pengaduk          
13. Gelas beaker 100ml       
14. Erlenmeyer 250ml          
15. Pipet gondok 10ml         
16. Pipet tetes    

D. PROSEDUR KERJA
1. Cari Pendonor ASI fresh
2. Tampung ASI segar sebanyak 25ml
3. Diencerkan dengan aquades didalam labu ukur 50ml
hingga tera
4. Dipipet 10ml sampel, kemudian dimasukkan ke dalam
Erlenmeyer 250ml
5. Ditambahkan 2 tetes larutan kanji
6. Sampel dititrasi dengan larutan I 2 sampai berubah warna
menjadi biru violet
7. Catat volume I2 yang digunakan

16
E. HASIL DAN PEMBAHASAN
Data pengamatan Titrasi I Titrasi II
Berat sampel 25 ml = …. mg
(mula-mula)
Volume sampel 10 ml
Volume I2
Volume I2 rata2
Perhitungan
1 100
mg vitamin C= x 0,01 Mx vol I 2rata−rata x 176 x
2 10

mg vitaminc
Kadar vitaminC= x 100 %
berat sampel mula−mula

F. KESIMPULAN
Mahasiswa memiliki kemampuan dasar dalam mencari ASI
sebagai sampel sebelum melakukan praktikum metabolisme zat
gizi mikro selanjutnya mempreparasi sampel hingga siap untuk
diidentifikasi, menganalisis sampel untuk mengetahui kandungan
vitamin Cnya serta membahasnya seusai teori metabolisme zat
gizi mikro

G. RUBRIK PENILAIAN
Jenjan
Angka Deskripsi Kinerja
g
E < 46 Tidak mengerjakan laporan
Laporan tidak tepat dan tidak lengkap,
D 46 - 55 penguasaan materi kurang, tim tidak
aktif, kehadiran tidak tepat waktu
C 56 - 65 Laporan tepat dan tidak lengkap,

17
penguasaan materi kurang, ada sebagian
tim yang tidak aktif, kehadiran tidak
tepat waktu
Laporan tepat dan tidak lengkap,
penguasaan materi kurang, ada sebagian
BC 66 - 70
tim yang tidak aktif, kehadiran tidak
tepat waktu
Laporan tepat dan tidak lengkap,
B 71 -75 penguasaan materi baik, semua tim aktif,
kehadiran tepat waktu
Laporan tepat dan lengkap, penguasaan
AB 76 - 80 materi baik, semua tim aktif, kehadiran
tepat waktu
Laporan tepat dan lengkap, penguasaan
A >80 materi sangat baik, semua tim aktif,
kehadiran tepat waktu

18
Acara 3
Pokok Bahasan : Matabolisme Zat Gizi Mikro
Acara Praktikum : Pemeriksaan Zinc dalam ASI
Tempat : Laboratorium Analisis Zat Gizi
Alokasi Waktu : 1 x 120 menit
Dosen Pembimbing : Zora Olivia., S.Farm., M.Farm., Apt.

A. CAPAIAN PEMBELAJARAN MATA KULIAH (CPMK)


Dengan mengikuti praktikum ini, diharapkan mahasiswa dapat :
1. Memahami metabolisme zincdalam tubuh sampai dikeluarkan
lewat ASI
2. Memahami cara menguji/ mengindentifikasizinc dalam ASI

B. DASAR TEORI
Kebutuhan zinc (Zn) pada manusia dewasa setiap hari
diperkirakan10-15 mg, sedangkan pada ibu menyusui terdapat
penambahan 10 mg (LIPI,1993).
Sumber utama zinc bisa diperoleh daridaging, ikan laut, kulit
ari sereal, kacangkacangandan didapati kadar yang rendahpada
sayur dan buah.
Zinc dalam tubuh manusia berperan padalebih dari 200
macam enzim yang ada dalam tubuh (Gibson,1990), sehingga
dalam keadaan defisiensi akan membawa banyak pembahan
dalam proses metabolisme tubuh. Hal ini dimanifestasikan dalam
bentuk meningkatnya insidens, kerentanan dan keparahan
terhadap infeksi, berat badan lahir rendah, meningkatnya
kematian perinatal, serta pada bayi dan anak berakibat pada
retardasipertumbuhan dan perkembangan (Allen, 1994).
Zinc sangat essential bagi bayi karenabayi baru lahir tidak
membawa cadanganmakanan yang cukup
bagitubuhnya.Kebutuhan gizi pada bayi usia 0-6bulan diperoleh

19
melalui ASI yang cukup jumlahdan kualitasnya sangat
mempengaruhipertumbuhan bayi (Jafri, 2012).Kandungan
normal zinc dalam AS1 adalah 1.66 pg per ml (Roberts dan
William, 1993). Konsentrasinya dipengaruhi oleh pola konsumsi
makananIbu.
Berdasarkan hasil penelitian, terdapat hubungan yang
signifikan antara kadar zinc dalam ASI dengan berat badan dan
panjang bayi usia 4-6 bulan (Dewi, 2017). Penelitian hamdiyah
(2018) menunjukkan kosentrasi zinc dalam ASI lebih tinggi pada
ibu dengan status gizi baik dibandingkan dengan ibu dengan
status gizi KEK.
Cara pemeriksaan kadar zinc dalam ASI dengan 2 metode
yaitu metode Atom – Atom Serapan (AAS)/ Atomic Absorption
Spectrophotometer(AAS) dan Colorimetric Assay.Prinsip
pemeriksaan dengan spektrofotometer atom serapan adalah
teknik emisi dengan elemen pada sampel mendapat sinar dari
hollow cathode dan cahaya yang ditimbulkan diukur sebagai
level energi yang paling rendah. Elemen yang mendapat sinar
dalam bentuk ikatan kimia (atom) dan ditempatkan pada ground
state (atom netral). Metode spektrofotometer atom serapan
mempunyai sensitivitas spesifisitas yang lebih tinggi
dibandingkan metode spektrofotometer nyala emisi.

C. ALAT DAN BAHAN


1) Sampel ASI
2) Tabung Ependorf
3) Masker
4) Tisu gulung
5) Serbet

20
6) Box Ice
7) Ice gel
8) Alat tulis dan kertas
9) LCD Proyektor
10) Laptop

D. PROSEDUR KERJA
1) Cari Pendonor ASI fresh dan ASI simpan
2) Masing – masing ASI sebanyak 10 ml
3) Dokumentasikan semua kegiatan yang dilakukan
4) Jelaskan interpretasi hasil kadar zinc antara ASI simpan dan
ASI fresh!
5) Analisis perbedaan kadar zinc dalam ASI simpan dan fresh !
6) Jelaskan faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi kadar
zinc dalam ASI?

E. HASIL DAN PEMBAHASAN

F. KESIMPULAN

21
G. RUBRIK PENILAIAN
Jenjan
Angka Deskripsi Kinerja
g
Tidak mengerjakan laporan, tidak
E < 46
presentasi
Laporan tidak tepat dan tidak lengkap,
presentasi kurang baik, penguasaan
D 46 - 55
materi kurang, tim tidak aktif, kehadiran
tidak tepat waktu
Laporan tepat dan tidak lengkap,
presentasi kurang baik, penguasaan
C 56 - 65
materi kurang, ada sebagian tim yang
tidak aktif, kehadiran tidak tepat waktu
Laporan tepat dan tidak lengkap,
presentasi baik, penguasaan materi
BC 66 - 70
kurang, ada sebagian tim yang tidak
aktif, kehadiran tidak tepat waktu
Laporan tepat dan tidak lengkap,
B 71 -75 presentasi baik, penguasaan materi baik,
semua tim aktif, kehadiran tepat waktu
Laporan tepat dan lengkap, presentasi
AB 76 - 80 baik, penguasaan materi baik, semua
tim aktif, kehadiran tepat waktu
Laporan tepat dan lengkap, presentasi
sangat baik, penguasaan materi sangat
A >80
baik, semua tim aktif, kehadiran tepat
waktu

22
Acara 4
Pokok Bahasan : Matabolisme Zat Gizi Mikro
Acara Praktikum : Pemeriksaan Kadar kalsium dalam
ASI
Tempat : Laboratorium Analisis Zat Gizi
Alokasi Waktu : 1 x 120 menit
Dosen Pembimbing : dr. Arisanty Nur Setia R, M.Gizi.

A. CAPAIAN PEMBELAJARAN MATA KULIAH (CPMK)


Dengan mengikuti praktikum ini, diharapkan mahasiswa dapat :
1. Memahami metabolisme kalsiumdalam tubuh sampai
dikeluarkan lewat ASI
2. Memahami cara menguji/ mengindentifikasikalsium dalam
ASI

B. DASAR TEORI
ASI merupakan standar nutrisi emas bagi bayi karena
mengandung zat-zat penting dalam pertumbuhan dan
perkembangannya. ASI matur adalah ASI yang disekresi dari
hari ke-21 sampai seterusnya. ASI matur merupakan nutrisi bayi
yang terus berubah disesuaikan dengan perkembangan bayi
sampai berumur 6 bulan. Ada 2 tipe ASI matur yaitu fore milk
(dikeluarkan saat awal menyusui dan mengandung vitamin dan
mineral) dan Hind Milk (keluar setelah awal penyusuan dan
mengandung banyak lemak untuk meningkatkan berat badan).
Jumlah kandungan mineral dalam air susu adalah species
specific dan dihubungkan dengan kecepatan pertumbuhan
spesies. Kandungan mikronutrien salah satunya kalsium di dalam
ASI merupakan zat gizi yang paling stabil dan mudah diserap
tubuh bayi.

23
Kadar Kalsium dalam ASI lebih rendah dari susu sapi tetapi
penyerapan Kalsium dari ASI adalah 67% dibandingkan dengan
25% dari susu sapi. Hipokalsemia neonatal dan tetani lebih
sering dilihat pada bayi yang mendapat susu formula karena
kadar fosfor dalam susu sapi lebih tinggi (rasio Kalsium:Fosfor
dalam ASI adalah 2:1 sedangkan dalam susu sapi 1.2:1.0) yang
mengakibatkan absorbsi Kalsium berkurang danekskresinya
bertambah.
Berdasarkan penelitian (Majiding dkk, 2016) rata-rata
kandungan Kalsium ASI lebih tinggi pada kelompok ibu dengan
anak BBLR, pada ibu berstatus gizi gemuk, dan pada ibu dengan
asupan kalsium cukup.

Cara pemeriksaan kadar kalsium dalam ASI salah satunya


dengan metode Atomic Absorption Spectrophotometer(AAS) dan
Colorimetric Assay.Prinsip pemeriksaan dengan spektrofotometer
atom serapan adalah teknik emisi dengan elemen pada sampel
mendapat sinar dari hollow cathode dan cahaya yang

24
ditimbulkan diukur sebagai level energi yang paling rendah.
Elemen yang mendapat sinar dalam bentuk ikatan kimia (atom)
dan ditempatkan pada ground state (atom netral). Metode
spektrofotometer atom serapan mempunyai sensitivitas
spesifisitas yang lebih tinggi dibandingkan metode
spektrofotometer nyala emisi.

C. ALAT DAN BAHAN


1. ASI
2. NaOH 2N
3. Indikator mureksid 0,2% (b/b) 50 mg
4. Aquades
5. Na2EDTA 0,050 M
6. Botol penampung ASI
7. Buret 50ml                
8.    Klem                             
9.    Statif                              
10. Corong                           
11. Labu takar 250 ml         
12. Batang pengaduk          
13. Erlenmeyer 250ml          
14. Pipet volume 10ml         
15. Pipet tetes
16. Indikator pH   

D. PROSEDUR KERJA
1. Cari Pendonor ASI fresh
2. pipet ASI segar sebanyak 4 ml menggunakan pipet volume

25
3. Diencerkan dengan 100 ml aquades didalam labu ukur 250
ml
4. Aduk dengan pengaduk, tambahkan NaOH 2 N sampai pH
nya 12-13 (cek dengan indikator pH)
5. Tambahkan 50 mg indikator mureksid 0,2%(b/b), aduk
sampe berubah warna menjadi merah muda
6. Sampel dititrasi dengan Na2EDTA 0,050 M sampai
warnanya berubah dari merah mudan berubah warna
menjadi ungu
7. Catat volume Na2EDTA 0,050 M yang digunakan

E. HASIL DAN PEMBAHASAN


Data pengamatan Titrasi I Titrasi II
Volume sampel 4 ml 4 ml
Volume Na2EDTA
Volume Na2EDTA rata2

Perhitungan kadar kalsium :

Kadar Kalsium ( 100mgmL )=( Mx V 1 xV40,08


2
x 100
)
Keterangan :
M = Molaritas Na2EDTA (M)
V1 = Volume Na2EDTA (mL)
V2 = Volume sampel (mL)

F. HASIL DAN PEMBAHASAN

26
G. KESIMPULAN

H. RUBRIK PENILAIAN

27
Jenjan
Angka Deskripsi Kinerja
g
Tidak mengerjakan laporan, tidak
E < 46
presentasi
Laporan tidak tepat dan tidak lengkap,
presentasi kurang baik, penguasaan
D 46 - 55
materi kurang, tim tidak aktif, kehadiran
tidak tepat waktu
Laporan tepat dan tidak lengkap,
presentasi kurang baik, penguasaan
C 56 - 65
materi kurang, ada sebagian tim yang
tidak aktif, kehadiran tidak tepat waktu
Laporan tepat dan tidak lengkap,
presentasi baik, penguasaan materi
BC 66 - 70
kurang, ada sebagian tim yang tidak
aktif, kehadiran tidak tepat waktu
Laporan tepat dan tidak lengkap,
B 71 -75 presentasi baik, penguasaan materi baik,
semua tim aktif, kehadiran tepat waktu
Laporan tepat dan lengkap, presentasi
AB 76 - 80 baik, penguasaan materi baik, semua
tim aktif, kehadiran tepat waktu
Laporan tepat dan lengkap, presentasi
sangat baik, penguasaan materi sangat
A >80
baik, semua tim aktif, kehadiran tepat
waktu

28
Acara 5
Pokok Bahasan : Matabolisme Zat Gizi Mikro
Acara Praktikum : Pemeriksaan Kadar Natrium dalam
Urine (Metode Mohr)
Tempat : Laboratorium Analisis Zat Gizi
Alokasi Waktu : 1 x 120 menit
Dosen Pembimbing : dr. Arisanty Nur Setia R, M.Gizi.

A. CAPAIAN PEMBELAJARAN MATA KULIAH (CPMK)


Dengan mengikuti praktikum ini, diharapkan mahasiswa dapat :
1. Memahamimetabolismenatriumdalam tubuh sampai
dikeluarkan lewat urin
2. Memahami cara menguji/ mengindentifikasinatrium dalam
urin

B. DASAR TEORI
Natrium adalah kation terbanyak dalam cairan ekstrasel,
jumlahnya bisa mencapai 60 mEq per kilogram berat badan dan
sebagian kecil (sekitar 10- 14 mEq/L) berada dalam cairan
intrasel4,8. Lebih dari 90% tekanan osmotik di cairan ekstrasel
ditentukan oleh garam yang mengandung natrium, khususnya
dalam bentuk natrium klorida (NaCl) dan natrium bikarbonat
(NaHCO3) sehingga perubahan tekanan osmotik pada cairan
ekstrasel menggambarkan perubahan konsentrasi natrium.
Ekskresi natrium terutama dilakukan oleh ginjal.
Pengaturan eksresi ini dilakukan untuk mempertahankan
homeostasis natrium, yang sangat diperlukan untuk
mempertahankan volume cairan tubuh. Natrium difiltrasi bebas
di glomerulus, direabsorpsi secara aktif 60-65% di tubulus
proksimal bersama dengan H2O dan klorida yang direabsorpsi
secara pasif, sisanya direabsorpsi di lengkung henle (25-30%),

29
tubulus distal (5%) dan duktus koligentes (4%). Sekresi natrium
di urine < 1%. Aldosteron menstimulasi tubulus distal untuk
mereabsorpsi natrium bersama air secara pasif dan mensekresi
kalium pada sistem renin-angiotensin-aldosteron untuk
mempertahankan elektroneutralitas
Nilai rujukan kadar natrium pada serum : bayi (134-150
mmol/L), anak dan dewasa (135-145 mmol/L ). Nilai rujukan
kadar natrium pada urine anak dan dewasa 40-220 mmol/24
jam. Nilai rujukan kadar natrium pada cairan serebrospinal :
136-150 mmol/L. Nilai rujukan kadar natrium pada feses :
kurang dari 10 mmol/hari

C. ALAT DAN BAHAN


1. Urine
2. Cup penampung urin
3. Tisu gulung
4. Serbet
5. Aquades
6. Indikator K2CrO4 10%
7. AgNO3 0,01M
8. Buret 50ml                
9. Klem                             
10. Statif                              
11. Corong                           
12. Labu takar 250 ml         
13. Batang pengaduk          
14. Erlenmeyer 250ml          
15. Pipet volume 10ml         
16. Pipet tetes

30
D. PROSEDUR KERJA
1. Tampung urine mid stream pada cup urine
2. Masukkan 5 ml urin dalam labu takar 250 ml,dibuat
duplikat
3. Aduk sampel selama 30 detik, diamkan selama 1 menit
4. Aduk kembali selama 30 detik
5. Tambahkan 1 ml indikator K2CrO4 10%
6. Setelah itu titar dengan AgNO3 0,01M hingga muncu
warna merah cokat yang stabil dalam 30 detik
7. Catat volume AgNO3 0,01M yang digunakan
8. Jelaskan interpretasi hasil kadar natriumurine!
9. Dokumentasikan semua kegiatan yang dilakukan !
10. Jelaskan faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi
kadar natrium dalam urin?

E. HASIL DAN PEMBAHASAN


Data pengamatan Titrasi I Titrasi II
Volume sampel 5 ml 5 ml
Volume AgNO3 0,01M
Volume AgNO3 0,01M
rata2

31
Perhitungan kadar Natrium :

Kadar Natrium ( % )= ( FpxmgVxBST NaxM


Contoh
x 100 % )

Keterangan :

Fp = Faktor Pengenceran (1)


M = Molaritas AgNO3 (M)
V = Volume AgNO3 0,01M (mL)
BST Na = 22,99
Mg Contoh = 1000 mg

F. KESIMPULAN

32
G. RUBRIK PENILAIAN
Jenjan
Angka Deskripsi Kinerja
g
Tidak mengerjakan laporan, tidak
E < 46
presentasi
Laporan tidak tepat dan tidak lengkap,
presentasi kurang baik, penguasaan
D 46 - 55
materi kurang, tim tidak aktif, kehadiran
tidak tepat waktu
Laporan tepat dan tidak lengkap,
presentasi kurang baik, penguasaan
C 56 - 65
materi kurang, ada sebagian tim yang
tidak aktif, kehadiran tidak tepat waktu
Laporan tepat dan tidak lengkap,
presentasi baik, penguasaan materi
BC 66 - 70
kurang, ada sebagian tim yang tidak
aktif, kehadiran tidak tepat waktu
Laporan tepat dan tidak lengkap,
B 71 -75 presentasi baik, penguasaan materi baik,
semua tim aktif, kehadiran tepat waktu
Laporan tepat dan lengkap, presentasi
AB 76 - 80 baik, penguasaan materi baik, semua
tim aktif, kehadiran tepat waktu
Laporan tepat dan lengkap, presentasi
sangat baik, penguasaan materi sangat
A >80
baik, semua tim aktif, kehadiran tepat
waktu

33
Acara 6
Pokok Bahasan : Metabolisme zat gizi mikro
Acara Praktikum : Pemeriksaan Kadar Kalium Urine
Tempat : Laboratorium Analisis Zat Gizi
Alokasi Waktu : 1 x 120 menit
Dosen Pembimbing : dr. Arisanty Nur Setia R., M.Gizi

A. CAPAIAN PEMBELAJARAN MATA KULIAH (CPMK)


Dengan mengikuti praktikum ini, diharapkan mahasiswa dapat :
1. Memahami metabolisme kalium dalam tubuh sampai
dikeluarkan lewat urin
2. Memahami cara menguji/ mengindentifikasi kalium dalam
urin

B. DASAR TEORI
Elektrolit adalah senyawa di dalam larutan yang
berdisosiasi menjadi partikel yang bermuatan (ion) positif atau
negatif. Ion bermuatan positif disebut kation dan ion bermuatan
negatif disebut anion.
Sebagian besar proses metabolisme memerlukan dan
dipengaruhi oleh elektrolit. Konsentrasi elektrolit yang tidak
normal dapat menyebabkan banyak gangguan
Sekitar 98% jumlah kalium dalam tubuh berada di dalam
cairan intrasel. Konsentrasi kalium intrasel sekitar 145 mEq/L
dan konsentrasi kalium ekstrasel 4-5 mEq/L (sekitar 2%).
Jumlah konsentrasi kalium pada orang dewasa berkisar 50-60
per kilogram berat badan (3000-4000 mEq). Jumlah kalium ini
dipengaruhi oleh umur dan jenis kelamin. Jumlah kalium pada
wanita 25% lebih kecil dibanding pada laki-laki dan jumlah
kalium pada orang dewasa lebih kecil 20% dibandingkan pada
anak-anak.

34
Jumlah kalium dalam tubuh merupakan cermin
keseimbangan kalium yang masuk dan keluar. Pemasukan
kalium melalui saluran cerna tergantung dari jumlah dan jenis
makanan. Orang dewasa pada keadaan normal mengkonsumsi
60-100 mEq kalium perhari (hampir sama dengan konsumsi
natrium). Kalium difiltrasi di glomerulus, sebagian besar (70-
80%) direabsorpsi secara aktif maupun pasif di tubulus
proksimal dan direabsorpsi bersama dengan natrium dan klorida
di lengkung henle. 19-20 Kalium dikeluarkan dari tubuh melalui
traktus gastrointestinal kurang dari 5%, kulit dan urine mencapai
90%.
Nilai rujukan kalium serum pada: bayi (3,6-5,8 mmol/L),
anak (3,5-5,5 mmo/L), dewasa (3,5-5,3 mmol/L). Nilai rujukan
kalium urin pada : anak (17-57 mmol/24 jam), dewasa (40-80
mmol/24 jam) dan nilai rujukan kalium pada cairan lambung :
10 mmol/L.

C. ALAT DAN BAHAN


1. Urine
2. Cup penampung urin
3. HCl pekat
4. NaB(C6H5)4 1% dingin
5. Masker
6. Tisu gulung
7. Serbet
8. Ice Water bath
9. Alat tulis dan kertas

35
D. PROSEDUR KERJA
1. Tampung urine mid stream pada cup urine
2. Pipet 25 mL sampel urine kedalam labu erlenmeyer
100mL.
3. Tambahkan 3,0 mL HCl pekat
4. Ditaruh didalam ice-water bath selama 10 menit.
5. Sekitar 10 mL larutan NaB(C6H5)4 1% dingin ditambahkan
kedalam larutan diatas.
6. Kocok sehingga merata sambil menutup Erlenmeyer
dengan alumunium foil.
7. Timbang kertas saring yang belum digunakan (berat A)
8. Saring menggunakan Whatman 42
9. Cuci dengan air dingin
10. Oven kertas saring + endapan dengan suhu 1050C ±24
jam
11. Timbang kertas saring + endapan yang sudah dioven
(berat B)
12. Hitung kadar kalium (K) dalam sampel tersebut.
13. Jelaskan interpretasi hasil kadar kaliumurine!
14. Dokumentasikan semua kegiatan yang dilakukan
15. Jelaskan faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi
kadar kalium dalam urin?
Faktor konversi : 1 gram endapan = 0,1091 gram K.

Berat endapan = berat B – berat A

Kadar K ( % ) = Berat endapan (gram) x 0,1091 x 100%


Berat sampel (gram)

36
E. HASIL DAN PEMBAHASAN

F. KESIMPULAN

G. RUBRIK PENILAIAN
Jenjan
Angka Deskripsi Kinerja
g
E < 46 Tidak mengerjakan laporan, tidak
mengikuti praktikum
D 46 – 55 Laporan tidak tepat dan tidak lengkap,
tim tidak aktif, kehadiran tidak tepat
waktu
C 56 – 65 Laporan kurang tepat dan tidak
lengkap, ada sebagian tim yang tidak
aktif, kehadiran tidak tepat waktu

37
BC 66 – 70 Laporan kurang tepat dan tidak
lengkap, ada sebagian tim yang tidak
aktif, kehadiran tidak tepat waktu
B 71 -75 Laporan tepat dan tidak lengkap, ada
sebagian tim yang tidak aktif, kehadiran
tepat waktu
AB 76 – 80 Laporan tepat dan lengkap, ada
sebagian tim yang tidak aktif, kehadiran
tepat waktu
A >80 Laporan tepat dan lengkap, semua tim
aktif, kehadiran tepat waktu

38
Acara 7
Pokok Bahasan : Metabolisme Zat Gizi Mikro
Acara Praktikum : Pemeriksaan Fe dalam ASI
Tempat : Laboratorium Biomedik
Alokasi Waktu : 1 x 120 menit
Dosen Pembimbing : Putri Rahayu R., S.Si., M.Biomed

A. CAPAIAN PEMBELAJARAN MATA KULIAH (CPMK)


Dengan mengikuti praktikum ini, diharapkan mahasiswa dapat :
1. Memperkenalkan metabolisme Fe dalam tubuh ,
2. Memahami cara menguji Fe dalam ASI
3. Memahami cara membaca hasil laboratorium pemeriksaan Fe

B. DASAR TEORI
Besi merupakan unsur vital yang sangat dibutuhkan oleh
tubuh untuk pembentukan hemoglobin, dan merupakan
komponen penting pada sistem enzim pernafasan. Pada
metabolisme besi perlu diketahui komposisi dan distribusi besi
dalam tubuh, cadangan besi tubuh, siklus besi, absorbsi besi,
dan transportasi besi.
Sebagian besar zat besi terikat dalam hemoglobin yang
berfungsi khusus, yaitu mengangkut oksigen untuk keperluan
metabolisme dalam jaringan-jaringan. Sebagian lain dari zat
besiterikat dalam sistem retikuloendotelial (RES) di hepar dan
sumsum tulang sebagai depot besi (cadangan). Sebagian kecil
dari zat besi dijumpai dalam transporting iron binding protein
(transferin), sedangkan sebagian kecil sekalididapati dalam
enzim-enzim yang berfungsi sebagai katalisator pada
prosesmetabolisme dalam tubuh. Fungsi-fungsi tersebut diatas
akan terganggupada penderita anemia defisiensi besi.

39
Proses metabolisme zat besi digunakan untuk biosintesa
hemoglobin, dimana zat besi digunakan secara terus- menerus.
Sebagian besar zat besiyang bebas dalam tubuh akan
dimanfaatkan kembali (reutilization), dan hanya sebagian kecil
sekali yang diekskresikan melalui air kemih, feses dan keringat
Asupan zat besi yang masuk ke dalam tubuh kita kira-kira
10 – 20 mg setiap harinya, tapi ternyata hanya 1 – 2 mg atau
10% saja yang di absorbsi oleh tubuh. 70% dari zat besi yang di
absorbsi tadi di metabolisme oleh tubuh dengan proses
eritropoesis menjadi hemoglobin, 10 - 20% di simpan dalam
bentuk feritin dan sisanya 5 – 15% di gunakan oleh tubuh untuk
proses lainBesi Fe3+ yang disimpan di dalam ferritin bisa saja
dilepaskan kembali bila ternyata tubuh membutuhkannya.
Feritin merupakan salah satu protein kunci yang
mengatur hemostasis besi dan juga merupakan biomarker klinis
yang tersedia secara luas untuk mengevaluasi status besi dan
secara khusus penting untuk mendeteksi defisiensi besi. Kadar
feritin pada laki-laki dan wanita berbeda, pada laki-laki dan
wanita postmenopause kadar feritin kurang dari 300ng/ml ,
pada wanita premonoupase kurang dari 200 ng/ml
Beberapa penelitian menunjukkan adanya penurunan
kadar serum feritin pada pendonor khususnya pada pendonor
regular. Retrovirus Epidemiology Donor Study-II (REDS-II)
Donor Iron Status Evaluation (RISE) study of the National Heart,
Lung, and Blood Institute melakukan peneltianterhadap 2425
wanita dan pria, didapati dua pertiga pendonor reguler
perempuan (66%) dan pendonor reguler laki-laki (49%)
menderita defisiensi besianemia defisiensi besi dapat disebabkan
oleh karena:

40
1. Kehilangan besi sebagai akibat perdarahan menahun dapat
berasal dari:
a. Saluran cerna: tukak peptik, pemakaian salisilat
b. Saluran kemih: hematuria.
c. Saluran nafas: hemoptisis.
2. Faktor nutrisi, kurangnya jumlah besi total dalam makanan
atau kualitas besi yang rendah
3. Kebutuhan besi meningkat, seperti pada prematuritas, anak
dalam masa pertumbuhan, dan kehamilan.
4. Gangguan absorbsi besi, seperti pada gastrektomi dan kolitis
kronik, atau dikonsumsi bersama kandungan fosfat
(sayuran), tanin (teh dan kopi), polyphenol (coklat, teh, dan
kopi), dan kalsium (susu dan produk susu)

C. ALAT DAN BAHAN


1) Sampel ASI
2) Tabung Ependorf
3) Masker
4) Tisu gulung
5) Serbet
6) Box Ice
7) Ice gel
8) Alat tulis dan kertas
9) LCD Proyektor
10) Laptop

D. PROSEDUR KERJA
1) Cari Pendonor ASI fresh dan ASI simpan
2) Masing – masing ASI sebanyak 10 ml

41
3) Dokumentasikan semua kegiatan yang dilakukan
4) Apabila darah sudah keluar, tampung darah ke dalam
tabung ependorff, kemudian letakkan dalam ice box dan
kirim ke laboratorium untuk diperiksa.

E. HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil berupa penilaian secara kuantitatif yaitu
membuktikan terdapat Fe dalam sel darah merah yang ditandai
dengan perubahan warna.Meceritakan proses pengambilan
darah dan hingga terbentuknya warna yang diharapkan. Menulis
berbagai reaksi yang terjadi stelah penambahan reagen atau
pemanasan jelaskan tujuan reaksi tersebut. membandingkan
dengan hasil praktikum kelompok lain

F. KESIMPULAN
Mahasiswa memiliki kemampuan dasar dalam
menghandling hewan coba sebelum melakukan praktikum
metabolisme zat gizi mikro melakukan analisis kuantitatif yaitu
keberadaan Fe dalam ASI serta membahasnya seusai teori
metabolisme zat gizi mikro

G. RUBRIK PENILAIAN
Jenjan
Angka Deskripsi Kinerja
g
Tidak mengerjakan laporan, tidak
E < 46
presentasi
Laporan tidak tepat dan tidak lengkap,
presentasi kurang baik, penguasaan
D 46 - 55
materi kurang, tim tidak aktif, kehadiran
tidak tepat waktu

42
Laporan tepat dan tidak lengkap,
presentasi kurang baik, penguasaan
C 56 - 65
materi kurang, ada sebagian tim yang
tidak aktif, kehadiran tidak tepat waktu
Laporan tepat dan tidak lengkap,
presentasi baik, penguasaan materi
BC 66 - 70
kurang, ada sebagian tim yang tidak
aktif, kehadiran tidak tepat waktu
Laporan tepat dan tidak lengkap,
B 71 -75 presentasi baik, penguasaan materi baik,
semua tim aktif, kehadiran tepat waktu
Laporan tepat dan lengkap, presentasi
AB 76 - 80 baik, penguasaan materi baik, semua
tim aktif, kehadiran tepat waktu
Laporan tepat dan lengkap, presentasi
sangat baik, penguasaan materi sangat
A >80
baik, semua tim aktif, kehadiran tepat
waktu

43
Acara 8
Pokok Bahasan : Metabolisme Zat Gizi Mikro
Acara Praktikum : Pemeriksaan Na dalam ASI
Tempat : Laboratorium Analisis Zat Gizi
Alokasi Waktu : 1 x 120 menit
Dosen Pembimbing : Putri Rahayu R., S.Si., M.Biomed

A. CAPAIAN PEMBELAJARAN MATA KULIAH (CPMK)


Dengan mengikuti praktikum ini, diharapkan mahasiswa dapat :
1. Memperkenalkan metabolisme Na dalam tubuh ,
2. Memahami cara menguji Na dalam ASI
3. Memahami cara membaca hasil laboratorium pemeriksaan Na

B. DASAR TEORI
Natrium adalah kation Na utama cairan ekstrasel dan
sebagian besar berhubungan dengan klorida dan bikarbonat
dalam pengaturan asam-basa. Na penting dalam mem-
pertahankan tekanan osmotik cairan tubuh. Pada individu yang
peka, terdapat hubungan jelas antara intake Na dengan tekanan
darah diastolik. Jadi NaCl dapat memperhebat hipertensi yang
telah ada.
Diserap oleh ileum, diekskresi melalui urin. Ginjal mampu
menghemat Na dengan membuang K atau H . Apabila diperlukan
intake air lebih dari 4 l/hari untuk mengganti keringat yang
hilang, maka harus diberi Na Cl ekstra. Kontak terus menerus
dengan suhu tinggi dengan berkeringat berlebihan, kehilangan
Na dalam keringat akan dijurangi oleh proses adaptasi yang
mengikut sertakan aldosteron. Pada penyakit ginjal, kemampuan
menghemat Na seringkali hilang, dan terjadi gangguan
keseimbangan natrium, klorida, kalium dan air yang parah.
Natrium atau sodium merupakan salah satu mineral penting bagi

44
tubuh. Kadar natrium di dalam tubuh sekitar 2 persen dari total
mineral. Tubuh orang dewasa sehat mengandung 256 gram
senyawa natrium klorida (NaCl) yang setara dengan 100 gram
unsur natrium. Kadar natrium normal pada serum 310-340
mg/dL.
Natrium adaiah salah satu mineral yang banyak terdapat
pada cairan elektrolit ekstraseluler (di luar sel), mempunyai efek
menahan air, berfungsi untuk mempertahankan cairan dalam
tubuh, mengaktifkan enzim, sebagai konduksi impuls saraf.
Penurunan Na terjadi pada diare, muntah, cedera jaringan,
bilas lambung, diet rendah garam, gagal ginjal, luka bakar,
penggunaan obat diuretik (obat untuk darah tinggi yang
fungsinya mengeluarkan air dalam tubuh).Peningkatan Na terjadi
pada pasien diare, gangguan jantung krohis, dehidrasi, asupan
Na dari makanan tinggi,gagal hepatik (kegagalan fungsi hati),
dan penggunaan obat antibiotika, obat batuk, obat golongan
laksansia (obat pencahar).Sumber garam Na yaitu: garam
dapur, produk awetan (cornedbeef, ikan kaleng, terasi, dan Iain-
Iain.), keju,/.buah ceri, saus tomat, acar, dan Iain-Iain.
Pemeriksaan natrium (Na) berguna untuk mengetahui
konsentrasi Na (elekrolit dan mineral) di dalam darah. Natrium
berfungsi untuk menjaga keseimbangan air (sejumlah cairan di
dalam maupun di luar sel tubuh) dan elektrolit di dalam tubuh,
mengontrol tekanan darah, serta berperan penting dalam fungsi
kerja saraf dan otot. Konsentrasi Na banyak terdapat di dalam
darah dan cairan limfa. Keabnormalan Na dalam darah
mengindikasikan adanya gangguan kesehatan. Biasanya
pemeriksaan ini dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan
elektrolit darah yang lain seperti kalium (K), klorida (Cl), kalsium

45
(Ca), dan magnesium (Mg). Serum / plasma : 4-8°C selama 2
minggu, -20°C selama 1 tahun, 20-25°C : 2 minggu

C. ALAT DAN BAHAN


1. ASI
2. Botol penampung ASI
3. Tisu gulung
4. Serbet
5. Aquades
6. Indikator K2CrO4 10%
7. AgNO3 0,01M
8. Buret 50ml                
9. Klem                             
10. Statif                              
11. Corong                           
12. Labu takar 250 ml         
13. Batang pengaduk          
14. Erlenmeyer 250ml          
15. Pipet volume 10ml         
16. Pipet tetes

D. PROSEDUR KERJA
1. Tampung ASI
2. Masukkan 5 ml ASI dalam labu takar 250 ml,dibuat
duplikat
3. Aduk sampel selama 30 detik, diamkan selama 1 menit
4. Aduk kembali selama 30 detik
5. Tambahkan 1 ml indikator K2CrO4 10%

46
6. Setelah itu titar dengan AgNO3 0,01M hingga muncu
warna merah cokat yang stabil dalam 30 detik
7. Catat volume AgNO3 0,01M yang digunakan
8. Jelaskan interpretasi hasil kadar natrium ASI!
9. Dokumentasikan semua kegiatan yang dilakukan !
10. Jelaskan faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi
kadar natrium dalam ASI?

E. HASIL DAN PEMBAHASAN


Data pengamatan Titrasi I Titrasi II
Volume sampel 5 ml 5 ml
Volume AgNO3 0,01M
Volume AgNO3 0,01M
rata2

Perhitungan kadar Natrium :

Kadar Natrium ( % )= ( FpxmgVxBST NaxM


Contoh
x 100 % )

Keterangan :

Fp = Faktor Pengenceran (1)


M = Molaritas AgNO3 (M)
V = Volume AgNO3 0,01M (mL)
BST Na = 22,99
Mg Contoh = 1000 mg

F. RUBRIK PENILAIAN
Jenjan
Angka Deskripsi Kinerja
g
Tidak mengerjakan laporan, tidak
E < 46
presentasi

47
Laporan tidak tepat dan tidak lengkap,
presentasi kurang baik, penguasaan
D 46 - 55
materi kurang, tim tidak aktif, kehadiran
tidak tepat waktu
Laporan tepat dan tidak lengkap,
presentasi kurang baik, penguasaan
C 56 - 65
materi kurang, ada sebagian tim yang
tidak aktif, kehadiran tidak tepat waktu
Laporan tepat dan tidak lengkap,
presentasi baik, penguasaan materi
BC 66 - 70
kurang, ada sebagian tim yang tidak
aktif, kehadiran tidak tepat waktu
Laporan tepat dan tidak lengkap,
B 71 -75 presentasi baik, penguasaan materi baik,
semua tim aktif, kehadiran tepat waktu
Laporan tepat dan lengkap, presentasi
AB 76 - 80 baik, penguasaan materi baik, semua
tim aktif, kehadiran tepat waktu
Laporan tepat dan lengkap, presentasi
sangat baik, penguasaan materi sangat
A >80
baik, semua tim aktif, kehadiran tepat
waktu

48
Acara 9
Pokok Bahasan : Metabolisme Zat Gizi Mikro
Acara Praktikum : Pemeriksaan Kalium dalam ASI
Tempat : Laboratorium Analisis Zat Gizi
Alokasi Waktu : 1 x 120 menit
Dosen Pembimbing : Putri Rahayu R., S.Si., M.Biomed

A. CAPAIAN PEMBELAJARAN MATA KULIAH (CPMK)


Dengan mengikuti praktikum ini, diharapkan mahasiswa dapat :
1. Mengetahui cara pemeriksaan kadar kalium dalam ASI.
2. Menginterpretasikan hasil kadar kalium dalam ASI.
3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kadar kalium
dalam ASI.

B. DASAR TEORI
Kalium merupakan ion bermuatan positif dan terdapat
sekitar 98% di dalam cairan intrasel. Konsentrasi kalium intrasel
sekitar 145 mEq/L dan konsentrasi kalium ekstrasel 4-5 mEq/L
(sekitar 2%). Jumlah konsentrasi kalium pada orang dewasa
berkisar 50-60 per kilogram berat badan (3000-4000 mEq).
Jumlah kalium ini dipengaruhi oleh umur dan jenis kelamin.
Jumlah kalium pada wanita 25% lebih kecil dibanding pada laki-
laki dan jumlah kalium pada orang dewasa lebih kecil 20%
dibandingkan pada anak-anak.
Perbedaan kadar kalium di dalam plasma dan cairan
interstisial dipengaruhi oleh keseimbangan Gibbs-Donnan,
sedangkan perbedaan kalium cairan intrasel dengan cairan
interstisial adalah akibat adanya transpor aktif (transpor aktif
kalium ke dalam sel bertukar dengan natrium). Jumlah kalium
dalam tubuh merupakan cermin keseimbangan kalium yang
masuk dan keluar.

49
Kalium diabsorbsi dengan mudah di dalam usus halus.
Kalium difiltrasi di glomerulus, sebagian besar (70- 80%)
direabsorpsi secara aktif maupun pasif di tubulus proksimal dan
direabsorpsi bersama dengan natrium dan klorida di lengkung
henle. Kalium diekskresi melalui urin (80-90%), dan selebihnya
dikeluarkan melalui feses, sedikit melalui keringat, dan cairan
lambung. Metode pemeriksaan kalium dalam darah yang dapat
digunakan antara lain:
1. Pemeriksaan dengan Metode Elektroda Ion Selektif (Ion
Selective Electrode/ISE)
Pemeriksaan kalium dengan metode elektroda ion
selektif (Ion Selective Electrode/ISE) adalah yang paling
sering digunakan. Data dari College of American Pathologists
(CAP) pada 5400 laboratorium yang memeriksa natrium dan
kalium, lebih dari 99% menggunakan metode ISE. Metode
ISE mempunyai akurasi yang baik, koefisien variasi kurang
dari 1,5%, kalibrator dapat dipercaya dan mempunyai
program pemantapan mutu yang baik.
Metode ISE ada dua macam yaitu ISE direk dan ISE
indirek. ISE direk memeriksa secara langsung pada sampel
plasma, serum dan darah utuh. Metode inilah yang umumnya
digunakan pada laboratorium gawat darurat. Metode ISE
indirek yang diberkembang lebih dulu dalam sejarah teknologi
ISE, yaitu memeriksa sampel yang sudah diencerkan.
2. Pemeriksaan dengan Spektrofotometer Emisi Nyala (Flame
Emission Spectrofotometry/FES)
Penggunaan spektrofotometer emisi nyala di
laboratorium berlangsung tidak lama, selanjutnya
penggunaannya dikombinasi dengan elektrokimia untuk

50
mempertahankan penggunaan dan keamanan prosedurnya.
Prinsip pemeriksaan spektrofotometer emisi nyala adalah
sampel diencerkan dengan cairan pengencer yang berisi litium
atau cesium, kemudian dihisap dan dibakar pada nyala gas
propan. Ion natrium, kalium, litium, atau sesium bila
mengalami pemanasan akan memancarkan cahaya dengan
panjang gelombang tertentu (natrium berwarna kuning
dengan panjang gelombang 589nm, kalium berwarna ungu
dengan panjang gelombang 768 nm, litium 671 nm, sesium
825 nm). Pancaran cahaya akibat pemanasan ion dipisahkan
dengan filter dan dibawa ke detektor sinar
3. Pemeriksaan dengan Spektrofotometer berdasarkan Aktivasi
Enzim
Prinsip pemeriksaan kalium dengan metode
spektrofotometer adalah ion K+ mengaktivasi enzim
tryptophanase.
4. Pemeriksaan dengan spektrofotometer atom serapan (Atomic
Absorption Spectrophotometry/ AAS)
Prinsip pemeriksaan dengan spektrofotometer atom
serapan adalah teknik emisi dengan elemen pada sampel
mendapat sinar dari hollow cathode dan cahaya yang
ditimbulkan diukur sebagai level energi yang paling rendah.
Elemen yang mendapat sinar dalam bentuk ikatan kimia
(atom) dan ditempatkan pada ground state (atom netral).
Metode spektrofotometer atom serapan mempunyai
sensitivitas spesifisitas yang lebih tinggi dibandingkan metode
spektrofotometer nyala emisi.
Nilai rujukan kalium serum bayi (3,6-5,8 mmol/L), serum
anak (3,5-5,5 mmo/L), serum dewasa (3,5-5,3 mmol/L), urine

51
anak (17-57 mmol/24 jam), urine dewasa (40-80 mmol/24 jam),
dan cairan lambung (10 mmol/L).Bila kadar kalium kurang dari
3,5 mEq/L disebut sebagai hipokalemia dan kadar kalium lebih
dari 5,3 mEq/L disebut sebagai hiperkalemia. Kekurangan ion
kalium dapat menyebabkan frekuensi denyut jantung melambat.
Peningkatan kalium plasma 3-4 mEq/L dapat menyebabkan
aritmia jantung, konsentrasi yang lebih tinggi lagi dapat
menimbulkan henti jantung atau fibrilasi jantung.

C. ALAT DAN BAHAN


1. ASI
2. Botol penampung ASI
3. HCl pekat
4. NaB(C6H5)4 1% dingin
5. Masker
6. Tisu gulung
7. Serbet
8. Ice Water bath
9. Alat tulis dan kertas

D. PROSEDUR KERJA
1. Tampung ASI
2. Pipet 25 mL sampel ASI kedalam labu erlenmeyer
100mL.
3. Tambahkan 3,0 mL HCl pekat
4. Ditaruh didalam ice-water bath selama 10 menit.
5. Sekitar 10 mL larutan NaB(C6H5)4 1% dingin ditambahkan
kedalam larutan diatas.

52
6. Kocok sehingga merata sambil menutup Erlenmeyer
dengan alumunium foil.
7. Timbang kertas saring yang belum digunakan (berat A)
8. Saring menggunakan Whatman 42
9. Cuci dengan air dingin
10. Oven kertas saring + endapan dengan suhu 1050C ±24
jam
11. Timbang kertas saring + endapan yang sudah dioven
(berat B)
12. Hitung kadar kalium (K) dalam sampel tersebut.
13. Jelaskan interpretasi hasil kadar kaliumurine!
14. Dokumentasikan semua kegiatan yang dilakukan
15. Jelaskan faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi
kadar kalium dalam ASI?
Faktor konversi : 1 gram endapan = 0,1091 gram K.

Berat endapan = berat B – berat A

Kadar K ( % ) = Berat endapan (gram) x 0,1091 x 100%


Berat sampel (gram)

E. HASIL DAN PEMBAHASAN

53
F. KESIMPULAN

G. RUBRIK PENILAIAN
Jenjan
Angka Deskripsi Kinerja
g
Tidak mengerjakan laporan, tidak
E < 46
presentasi
Laporan tidak tepat dan tidak lengkap,
presentasi kurang baik, penguasaan
D 46 - 55
materi kurang, tim tidak aktif, kehadiran
tidak tepat waktu
Laporan tepat dan tidak lengkap,
presentasi kurang baik, penguasaan
C 56 - 65
materi kurang, ada sebagian tim yang
tidak aktif, kehadiran tidak tepat waktu
Laporan tepat dan tidak lengkap,
presentasi baik, penguasaan materi
BC 66 - 70
kurang, ada sebagian tim yang tidak
aktif, kehadiran tidak tepat waktu
Laporan tepat dan tidak lengkap,
B 71 -75 presentasi baik, penguasaan materi baik,
semua tim aktif, kehadiran tepat waktu

54
Laporan tepat dan lengkap, presentasi
AB 76 - 80 baik, penguasaan materi baik, semua
tim aktif, kehadiran tepat waktu
Laporan tepat dan lengkap, presentasi
sangat baik, penguasaan materi sangat
A >80
baik, semua tim aktif, kehadiran tepat
waktu

55
Acara 10
Pokok Bahasan : Metabolisme Zat Gizi Mikro
Acara Praktikum : Pemeriksaan vitamin A dalam ASI
Tempat : Laboratorium Analisis Zat Gizi
Alokasi Waktu : 1 x 120 menit
Dosen Pembimbing : dr. Adhiningsih Yulianti., M.Gizi

A. CAPAIAN PEMBELAJARAN MATA KULIAH (CPMK)


Dengan mengikuti praktikum ini, diharapkan mahasiswa dapat :
1. Mengetahui cara pemeriksaan kadar vitamin A pada ASI.
2. Menginterpretasikan kadar vitamin A dalam ASI.
3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kadar vitamin
A dalam ASI.

B. DASAR TEORI
Istilah vitamin A digunakan untuk sebagian besar senyawa
yang memberikan aktivitas biologis retinol. Retinoid mencakup
retinol, retinal, asam retinoat, dan senyawa sejenisnya.
Pemeriksaan vitamin A secara biokimia yaitu dengan
pemeriksaan serum Retinol Binding Protein (RBP) mempunyai
asumsi bahwa RBP merupakan alat transport retinol. Deplesi
vitamin A dalam tubuh merupakan proses yang berlangsung
lama, dimulai dengan habisnya persediaan vitamin A dalam hati,
kemudian menurunnya kadar vitamin A plasma, dan baru
timbulnya disfungsi retina, disusul dengan perubahan jaringan
epitel. 
Pemeriksaan vitamin A secara biologis, fungsi dan
histologi, dapat diperiksa melalui tanda-tanda xeroftalmia, buta
senja, conjunctival impression cytology (CIC) dan penyesuaian di
kamar gelap. Pemeriksaan secara biokimia dilakukan
pemeriksaan pada darah atau serum. Sebagian besar vitamin A

56
di dalam tubuh disimpan dalam bentuk retinyl ester dalam hati,
sehingga pengukuran cadangan vitamin A di dalam hati
merupakan indeks terbaik untuk mengetahui status vitamin
A.Total serum vitamin A atau yang lebih baru lagi konsentrasi
serum retinol lebih sering digunakan. Namun, serum atau
plasma hanya mengandung sekitar 1% dari total cadangan
vitamin A dan konsentrasinya tidak menggambarkan cadangan
tubuh.
Serum retinol biasanya ditentukan dengan High
Performance Liquid Chromatography (HPLC) atau dengan
spektrofotometri. Walaupun spektrofotometri lebih sederhana
dan lebih murah, akurasinya kurang. Karena itu HPLC lebih
sering digunakan. Dari beberapa metode yang tersedia untuk
analisis total serum vitamin A atau retinol, hanya HPLC yang
dapat membedakan retinol dari retinyl ester, sedangkan metode
lain mengukur total serum vitamin A. Kadar serum retinol dalam
darah 20-30µg/dl dapat di katakan simpanan dalam hati masih
cukup, dan bila kadarnya kurang dari 10 µg/dl sudah sangat
rendah dan biasanya sudah mulai muncul tanda-tanda klinis.
Serum Retinol Binding Protein (RBP) RBP adalah protein
transpor spesifik vitamin A, dinamakan holo RBP ketika berikatan
dengan retinol, sedangkan bila tidak ada ikatan dinamakan apo-
RBP. Bila cadangan hati menurun, yang timbul pada tingkat
akhir defisiensi vitamin A, RBP berakumulasi dalam hati menjadi
apo-RBP dan kadar serum retinol dan RBP menurun.
RBP adalah protein transpor spesifik vitamin A, dinamakan
holo RBP ketika berikatan dengan retinol, sedangkan bila tidak
ada ikatan dinamakan apo-RBP. Bila cadangan hati menurun,
yang timbul pada tingkat akhir defisiensi vitamin A, RBP

57
berakumulasi dalam hati menjadi apo-RBP dan kadar serum
retinol dan RBP menurun. Kadar normal RBP dalam darah adalah
Pada anak 20-30 µg/dl dan dewasa 40-50 µg/dl, sedangkan
pada KVA kadar tersebut dapat turun sampai 50%.
Penentuan RBP lebih mudah dibandingkan dengan
penentuan serum retinol. Pertama karena RBP adalah protein,
yang dapat dideteksi dengan penentuan imunologi, yang lebih
sederhana dan lebih murah dibandingkan dengan analisis serum
retino HPLC. Penentuan RBP dapat menggunakan prosedur
radioimmunoassay (RIA) yang spesifik dan sensitive di mana
RBP berikatan dengan radioactively labeled antibodies. Alternatif
lain, menggunakan tes secara cepat yang baru yaitu Enzyme
immunoassay (EIA). Hasil uji menunjukkan RBP EIA
berhubungan secara bermakna dengan serum retinol yang
dianalisis dengan HPLC. Kedua penanganan serum lebih mudah
karena RBP lebih stabil dibandingkan dengan retinol, tidak
sensitif terhadap cahaya dan kurang sensitif terhadap
temperatur, lebih stabil selama dalam kotak pendingin.
Serum retinyl ester pada orang yang sehat, kandungan
retinyl ester kurang dari 5% dari total vitamin A pada serum
orang berpuasa. Pada kondisi kapasitas penyimpanan vitamin A
berlebih, misalnya setelah mengasupan vitamin A dalam jumlah
besar (Hypervitaminosis) atau pada penyakit hati, vitamin A
dalam sirkulasi darah berupa retinyl ester dan kemudian
meningkatkan kadar retinyl ester dari darah yang diperiksa.
Batas untuk menggambarkan hypervitaminosis adalah bila
retinyl ester >10% dari total vitamin A. Untuk menentukan
kadar retinyl ester diperlukan darah saat berpuasa karena
konsentrasi retinyl ester naik setelah mendapat asupan vitamin

58
A. Pengukuran konsentrasi retinyl ester dalam serum yang paling
baik adalah dengan fase normal dari HPLC, saat di mana kadar
rendah serum puasa dapat diukur bersamaan dengan kadar
serum retinol.

C. ALAT DAN BAHAN


1. Sampel Darah ASI
2. Tabung Ependorf
3. Handscoon
4. Sarung tangan tebal
5. Masker
6. Tisu gulung
7. Serbet
8. Box Ice
9. Ice gel
10. Alat tulis dan kertas
11. LCD Proyektor
12. Laptop

D. PROSEDUR KERJA
1) Cari Pendonor ASI fresh dan ASI simpan
2) Masing – masing ASI sebanyak 10 ml
3) Dokumentasikan semua kegiatan yang dilakukan
4) Apabila darah sudah keluar, tampung darah ke dalam
tabung ependorff, kemudian letakkan dalam ice box dan
kirim ke laboratorium untuk diperiksa.
5) Jelaskan interpretasi hasil kadar vitamin A antara ASI
simpan dan ASI fresh!

59
6) Analisis perbedaan kadar vitamin A dalam ASI simpan dan
fresh !
7) Jelaskan faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi
kadar vitamin A dalam ASI?

E. HASIL DAN PEMBAHASAN

F. KESIMPULAN

G. RUBRIK PENILAIAN
Jenjan
Angka Deskripsi Kinerja
g
Tidak mengerjakan laporan, tidak
E < 46
presentasi
Laporan tidak tepat dan tidak lengkap,
presentasi kurang baik, penguasaan
D 46 - 55
materi kurang, tim tidak aktif, kehadiran
tidak tepat waktu

60
Laporan tepat dan tidak lengkap,
presentasi kurang baik, penguasaan
C 56 - 65
materi kurang, ada sebagian tim yang
tidak aktif, kehadiran tidak tepat waktu
Laporan tepat dan tidak lengkap,
presentasi baik, penguasaan materi
BC 66 - 70
kurang, ada sebagian tim yang tidak
aktif, kehadiran tidak tepat waktu
Laporan tepat dan tidak lengkap,
B 71 -75 presentasi baik, penguasaan materi baik,
semua tim aktif, kehadiran tepat waktu
Laporan tepat dan lengkap, presentasi
AB 76 - 80 baik, penguasaan materi baik, semua
tim aktif, kehadiran tepat waktu
Laporan tepat dan lengkap, presentasi
sangat baik, penguasaan materi sangat
A >80
baik, semua tim aktif, kehadiran tepat
waktu

61
Acara 11
Pokok Bahasan : Metabolisme Zat Gizi Mikro
Acara Praktikum : Pemeriksaan Vitamin D dalam ASI
Tempat : Laboratorium Analisis Zat Gizi
Alokasi Waktu : 1 x 120 menit
Dosen Pembimbing : dr. Adhiningsih Yulianti., M.Gizi

A. CAPAIAN PEMBELAJARAN MATA KULIAH (CPMK)


Dengan mengikuti praktikum ini, diharapkan mahasiswa dapat :
1. Mengetahui cara pemeriksaan kadar vitamin D pada tubuh.
2. Menginterpretasikan kadar vitamin D dalam ASI
3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kadar vitamin
D dalam ASI

B. DASAR TEORI
Vitamin D merupakan vitamin larut lipid, bertindak sebagai
hormon pleiotropik pada sebagian besar jaringan manusia
dengan mengatur homeostasis mineral dan berbagai fungsi
biologis lainnya, termasuk efek pada imunitas. Vitamin D dapat
memengaruhi gangguan mekanisme imun melalui sifat
imunomodulator dan adanya enzim-1αhidroksilase yang
merubah vitamin D menjadi bentuk aktif di keratinosit.Status
vitamin D diukur dengan menilai kadar serum 25-hydroxyvitamin
D (25[OH]D) yang merupakan vitamin D pro-hormon. Kadar
serum 25-hydroxyvitamin D (25[OH]D) berguna untuk
mengukur tingkat vitamin D secara klinis, bersifat stabil,
memiliki paruh waktu 3 minggu di dalam serum manusia, dan
paling akurat mewakili jumlah vitamin D di dalam tubuh.
Pengukuran kadar serum vitamin D (25[OH]D)
menggunakan metode pemeriksaan Human Vitamin D (VD)

62
enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) (Elabscience
biotechnology). Defisiensi vitamin D (< 20 ng/mL), insufisiensi
vitamin D (20-29,9 ng/mL), dan kadar normal (30-100 ng/mL).

C. ALAT DAN BAHAN


1. Sampel Darah ASI
2. Tabung Ependorf
3. Handscoon
4. Sarung tangan tebal
5. Masker
6. Tisu gulung
7. Serbet
8. Box Ice
9. Ice gel
10. Alat tulis dan kertas
11. LCD Proyektor
12. Laptop

63
D. PROSEDUR KERJA
1) Cari Pendonor ASI fresh dan ASI simpan
2) Masing – masing ASI sebanyak 10 ml
3) Dokumentasikan semua kegiatan yang dilakukan
4) Apabila darah sudah keluar, tampung darah ke dalam
tabung ependorff, kemudian letakkan dalam ice box dan
kirim ke laboratorium untuk diperiksa.
5) Jelaskan interpretasi hasil kadar vitamin D antara ASI
simpan dan ASI fresh!
6) Analisis perbedaan kadar vitamin D dalam ASI simpan dan
fresh !
7) Jelaskan faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi
kadar vitamin D dalam ASI?

E. HASIL DAN PEMBAHASAN

F. KESIMPULAN
G. RUBRIK PENILAIAN
Jenjan
Angka Deskripsi Kinerja
g
Tidak mengerjakan laporan, tidak
E < 46
presentasi
Laporan tidak tepat dan tidak lengkap,
presentasi kurang baik, penguasaan
D 46 - 55
materi kurang, tim tidak aktif, kehadiran
tidak tepat waktu
Laporan tepat dan tidak lengkap,
presentasi kurang baik, penguasaan
C 56 - 65
materi kurang, ada sebagian tim yang
tidak aktif, kehadiran tidak tepat waktu
Laporan tepat dan tidak lengkap,
presentasi baik, penguasaan materi
BC 66 - 70
kurang, ada sebagian tim yang tidak
aktif, kehadiran tidak tepat waktu
Laporan tepat dan tidak lengkap,
B 71 -75 presentasi baik, penguasaan materi baik,
semua tim aktif, kehadiran tepat waktu
Laporan tepat dan lengkap, presentasi
AB 76 - 80 baik, penguasaan materi baik, semua
tim aktif, kehadiran tepat waktu
Laporan tepat dan lengkap, presentasi
sangat baik, penguasaan materi sangat
A >80
baik, semua tim aktif, kehadiran tepat
waktu

Acara 12
Pokok Bahasan : Metabolisme Zat Gizi Mikro

65
Acara Praktikum : Pemeriksaan Vitamin K dalam ASI
Tempat : Laboratorium Analisis Zat Gizi
Alokasi Waktu : 1 x 120 menit
Dosen Pembimbing : dr. Adhiningsih Yulianti., M.Gizi

A. CAPAIAN PEMBELAJARAN MATA KULIAH (CPMK)


Dengan mengikuti praktikum ini, diharapkan mahasiswa dapat :
1) Mengetahui cara pemeriksaan kadar vitamin K pada tubuh.
2) Menginterpretasikan kadar vitamin K dalam ASI
3) Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kadar vitamin
K dalam ASI.

B. DASAR TEORI
Vitamin K disebut juga vitamin koagulasi. Dikenal dua jenis
vitamin K alam yaituvitamin K1(filokuinon=fitonadion) dan
vitamin K2( senyawa menakuinon ), dan satujenis vitamin K
sintetik vitamin K1 yang digunakan untuk pengobatan, terdapat
padakloroplas sayuran berwarna hijau dan buah-buahan.Vitamin
K2disintesis oleh bakteriusus terutama oleh bakteri Gram-positif.
Vitamin K sintetik yaitu K3 (manadion)merupakan derivat
naftokuinon, dengan aktivitas yang mendekati vitamin K alam.
Derivatnya yang larutdalamair,menadionnatrium diposfat,
didalamtubuhdiubahnya menjadi manadion.
Vitamin K termasuk golongan vitamin yang larut dalam
lemak. Vitamin ini dapat ditemukan dalam berbagai bahan
makanan, misalnya bayam, brokoli, kacang kedelai, daging,
telur, stroberi, sereal, serta minyak sayur. Kecukupan asupan
vitamin K berperan penting dalam proses pembekuan darah dan
kesehatan tulang.Kekurangan vitamin K jarang terjadi pada
orang dewasa, melainkan sering dialami oleh bayi yang baru
lahir. Defisiensi ini dapat memicu terjadinya perdarahan yang

66
sulit dihentikan. Analisis pemeriksaan vitamin K dapat digunakan
dengan metode HPLC. Nilai normal vitamin K adalah 1 nmol/L.

C. ALAT DAN BAHAN


1. Sampel Darah ASI
2. Tabung Ependorf
3. Handscoon
4. Sarung tangan tebal
5. Masker
6. Tisu gulung
7. Serbet
8. Box Ice
9. Ice gel
10. Alat tulis dan kertas
11. LCD Proyektor
12. Laptop

D. PROSEDUR KERJA
1) Cari Pendonor ASI fresh dan ASI simpan
2) Masing – masing ASI sebanyak 10 ml
3) Dokumentasikan semua kegiatan yang dilakukan
4) Apabila darah sudah keluar, tampung darah ke dalam
tabung ependorff, kemudian letakkan dalam ice box dan
kirim ke laboratorium untuk diperiksa.
5) Jelaskan interpretasi hasil kadar vitamin K antara ASI
simpan dan ASI fresh!
6) Analisis perbedaan kadar vitamin K dalam ASI simpan dan
fresh !

67
7) Jelaskan faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi
kadar vitamin K dalam ASI?

E. HASIL DAN PEMBAHASAN

F. KESIMPULAN

G. RUBRIK PENILAIAN
Jenjan
Angka Deskripsi Kinerja
g
Tidak mengerjakan laporan, tidak
E < 46
presentasi
Laporan tidak tepat dan tidak lengkap,
presentasi kurang baik, penguasaan
D 46 - 55
materi kurang, tim tidak aktif, kehadiran
tidak tepat waktu
C 56 - 65 Laporan tepat dan tidak lengkap,
presentasi kurang baik, penguasaan

68
materi kurang, ada sebagian tim yang
tidak aktif, kehadiran tidak tepat waktu
Laporan tepat dan tidak lengkap,
presentasi baik, penguasaan materi
BC 66 - 70
kurang, ada sebagian tim yang tidak
aktif, kehadiran tidak tepat waktu
Laporan tepat dan tidak lengkap,
B 71 -75 presentasi baik, penguasaan materi baik,
semua tim aktif, kehadiran tepat waktu
Laporan tepat dan lengkap, presentasi
AB 76 - 80 baik, penguasaan materi baik, semua
tim aktif, kehadiran tepat waktu
Laporan tepat dan lengkap, presentasi
sangat baik, penguasaan materi sangat
A >80
baik, semua tim aktif, kehadiran tepat
waktu

69
DAFTAR PUSTAKA

Anonim , 1986. Mid Career Training in Pharmacology, Manual


1098, fakultas farmasi UGM, Yogyakarta
Allen, LH. 1994. Nutritional Influences on Linier Growth: a
general review. Eur J Clin Nutr.48 suppl 1: S 75-5 89.
Bergmeyer, H.V., 1974.Method of Enzymatic Analisis , 111,
Academic Press, Inc, New York.
Domer, F.R. 1971. Annual experiment in pharmacological
acalysis .1 st ed., Charles C Thomas Publisher . Illinois 1 s
Gibson, R.S. 1990. Principles of Nutritional Assessment. New
York: Oxford University Press.
Grober, U. 2012. Mikronutrien: Penyelarasan Metabolik,
Pencegahan, dan Terapi. Jakarta: EGC.
Helper O.E.,1960. Manual of Clinical laboratory Methodes. 4th
edition. Charles C Thomas Publisher , Springfield. Illinois 1
s
Holck, H.G.O., 1959. Laboratory Guide in Pharmacology.
Burgess Publishing Company Minnesotta
Jafri. (2012). Hubungan asupan zat gizi pada ibu menyusui
terhadap kadar zink dan besi ASI serta pertumbuhan linier
anak.
Lanham-New, S.A., I.A., Macdonald, dan H.M., Roche. 2011.
Metabolisme Zat Gizi. Jakarta : EGC
Lembaga llmu Pengetahuan Indonesia. 1993. Tabel kecukupan
gizi yangdianjurkan untuk Indonesia. Prosiding
Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi. Jakarta:LIPI.
Permaesih, D. 2008. Penilaian Status Vitamin A Secara Biokimia.
Gizi Indonesia, 31(2): 92-97.

70
Roberts. WB, SR Williams.1993. Nutritionon Pregnancyon and
Lactation (5th edition). New York: Mosby Yearbook,
Sandjaja, dan I. Jus’at. 2016. Serum Retinol dan Status Gizi Ibu
Menyusui Menentukan Kadar Vitamin A dalam ASI.
Jakarta.
Wijayanti, N. 2017. Fisiologi Manusia dan Metabolisme Zat Gizi.
Malang: Universitas Brawijaya Press
Yaswir, R., dan Ferawati, I. 2012. Fisiologi dan Gangguan
Keseimbangan Natrium, Kalium, dan Klorida serta
Pemeriksaan laboratorium. Jurnal Kesehatan Andalas,
1(2): 80-85.

71

Anda mungkin juga menyukai