Anda di halaman 1dari 14

ILMU NUTRISI TERNAK UNGGAS

PASAR DAN PEMASARAN PADA TERNAK AYAM BURAS

Oleh:
DEPINDO BRAVO ALONTA GINTING
1407105041
A

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena atas berkat
rahmatNya saya dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini merupakan syarat untuk dapat
mengikuti ujian dan merupakan syarat dalam mengontrak mata kuliah Ilmu Nutrisi Ternak
Unggas. Saya juga tidak lupa untuk mengucapkan banyak terimakasih kepada Dosen serta staf
pengajar mata kuliah Ilmu Nutrisi Ternak Unggas yang selalu membimbing dan mengajari saya
dalam melaksanakan kontrak kuliah, serta semua pihak yang membantu saya dalam hal makalah
ini. Makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan oleh karena itu kritik serta saran yang
membangun masih saya harapkan untuk penyempurnaan makalah ini. Atas perhatian dari semua
pihak yang membantu penulisan ini saya ucapkan terimakasih. Semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebagaimana perlunya.

Jimbaran, 8 Desember 2016

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ayam kampung yang biasa dikenal sebagai ayam buras (bukan ras), merupakan ayam
lokal asli Indonesia yang cukup berpotensi untuk dikembangkan. Penampilan ayam buras sangat
beragam, hal ini dikarenakan perbedaan sifat genetik yang dimiliki ayam buras. Sebagai ternak
yang dilindungi, ayam buras perlu dijaga kelestariannya guna menjaga kemurnian dari ayam
khas Indonesia tersebut. Selain menjaga kelestariannya, potensi ayam buras juga perlu
dikembangkan untuk kebutuhan pangan masyarakat. Perkembangan ayam buras (bukan ras) atau
lebih dikenal dengan sebutan ayam kampung di Indonesia berkembang pesat dan telah banyak
dipelihara oleh peternak-peternak maupun masyarakat umum sebagai usaha untuk pemanfaatan
pekarangan, pemenuhan gizi keluarga serta meningkatkan pendapatan.Dikarenakan dengan
pemeliharaan sistem tradisional, produksi telur ayam buras sangat rendah, 60 butir/tahun/ekor.
Berat badan pejantan tak lebih dari 1,9 kg dan betina 1,2 ~ 1,5 kg, maka perlu diintensifkan.
Pemeliharaan yang intensif pada ayam buras, dapat meningkatkan produksi telur dan daging,
dapatmencegah wabah penyakit dan memudahkan tata laksana.
Ayam kampung atau ayam buras sudah banyak dikenal oleh masyarakat dan
banyak dibudidayakan di pedesaan. Karena perawatannya tergolong mudah, daya tahan hidupnya
cukup tinggi, adaptasi dengan lingkungan dan makanan mudah serta banyak digemari
masyarakat karena baik daging maupun telurnya memiliki cita rasa yang lebih disukai
dibandingkan ayam ras ( Krista dan Bagus, 2010 ). Secara umum, ayam kampung masih banyak
dipelihara secara ekstensif-tradisional atau umbaran walaupun sudah ada beberapa peternak yang
membudidayakannya secara intensif, namun jumlahnya masih sedikit. Hal ini dapat dilihat dari
jumlah populasi ayam kampung yang jumlahnya lebih sedikit bila dibandingkan ayam ras baik
secara nasional maupun yang ada di daerah Kabupaten Jayapura Menurut data Badan Pusat
Statistik, pada tahun 2010 populasi ayam kampung atau ayam buras nasional baru mencapai
268.957.000 ekor , sementara populasi ayam ras sudah mencapai 1.249.952.000 ekor . Untuk di

kabupaten Jayapura, dinas peternakan provinsi Papua pada tahun 2010 mencatat populasi ayam
kampung baru mencapai 1.318.299 ekor , sementara ayam ras sudah mencapai 15.771.780 ekor.
Rendahnya tingkat produksi ayam kampung disebabkan oleh beberapa faktor seperti tingkat
pertumbuhannya yang relatif lebih lambat bila dibandingkan dengan ayam ras, terbatasnya
manajemen pemeliharaan dan tingginya variasi genetik pada ayam kampung itu sendiri sehingga
masih banyak peternak yang kurang membudidayakannya terutama untuk penghasil daging dan
telur. Padahal, bila ayam kampung ini dibudidayakan secara intensif dengan pemberian pakan
yang baik dan teratur, pertumbuhan ayam jauh lebih cepat dibandingkan dengan pola
pemeliharaan ala kadarnya atau umbaran ( Krista dan Bagus, 2010).
`Oleh karena itu, dengan pemeliharaan yang intensif, pemberian pakan dan vaksin secara teratur
serta menjaga kebersihan kandang maupun lingkungan sekitarnya, pertumbuhan ayam kampung
pedaging akan lebih cepat.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun Rumusan masalah yaitu:
1. Bagaimana Pasar dan Pemasaran Ayam Buras.
2. Apa Peluang dan Keuntungan Beternak ayam buras.
1.3 Tujaun
1. Agar mahasiswa mengetahui pasar dan pemasaran pada ternak buras.
ws 2. Mengetahui peluang dan keuntungan berternak ayam buras.
1.4 Manfaat
1. Menambah wawasanpasar dan pemasaran pada ternak ayam kampong atau buras.
sss 2. Meningkatkan pendapatan melalui pasar dan pemasaran pada
ayam buras.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ayam Kampung
Ayam kampung merupakan turunan panjang dari proses sejarahperkembangan genetik
perunggasan di tanah air. Ayam kampung diindikasikandari hasil domestikasi ayam hutan merah
atau red jungle fowls (Gallus gallus) danayam hutan hijau atau green jungle fowls (Gallus
varius). Awalnya, ayam tersebuthidup di hutan, kemudian didomestikasi serta dikembangkan
oleh masyarakatpedesaan (Yaman, 2010). Ayam kampung merupakan ayam asli yang
sudahberadaptasi dengan lingkungan tropis Indonesia. Masyarakat pedesanmemeliharanya
sebagai sumber pangan keluarga akan telur dan dagingnya(Iskandar, 2010). Ayam-ayam tersebut
mengalami seleksi alam dan menyebaratau bermigrasi bersama manusia kemudian
dibudidayakan secara turun temurunsampai sekarang (Suharyanto, 2007).
Istilah ayam kampung semula adalah kebalikan dari istilah ayam ras, dansebutan
ini mengacu pada ayam yang ditemukan berkeliaran bebas di sekitarperumahan. Namun
demikian, semenjak dilakukan program pengembangan,pemurnian dan pemuliaan beberapa
ayam lokal unggul, saat ini dikenal pulabeberapa ras unggul ayam kampung. Untuk
membedakannya kini dikenal istilahayam buras (ayam bukan ras) bagi ayam kampung yang telah
diseleksi dandipelihara dengan perbaikan teknik budidaya (tidak sekedar diumbar dandibiarkan
mencari makan sendiri). Peternak ayam kampung mempunyai perananyang cukup besar dalam
mendukung ekonomi masyarakat pedesaan karenamemiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap
lingkungan dan pemeliharaannyarelatif lebih mudah (Sarwono, 1999).Di Indonesia, terdapat
berbagai jenis ayam kampung, sebagian sudahteridentifikasi dan sebagian lagi belum.
Pemahaman masyarakat tentang ayamkampung mungkin tiap daerah berlainan. Namun, secara
umum ayam kampungmempunyai warna bulu beragam (hitam, putih, cokelat, kuning
dankombinasinya), kaki cenderung panjang dan berwarna hitam, putih, atau kuningserta bentuk
tubuh ramping. Ayam kampung asli Indonesia yang sudah banyakdikenal misalnya ayam pelung,
ayam kedu, ayam merawang, dan ayam sentul(Suharyanto, 2007). Akibat proses budidaya dan
perkawinan antar keturunansecara alam atau liar, serta pengaruh lingkungan yang berbeda-beda

makaterbentuklah berbagai macam tipe ayam dengan beragam penampilan fisik danvarietas
(Nuroso, 2010).

2.2. Sifat-Sifat Kuantitatif


Falconer (1983) dan Warwick dkk., (1990) mengatakan bahwa sifatkuantitatif adalah sifat
yang tampak dan dapat diukur dengan alat ukur. Sifat-sifatkuantitatif dipengaruhi oleh sejumlah
besar pasangan gen yang bereaksi secaraaditif, dominan maupun epistatik. Lingkungan dapat
mempengaruhi variasifenotip. Variasi pada sifat-sifat kuantitatif menggambarkan situasi
distribusinormal yang berbeda dengan nilai maksimum dan minimum.Lasley (1978) menyatakan
bahwa sifat-sifat yang penting untuk penentuanmorfologi pada ayam diantaranya adalah bobot
badan, panjang tulang femur, tibiadan tarsometotarsus, lingkar tulang tarsometotarsus, panjang
jari kaki ketiga,panjang sayap, panjang paruh (maxsilla) dan tinggi jengger. Penampilan
ukuranukurantubuh tersebut

selain

dipengaruhi

oleh

sifat genetik juga dipengaruhi

olehlingkungan.
Hasil penimbangan rata-rata bobot badan ayam buras betina umur 4-6 bulandiperoleh
kisaran 0,99-1,22 kg dan 1,47-1,78 kg pada ayam jantan. Panjang tibiamenunjukan kisaran ratarata 11,90-12,87 cm pada umur 4-6 bulan dan pada ayamjantan 12,44-14,12 cm. Panjang shank
kisaran 6,69-7,39 cm pada ayam betina dan pada ayam jantan 6,99-8,34 cm. lingkar shank
kisaran antara 3,31-3,79 cm padaayam betina dan 3,54-4,24 pada ayam jantan (Budipurwanto,
2001).Harjosoebroto dan Atdmodjo (1977) melaporkan bahwa bobot badan ayamburas pada
umur 12 minggu adalah 0,70 kg dan pada umur 20 minggu 1,17 kg.Jika dibandingkan dengan
ayam lokal di negara lain, ayam buras di setiap Negara diwilayah Asia hampir memiliki
kesamaan bobot badan. Nata amijaya (2005) menyatakan bahwa rataan bobot badan ayam
kampung jantan 2.405,141 151,510g dan betina 1.650,00124,31 g.
2.3. Sistim Pemeliharaan Ayam Kampung
Umumnya sistim pemeliharaan ayam kampung atau ayam buras masihsederhana, namun
demikian sistim budidaya ayam buras yang berkembang saat inidapat dibedakan menjadi 3 sistim
pemeliharaan yaitu secara tradisional, semiintensif dan intensif (Pramuyati, 2009).

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Analisis Pasar Pada Ayam Buras
Kebutuhan konsumen terhadap ayam kampung di era globalisasi ini sangat meningkat
tajam baik itu untuk usaha rumah makan maupun untuk konsumsi rumah tangga.hal ini
dikarenakan peningkatan taraf hidup dan tingginya tinggat pengetahuan serta kesadaran akan
pentingnya peningkatan gizi dalam kehidupan.Sehingga timbul keinginan konsumen untuk
memperoleh dan memenuhi gizi yang tepat untuk mengurangi resiko kekurangan gizi terutama
pada anak.Apalagi masyarakat mengetahui bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang
penduduknya banyak menderita anemia (kekurangan zat besi), terutama terjadi pada anak-anak.
Hal ini dikarenakan kurangnya mengkonsumsi daging berikut olahannya. Berkaitan dengan
kasus anemia, dari sekian jenis daging, kandungan gizi terbaik salah satunya ada pada daging
ayam kampung.Selain itu alasan lain masyarakat ingin mengkonsumsi ayam kampung karna
seiring dengan adanya tren yang berkembang di kalangan penikmat dan pebisnis di bidang
kuliner. Mereka mengklaim bahwa mengkonsumsi daging ayam organic yaitu ayam kampung
lebih sehat, karena kandungan kolesterolnya lebih rendah dibandingkan dengan kolesterol pada
ayam broiler.Selain itu, rasa dagingnya lebih gurih dan lebih kering serta dagingnya tidak lembek
Mungkin karena keunggulan-keunggulan inilah daging ayam kampung mula diminati
masyarakat, terutama masyarakat golongan menengah ke atas di wilayah urban.
Dari usaha perternakan yang dihasilkan nantinya yaitu ayam pedaging yang berusia
sekitar 2,5 bulan hingga 3,5 bulan dengan bobot ayam minimal sekitar 1,2 kg hingga 1,5 kg
dengan karakteristik daging yang lembut namun tidak lembek sehingga mudah untuk di olah
menjadi berbagai masakan demi memenuhi kebutuhan gizi terutama zat besi dan protein hewani
atau mungkin jika konsumen ingin membeli ayam tersebut bukan untuk dikonsumsi namun di
kembankan lagi menjadi usaha ayam petelur atau untuk usaha bibit induk untuk menghasilkan
bibit DOC.Ayam pedaging yang dihasilkan natinnya diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dan
keinginan konsumen dipasaran terhadap Ayam pedaging. Untuk dapat bersaing dipasaran

dengan kapasitas pesaing yang masih sedikit tentunya usaha kami memiliki Srategi yang bijak
dalam menghasilkan Ayam pedaging yang berkualitas dengan masa panen yang relatif singkat
untuk

mendongkrak

omset

pendapatan.

Demi

tercapainya

keinginan

tersebut

kami

mengembangkan teknik berternak ayam tidak seperti perternak lainnya .jika perternak lainnya
manajemen bisnis ternak ayam kampung mereka belum efektif dan efisien. ketidak
efektifan ternak ayam kampung mereka adalah pada sistem pemeliharaan yang dibuat secara
umbaran. Pada model pemeliharaan ayam semacam ini, penyakit sulit dikontrol dan efisiensi
pakan juga sangat rendah, sehingga resiko kemungkinan ayam mati cukup besar dan waktu
panen cukup lambat sehingga tidak menguntungkan.
Usaha yang bergerak di bidang peternakan ayam kampung sebagai penghasil
daging. Usaha ini dikelola oleh satu orang sebagai pemilik usaha dan untuk jangka panjangnya
diharapkan mampu menyerap lebih banyak lagi tenaga kerja seiring dengan perkembangan usaha
yang dijalankan. Peternakan ayam kampung pedaging ini dimulai dari pemeliharaan DOC ( day
old chick) yang dibeli dari peternak lain yang menyediakan bibit DOC hingga sampai waktu
panen sekitar 3,5 bulan dengan perawatan yang intensif. Untuk tempat atau kandang beserta
perlengkapan yang lainnya seperti tempat pakan dan minum belum tersedia. Jadi, pemilik modal
atau usaha harus memenuhi semuanya sendiri. Untuk pemasarannya nanti akan dijual ke tempat
penampungan ayam dan ke rumah makan yang mengelola masakan ayam kampung atau orang
yang membeli langsung ke tempat perternakan.
Untuk usaha dalam bidang peternakan, mutlak membutuhkan fasilitas dari pihak
pemerintah ataupun swasta khususnya dalam pengadaan modal kerja, inovasi teknologi dan
kelembagaan serta perusahaan swasta yang dapat mengendalikan masukan untuk produksi dan
pemasaran hasil. Pertanyakan kebutuhan ayam kampung dari bulan ke bulan dan tahun ke tahun.
Apakah selama ini pasokannya sudah mencukupi atau masih kekurangan. Jika belum mencukupi,
tanyakan jumlah pasokan yang dibutuhkan. Survei ini sebaiknya tidak hanya dilakukan di satu
tempat, tetapi ke beberapa tempat atau pasar tradisional yang jaraknya tidak terlalu jauh dari
peternakan agar dapat "memetakan" kebutuhanpasar.Selanjutnya, satu bulan sebelum panen,
peternak sebaiknya kembali melakukan survei pasar dan mulai menawarkan ayam pedagingnya.
Sebagai gambaran, hingga saat ini umumnya penjual ayam kampung di pasar tradisional masih
mencari ayam kampung untuk dijual dari satu kampong,kekampung,lain. Kebutuhan ayam
kampung pedaging di pasar tradisional cukup besar, terutama menjelang hari raya. Sebagai

gambaran, di salah satu pasar tradisional di daerah Bekasi, Jawa Barat, dalam sehari seorang
pedagang bisa menjual 100 ekor. Jumlah ini cukup besar bagi ayam kampung pedaging. Angka
ini belum termasuk permintaan dari pasar-pasar lain dan restoran-restoran penyedia menu ayam
kampung.Tentunya menjadi keunggulan tersendiri bagi peternak jika dapat menawarkan
langsung kepada penjual ayam kampung di pasar tradisional dalam jumlah besar sekaligus (lebih
baik lagi jika kontinu) daripada harus mencari dari satu kampung ke kampung lain. Pedagang
ayam kampung dipasar,tentu,akan,memilih,cara,seperti,ini.
3.2 Pemasaran Ayam Buras
Rendahnya jumlah populasi ayam kampung baik secara nasional maupun yang ada di
daerah Kabupaten Bengkalis.Sementara Permintaan daging ayam kampung cenderung
mengalami peningkatan dari waktu ke waktu Serta keinginan pemerintah agar pasokan ayam
kampung mencapai 25% dari kebutuhan total daging ayam nasional Pada 10 tahun
mendatang.Sehingga sangat mendukung untuk membuka usaha Perternakan Ayam kampung
Pedaging dengan peluang usaha yang cukup besar dan menjanjikan untuk dikembangkan.
Sekarang ini Didukung dengan adaya beberapa sentral penjualan bibit DOC di sebagaian
daerah dipulau bengkalis khususnya di desa berancah sangat mendukung untuk membuka usaha
perternakan ayam kampung.Seperti yang kita ketahui proses perternakan ayam kampung tidaklah
terlalu sulit dan tidak membutuhkan keahlian yang khusus serta tidak memerlukan waktu yang
lama dalam perawatannya sehingga siapa saja bias memulai usaha perternakan ini termasuk
seorang mahasiswa yang memiliki waktu luang yang singkat di pagi hari dan sore hari untuk
merawatnya(memberi

pakan&

minum)

dan

melakukan

perawatan

lain

di

akhir

minggu.Ketersedian pakan dipasaran yang selalu stabil tentunya sangat mendukung untuk
memulai usaha perternakan ini.
Melihat realita dan kenyataanya, Prospek bisnis ayam kampung sangat cerah dan terbuka
lebar. Permintaannya pasar cukup besar, baik untuk konsumsi rumah tangga maupun rumah
makan yang belum bisa dipenuhi oleh produsen atau peternak. Serta didukung dengan keadaan di
pasar,Ayam kampung pedaging memiliki harga jual tinggi dibandingkan ayam jenis ayam broiler
dengan harga yang relatif stabil dan mengikuti bobotnya. Semakin bertambah bobotnya, semakin
tinggi harga jualnya. Kondisi ini cukup menguntungkan, karena peternak bisa menentukan waktu
panen kapan saja, lebih fleksibel. Pemanenan bisa ditunda beberapa hari atau minggu dengan

memperhatikan kondisi harga jual di pasar.Sehingga usaha Perternakan Ayam kampung Pedaging
layak untuk dikembangkan dan dapat menghasilkan pendapatan (income) yang cukup besar yang
pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan hidup dengan daya saing yang masih sedikit .
Keterlibatan pemerintah tidak cukup sebagai fasilitator pasif, tetapi harus menjadi inisiator aktif
mengingat aneka usaha peternakan didominasi oleh usaha peternakan rakyat skala kecil yang
mungkin telah sampai pada titik jenuhnya. Hanya dengan suntikan bantuan fasilitas eksternal,
usaha peternakan rakyat dapat keluar dari posisi keseimbangan pertumbuhan rendah dan
mempunyai dayasaing lebih baik. Program pengembangan prasarana dan sarana fisik mencakup
Optimalisasi penggunaan prasarana dan sarana fisik, peningkatan prasarana dan sarana fisik dan
optimalisasi sistem peternakan secara intensif.Pemasaran ayam kampung pada dasarnya mudah
karena disamping jumlah permintaan yang tinggi, harga ayam kampung masih tergolong tinggi
dan stabil, namun produksi masih terbatas.Ayam kampung dapat dijual dalam bentuk hidup atau
sudah dipotong (karkas). Rumah tangga, pengepul ayam, pasar tradisional, warung, supermarket
sampai hotel berbintang membutuhkan pasokan ayam kampung ini.
Menjual hasil panen ayam kampung. Bisa dilakukan langsung kepada panjual ayam
kampung di pasar tradisional. Bagi peternak ayam kampung pedaging yang sudah 1-2 kali panen,
biasanya pembeli atau pemborong akan datang sendiri ke peternakan sehingga memudahkan
penjualan ayam hasil panen. Promosi dari mulut ke mulut biasanya cukup efektif pada
peternakan ayam kampung pedaging. Saat ini, umumnya pemasaran sudah tidak sulit, bahkan
pada kenyataannya banyak peternak ayam kampung pedaging di berbagai daerah yang belum
bisa memenuhi permintaan pasar. Pemasaran melalui distributor atau pengepul memang lebih
efektif dan efisien,tetapi keuntungan yang didapat lebih sedikit. Sebaliknya, pemasaran langsung
ke konsumen akan mendapatkan keuntungan yang lebih daripada menjual dahulu ke distributor.
Namun, hal ini cukup membutuhkan waktu dan tenaga ekstra agar konsumen bisa langsung
mendatangi ke lokasi peternakan. Karena itu, penting pula untuk melakukan strategi marketing
agar pemasaran bisa sampai kepada konsumen. Sarana promosi dan pemasaran berupa iklan bisa
melalui media elektronik atau dunia maya. Iklan di dunia maya atau internet cukup ampuh
karena semakin banyak yang mengakses media ini. Promosi tidak disengaja juga banyak terjadi
pada pemasaran ayam kampung. Misalnya, saat mobil atau motor pengangkut ayam melintas di
jalan raya atau keluar dari peternakan kemudian ada yang melihatnya, bisa menjadi promosi
tersendiri. Pasalnya, hingga saat ini semakin banyak masyarakat yang tertarik pada ayam

kampung pedaging.Jika produksi sudah cukup besar dan stabil, peternak dapat melebarkan
pangsa pasar produknya dengan menjadi pemasok ke restoran-restoran yang menyajikan menu
dari daging ayam kampung. Bahkan, memasok ke pasar modern. Jika tertarik, tentu saja dapat
membangun rumah makan milik sendiri yang salah satu menu andalannya adalah daging ayam
kampung. Bagi peternakan ayam kampung pedaging yang semakin berkembang, dapat pula
membangun rumah potong ayam (RPA) sederhana dan menyediakan freezer sehingga dapat
menjual karkas ayam kampung dalam kondisi beku. Perkembangan usaha seperti ini tentunya
dapat meningkatkan hasil yang diperoleh peternak.

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Banyak Faktor dalam menentukan keberhasilan dalam berternak ayam buras dan salah
satu yang paling terpenting yaitu pasar dan pemasaran dan dalam pasar pemasaran dibutuhkan
strategi yang tepat dalam memasarkan ayam buras agar hasil produksi tepat sasaran sehingga
usaha ayam buras dapat terus berlanjut dan menjadi salah satu peningkatan ekonomi serta dalam
memasarkan ayam buras diperlukan ilmu yang cukup agar pasar dan pemasaran sangat bagus
dan berimbas pada keuntungannya.
4.2 Saran
Sebaiknya dalam memulai usaha ternak ayam buras harus melihat prospek kedepan dan
pasar pemasarannya dikarenakan pasar dan pemasaran merupakan hal yang sangat penting dan
sangat vital.

DAFTAR PUSTAKA
Brosur Intensifikasi Ternak Ayam Buras, Dinas Peternakan, Pemerintah DaerahKhusus Ibukota
Jakarta, Jakarta (tahun 1996).
Pramudyati, S. 2009. Petunjuk Teknis Beternak Ayam Buras. Balai PengkajianTeknologi
Pertanian. Sumatera Selatan.
http://madesudarma.blogspot.co.id/2013/05/strategi-pengembangan-ayam-kampung-di.html
http://carabeternak-ayamkampung.blogspot.co.id/2012/09/pemasaran-ayam-kampungpedaging.html
http://harmoniperubahanhmp3ip.blogspot.co.id/2013/01/laporan-praktikum-pemasaran.html
http://abanauval.blogspot.co.id/2012/09/pemasaran-ayam-kampung-pedaging.html

Anda mungkin juga menyukai