ABSTRAK
Cookies merupakan salah satu makanan ringan yang banyak dikonsumsi kalangan usia
termasuk balita. Balita gizi kurang disebabkan karena kurang mengkonsumsi protein dan
energy dari makanan. Kulit singkong memiliki nilai gizi protein yang cukup tinggi,
cookies yang disubstitusi dengan tepung kulit singkong dapat meningkatkan kandungan
gizinya terutama protein. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan subsitusi tepung kulit
singkong (Manihot Utilissima) pada pembuatan cookies sebagai makanan tambahan
tinggi protein untuk anak balita gizi kurang. Penelitian organoleptik dilakukan pada
tanggal 9 Juli 2020 di Instalasi Gizi RSUD Mandau dan penelitian analisis proksimat
dilakukan di Laboratorium Kimia Perikanan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas
Riau pada tanggal 13 Juli 2020. Rancangan penelitian ini adalah Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dengan 1 kontrol dan 3 perlakuan yaitu P1 (30% tepung kulit singkong :
70% tepung terigu), P2 (40% tepung kulit singkong : 60% tepung terigu) dan P3 (45%
tepung kulit singkong : 55% tepung terigu). Analisis yang dilakukan yaitu analisis
deskriptif, proksimat dan One Way ANOVA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
analisis desktiptif cookies pilihan terbaik yaitu cookies perlakuan P1 (30% tepung kulit
singkong : 70% tepung terigu). Analisis proksimat cookies pilihan terbaik yaitu setiap 100
gram cookies mengandung air 2,9% , kadar abu 1,5%, protein 15,8%, lemak 35,8% dan
karbohidrat 44%. Pada uji statistik One Way ANOVA adanya perbedaan pada rasa dan
warna antara cookies yang disubsitusi tepung kulit singkong dengan cookies kontrol. Dua
keping cookies pilihan terbaik dapat menyediakan 10% protein dari AKG anak balita.
Cookies pilihan terbaik (P1) dapat diklaim sebagai salah satu makanan tambahan tinggi
protein. Penelitian selanjutnya mengenai modifikasi dan pengembangan resep untuk
meningkatkan kualitas organoleptik (rasa, warna, aroma dan tekstur) pada produk yang
dihasilkan.
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Tanaman singkong secara nasional pada tahun 2015 adalah 21.76 juta ton, tahun
2016 sebanyak 22 juta ton, tahun 2017 sebanyak 23.9 juta ton, dan pada tahun
2018 sebanyak 24 juta ton (Badan Pusat Statistik, 2018). Produksi singkong terus
dari tanaman ini mulai dari batang, daun, serta kulitnya. Semakin tinggi jumlah
seperti industri tepung tapioka, industri fermentasi, dan industri pokok makanan.
Komponen kimia dan zat gizi pada kulit singkong adalah protein 8,11 g, serat
kasar 15,2 g, pektin 0,22 g, lemak 1,29 g, dan kalsium 0,63 g (Rukmana, 1997).
Bagian dari kulit singkong (bukan kulit ari) sering kali disepelekan dan dianggap
sebagai limbah dari tanaman singkong. Limbah yang dihasilkan dari berbagai
proses pengolahan singkong dapat dibagi menjadi dua yaitu limbah cair dan padat.
Limbah cair dihasilkan dari proses pembuatan tapioka, baik dari pencucian bahan
baku sampai pada proses pemisahan pati dan airnya. Presentase jumlah kulit dari
5
6
bobot total singkong sebanyak 8% sampai 15% untuk kulit bagian dalam dengan
berupa kotoran dan kulit serta pada waktu pemrosesan berupa ampas yang
sebagian besar merupakan serat dan pati. Serat yang terdapat pada kulit singkong
dapat dijadikan sebagai sumber serat bagi tubuh. Untuk memanfaatkannya, maka
kulit singkong menjadi produk setengah jadi yaitu tepung kulit singkong. Tepung
kulit singkong juga dapat diolah menjadi Makanan Tambahan dapat berbentuk
cookies.
Cookies merupakan salah satu makanan ringan atau snack yang banyak
dikonsumsi oleh masyarakat. Produk ini merupakan produk kering yang memiliki
kadar air rendah. Menurut Saksono (2012) menyatakan bahwa berdasarkan data
kalangan usia, baik bayi hingga dewasa namun dengan jenis yang berbeda-beda
(Sari, 2013).
kandungan lemak dan gula yang tinggi. Lemak yang digunakan di dalam cookies
sekitar 10 - 40% dan gula yang ada sekitar 20 – 50% (Matz, 1968). Cookies
mengandung bahan dasar terigu, lemak dan bahan pengembang, dengan atau
memiliki kandungan kadar protein minimum 9%, kadar abu maksimum 1,6%,
7
kalori minimum 400 kkal/100 gr, bahan baku pembuatan cookies adalah tepung
terigu.
Tepung terigu merupakan tepung yang dapat dipakai untuk membuat roti,
cookies, dan jenis kue lainnya karena mengandung gluten sebagai kerangka dasar
roti. Tepung terigu yang digunakan di pabrik roti diperoleh dari gandum yang
gizi protein pada cookies maka dapat dilakukan modifikasi dengan penambahan
tepung kulit singkong. Cookies yang disubsitusi dengan tepung kulit singkong
menunjukkan bahwa cookies yang disubsitusi dengan tepung kulit singkong dapat
menjadi salah satu alternatif makanan tinggi protein yang dapat dikonsumsi semua
Balita adalah anak usia dibawah lima tahun yang ditandai dengan proses
pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi sangat pesat. Pada masa ini, balita
memerlukan zat-zat gizi yang jumlahnya lebih banyak dan berkualitas namun
balita mudah menderita kelainan gizi dan rawan penyakit karena kekurangan
(malnutrition). Masalah gizi yang sering dialami oleh balita antara lain kurang
energy dan kurang protein, kekurangan vitamin A, yodium, zat besi, vitamin dan
Gizi yang baik adalah gizi yang seimbang, artinya asupan zat gizi harus
pertumbuhan otak dan tingkat kecerdasan terganggu, hal ini disebabkan karena
kurangnya konsumsi protein dan kurangnya energi yang diperoleh dari makanan
diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa, sehingga tidak mampu tumbuh
dan berkembang secara optimal (Waryono, 2010). Oleh karena itu diperlukan
dan mikronutrien, aman, bersih, tidak terlalu pedas dan asin serta mudah
angka kecukupan gizi (per 100 gram bahan makanan) di sesuaikan dengan umur,
umur 1-3 tahun ± 1300 kalori dalam sehari, sedangkan usia anak 4-5 tahun ± 1500
pada Pembuatan Cookies Tinggi Protein sebagai Makanan Tambahan Untuk Anak
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
singkong?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penelitian .
1. Aspek Teoritis
teori dan berkontribusi dalam bidang keilmuan gizi dan pangan serta
10
2. Aspek Praktis
salah satu alternativ produk cemilan bergizi untuk anak usia sekolah yang
pemanfaatan dan nilai tambah kulit singkong menjadi salah satu alternativ
A. Tinjauan Pustaka
1. Tanaman Singkong
a. Klasifikasi Singkong
Crantz sin.
bunga, dan umbi. Daun pada tanaman singkong ini merupakan jenis daun
tunggal yang berbentuk menjari dan memiliki tulang daun. Batang pada
7
8
singkong terletak pada tandan yang tidak rapat serta terkumpul pada
jenis ubi roti memiliki kandungan asam sianida yang paling mendekati
jenis lainnya yang secara berturut dari paling besar ke yang paling kecil
kali dianggap limbah yang tidak berguna oleh sebagian industri berbahan
9
baku singkong. Oleh karena itu, bahan ini masih belum banyak
yaitu sebesar 18,0 – 309,4 ppm untuk per 100 gram kulit singkong (Nur
umbi segar yaitu dari 241 mg menjadi 79,44 mg. Hal ini
racun HCN.
3. Cookies
umumnya cookies terbuat dari bahan baku tepung terigu (Nurbaya dan
Estiasih, 2013).
menyatu dengan bahan lainnya. Ciri khas dari cookies yaitu memiliki
kandungan gula dan lemak yang tinggi serta kadar air kurang dari 5 %
disemprot atau dicetak dan jenis busa (better type dan foam type) terdiri
dari meringue (schumpjes) dan kue sponge. Syarat mutu pada cookies
dan bahan pelembut. Bahan yang dapat mengikat adonan terdiri dari
tepung, susu, dan putih telur. Bahan yang dapat melembutkan adonan
terdiri dari gula, lemak, leavening agent (baking powder), dan kuning telur
(Matz dan Matz, 1978). Bahan dasar pembuatan cookies yaitu tepung dan
a. Tepung Terigu
b. Telur
c. Susu Skim
1985). Susu skim tidak mengandung lemak dan vitamin yang larut
(Sultan, 1981).
d. Margarin
produk.
e. Baking Powder
1972).
f. Gula
g. Butter
susu dan 18% air. Ada dua jenis butter , yaitu mengandung garam
mempunyai aroma yang khas serta titik leleh yang rendah (Anni
Adapun kandungan gizi dari cookies dapat dilihat pada tabel 2.5
dibawah ini.
4. Makanan Tambahan
16
tambahan dalam pemenuhan asupan zat gizi. Setelah bayi berusia lebih
produksi ASI oleh ibu bayi makin sedikit sedangkan zat zat gizi justru
makin meningkat. Lepas dari periode ASI esklusif sebaiknya anak mulai
memang diperlukan oleh bayi. Unsur gizi yang wajib terpenuhi oleh balita
aroma dan tampilan menarik. Zat gizi penting yang sangat dianjurkan
5. Balita
karakteristik anak usia 1-3 tahun dan anak usia prasekolah (3-5 tahun)
2) Anak balita dianggap kelompok umur yang paling belum berguna bagi
keluarga.
3) Ibu sering sudah mempunyai anak kecil lagi atau sudah bekerja penuh,
mengurusnya.
6. Gizi Kurang
gambaran apa yang dikonsumsinya dalam jangka waktu yang cukup lama
(Sayogo, 2006). Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi apabila
seharihari dan terjadi dalam waktu yang cukup lama (Sodikin, 2013). Gizi
zat gizi adaptif bersifat ringan sampai berat. Gizi kurang banyak terjadi
7. Protein
(Dewi Cakrawati, 2012). Protein adalah sumber asam amino yang terdiri
dari unsur karbon, oksigen, hidrogen dan nirogen yang berfungsi sebagai
dan sebagai bahan bakar apabila keperluan energi tubuh tidak terpenuhi
Molekul protein mengandung pula fosfor, belerang, dan ada jenis protein
19
yang mengandung unsur logam seperti besi dan tembaga (Bangun, 2009).
Protein yang merupakan komponen dalam setiap sel hidup adalah molekul
yang kompleks, besar dan tersusun atas unit-unit pembangun yang disebut
asam amino. Makanan yang dikonsumsi akan dicerna oleh asam amino
dan selanjutnya diserap oleh tubuh melalui usus kecil, yang kemudian di
(Suryani, 2008).
8. Analisis Proksimat
analisa proksimat dibagi menjadi enam fraksi nutrien yaitu kadar air, abu,
protein kasar, lemak kasar, serat kasar dan bahan ekstrak tanpa nitrogen
(BETN).
9. Uji Organoleptik
kesukaan/penerimaan.
yang belum berpengalaman. Oleh karena itu panelis yang digunakan untuk
uji penerimaan yaitu panelis agak terlatih berjumlah 25 orang. Jenis uji
yang digunakan ialah uji hedonik dan uji mutu hedonik (Setyaningsih et
al, 2010). Uji hedonik disebut juga dengan uji kesukaan. Pada uji hedonik,
parametrik. Hasil yang paling baik diperoleh dari skala yang seimbang,
Uji mutu hedonik berbeda dengan uji hedonik. Uji mutu hedonik
Likert mempunyai sifat dari sangat positif sampai sangat negatif, yang
dapat berupa kata-kata antara lain: Sangat Penting (SP), Penting (P), Ragu-
Untuk penilaian ekspektasi, maka jawaban itu dapat diberi skor, misalnya:
- Penting (P) = 4,
- Ragu-ragu (R) = 3,
skor, misalnya:
- Baik (B) = 4,
kembang Chiffon Cake kulit singkong. Kadar serat pada chiffon cake
tertinggi sebanyak 14,64% pada substitusi tepung kulit singkong 20%, hal
itu terjadi karena pada kulit singkong memiliki kandungan serat cukup
perlakuan pada chiffon cake disukai panelis, dengan kriteria warna coklat
cerah, rasa manis, aroma sangat harum dan tekstur yang lembut.
b. Penelitian yang dilakukan oleh Fitri Dian Nila Sari dan Eka Nenni
Jairani (2019) berjudul “Uji Daya Terima Bolu Kukus Dari Tepung Kulit
pada daya terima bolu kukus. Berdasarkan uji organoleptik terhadap rasa,
aroma, dan tekstur, diketahui bahwa panelis lebih menyukai bolu kukus
panelis lebih menyukai bolu kukus dengan formulasi 50%. Berdasarkan uji
c. Penelitian yang dilakukan oleh Intan Dwi Pratiwi (2013) yang berjudul
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kualitas subtitusi tepung
kulit singkong 20%, 30%, dan 40% terhadap kualitas muffin, untuk mengetahui
subtitusi yang terbaik pada muffin subtitusi tepung kulit singkong ditinjau dari
aspek warna, rasa, aroma, dan tekstur, untuk mengetahui profil kesukaan
masyarakat terhadap muffin hasil subtitusi tepung kulit singkong 20%, 30%, dan
40% terhadap kualitas muffin, untuk mengetahui kandungan gizi serat kasar yang
terdapat pada muffin hasil subtitusi tepung kulit singkong 20%, 30%, dan 40%.
Metode pegumpulan data 1) penelitian subyektif dengan uji inderawi dan uji
kesukaan, 2) Penelitian obyektifdengan uji kimia kandungan gizi serat kasar dari
semua sampel muffin subtitusi tepung kulit singkong. Alat pengumpulan data
yaitu panelis agak terlatih untuk uji inderawi dan panelis tidak terlatih untuk uji
pengaruh terhadap kualitas muffin dilihat dari aspek rasa, warna, aroma dan tidak
ada pengaruh ditinjau dari aspek tekstur (permukaan atas dan bagian dalam).
Sampel muffin subtitusi tepung kulit singkong yang terbaik adalah sampel muffin
subtitusi tepung kulit singkong 20%. Sampel yang disukai masyarakat yaitu
B. Kerangka Teori
Singkong
Kulit Singkong
24
Cookies
Analisis proksimat
(kadar air, abu,
karbohidrat, protein dan
lemak) pada produk
terpilih.
C. Kerangka Konsep
D. Hipotesis
25
A. Desain Penelitian
1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang menggunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan satu faktor yaitu tepung kulit
sebelumnya oleh Pratiwi (2013), Arvika (2017), Atmaka (2019). Pada cookies
panelis agak terlatih. Pada cookies yang terpilih akan dilakukan uji analisa
2. Alur Penelitian
Alur penelitian pada penelitian ini dapat dilihat pada Skema 3.1 sebagai
berikut:
26
27
Pembuatan cookies
Control (100% tepung terigu : 0% tepung kulit singkong), P1 (30% tepung kulit
singkong : 70% tepung terigu), P2 (40% tepung kulit singkong : 60% tepung terigu),
P3 (45% tepung kulit singkong : 55% tepung terigu)
Formula terbaik
Hasil
3. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua tahap yaitu tahap penelitian
cookies. Setelah itu dilakukan analisa proksimat pada produk cookies terpilih.
proksimat.
a. Penelitian Pendahuluan
b. Penelitian Utama
tepung terigu adalah : P1 (30% : 70%), P2 (40% : 60%), P3 (45% : 55%) dan
kontrol (0% : 100%),. Sedangkan bahan lainnya adalah margarin, butter, gula
halus, baking powder, susu skim dan telur yang ditambahkan untuk setiap
perlakuan sama.
singkong dan cookies dilakukan di rumah peneliti yaitu di Duri Kec. Mandau.
C. Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah cookies yang disubstitusi dengan tepung
kulit singkong.
b. Cookies
terigu, tepung kulit singkong, margarin, gula halus, baking powder, susu
skim, garam halus dan telur. Bahan yang digunakan dalam pembuatan
Jumlah
Bahan Control (gr) P1 (gr) P2 (gr) P3 (gr)
Tepung terigu 175 122,5 105 96,25
Tepung kulit singkong - 52,5 70 45
Kuning telur 30 30 30 30
Susu skim 25 25 25 25
Margarin 50 50 50 50
Butter 75 75 75 75
Gula halus 45 45 45 45
Vanili 0,25 0,25 0,25 0,25
BTP (Pasta Warna Coklat) 0,5 0,5 0,5 0,5
Sumber : Oktaviana, 2017
30
c. Analisis Proksimat
1. Kadar Air
Bahan yang digunakan dalam analisis kadar air adalah tepung kulit
singkong.
2. Kadar Abu
3. Protein
singkong, CuSO4, asam sulfat pekat, aquades, NaOH, H3BO3 20%, HCl
4. Lemak
5. Karbohidrat
2. Alat
a. Tepung Kulit Singkong
b. Cookies
c. Analisis Proksimat
1. Kadar Air
2. Kadar Abu
pengabuan.
3. Protein
4. Lemak
5. Karbohidrat
3. Prosedur Kerja
a. Prosedur Pembuatan Tepung Kulit Singkong
Prosedur pembuatan tepung kulit singkong dapat dilihat pada skema 3.2
sebagai berikut
Dipotong kecil-kecil
Margarin (50 gr), butter (75 gr), gula halus (45 gr),
susu skim (25 gr), vanili (0,25 gr) dikocok sampai
membentuk cream (A)
Adonan
Pencetakan
Cookies
analisis kadar air dapat dilihat pada skema 3.4 sebagai berikut
kering. Prosedur analisis kadar air dapat dilihat pada skema 3.5 sebagai berikut
Berat abu = (Berat cawan pengabuan + bahan) – (Berat cawan pengabuan kosong)
Dimasukkan ± 0,2 gr sampel kedalam labu kjeldahl + CuSO4 1 sendok spatula kecil
dan 5 ml asam sulfat pekat
Didestilasi (sekitar ± 30 menit) hingga berubah warna larutan biru menjadi hijau dan
ditampung dengan penampung destilat
Dititrasi hasil destilat dengan larutan baku HCl 0.1030 N hingga berubah menjadi
larutan ungu
Kadar protein (%) = V titrasi sampel – V titrasi blanko x N HCl x 14.008 x 100% x Fk
air)
tingkat kesukaan dan penerimaan terhadap cookies dari segi rasa, warna, aroma
baik), dan 5 (sangat tidak baik). Untuk menilai kesan baik/buruk dari cookies
skala yaitu: 1 (sangat suka), 2 (suka), 3 (netral), 4 (tidak suka), 5 (sangat tidak
suka).
yaitu karyawan Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Daerah Kecamatan Mandau.
39
peneliti dan kuesioner yang berisi instruksi dan form penilaian yang harus
pengujian organoleptik dan disajikan produk yang akan diuji beserta air mineral.
F. Defenisi Operasional
5. Sangat
tidak baik
Uji Mutu Pengujian penerimaan Kuesioner Interval 1. Sangat
Hedonik dan tingkat kesukaan uji mutu suka
pada cookies hedonik 2. Suka
berdasarkan kesan 3. Netral
baik/buruk yang 4. Tidak
dinilai secara suka
keseluruhan 5. Sangat
tidak suka
Uji Komputer. Data penentuan zat gizi cookies dianalisis secara deskriptif yaitu
memaparkan kadar dan persentase protein, lemak, air, abu, karbohidrat yang
dihitung berdasarkan rata-rata hasil analisis. Data hasil uji organoleptik untuk
maka hasil pengujian organoleptik cookies dianalisis secara statistik dengan uji
One Way ANOVA bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan rata-
rata dari sampel, apabila hasil ini menunjukkan adanya perbedaan diantara
perlakuan maka dilakukan uji lanjut Duncan. Uji statistik menggunakan tingkat
signfikan ≤0.05. Dikatakan ada perbedaan yang signifikan jika nilai p-value ≤0.05
BAB IV
HASIL PENELITIAN
singkong segar. Tepung kulit singkong memiliki kandungan zat gizi yang
hampir sama dengan tepung terigu. Tepung kulit singkong memiliki kandungan
protein sebesar 8,11 gram dalam 100 gram kulit singkong. Sedangkan tepung
terigu memiliki kandungan protein sebesar 8,6 gram dalam 100 gram tepung
terigu. Pada penelitian ini, kulit singkong segar di blaching terlebih dahulu
menggunakan oven. Kulit singkong yang sudah kering, dihaluskan dan diayak
41
42
memiliki warna coklat muda dengan tekstur lembut dan beraroma khas
singkong. Kulit singkong segar dengan berat 8000 gram yang diperoleh dapat
B. Cookies
butter, telur dan gula. Dalam penelitian ini, cookies dibuat dengan 3 perlakuan
yaitu subsitusi tepung kulit singkong sebesar 30%, 40%, 45% dan 0 % tepung
kulit singkong sebagai kontrol. Cookies yang dihasilkan dari penelitian ini
memiliki warna coklat muda dengan tekstur yang lembut, aroma khas butter
dan rasa khas cookies. Pada perlakuan P1, cookies yang disubsitusi dengan
tepung kulit singkong sebesar 30% memiliki warna coklat pekat, aroma khas
butter, tekstur lembut dan rasa khas cookies sedikit berserat. Pada perlakuan
P2, cookies yang disubsitusi dengan tepung kulit singkong sebesar 40%
memiliki warna coklat yang pekat, aroma khas butter, tekstur lembut dan rasa
khas cookies dan berserat. Pada perlakuan P3, cookies dengan subsitusi tepung
kulit singkong sebesar 45% memiliki warna coklat lebih pekat, aroma khas
butter, tekstur lembut dan rasa khas cookies sedikit pahit dan berserat.
proses pengindraan berdasarkan rasa, aroma, warna dan tekstur. Panelis yang
44
digunakan pada penelitian ini adalah panelis agak terlatih yaitu karyawan
nilai ≤ 3. Hasil uji hedonik pada cookies dilakukan pada 20 panelis agak
perlakuan kontrol yaitu 90%, pada perlakuan P2 yaitu 75% dan P3 yaitu
80%. Hal ini menunjukkan bahwa cookies perlakuan dengan rasa yang
dan P2.
penerimaan terhadap rasa, warna, aroma dan tekstur cookies yang paling
2. Mutu Hedonik
panelis merasa puas maka panelis akan memberi kesan baik pada produk
tersebut dan jika penelis merasa tidak puas maka panelis akan memberi
kesan buruk pada produk tersebut. Cookies dikatakan dapat diterima jika
dilakukan pada 20 panelis agak terlatih. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
(rasa, warna, aroma dan tekstur) antara cookies kontrol dengan cookies yang
disubsitusi tepung kulit singkong adalah uji One Way ANOVA dengan tingkat
kepercayaan 95%. Data yang digunakan pada uji One Way ANOVA adalah
data hasil uji hedonik dan uji mutu hedonik pada cookies perlakuan P1, P2, P3
dan kontrol.
Hasil analisis One Way ANOVA pada uji hedonik yang dinilai dari
rasa, warna, aroma dan tekstur cookies pada perlakuan P1, P2, P3 dan kontrol
Tabel 4.3 Hasil Analisis Rata-Rata dan One Way ANOVA pada Uji Hedonik
Cookies yang di Subsitusi dengan Tepung Kulit Singkong
Variabel Mean ± SD Sig.
Kontrol (0%) P1 (30%) P2 (35%) P3 (40%)
Rasa 2.10 ± 0.968 1.75 ± 0.639 2.90 ± 0.968 3.10 ± 0.912 0.000
Warna 1.70 ± 0.801 1.47 ± 0.513 1.58 ± 0.692 1.58 ± 0.607 0.769
Aroma 1.70 ± 0.801 1.70 ± 0.801 1.63 ± 0.761 1.75 ± 0.967 0.976
Tekstur 1.42 ± 0.607 1.75 ± 0.639 2.05 ± 0.826 2.05 ± 0.945 0.038
P2=2.90, P3=3.10. Nilai p-value kurang dari 0.05 yaitu 0.000. Hasil ini
perbedaan pada rasa cookies yang disubsitusi dengan tepung kulit singkong.
Uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata antara
kontrol dan cookies perlakuan P2 dengan cookies perlakuan P3. Selain itu,
P2=1.58, P3=1.58. Nilai p-value lebih dari 0.05 yaitu 0.769. Hasil ini
terdapat perbedaan pada warna cookies yang disubsitusi dengan tepung kulit
singkong.
P2=1.63, P3=1.75. Nilai p-value lebih dari 0.05 yaitu 0.976. Hasil ini
terdapat perbedaan pada aroma cookies yang disubsitusi dengan tepung kulit
singkong.
P2=2.05, P3=2.05. Nilai p-value kurang dari 0.05 yaitu 0.038. Hasil ini
perbedaan pada tekstur cookies yang disubstitusi dengan tepung kulit singkong.
Uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata antara
Hasil analisis One Way ANOVA pada uji mutu hedonik cookies
perlakuan P1, P2, P3 dan kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Hasil Analisis Rata-Rata dan One Way ANOVA pada Uji Mutu
Hedonik Cookies yang Disubsitusi dengan Tepung Kulit Singkong
Perlakuan Mean SD Sig.
Kontrol 1.63 .684
0.000
P1 1.85 .489
P2 2.60 .598
P3 2.80 1.152
p-value kurang dari 0.05 yaitu 0.000. Hasil ini menunjukkan bahwa H0
cookies yang disubsitusi dengan tepung kulit singkong. Uji lanjut Duncan
dengan cookies perlakuan P2 dan P3. Namun, terdapat perbedaan yang tidak
yang nyata antara cookies perlakuan P1 dengan cookies perlakuan P2 dan P3.
antara lain analisis kadar air, kadar abu, protein, lemak dan karbohidrat. Hasil
analisis proksimat pada cookies pilihan terbaik dapat dilihat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5 Hasil Analisis Proksimat Cookies Pilihan Terbaik per 100 gram
Komponen Jumlah (%)
Kadar air 2,9
Kadar abu 1,5
Protein 15,8
Lemak 35,8
Karbohidrat (by difference) 44
dari cookies pilihan terbaik dalam berat 100 gram yaitu kadar air sebesar
2,9%, kadar abu sebesar 1,5%, protein sebesar 15,8%, lemak sebesar 35,8 %
Tabel 4.6 Kandungan Gizi Cookies Pilihan Terbaik per 100 gram
Komponen Jumlah (%)
Karbohidrat (g) 49
Protein (g) 6,5
Lemak (g) 30,1
Sumber : DKBM
dari cookies pilihan terbaik dalam berat 100 gram yaitu kadar karbohidrat
dari cookies tanpa perlakuan dalam berat 100 gram yaitu kadar karbohidrat
dikeluarkan untuk pembuatan cookies P1 adalah Rp. 11.140 untuk 600 gram
cookies.
BAB V
PEMBAHASAN
singkong di pabrik pembuatan keripik cabe dan tape ubi yang berada di daerah
Sebanga, Duri. Kulit singkong yang digunakan pada penelitian ini yaitu kulit
segar dikupas kulit ari singkong selanjutnya dicuci dengan air mengalir.
dan menurunkan kadar HCN pada kulit singkong. Setelah di cuci, kulit
bahwa proses blanching pada kulit singkong dapat menurunkan kadar HCN
kandungan HCN pada kulit singkong. Enzim yang tidak dikehendaki (β-
yang merupakan substrat untuk enzim hidrolinitril liase membuat enzim tidak
53
54
keju, hal ini dilakukan untuk mempermudah dalam menggiling kulit singkong
dengan blender. Kulit singkong di keringkan selama 1 jam pada suhu 150o C
HCN pada kulit singkong Richana, (2012). Berbeda dengan penelitian Fitriani
(2012) proses pengeringan pada kulit singkong dengan cara di jemur dibawah
kering dan ditumbuk dijadikan tepung. Tepung merupakan salah satu bentuk
alternatif produk setengah jadi dari kulit singkong yang dianjurkan, karena
blender dan diayak menggunakan ayakan 80 mesh. Hal ini sejalan pada
penelitian Dalhayat (2012) bahwa, setelah kering kulit singkong diblender agar
dengan penelitian Tuyoni (2007), kulit singkong yang sudah kering akan diolah
(2012) yaitu setelah kulit singkong 1600 gr yang bersih diolah menjadi tepung,
dihasilkan 800 gr tepung kulit singkong dengan rendemen 40%. Tepung kulit
55
singkong memiliki warna coklat muda dengan tekstur halus seperti tepung dan
beraroma khas kulit singkong. Adapun gambar tepung kulit singkong seperti
yang terlihat pada Gambar 4.1 Sama halnya dengan penelitian Dalhayat (2012)
bahwa tepung kulit singkong memiliki warna coklat muda dengan aroma yang
B. Cookies
terbuat dari bahan baku tepung terigu (Nurbaya dan Estiasih, 2013). Cookies
dengan bahan baku tepung non-terigu biasanya termasuk golongan short dough
wheat yang mengandung protein sebesar 8-9 % atau tepung tanpa kandungan
yaitu tepung terigu dengan tepung kulit singkong dikarenakan pada tepung
subsitusi tepung kulit singkong yang memiliki kandungan protein yang tinggi.
Adapun kandungan protein pada tepung terigu sebesar 8,9 gram dalam
100 gram sedangkan pada tepung kulit singkong sebesar 8,11 gram dalam 100
gram (Richana, 2012). Hal ini sejalan dengan penelitian Pakhri, dkk (2019)
memanfaatkan limbah dari singkong dan menambah nilai gizi pada hasil
singkong. Terdapat cookies kontrol yaitu cookies tanpa pemberian tepung kulit
Komponen bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tepung terigu,
tepung kulit singkong, kuning telur, margarin, butter, vanili, susu full cream,
Tepung terigu merupakan tepung yang terbuat dari biji gandum melalui
makanan. Produk yang biasanya dikonsumsi adalah roti, mie, kue, biskuit dan
lainnya. (Bogasari, 2011). Tepung terigu adalah bahan yang paling penting
dan jumlah produk yang banyak pada hasil produksi kue, termasuk roti, kue,
biskuit dan patisserie Gisslen (2013). Menurut Handayani (2014), tepung terigu
terdiri atas beberapa jenis berdasarkan protein yang dimilikinya yaitu tepung
terigu protein rendah mengandung protein gluten antara 8-9%, tepung terigu
untuk membuat adonan kue kering. Tepung terigu protein sedang kandungan
protein tepung protein sedang sekitar 10-11%, tepung ini masih bisa digunakan
untuk membuat kue kering, namun lebih cocok digunakan untuk membuat kue
atau muffin. Selanjutnya tepung terigu protein tinggi tepung ini memiliki
57
kandungan protein 11-13%, tepung ini cocok untuk membuat adonan yang
memerlukan pengembangan tinggi, seperti adonan roti, pasta atau mie. Pada
adalah kuning telur. Telur berpengaruh terhadap tekstur produk patiseri sebagai
struktur dalam cookies tidak baik jika digunakan keseluruhan bagian telur.
stabil. Telur digunakan untuk menambah rasa dan warna. Telur juga membuat
telur bersifat sebagai pengikat atau pengeras sedangkan kuning telur bersifat
Susu skim berbentuk padatan (serbuk) memiliki aroma khas kuat dan
sering digunakan pada pembuatan cookies. Skim merupakan bagian susu yang
mengandung protein paling tinggi yaitu sebesar 36,4%. Susu skim berfungsi
mengubah tekstur, rasa, dan flavor cookies. Lemak tersebut dapat berinteraksi
58
membuat lapisan pada bagian luar granula pati dan menghambat penetrasi air
kedalam granula. Penetrasi air yang lebih sedikit akan menghasilkan gelatin
yang tinggi dan akan membentuk cookies yang kurang mengembang dengan
tekstur yang lebih padat/kompak Oktavia (2007). Butter terbuatb dari lemak
hewani, mengandung 82% lemak susu dan 16% air. Aroma butter sedap dan
lembut, tidak berbau dan bebas minyak. Butter sangat berpengaruh terhadap
kualitas cookies karena memiliki aroma yang khas dan titik leleh yang rendah
Faridah (2008).
pembuatan cookies adalah gula halus atau gula pasir dengan butir-butir halus
agar susunan cookies rata dan empuk. Peran gula dalam hal ini adalah
mematangkan dan mengempukan susunan sel pada protein tepung. Selain itu,
memberi kerak yang dikehendaki yang akan mulai terbentuk pada saat
kualitas produk, namun jumlah gula terlalu tinggi akan menjadikan hasil
menarik dan mampu mengunggah selera makan. Pasta pandan berfungsi untuk
meningkatkan cita rasa dan aroma lebih kuat (Ananda, 2018). Pewarna adalah
bahan tambahan makanan berupa cairan, yang berwarna. Pewarna yang diberi
dapat diketahui bahwa cookies tanpa subsitusi tepung kulit singkong memiliki
warna coklat muda yang cerah. Hal ini dikarenakan cookies diberikan pewarna
coklat. Sedangkan pada cookies yang disubsitusi dengan tepung kulit singkong
memiliki warna coklat sedikit gelap. Hasil ini tidak berbeda jauh dengan
penelitian Fitriani (2012) dari segi warna, chiffon cake dengan berbagai variasi
substitusi tepung kulit singkong memiliki jenis peninjauan warna antara lain
coklat tua, coklat cerah, coklat, dan coklat kream. Menurut Rukmana (1997),
warna coklat yang terjadi karena adanya proses browning enzimatis pada kulit
singkong pada saat pengupasan kulit singkong dan perendaman kulit singkong.
Selain itu juga jumlah persentase tepung kulit singkong juga berperan untuk
Jika aroma, tekstur dan warna baik tetapi konsumen tidak menyukai rasanya
(2006). Rasa cookies yang disubsitusi tepung kulit singkong yang dihasilkan
dari penelitian ini adalah rasa manis dan rasa khas cookies. Hasil ini sejalan
memiliki rasa yang hampir sama yaitu rasa chiffon cake dengan kriteria manis.
menurun. Hal ini dikarenakan tepung kulit singkong memiliki rasa yang kuat
60
dank has, rasa yang dimiliki oleh kulit singkong dipengaruhi oleh HCN yang
maka rasa tepung kulit singkong lebih dominan daripada bahan lain serta akan
sesuatu yang dapat diamati dengan indra pembau. Aroma sulit untuk diukur
kualitas aroma. Aroma cookies yang disubstitusi tepung kulit singkong yang
dihasilkan pada penelitian ini adalah aroma khas butter. Berbeda dengan
produk tersebut kasar, halus, keras atau lembek Shewfelt (2014). Tekstur
cookies yang disubsitusi tepung kulit singkong yang dihasilkan pada penelitian
ini adalah lembut. Sama dengan penelitian Sari (2019) bahwa, semakin tinggi
formulasi tepung kulit singkong, menghasilkan bolu kukus yang lembut dan
lebih padat. Berbeda dengan penelitian Atmaka (2019) bahwa, semakin besar
persentase tepung kulit singkong kedalam adonan, kue kering semakin padat
untuk mengamati tekstur, warna, bentuk, aroma, rasa suatu produk makanan,
adanya perubahan yang dikehendaki atau tidak dalam produk atau bahan-bahan
dan memberikan data yang diperlukan untuk promosi produk. (Nasiru, 2011)
adanya contoh (sampel), adanya panelis, dan pernyataan respon yang jujur.
Dalam penilaian bahan pangan sifat yang menentukan diterima atau tidak suatu
produk adalah sifat indrawinya. Penilaian indrawi ini ada enam tahap yaitu
bahan, mengingat kembali bahan yang telah diamati, dan menguraikan kembali
yang terdiri dari 15 sampai 25 orang. Uji organoleptik pada cookies ini
dilakukan oleh 20 panelis yang terdiri dari karyawan Instalasi Gizi RSUD Kec.
62
Mandau. Adapun uji organoleptik yang dilakukan pada penelitian ini adalah uji
hedonik dan uji mutu hedonik. Cookies yang disajikan adalah cookies kontrol
Selanjutnya data hasil uji hedonik dan mutu hedonik dianalisis menggunakan
uji One Way ANOVA. Tujuan digunakannya analisis One Way ANOVA
adalah untuk menganalisis perbedaan sifat organoleptik pada bolu kukus yang
dikarenakan uji One Way ANOVA digunakan jika memiliki sampel penelitian
lebih dari 2 sampel. Pada penelitian ini, terdapat 4 sampel yaitu kontrol (tanpa
tepung kulit singkong 40%) dan P3 (subsitusi tepung kulit singkong 45 %).
1. Uji Hedonik
a. Rasa
kontrol yaitu 90%, pada perlakuan P2 yaitu 75% dan P3 yaitu 80%. Hal ini
subsitusi tepung kulit singkong pada cookies dapat merubah rasa dari
cookies tersebut. Hal ini disebabkan karena semakin banyak tepung kulit
singkong yang disubsitusi pada cookies maka semakin kuat rasa khas kulit
terhadap kue kering menurun. Hal ini dikarenakan tepung kulit singkong
memiliki rasa yang kuat dan khas, rasa yang dimiliki oleh kulit singkong
kue kering dengan substitusi tepung kulit singkong lebih banyak rasanya
agak pahit.
b. Warna
65%. Hal ini menunjukkan bahwa cookies perlakuan dengan warna yang
Berdasarkan hasil analisis uji One Way ANOVA dengan tigkat 95%
subsitusi tepung kulit singkong tidak dapat merubah warna pada cookies.
c. Aroma
Aroma merupakan bau khas yang dihasilkan oleh suatu makanan dan
terhadap aroma cookies yang tertinggi adalah cookies kontrol dan perlakuan
cookies P1.
Berdasarkan hasil analisis uji One Way ANOVA dengan tigkat 95%
subsitusi tepung kulit singkong tidak dapat merubah aroma pada cookies.
dengan penelitian Sari (2019) bahwa uji daya terima bolu kukus terhadap
tertinggi yaitu 89. Akan tetapi, keempat perlakuan bolu kukus sama-sama
d. Tekstur
yaitu 90%. Hal ini menunjukkan bahwa cookies perlakuan dengan tekstur
bahwa subsitusi tepung kulit singkong pada cookies dapat merubah tekstur
dari cookies tersebut. Hal ini disebabkan karena semakin banyak tepung
kulit singkong yang disubsitusi pada cookies maka semakin kuat rasa khas
memberi gagasan apakah suatu produk tersebut kasar, halus, keras atau
kukus yang lembut dan merekah. Sedangkan pada bolu dengan formulasi
tepung kulit singkong 100% menghasilkan tekstur bolu kukus yang lembut
juga namun lebih padat dan tidak merekah. Penelitian Atmaka (2019) juga
perlakuan P1.
dengan cookies perlakuan P2 dan P3. Namun, terdapat perbedaan yang tidak
perlakuan P2 dengan cookies perlakuan P3. Selain itu, terdapat perbedaan yang
pakan berdasarkan komposisi kimia dan fungsinya yaitu : air (moisture), abu
(ash), protein kasar (crude protein), lemak kasar (ether extract), dan bahan
1. Kadar Air
Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan yang
dinyatakan dalam persen. Kadar air juga salah satu karakteristik yang sangat
tekstur, dan cita rasa pada bahan pangan. Kadar air dalam bahan pangan ikut
68
menentukan kesegaran dan daya awet bahan pangan tersebut, kadar air yang
(Winarno, 1997). Oleh karena itu pada penelitian ini perlu dilakukan analisa
Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan yang
dinyatakan dalam persen. Kadar air juga merupakan satu karakteristik yang
penampakan, tekstur, dan citarasa pada bahan pangan. Kadar air dalam bahan
pangan ikut menentukan kesegaran dan daya awet bahan pangan tersebut
(Sandjaja 2009).
terkandung dalam cookies pilihan terbaik adalah sebesar 2,9 gram/100 gram
(2,9%). Menurut syarat mutu pada cookies, nilai kadar air maksimum 5%, jadi
mengeluarkan air dari bahan dengan bantuan panas yang disebut dengan proses
pengeringan. Analisis kadar air dengan metode oven didasarkan atas berat yang
hilang, oleh karena itu sampel seharusnya mempunyai kestabilan panas yang
faktor yang dapat memengaruhi analisis air metode oven diantaranya adalah
dengan kondisi oven seperti suhu, gradien suhu, kecepatan aliran dan
2. Kadar Abu
komponen organik bahan pangan. Kadar abu dari suatu bahan pangan
kemurnian, serta kebersihan suatu bahan yang dihasilkan. Analisis kadar abu
komponen organik sampel dengan suhu tinggi di dalam suatu tanur pengabuan
(furnace), tanpa terjadi nyala api, sampai terbentuk abu berwarna putih
keabuan dan berat konstan tercapai. Oksigen yang terdapat di dalam udara
bertindak sebagai oksidator. Residu yang didapatkan merupakan total abu dari
terkandung dalam cookies pilihan terbaik adalah sebesar 1,5 gram/100 gram
(1,5%). Menurut syarat mutu pada cookies, nilai kadar abu maksimum 1,5%,
3. Lemak
terkandung dalam cookies pilihan terbaik adalah sebesar 35,8 gram/100 gram
pada 100 gram bolu kukus substitusi tepung kulit singkong yaitu sebesar 6,99%
atau 6,99 gram. Pada penelitian Atmaka (2019), analisis kandungan lemak
pada kue kering substitusi tepung kulit singkong yaitu sebesar 9,5% pada 100
soxhlet. Metode sexhlet ini digunakan untuk mengekstraksi kadar lemak dalam
makanan dengan kandungan lemak yang rendah atau tinggi. Metode soxhlet
pelarut bertahan dalam wadah ekstraksi selama 5-20 menit. Pelarut yang
terdapat pada sampel selanjutnya akan tersedot kembali kedalam labu didih
(Rohman, 2013).
4. Protein
Protein adalah sumber asam amino yang terdiri dari unsur karbon,
bakar apabila keperluan energy tubuh tidak terpenuhi oleh lemak dan
terkandung dalam cookies pilihan terbaik adalah sebesar 15,8 gram/100 gram
(15,8%). Hasil penelitian ini jauh berbeda dengan penelitian Atmaka (2019),
kandungan protein pada kue kering yang di substitusi tepung kulit singkong
hanya 6,11%. Perbedaan hasil penelitian ini diduga karena perbedaan bahan
dasar pembuatan cookies dan takaran yang digunakan. Pada penelitian Sari
(2019) hasil analisis menunjukkan kadar protein pada bolu kukus substitusi
cookies pilihan terbaik adalah metode kjeldahl. Metode ini merupakan metode
yang terbentuk didestilasi uap secara kuantitatif ke dalam larutan penyerap dan
selanjutnya ditetapkan secara titrasi. Metode ini cocok digunakan secara semi
mikro, sebab hanya memerlukan jumlah sampel dan pereaksi yang sedikit serta
waktu analisis yang pendek. Metode kjeldahl cocok untuk menetapkan kadar
protein yang tidak terlarut atau protein yang sudah mengalami koagulasi akibat
proses pemanasan maupun proses pengolahan lain yang biasa dilakukan pada
5. Karbohidrat
harian seperti gerakkan, pertumbuhan dan lain-lain aktiviti sel di dalam badan
karakteristik rasa, warna, tekstur dan lain-lain pada suatu bahan makanan.
mineral, dan untuk membantu metabolisme lemak dan protein. Selain itu,
karbohidrat dapat juga digunakan untuk bahan pengisi tablet dan kapsul
seperti starch ; bahan flavor (perasa) seperti karamel; bahan pemanis seperti
glukosa, sukrosa, laktosa; bahan pengawet seperti sirup dan sumber serat
karbohidrat pada bolu kukus substitusi tepung kulit singkong dalam 100 gram
total berat bahan makanan dengan berat air, berat abu, berat protein dan berat
= 100 – (56)
= 44 gram
E. Klaim Gizi
termasuk nilai energi dan kandungan protein, lemak, karbohidrat, serat pangan
serta vitamin dan mineral. Suatu produk pangan dalam bentuk padat dapat diklaim
sumber protein jika setiap 100 gram pangan tersebut dapat menyediakan protein
minimal 20% dari ALG (acuan label gizi). ALG adalah acuan untuk pencantuman
keterangan tentang kandungan gizi pada tabel produk pangan (BPOM RI, 2016).
ALG pada penelitian ini mengacu pada kebutuhan protein anak balita 1-5
tahun berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG). AKG adalah angka kecukupan
gizi yang bila diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dapat memenuhi kebutuhan
gizi pada populasi sehat (Kartono et al, 2012). AKG Protein pada anak balita
diklaim sebagai makanan tambahan tinggi protein apabila tiap 100 gram cookies
dapat menyediakan zat gizi protein minimal 10% dari AKG anak balita yaitu
sekitar 2,5 gram. Berdasarkan Tabel 4.5 menunjukkan bahwa jumlah protein (15,8
gram/100 gram) yang tersedia dalam cookies perlakuan terbaik setara dengan 10%
74
dari AKG anak balita (1-5 tahun). Sehingga dapat disimpulkan bahwa cookies
perlakuan terbaik yang disubsitusi tepung kulit singkong pada penelitian ini dapat
memiliki berat sekitar 10 gram. Jadi, hal ini dapat menunjukkan bahwa setiap 1
keping cookies yang disubsitusi dengan tepung kulit singkong dengan berat 10
gram menghasilkan kandungan gizi protein sekitar 1,5 gram; lemak sekitar 3,58
gram; dan karbohidrat sekitar 4,4 gram. Cookies yang dihasilkan pada penelitian
ini ditujukan sebagai makanan tambahan tinggi protein untuk makanan selingan
anak balita gizi buruk dengan target kontribusi minimal penyediaan protein ialah
10% dari AKG anak balita yaitu sekitar 2,5 gram persajiannya sehingga takaran
sajian untuk menyediakan 10% protein dari AKG anak balita adalah 4 keping
F. Keterbatasan Penelitian
untuk Anak Balita Gizi Kurang” menunjukkan bahwa masih terdapat keterbatasan
dan kekurangan seperti pada proses pengeringan kulit singkong menjadi tepung
kulit singkong, pada penelitian memakan waktu yang cukup lama dan hasil kulit
singkong menjadi tepung sangat sedikit. Adapun keterbatasan lain pada penelitian
ini yaitu tidak dilakukannya penelitian mengenai kandungan zat gizi mikro pada
75
cookies yang disubsitusi dengan tepung kulit singkong. Hal ini dikarenakan
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
kulit singkong : 70% tepung terigu), P2 (40% tepung kulit singkong : 60%
tepung terigu) dan P3 (45% tepung kulit singkong : 55% tepung terigu).
3. Cookies pilihan terbaik dalam berat 100 gram yaitu kadar air sebesar
2,5% , kadar abu sebesar 1,5%, protein sebesar 15,8%, lemak sebesar 35,8
organoleptik (rasa dan tekstur) antara cookies yang disubsitusi tepung kulit
dengan tepung kulit singkong dapat menyediakan 10% protein dari AKG
anak balita.
76
77
B. Saran
2. Perlu dilakukan penelitian mengenai kandungan zat gizi kadar serat dan
zat gizi mikro lainnya pada cookies yang disubsitusi tepung kulit
singkong.
DAFTAR PUSTAKA
AKG. 2019. Angka Kecukupan Gizi Energi, Protein, Lemak, Mineral dan Vitamin
yang di Anjurkan Untuk Masyarakat Indonesia. Lampiran Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2019.
Almatsier, S. 2006. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta
Anni Faridah, dkk (2008). Patiseri jilid I . Jakarta : Direktorat pembinaan sekolah
menengah kejuruan.
Badan Standarisasi Nasional. 1992. SNI 01-2973-1992. Syarat Mutu dan Cara Uji
Biskuit. Jakarta. Badan Standarisasi Nasional.
Cakrawati dan Mustika NH, Dewi. 2012. Bahan Pangan, Gizi ,Dan Kesehatan.
Bandung: Alfabeta
Damayanti, Dea Indriana. 2015. Analisa Kandungan HCN Pada Tepung Kulit
Singkong Yang Diberi Perlakuan Blanching, Perendaman Dan
Pengukusan. Karya Tulis Ilmiah. Program Studi DIII Gizi. Poltekkes
Kemenkes Riau. Pekanbaru
Djaafar, T. F., Siti, R. dan Murdijati, G. 2009. Pengaruh Blanching dan Waktu
Perendaman dalam Larutan Kapur terhadap Kandungan Racun pada
Umbi dan Ceriping Gadung. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan.
Gharib and Rasheed. 2011. Energy and Macronutrient Intake and Dietary Pattern
Among School Childreen in Bahrain: Nutrition Journal.
Ghozali, T., S. Efendi dan H. A. Buchori. 2013. Senyawa fitokimia pada cookies
jengkol (Pitheocolobium jiringa). J. Agroteknologi. 7 (2) : 120-128.
80
Hanafi, A. 1999. Potensi Tepung Ubi Jalar sebagai Bahan Substitusi Tepung
Terigu pada Proses Pembuatan Cookies yang Disuplementasi dengan
Kacang Hijau. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. IPB, Bogor.
Lewis, Sara. 2003. Seri Praktis Keluarga Panduan Makanan Pertamaku. Jakarta :
Erlangga.
Liu, Z. & J.H., Han, 2005, “Film Forming Characteristics of Starches”, J. Food
Science, Vol. 70, No. 1, E31- E36.
Matz SA & T. D. Matz. 1978. Cookies and Crackers Technology. Texas: The AVI
Publishing Co., Inc
Nainggolan, J. dan Remi Z. 2011. “Hubungan antara pengetahuan dan Sikap Gizi
Ibu dengan Status Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Rajabasa Indah
Kelurahan Rajabasa Raya Bandar lampung”. Jurnal Kedokteran dan
Kesehatan Universitas Lampung.
Proverawati, Asfuah S., 2009. Buku Ajar Gizi untuk Kebidanan. Yogyakarta:
Nuha Medika
Richana, Nur. 2013. Mengenai Potensi Ubi Kayu dan Ubi Jalar. Bandung :
Nuansa Cendikia.
Sari, Desy Martiana. 2013. Konsep Pangan dan Gizi. Surakarta: FKIP Biologi
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Septiari, B. 2012. Mencetak Balita Cerdas dan Pola Asuh Orang Tua. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Setyaningsih, Dwi, Anton Apriyantono, dan Maya Puspita Sari. 2010. Analisis
Sensori untuk Industri Pangan dan Argo. Bogor: IPB Press
Smith, W. H. 1972. Biscuit, Crakers and Cookies. Applied Science Publisher Ltd,
London. Vol. 1.
Suparjo. 2010. Analisis Bahan pakan secara Kimiawi: Analisis Proksimat dan
Analisis Serat. Fakultas Peternakan Universitas Jambi. Jambi
Tala, ZZ. 2009. Manfaat Serat Bagi Kesehatan. Medan: USU. hlm.2.
Widianti. 2012. Hubungan Antara Body Image dan Perilaku Makan dengan
Status Gizi Remaja Putri di SMA Theresiana Semarang. Jurnal
Widodo R, 2009. Pemberian Makanan, Suplemen, dan Obat Pada Anak. Jakarta:
EGC.
83
Wijayanti, D.N. (2013). Analisis faktor penyebab obesitas dan cara mengatasi
obesitas pada remaja putri, Skripsi. Universitas Negeri Semarang.
Wijayanti, Dewi Nur (2013). Analisis Faktor Penyebab Obesitas dan Cara
Mengatasi Obesitas pada Remaja Putri (Studi Kasus pada Siswi SMA N 3
Temanggung. Naskah Publikasi Skripsi Jurusan Ilmu Keolahragaan
Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.