Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

PRODUKSI DAN NUTRISI TERNAK NON RUMINANSIA

DISUSUN OLEH :

AZZAHRA TARTIYANTI

E10020108

B.4

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS JAMBI

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahnya
rahmat dan karunianya yang tiadatara besarnya sehingga saya dapat menyelesaikan
laporan praktikum produksi dan nutrisi ternak non ruminansia

dengan judul praktikum babi dengan tepat waktu. Shalawat dan salam saya
haturkan kepada Nabi Muhammad saw yang telah membawa petunjuk bagi kita
semua.

Saya menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan ini.oleh


karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar
tugas laporan ini lebih baik lagi. Demikian, semoga laporan ini dapat memberikan
manfaat.

Jambi, 18 Oktober 2022

Azzahra Tartiyanti
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Pendahuluan

Daging merupakan salah satu hasil dari ternak yang memiliki


kandungan gizi lengkap yang disukai oleh masyarakat. Daging yang
dikonsumsi oleh manusia dapat berasal dari ternak yang berbeda dan dari
berbagai jenis hewan, antara lain sapi, kambing, babi, ayam, itik dan ikan

Babi merupakan hewan ternak yang memiliki pertumbuhan cepat dan


menjadi salah satu ternak konsumsi bagi sebagian masyarakat Indonesia. Babi
merupakan penghasil daging dan untuk pemenuhan gizi yang sangat efisien di
antara ternak-ternak yang lain karena babi memiliki konversi terhadap pakan
yang cukup tinggi (Sihombing, 1997). Selain sebagai cabang usaha utama,
peternakan babi dapat pula dijadikan sebagai usaha sampingan ataupun
komplementer bagi masyarakat (Aritonang, 1998).

Kebutuhan komoditas peternakan ternak babi merupakan salah satu


komoditas peternakan yang cukup potensial untuk dikembangkan. Produk
olahan ternak babi di Indonesia sangat potensial sebagai komoditas ekspor
nasional dan masih terbuka lebar ke berbagai negara seperti Singapura dan
Hongkong. Berdasarkan statistik peternakan tahun 2016, populasi ternak babi
tertinggi terdapat di Provinsi Nusa Tenggara Timur (1,871,717ekor), Bali
(803.920 ekor),Sumatera Utara (1.120.261 ekor), Sulawesi Selatan (688.019
ekor), Papua (738.714 ekor),Sulawesi Utara (427.450 ekor), Kalimantan Barat
(598.263 ekor), Sulawesi Tengah (262.115 ekor), Kepulauan Riau (331.574
ekor), Kalimantan Tengah (201.104 ekor), Sulawesi Utara (427.450 ekor).

Usaha peternakan babi merupakan usaha yang sudah dilakukan dalam kurun
waktu yang cukup lama di Indonesia. Peternakan babi di lapangan menunjukkan
skala usaha sangat beragam. Beberapa daerah tempat berkembangnya
peternakan babi adalah Tapanuli Utara, Nias, Toraja, Nusa Tenggara Ti mur,
Bali, Kalimantan Barat, dan Irian Jaya ternak babi dipelihara hanya sebagai
sambilan usaha keluarga. Babi yang dipelihara umumnya dari jenis local dan
dipelihara secara dilepas atau semi-dikurung dan diberikan pakannya berupa
limbah dapur dan limbah pertanian, sehingga produktivitasnya belum sesuai
dengan yang diharapkan. Tapi diseluruh Indonesia juga banyak dipelihara jenis
ternak babi yang lain seperti Sadelback, Landris. Ternak babi yang dipelihara
secara intensip akan dapat menghasilkan produksi daging yang baik harus
dijalankan dengan menjalankan manajement yang baik.

Untuk memperoleh hasil yang optimal dalam menjalankan usaha ternak


babi terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu ketersediaan bibit yang
memadai baik dari segi kualitas maupun kuantitas dan tatalaksana pemeliharaan
yang meliputi perkandangan, kebersihan kandang, pemeliharaan induk, anak
babi, ternak babi jantan dan babi usia tumbuh serta penanganan hasil produksi.
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui manajemen
pemeliharaan ternak babi yang baik sehingga usaha peternakan babi yang
dilakukan dapat memperoleh hasil yang optimal

Pengaturan perkandangan ternak-ternak babi ini harus ditampung pada


tempat yang terpisah dengan tempat sistim pemeliharaan yang normal
Pergerakan keluar masuk ternak babi di kandang harus diperhatikan dengan
penuh kesabaran. Tidak ada toleransi terhadap per sesuai dengan pertambahan
usia dan peningkatan jumlah konsumsi.Masa aktif imunitas induk bervariasi
terhadap jenis Penyak Tercapainya pertumbuhan maksimum ditentukan pada
awal umur, karena pertumbuhan akan berkurang pada akhir periode pertumbuh

1.2 Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui dan
memahami bagaimana sistem perkandangan, pakan, pemeliharaan, dan
pemasaran pada ternak babi.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Babi merupakan hewan monogastrik yang memiliki kesanggupan dalam


mengubah bahan makanan secara efisien apabila ditunjang dengan kualitas ransum
yang memadai. Ditinjau dari pola makanannya, babi termasuk hewan omnivora,
yaitu hewan pemakan segala jenis pakan, baik yang berasal dari binatang atau
tumbuh–tumbuhan. Karena pola makannya yang dapat memanfaatkan berbagai
jenis sumber pakan tersebut, babi dapat dipelihara secara ekstensif dan diberbagai
tempat, dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber pakan setempat. Bahkan
karena kemampuannya dalam mencerna berbagai jenis pakan, tidak jarang babi
diberi makan sisa–sisa makanan manusia atau berbagai jenis limbah. Dengan
demikian dikatakan bahwa pemeliharaan ternak babi relatif lebih mudah dilakukan
bila ditinjau dari segi penyediaan pakannya. Selain itu, babi mempunyai toleransi
yang tinggi terhadap kondisi iklim yang beragam(Ardana dan Putra, 2008).

Babi berdasarkan jenisnya dapat dikelompokkan menjadi : sus vitatus, sus


scrofa yang tersebar di seluruh kawan hutan di Indonesia dan sus barbatus (babi
berjenggot) hanya terdapat di beberapa daerah seperti Sumatera, Kalimantan dan
Papua (Regan, 2009). Sedangkan babi yang dipelihara saat ini berasal dari babi
hutan.

Sistem pemeliharaan ternak babi dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu
sistem pemeliharaan tradisional, semi intensif dan intensif (Kanisius, 1981).Sistem
pemeliharaan tradisional dan semi intensif adalah sistem pemeliharaan yang paling
umum dilakukan oleh masyarakat di Bali (Yasa, et al., 2005).

Babi adalah ternak monogastric dan bersifat prolific (banyak anak tiap
kelahiran), pertumbuhannya cepat dan dalam umur enam bulan sudah dapat
dipasarkan. Selain itu ternak babi efisien dalam mengkonversi berbagai sisa
pertanian dan restoran menjadi daging (Ensminger, 1991).

Ternak babi merupakan salah satu komoditas peternakan yang cukup


potensial untuk dikembangkan. Ternak babi dan atau produk olahannya cukup
potensial sebagai komoditas ekspor nasional. Pasar komoditas ini masih terbuka
lebar ke berbagai negara seperti Singapura dan Hongkong (Direktorat Budidaya
Ternak, 2011).
BAB III

MATERI DAN METODA

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum produksi dan nutrisi ternak non ruminansia ini dilaksanakan di


kandang masyarakat milik pak bonar simanjuntak di talang gulo, kenali asam
bawah,kec. Kota baru, kota Jambi. Pada hari minggu, 18 September 2022 pada
pukul 09.00 s/d selesai.

3.2 Materi

Materi yang digunakan pada praktikum ini adalah alat tulis,dan handphone.

3.3 Metoda

Metoda yang digunakan pada praktikum ini adalah metode wawancara


langsung ke peternakan babi.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Perkandangan

Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat sistem perkandangan babi sudah


Menurut aturan kandang yang benar karena ada berbagai macam kandang babi,
Menurut konstruksinya kandang babi dibagi menjadi 2 (dua) yaitu kandang tunggal
dan kandang ganda. Berdasarkan praktikum yang kami lakukan adalah kandang
ganda yaitu yang terdiri dari dua baris yang letaknya bisa saling berhadapan. Dibuat
dengan atap anyaman bambu,dinding dari beton, dan lantai semen dengan posisi
miring agar kotoran sapi dapat mengalir dan lantai tetap kering. Dalam 1 atap
kandang terdapat 10 petak kandang babi dengan ukuran 2 × 2 m ,Alat alat dan
perlengkapan kandang antara lain tempat makan, minum dan alat kebersihan.

4.2 Pakan
Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa pakan yang digunakan adalah
sistem pakan basah yaitu, teknik mempersembahkan pakan semacam ini dilakukan
dengan memberikan pakan yang dihaluskan terlebih dahulu, kemudian
ditambahkan air. Pakan ini bisa diberikan kepada babi dengan menggunakan tempat
pakan. Hal ini juga sangat tergantung pada jumlah babi dan tempat. Keuntungan
dalam pemberian secara basah, adalah pakan basah lebih mudah dimakan dan
dicerna; Menambah napsu makan, karena babi lebih suka makanan basah.
Kelemahan dalam mempersembahkan secara basah, adalah sebagai berikut: Lebih
banyak tenaga, karena harus menyiapkan atau membasahi makanan terlebih dahulu;
Sisa makanan dengan sangat mudah menjadi basi dan bau; Kandang lebih cepat
menjadi kotor. Pakan babi pada sistem basah di masak menggunakan drum yang
terdiri dari olahan yang diambil berasal dari limbah pasar dan rumah makan dan
nama pakannya adalah rima-rima. Cara pemberian pakan yaitu dengan menyiapkan
bahan pakan dini hari lalu memberi pakan sekitar jam 7/8 pagi dan sore hari.

4.3 Pemeliharaan

Sistem pemeliharaan Periode lamanya


Perkawinan 6-7 bulan
Penyapihan 2 bulan
kelahiran 3 bulan 3 minggu 3 hari

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa sistem pemeliharaan terdiri


dari perkawinan dengan periode 6-7 bulan, penyapihan 2 bulan, dan kelahiran
dengan periode 3 bulan 3 minggu 3 hari. Babi melahirkan paling sedikit 2 dan
paling banyak 12 ekor. Babi nya melakukan perkawinan dengan sistem
alami.Ternak babi terdiri dari 50 ekor. Terdiri dari campuran jantan kebiri dan
ternak babi hutan dan ternak yang di gemukkan ada 8 ekor dengan berat badan 80-
90 kg.

4.4 Pemasaran

Untuk penjualan ternak babi ini biasanya di jual saat usia 7 bulan dengan berat
80-90 kg dan biasanya pembeli datang langsung ke kandang.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat di ambil dari praktikum ini yaitu pada praktikum
ternak babi milik bang bonar menggunakan sistem perkandangan ganda, pakan
yang di berikan adalah pakan basah, dan babi di pasarkan dengan cara pembeli
langsung ke kandang dan babi di jual di usia 7 bulan dengan berat 80-90 kg.
Keterampilan dan keahlian yang dicapai

Keterampilan dan keahlian yang saya dapat setelah melakukan Praktikum


ini yaitu mampu mengetahui berbagai jenis babi,juga mampu mengetahui limbah
pakan yang bisa dimanfaatkan menjadi Pakan babi dan juga system perkandangan
yang dipakai oleh peternak babi dan juga sistem pemeliharaan dan pemasarannya.
DAFTAR PUSTAKA

Ardana B.J dan Putra H.K.D. 2008. Ternak Babi. Udayana University Press:
Denpasar.

Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2011. Rencana Strategis


Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2010-2014.

Ensminger, M.E. 1991. Animal Science. 5th Ed. The Interstate Printed and
Publisher Inc. Denville Illinois

Regan, C.S. 1997. Forage Concervation in The Wet/ Dry Tropics for Small
Landholder Farmers. Thesis. Faculty of Science. Notherm Territory
University, Darwin Australia.

Yasa, I.M.R., I G.A.K. Sudaratmaja, I. N. Adijaya,K. Mahaputra, W. Trisnawati,


Suharyanto, S. Guntoro, J. Rinaldi, D.A.A. Elizabeth dan P.Y. Priningsih
2005. Participatory Rural Appraisal Prima Tani LKDRIK Desa
Sanggalangit. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali. Denpasar.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai