Anda di halaman 1dari 23

9

III. HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Kegiatan

Kegiatan yang dilaksanakan pada saat selama Praktik Umum di Koperasi

Peternakan Sarono Makmur dari 10 Juli – 11 Agustus 2018 adalah sebagai

berikut:

1. Pengolahan dan Produksi Pakan

Penyediaan pakan ternak yang ada di Koperasi Sarono Makmur dilakukan

untuk memenuhi kebutuhan ternak anggota koperasi. Kualitas bahan pakan

dipilih yang terbaik dari para supplier. Koperasi Sarono Makmur

menerima/membeli bahan pakan dari supplier dalam bahan mentah, dilanjutkan

dalam pembuatan tepung dan pellet untuk menjaga agar bahan pakan yang

disimpan digudang dapat tahan lama. Pengolahan bahan pakan dilakukan

dengan proses pencampuran (mixing) dan pengemasan. Proses mixing

dilakukan dengan menggunakan mixer kapasitas 1 1⁄2 ton. Mixing dilakukan

selama 10-15 menit. Di gudang pakan Koperasi Sarono Makmur terdapat 2

buah mixer dan 2 penggilingan bahan pakan. Produksi dilakukan dari pagi

sampai sore hari. Dalam sehari Koperasi Sarono Makmur mampu

memproduksi 10-17 ton pakan ternak. Lebih kurang ada 300 karung

didistribusikan kepada peternak setiap hari.


10

2. Kegiatan di Kandang

Terdapat beberapa kegiatan yang dilakukan di dalam kandang antara lain:

a. Sanitasi Kandang

Sanitasi kandang dilakukan 3 kali sehari pukul 02.00 WIB pagi hari, 13.00

WIB siang hari dan 20.00 WIB malam hari. Sanitasi kandang dengan

membersihkan tempat pakan dan minum, membersihkan lantai kandang dari

feses, membersihkan lingkungan kandang, dan diikuti dengan memandikan

sapi.

b. Pemberian Konsentrat

Pemberian konsentrat dilakukan tiga kali sehari bersamaan dengan sanitasi

kandang. Pemberian konsentrat pada sapi perah sekitar 1-2 % dari bobot

tubuh.

c. Pemberian Hijauan

Pemberian hijauan sama halnya dengan pemberian konsentrat yaitu tiga kali

sehari, tetapi hanya saja pemberiannya yang berbeda yaitu diberikan hijauan

setelah 1 jam dari pemberian konsentrat. Hijauan yag di berikan di coper

terlebih dahulu. Hijauan diberikan pada sapi perah baik pedet berumur di

atas 3 bulan, sapi perah dara, maupun sapi perah laktasi merupakan hijauan

dalam bentuk segar sebanyak 10% dari bobot tubuh sapi.

d. Pemberian Air Minum

Metode pemberian air minum dilakukan secara adlibitum.

e. Pemerahan Susu Sapi


11

Pemerahan susu sapi dilakukan tiga kali perhari setelah dimandikan dan

kandang telah dibersihkan yaitu pukul 03.00 WIB pagi hari, 16.00 WIB sore

hari dan 21.00 WIB malam hari.

3. Inseminasi Buatan dan Kesehatan Hewan

IB dilakukan pada saat peternak melapor pada petugas IB. Serta Penanganan

pada ternak yang sakit di peternakan Koperasi Sarono Makmur ini dilakukan

pada sapi yang terserang penyakit seperti sapi yang menderita mastitis, luka

pada kaki, gangguan pencernaan, diare, dan demam. Koperasi Sarono Makmur

memberikan pelayanan keswan kepada anggota selama 24 jam.

4. Penanganan & Pengujian Kualitas Susu

Susu yang dihasilkan oleh Koperasi Sarono Makmur adalah untuk dikonsumsi

manusia sehingga Koperasi ini berusaha dengan bersungguh-sungguh agar susu

yang dihasilkan berkualitas dan aman. Untuk menghasilkan susu yang

berkualitas dan aman Koperasi Sarono Makmur memproduksi susu yang asli,

pengolahan menggunakan alat dan wadah yang bersih dan steril, serta

pendinginan (coolling) yang tepat. Di Koperasi Sarono Makmur sudah ada

SOP (Standard Opening Procedures) untuk menghasilkan susu yang

berkualitas mulai dari tingkat peternak sampai penanganan susu. Penanganan

susu dilakukan uji Laboratorium, seperti Uji Organoleptik Susu, Uji Alkohol

76 %, Uji Berat Jenis, Pengujian Kadar Lemak dengan Metode Gerber,

Pengujian Reduktase dengan Methylene Blue, dan Pengujian Kualitas Susu

dengan Lactoscan (Milkanalyzer). Setelah susu dinyatakan lolos dalam SOP

yang diterapkan di Koperasi Sarono Makmur ini langkah berikutnya yaitu


12

memasarkan susu pada agen dan dijual eceran oleh koperasi, serta susu

dikirimkan ke Industri Pengolahan Susu yakni PT. Nestle Indonesia.

B. Pembahasan

1. Jenis dan Bangsa Sapi Perah

Peternakan sapi perah yang berada di Koperasi Sarono Makmur memelihara sapi

perah jenis Peranakan Fries Holland (PFH), sapi ini merupakan sapi hasil

persilangan antara sapi Fries Holland (sapi asal Belanda) dan sapi Peranakan

Ongole (PO) yang merupakan sapi lokal. Menurut Soetarno (2003) yang

menyatakan bahwa sejak tersebarnya sapi FH dibeberapa daerah di Indonesia

khususnya pulau Jawa, telah terjadi perkawinan secara tidak terencana antara sapi

FH dengan sapi lokal dan menghasilkan keturunan yang disebut Peranakan

Friesian Holstein (PFH). Siregar (1994) menjelaskan bahwa sapi perah yang

dipelihara di Indonesia pada umumnya adalah Fries Holland. Kemampuan

berproduksi sapi FH dapat mencapai lebih dari 6000 kg per masa laktasi dengan

kadar susu rata-rata 3,6 %.

Menurut AAK (1995), sapi PFH mempunyai karakteristik yang hampir sama

dengan sapi Fries Holland (FH) yaitu:

1. pada dahi terdapat warna putih berbentuk segi tiga;

2. warna bulu hitam dengan bercak putih;

3. tanduk kecil, pendek, dan menjurus ke depan;

4. tenang, jinak, dan mudah dikuasai;

5. dada, perut bawah, kaki, dan ekor berwarna putih;


13

6. berambing besar;

7. kepala agak panjang, mulut lebar, lubang hidung terbuka luas, dan ukuran

tubuh besar;

8. tidak tahan panas, namun mudah beradaptasi;

Sapi PFH yang berada di peternakan Koperasi Sarono Makmur memiliki ciri-ciri

yang sesuai dengan pernyataan AAK (1995) yaitu bulu berwarna hitam dan putih

dahinya terdapat hitam putih berbentuk segitiga, dada, perut bawah, kaki dan ekor

berwarna putih tanduk kecil pendek menjurus ke depan ukuran tubuh yang besar,

mempunyai sifat jinak mudah beradaptasi dengan lingkungan baru tetapi tidak

tahan panas.

2. Pengadaan Bahan Pakan dan Penyusunan Konsentrat

Rendahnya produksi susu disebabkan oleh beberapa faktor penentu dalam usaha

peternakan yaitu pemuliaan dan reproduksi, penyediaan dan pemberian pakan,

pemeliharaan ternak, penyediaan sarana dan prasarna, serta pencegahan penyakit

dan pengobatan. Menurut Prof Hartutik, manajemen pakan memiliki proporsi

sebesar 70 % dalam produktivitas susu dan sisanya adalah breeding dan

manajemen kandang. Dalam rangka meningkatkan efisiensi manajemen

pemeliharaan ternak khususnya pemberian pakan, perlu dilakukan strategi

pemberian pakan yang meliputi penyediaan bahan pakan, penyusunan ransum,

serta penyajian pakan. Penyediaan bahan pakan sapi perah harus

mempertimbangkan faktor palatabilitas, nilai nutrisi, ketersediaan dan tidak

bersaing dengan kebutuhan manusia, serta harga terjangkau.

Sapi perah hendaknya diberi dua kelompok pakan yaitu pakan hijauan dan

konsentrat.
14

a. Hijauan

Pakan hijauan merupakan pakan utama ruminansia karena melalui fermentasi

didalam rumen oleh mikroba, serta dapat menyediakan energi untuk

memenuhi kebutuhan hidup pokok. Menurut Misa, D. (2015) Keberhasilan

suatu peternakan tidak pernah lepas dari efisiensi kualitas dan kuantitas

pakan. Hijauan pakan ternak atau biasa disebut Hijauan Makanan Ternak

(HMT) merupakan bahan pakan yang sangat penting bagi ternak terutama

ternak ruminansia seperti sapi, kerbau, kambing dan domba. Hijauan pakan

ternak menjadi bahan pakan yang sangat disukai oleh ternak ruminansia.

Peningkatan produktivitas baik kualitas dan kuantitas hijauan selalu dituntut

ketersediaan yang terus-menerus.Namun, hijauan mempunyai faktor

pembatas berupa kandungan serat kasar yang tinggi, mengandung selulosa

dan hemiselulosa sehingga sulit untuk dicerna dalam rumen. Menurut Tillman

dkk.(1991), bahan pakan kasar merupakan pakan utama bagi ternak

ruminansia termasuk sapi perah. Pada dasarnya bahan pakan kasar

mengandung serat kasar yang tinggi.

Sumber hijauan yang digunakan di Koperasi Peternakan Sarono Makmur

berasal dari lahan yang dimiliki oleh masing-masing anggota kelompok yang

berlokasi didekat kandang dari setiap kelompok ternak. Luas lahan yang

berada dikandang srunen sekitar 9000m2 yang ditanami rumput gajah dan

rumput kolonjono. Hijauan pakan ternak yang digunakan antara lain rumput

gajah (pennisetum purpureum) dan rumput kolonjono. Rumput gajah


15

merupakan tanaman hijauan utama pakan ternak yang memegang peranan

yang amat penting, karena hijauan mengandung hampir semua zat yang

diperlukan hewan (Mihrani,2008). Sedangkan Rumput kolonjono merupakan

rumput tumbuh paling baik pada tanah yng basah serta tahan terhadap

genangan air, namun tumbuhnya terhambat pada musim kemarau. Rumput

kolonjono dipergunakan menjdai rumput potongan bagi atau bisa juga

dikatakan untuk makanan ternak, hay ataupun disenggut ternak serta

penggembalaan Perlu di lakukan secara rotasi, lantaran tak taham

penggembalaan berat. Rumput bisa dipotong tiap 6-8 minggu

(Reksohadiprojo, 1985).

Hasil análisis proksimat dari rumput gajah dan rumput kolonjono terdapat

pada Tabel 1.

Tabel 1. Kualitas hijauan di Koperasi Peternakan Sarono Makmur

Nilai Kandungan berdasarkan Bahan Kering (%)


Sampel BET
BK PK LK SK
N
20,2 6,26, 2,06 32,6 49,9
Rumput Gajah1
9 0 6
Rumput 8,59 1,31 43,4 12,8 33,8
Kolonjono2 1 0 0
1 2
Sumber : Fathul,F.,et al (2013), Lubis,D.A (1992)

Pada Tabel 1 tertera kandungan nutrisi dari rumput gajah dan rumput

kolonjono. Berdasarkan data hasil análisis tersebut kandungan nutrisi hijauan

yang diberikan untuk sapi perah di Koperasi Peternakan Sarono Makmur

mulai dari nilai nutrisi yang rendah sampai yang tinggi. Rumput gajah

kandungan nutrisinya lebih tinggi dibandingkan rumput kolonjono, dilihat


16

dari kandungan protein kasar rumput gajah lebih tinggi dibandingkan rumput

kolonjono. Rumput gajah dapat diklasifikasikan kedalam kelompok hijauan

berkualitas baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Lubis (1992) bahwa

hijauan pakan ternak dan rumput-rumputan yang mempunyai kandungan

protein dan mineral yang tinggi mempunyai sifat-sifat yang baik dan dapat

digunakan sebagai bahan pakan.

b. Konsentrat

Sedangkan pakan konsentrat adalah campuran bahan pakan yang kaya energi,

karbohidrat, lemak dan protein serta mempunyai serat kasar kurang dari 18 %

, yang berguna untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas susu sapi perah

laktasi. Menurut Siregar (1994), konsentrat dalam ransum sapi perah hanya

sebagai tambahan dan hijauan masih tetap merupakan porsi terbesar.

Penyusunan ransum untuk sapi perah haruslah seimbang dalam arti ransum

yang diberikan harus sesuai dengan jumlah dan proporsi semua kebutuhan

nutrisi sapi perah dalam keadaan layak 24 jam. Strategi yang dapat dilakukan

adalah memperhatikan tingkat degradasi pakan di dalam rumen, pemberian

pakan hijauan dan konsentrat secara bersamaan, dan menghindari

penggilingan pakan hijauan yang terlalu halus serta frekuensi pemberian

pakan yang sering.

Penyusunan konsentrat di Koperasi Peternakan Sarono Makmur terdiri dari

bahan-bahan seperti yang terurai berikut ini:

1. Pollard;

2. Bungkil Kedelai;
17

3. DDGS Wheat;

4. CGF (Corn Gluten Feed);

5. Bungkil Kopra;

6. Bungkil Cokelat;

7. Jagung Halus;

8. Bekatul;

9. Molases;

10. Gaplek;

11. Calcit

12. Garam, dan

13. DCP (Dicalcium Phosphate).

Pada bulan Juli Peternakan Koperasi Sarono Makmur membuat formulasi

ransum sebagai berikut:

Tabel 2. Formulasi Ransum Koperasi Sarono Makmur

Nama Pakan Pemberian (Kg)

Pollard 50

Bungkil Kedelai 75

CGF (Corn Gluten 100

Feed)

Bungkil Kopra 275

Jagung Halus 50

Bekatul 270

Bungkil Cokelat 50
18

Calcit 15

Garam 20

DDGS Wheat 80

Molases 15

Jumlah 1000

Sumber : Koperasi Peternakan Sarono Makmur

Konsentrat yang diberikan untuk sapi perah fase laktasi di Koperasi

Peternakan Sarono Makmur berupa konsentrat buatan pabrik yang dimiliki

Koperasi Peternakan Sarono Makmur sendiri dengan merk dagang Hadi.

Bahan pakan penyusun konsentrat didatangkan dari luar daerah dikarenakan

kurangnya lahan di Koperasi Peternakan Sarono Makmur. Kandungan nutrisi

ransum yang diproduksi oleh Koperasi Peternakan Sarono Makmur terdapat

pada Tabel 3.

Pakan konsentrat Koperasi Peternakan Sarono Makmur memiliki kandungan

nutrisi yaitu:

Tabel 3. Kandungan Nutrisi Pakan Konsentrat Koperasi Peternakan Sarono

Makmur

Kandungan Nutrisi Persentase (%)

Protein Kasar 16

Total Digestible Nutrient 70

Kadar Air 14

Abu Max 10
19

Ca 0,8—1

P 0,6—0,8

Sumber : Koperasi Peternakan Sarono Makmur

Formulasi ransum yang digunakan di Koperasi Peternakan Sarono Makmur

terkadang berubah-ubah menyesuaikan dengan pasokan bahan pakan yang

didapat. Hal ini mengakibatkan berubahnya produksi susu sapi pada setiap

perubahan formulasi ransum yang digunakan. Apabila produksi susu

menurun maka membutuhkan waktu lebih lama untuk meningkatkan

produksinya kembali normal, karena sapi cenderung mengalami diare dalam

konsumsi pakan yang biasa dikonsumsi berubah-ubah. Oleh sebab itu perlu

penyesuaian pakan kembali apabila ketersediaan bahan pakan penyusun

ransum tidak memungkinkan.

3. Pemberian Pakan

Pakan sapi perah menjadi faktor utama yang dapat mempengaruhi produksi dan

kualitas susu, serta bisa mempengaruhi kesehatan sapi, baik kesehatan tubuhnya

maupun kesehatan reproduksinya. Menurut Darmono (1999), pakan ternak untuk

sapi perah merupakan faktor yang penting untuk meningkatkan produksinya.

Pakan yang baik adalah pakan yang mengandung protein, karbohidrat, lemak,

vitamin dan mineral. Protein adalah unsur utama yang berguna bagi organ tubuh

dan pertumbuhan, sedangkan karbohidrat berguna sebagai sumber energi yang

digunakan untuk proses metabolisme.


20

Secara umum, pakan sapi perah adalah hijauan dan konsentrat sebagai pakan

penguat. Meskipun demikian, pemberian pakan harus sesuai dengan bobot badan

sapi, kadar lemak susu, dan produksi susunya terutama bagi sapi yang telah

berproduksi. Herlambang (2014) menyatakan bahwa untuk memenuhi kebutuhan

pokok dan produksi, pakan yang diberikan kepada sapi perah yaitu hijauan ± 10%

dari bobot badan, konsentrat 1 - 2% dan total BK 2 - 4% dari bobot badan.

Pemberian konsentrat sebaiknya 50% dari jumlah produksi susu yang dihasilkan,

karena konsentrat memiliki pengaruh terhadap produksi susu dan kadar berat

jenis susu, sedangkan kadar lemak susu dipengaruhi oleh kualitas hijauan yang

diberikan (Sudono dkk., 2003).

a. Pemberian Pakan Pada Pedet

1. Pemberian Kolostrum

Pakan pedet umur satu sampai tujuh hari adalah kolostrum, setelah umur

dua minggu pedet dapat mulai dikenalkan dengan rumput dan makanan

penguat (Anggorodi, 1990). Kolostrum adalah susu yang dihasilkan sapi

setelah melahirkan sekitar 5-6 hari. Kolostrum sangat penting untuk pedet

karena kolostrum banyak mengandung zat pelindung atau antibody yang

dapat meningkatkan ketahanan tubuh pedet dari penyakit. Pemberian

kolostrum seawal mungkin sangat penting hal ini dinyatakan oleh Blakely

dan Bade (1994), bahwa sewaktu lahir pedet tidak memiliki kekebalan

terhadap penyakit. Oleh karena itu, agar pedet memperoleh kekebalan

terhadap penyakit, maka 30 sampai 60 menit setelah lahir perlu diberi

minum kolostrum.
21

Kolostrum disekresi oleh glandula mamary segera sebelum dan setelah

persalinan. Kolostrum yang sebenarnya disekresi hanya saat perahan

pertama, setelah 1,5 jam sampai dua hari kemudian dinamakan susu transisi

yang berasal dari induknya atau induk yang lain dengan catatan air susu

berada pada kondisi sehat. Kolostrum mengandung dua kali atau lebih

bahan kering dan total bahan padat, dua sampai tiga kali lebih banyak

mineral dan lima kali lebih banyak protein dari susu pada umumnya.

Kolostrum juga mengandung berbagai hormon dan pemicu pertumbuhan

yang penting bagi pertumbuhan dan perkembangan saluran pencernaan.

Kolostrum memeiliki kandungan laktosa lebih rendah sehingga mengurangi

terjadinya gangguan diare. Peternak yang tergabung di KPSM segera setelah

pedet lahir, indukan dimandikan lalu diperah kolostrumnya untuk segera

mungkin diberikan kepada pedet pada 18 jam usia pertama, hal ini bertujuan

untuk memberikan antibody kepada pedet yang baru lahir.

2. Pemberian Air Susu

Selama 1-2 minggu sejak lahir, pedet mengkonsumsi air susu sebagai

makanannya. Pedet secara umum mengkonsumsi air susu dua kali sehari

dari dot atau ember. Susu segar dapat digunakan sebagai pakan bagi pedet

dengan dosis 10 % dari bobot lahir pedet. Pemberian air susu yang kurang

akan menyebabkan pertumbuhan pedet terganggu karena kekurangan zat

makanan. Sementara itu, kelebihan konsumsi dapat mengakibatkan

gangguan pencernaan dan diare. Pemberian susu pada pedet di KPSM

dilakukan dua kali sehari yaitu pada 06.00 WIB dan 17.00 WIB. Sesuai

dengan pernyataan Aksi Agraris (1995) bahwa jumlah susu yang diberikan
22

pada pedet sebanyak 2-4 liter perhari. Setelah 1,5 bulan pemberian susu

sedikit demi sedikit dikurangi karena pedet harus dilatih dengan diberikan

makanan tambahan lainnya seperti konsentrat dan hijauan.

3. Pemberian Hijauan

Pedet-pedet yang berada di Koperasi Peternakan Sarono Makmur (KPSM)

diberi pakan hijauan ± 2 minggu dan pakan hijauan di potong terlebih

dahulu. Hal ini sesuai dengan pernyataan Reksohadiprodjo (1988) yang

menyatakan bahwa pedet dapat mulai dikenalkan hijauan pada umur 2

minggu, sedangkan konsentrat pada umur 3 minggu. Hijauan yang

diberikan pada pedet-pedet ini di potong terlebih dahulu, hijauan yang

diberikan kepada pedet untuk membuat pedet terbiasa dalam mengonsumsi

hijauan dengan jumlah yang banyak setelah disapih. Selain itu pemberian

pakan hijauan pada pedet berguna untuk menstimulasi pertumbuhan

mikroorganisme rumen terutama mikroorganisme pencerna serat kasar yang

dibutuhkan ternak saat dewasa serta untuk merangsang papila rumen.

Siregar (1994) menjelaskan bahwa cara pemberian pakan bisa juga

dikatakan untuk ternak ruminansia sebaiknya disesuaikan dengan

kebutuhan nutrisi ternak. Pemberian hijauan sebaiknya dipotong sekitar 3-5

cm lantaran pemotongan hijauan yang lebih pendek bisa menaikkan luas

permukaan menjadikan meningkatkan penetrasi enzim terhadap substrat

serta pada akhirnya bisa menaikkan kecernaan bagi ternak. Dalam

pemberiannya perlu diperhatikan hijauan yang telah di sebutkan disukai

ternak serta tidak memiliki kandungan racun ataupun toxin yang dapat

membahayakan perkembangan ternak yang mengkonsumsinya. Akan tetapi


23

hijauan di daerah tropis memiliki kualitas yang kurang baik untuk

memenuhi kebutuhan gizi ternak sehingga butuh tambahan dengan

pemberian pakan konsentrat.

4. Pemberian Konsentrat

Pemberian konsentrat untuk pedet di KPSM sebanyak 4 kg/hari/ekor.

Pemberian konsentrat tersebut sesuai dengan pernyataan Kumar ( 2001),

pertumbuhan pedet optimal sehingga menghasilkan bakalan yang produktif

diberikan konsentrat (16% protein) sebanyak 4 kg/ekor/hari dapat

menghasilkan pertambahan bobot badan 0,68 – 0,76 kg/ekor/hari.

Pakan yang diberikan pada pedet di KPSM yaitu pakan hijauan dan calf

starter. Calf starter merupakan bahan pakan yang diberikan pada saat pedet

masih dalam periode menyusu. Calf starter merupakan konsentrat untuk

awal pertumbuhan yang padat gizi, rendah serat kasar dan bertekstur

lembut. Pemberian calf starter pada pedet diharapkan dapat sesegera

mungkin, sehingga cepat diganti pakan padat. Fungsi calf starter dapat

dikategorikan untuk mempercepat proses penyapihan. Calf starter

mempunyai karakteristik yang salah satunya adalah kandungan protein

tinggi. Kualitas calf starter yang baik yaitu mengandung Protein Kasar

(PK) 18-20%,lemak 3%, Total Digestible Nutrient (TDN) 80%, Calcium

(Ca) 0,6% dan Phospor (P) 0,4% hal ini dinyatakan oleh Siregar (1992).

Pemberian calf starter dapat dimulai sejak pedet umur 2 dan 3 minggu (fase

pengenalan). Pemberian calf starter pada pedet di Koperasi Peternakan

Sarono Makmur adalah 0,8-1 kg/ekor/hari untuk pedet berumur 1-2 bulan,
24

sedangkan untuk pedet yang berumur 3-4 bulan sebanyak 4 kg/ekor/hari.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Siregar (1992) yang menyatakan bahwa

pemberian calf starter ditujukan untuk membiasakan pedet dapat

mengkonsumsi pakan padat dan dapat mempercepat proses penyapihan

hingga usia 4 minggu. Penyapihan (penghentian pemberian air susu) dapat

dilakukan apabila pedet telah mampu mengkonsumsi konsetrat calf starter

0.5 kg atau 0.7 kg/ekor/hari atau pada bobot pedet 60 kg atau sekitar umur 1

sampai 2 bulan.

Pedet yang belum disapih di Koperasi Peternakan Sarono Makmur (KPSM)

diberi susu yang diperah dari induk sendiri dimana susu di hitung terlebih

dahulu oleh peternak sebanyak 6 liter/ ekor/ hari, Susu diberikan dua kali

dalam satu hari pada pagi hari pada pukul 06.00 WIB dan sore hari pukul

17.00 WIB. Cara pemberian susu pada pedet di Koperasi Peternakan Sarono

Makmur menggunakan botol dot susu berukuran sedang yang dapat

menampung 3 liter susu.

5. Pemberian Air Minum

Pemberian air sangat diperlukan dan selalu ada untuk menjamin

perkembangan pedet. Menurut Tillman, dkk (1997), pedet yang tidak diberi

minum akan menurunkan 31 % konsumsi konsentrat dan menurunkan bobot

badan sampai 38 % dibandingkan dengan pedet yang diberi cukup air.

Konsumsi air yang masuk ke dalam rumen akan merangsang pertumbuhan

rumen. Pedet-pedet milik Koperasi Peternakan Sarono Makmur di beri air

minum secara add libitum.


25

b. Pemberian Pakan pada Sapi Perah Dara

Heifer (sapi dara) adalah sapi perah betina yang merupakan calon induk sudah

dewasa kelamin sampai beranak pertama kali. Heifers yang terlalu gemuk

menyimpan lemak di ambingnya, dimana nantinya akan menghambat

pembentukan sel-sel yang mensekresi susu. Jika heifers terlalu gemuk,

mungkin akan terjadi akumulasi lemak pada saluran reproduksi mereka

sehingga bisa mengakibatkan berkurangnya fertilitas dan dapat mrnimbulkan

distochia. Heifers yang lebih tua dan terlalu gemuk akan lebih mudah

mengalami gangguan metabolisme seperti sapi laktasi pada saat calving.

Heifers yang terlalu kurus juga akan mengalami penurunan fertilitas serta

dikhawatirkan akan menimbukan masalah kesehatan yang lain dibandingkan

dengan heifers yang bobot badannya berukuran ideal dan tumbuh secara baik.

Mulai umur 3 bulan pedet sudah dapat dikategorikan sebagai sapi perah dara

dan sudah dapat dikeluarkan dari kandang untuk melakukan gerakan badan di

tempat yang terlindung. Sapi dara yang tidak diberi kesempatan melakukan

gerak badan akan mengalami pertumbuhan yang terhambat dan kelemahan

pada badan akan mengalami pertumbuhan yang terhambat dan kelemahan pada

badan dan bagian kakinya mengingat hewan ini sejak kecil selau terkurung

bahkan terikat di dalam kandang pedet. Setelah berumur 3 bulan sapi dara

sebaiknya ditempatkan di dalam kandang kelompok yang berjumlah antara 3-4

ekor, dengan jenis kelamin, umur dan berat badan yang seragam (Soetarno,

2003).
26

1. Pemberian Hijauan

Peternak anggota KPSM memberikan hijauan pada sapi dara setelah

pemberian konsentrat. Dengan frekuensi pemberian 3 kali sehari dengan

jumlah 40-60 kg/ekor/hari yaitu pada pukul 16.00 WIB, 21.00 WIB, dan

03.00 WIB. Hijauan yang biasa diberikan oleh peternak antara lain yaitu,

rumput gajah (Pennisetum Purpureum) dan ramban. Hijauan yang akan

diberikan untuk ternak dipotong-potong menjadi ukuran kecil terlebih

dahulu menggunakan alat yaitu coper rumput, hijauan yang di potong-

potong biasanya tidak terbuang karena sapi tidak akan memilih makanan

yang sudah tercampur antara yang tua dan yang muda. Sapi biasanya lebih

memilih hijauan dengan daun yang masih muda dan juga segar, sehingga

daun dan batang yang sudah tua terbuang tidak dimakan. Ternak yang diberi

hijauan tanpa dipotong terlebih dahulu maka kandungan lignosellulosanya

masih utuh, sehingga membutuhkan energi yang banyak untuk

mencernanya. Menurut Anggorodi (1990), keuntungan hijauan yang

diberikan dengan dipotong yaitu akan meningkatkan konsumsi, karena luas

permukaan partikel semakin besar sehingga mikroba rumen lebih mudah

mencerna hijauan tersebut.

2. Pemberian Konsentrat

Konsentrat yang digunakan peternak anggota KPSM untuk sapi dara adalah

bahan formulasi yang berasal dari produksi unit pabrik pakan ternak yang

berlokasi di Kiyaran. Di KPSM konsentrat untuk sapi dara diberikan 3 kali

sehari pada pukul 13.00 WIB, 20.00 WIB, dan 02.00 WIB sebanyak 4

kg/ekor/hari.
27

Untuk sapi dara lepas sapih (umur 3 bulan-6 bulan), pemberian pakan starter

(calf starter) mulai digantikan dengan formula pakan konsentrat dengan

komposisi pakan protein kasar lebih dari 16 % dan TDN lebih dari 70%.

Sapi dara berumur 6 bulan keatas sudah mampu mencerna bahan makanan

yang serat kasarnya tinggi karena daya cernanya sudah sempurna.

Pemberian konsentrat diberikan kepada ternak sebelum pemberian hijauan,

karena menurut Anggorodi (1990) dengan pemberian konsentrat terlebih

dahulu dapat memacu perkembangan mikroba rumen sebelum mikroba

tersebut dapat mencerna serat kasar. Sedangkan Tillman (1989),

menyatakan bahwa selang waktu pemberian konsentrat dan hijauan adalah

dua jam. Selain itu, pakan yang diberikan kepada ternak sesuai dengan

kebutuhan nutrisinya dalam keadaan fresh feed yaitu pakan keadaan segar

dan memiliki aroma yang harum. Hal tersebut untuk meningkatkan

palatabilitas makan ternak, mencukupi kebutuhan pokok dan kebutuhan

produksi dapat segera tersedia kembali.

3. Pemberian Air Minum

Wattiaux (2003) menjelaskan bahwa pemberian air bersih yang segar harus

tersedia secepat mungkin pada saat pakan diberikan, konsumsi dari bahan

kering ditingkatkan oleh konsumsi air yang diberikan. Pemberian air minum

untuk sapi dewasa disediakan dump tank system di dalam kandang,

dilengkapi dengan pelampung sistem yang berfungsi menjaga air dalam

dump tank agar selalu dalam keadaan penuh. Pemberian air minum di

KPSM dilakukan secara add libitum.


28

c. Pemberian Pakan Sapi Perah Laktasi

Masa laktasi adalah masa sapi sedang berproduksi. Sapi mulai memproduksi

susu setelah beranak. Kira-kira setengah jam setelah sapi itu melahirkan,

produksi susu sudah keluar. Saat itulah disebut masa laktasi dimulai. Masa

laktasi dimulai sejak sapi itu berproduksi sampai sapi tersebut dikeringkan

(memasuki masa kering ). Dengan demikian, masa laktasi berlangsung selama

10 bulan atau kurang lebih 305 hari, setelah dikurangi hari-hari untuk

memproduksi colostrum. Dengan demikian masa laktasi berlangsung 309 hari

ini diawali dengan produksi colostrum 4 – 5 hari, sehingga produksi susu biasa

berlangsung 309 hari – 4 = 305 hari. Akan tetapi produksi seekor sapi pada

umumnya diawali dengan volume yang relatif rendah, kemudian sedikit demi

sedikit meningkat naik sampai bulan kedua, dan mencapai puncaknya pada

bulan ketiga. Selanjutnya, setelah melewati bulan ketiga produksi mulai

menurun sampai masa kesring. Menurunnya produksiair susu dalam masa

laktasi ini diikuti dengan peningkatan kadar lemak di dalam air susu.

Sapi perah pada awal laktasi kebutuhan energinya tinggi untuk menunjang

produksi susu yang mulai naik. Kebutuhan energi yang tinggi untuk menunjang

produksi susunya tidak dapat terpenuhi dari konsumsi pakanya , karena

intakepakan sapi yang baru melahirkan masih rendah , sehingga sapi akan

memobilisasi cadangan energi tubuhnya . Terjadinya mobilisasi cadangan

energi tubuh karena konsumsi pakan tidak dapat menunjang kebutuhan untuk

produksi susu . Akibat mobilisasi cadangan energi tubuh , maka berat badan

sapi pada awal laktasi cenderung turun . Permasalahan yang sering timbul
29

adalah pemberian nutrisi yang tidak seimbang dengan kebutuhannya sehingga

akan mempengaruhi produksi susu dan kualitas susu yang di hasilkan . Strategi

pemberian pakan yang dapat dilakukan untuk sapi pada kondisi ini adalah

pemberian hijauan kualitas baik, pemberian konsentrat ditingkatkan secara

bertahap 0,5 - 1 kg / hari tetapi tidak lebih dari 65 % BK, karena kandungan

SK > 15 % untuk memelihara kondisi rumen yang normal, gunakan bahan

pakan dalam konsentrat yang kandungan energinya tinggi, dan kurangi situasi

strees.

1. Pemberian Hijauan

Pemberian rumput segar secara kasar dilapangan berpatokan 10 % dari

bobot hidup. Kualitas rumput atau hijauan akan mempengaruhi kualitas susu

yang dihasilkan, terutama kadar lemaknya. Hijauan yang diberikan di

KPSM adalah sekitar 50 kg/ekor/hari atau 10 % dari bobot tubuh dan

frekuensi pemberian tiga kali yaitu pada pukul 16.00 WIB, 21.00 WIB, dan

03.00 WIB.

2. Pemberian Konsentrat

Pakan konsentrat merupakan komposisi pakan yang dilengkapi kebutuhan

nutrisi utama, mengandung protein lebih dari 20% dan serat kasar kurang

dari 18%, energi tinggi berperan sebagai penutup kekurangan zat makanan

didalam pakan keseluruhannya. Konsentrat berfungsi sebagai suplai energi

tambahan dan protein, lebih lanjut dijelaskan bahwa protein ransun

bervariasi langsung dengan kandungan protein hijauannya, dimana

campuran konsentrat dari bahan pakan protein dan energi kandungannya

berfariasi antara 12% dan 18% PK.


30

Sutardi (1981) menjelaskan bahwa Konsentrat lebih berpengaruh terhadap

kadar berat jenis susu dan produksi, sehingga semakin tinggi nilai gizi

konsentrat, berat jenis susu akan tinggi dan susu yang dihasilkan akan

berkualitas. Nutrien di dalam tubuh digunakan untuk memenuhi kebutuhan

hidup pokok, pertumbuhan, produksi susu dan untuk perkembangan fetus

(Mortenson dan Joergenson, 1974). Kondisi tubuh dan produksi susu yang

optimum dapat dipertahankan dengan pemberian pakan yang sesuai dengan

kebutuhan. Kebutuhan sapi perah akan nutrien tergantung pada bobot sapi

dan tingkat produksi susunya (Sutardi, 1981).

Konsentrat yang diberikan di KPSM adalah sekitar 1-2 % dari bobot tubuh

atau 5-10 kg/ekor/hari dan frekuensi pemberian tiga kali sehari sebelum

pemerahan yaitu pada pukul 14.00 WIB, 20.00 WIB, dan 02.00 WIB.

3. Pemberian Air Minum

Tubuh ternak terdiri dari 70-80% air, oleh karena itu air merupakan bahan

utama yang tidak dapat diabaikan. Apabila ternak sapi mengalami

kekurangan air sampai 20% di dalam tubuhnya, maka akan menimbulkan

kematian. Di dalam tubuh ternak air memiliki banyak fungsi: diantaranya

mengatur suhu tubuh, membantu proses pencernaan, mengangkut zat-zat

pakan dan mengeluarkan bahan-bahan yang tidak berguna. Kebutuhan air

pada ternak sapi dapat terpenuhi melalui tiga sumber: yaitu air minum, air

yang terkandung di dalam pakan dan air yang berasal dari proses

metabolisme zat pakan dalam tubuh. Sebagai pedoman, sapi membutuhkan

air 3-6 liter per 1 kg pakan kering. Dengan demikian untuk menjaga agar
31

kebutuhan air dalam tubuh ternak tetap terpenuhi sepanjang waktu, maka air

diberikan secara ad-libitum.

Wattiaux (2003) menjelaskan bahwa pemberian air bersih yang segar harus

tersedia secepat mungkin pada saat pakan diberikan, konsumsi dari bahan

kering ditingkatkan oleh konsumsi air yang diberikan. Pemberian air minum

untuk sapi dewasa disediakan dump tank system di dalam kandang,

dilengkapi dengan pelampung sistem yang berfungsi menjaga air dalam

dump tank agar selalu dalam keadaan penuh. Pemberian air minum di

KPSM dilakukan secara add libitum. Air minum diberikan secara otomatis

yaitu air yang mengurang dari tempat minum akan mengisi kembali secara

otomatis sehingga tidak diperlukan dilakukannya pengisian air minum.

Anda mungkin juga menyukai