Anda di halaman 1dari 10

Laporan Praktikum Ke : 13 Hari/tanggal : Kamis/3 Juni 2021

Pengantar Ilmu Nutrisi Tempat : Online


Asisten : Lestya Juli Andini (D24170045)

MAKALAH DAYA SUKA PADA RUMINANSIA

KONSUMSI PAKAN SAPI BALI


YANG DIBERIKAN PAKAN DAUN KELOR (Moringa oleifera)

Disusun oleh :

Andi Bau Mawar B04190004


Anisya Saeila Putri B04190010
Imas Rezki Amanah Are B04190039

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pakan adalah salah satu faktor yang sangat penting karena dengan pemberian
nutrisi yang bagus dan strategi manajemen yang baik dapat meningkatkan
produktivitas sapi Bali (Heryanto et al. 2016 dalam Imran et al. 2012). Pemberian
pakan untuk sapi potong terbagi menjadi dua, yaitu pakan hijauan dan pakan
konsentrat (Erlangga 2013). Rendahnya nilai gizi dan fluktuasi produksi hijauan
pakan sepanjang tahun menjadi masalah penyediaan pakan di Indonesia sampai
saat ini (Sutrisno 2009). Ketersediaan pakan pada musim hujan sangat melimpah.
Namun, pakan menjadi sulit didapatkan ketika memasuki musim kemarau. Faktor
lain yang mempengaruhi sumber hijauan yakni terjadinya pergeseran pola iklim
atau anomali cuaca (Ukanwoko et al. 2012).
Salah satu cara untuk mengatasi hal ini yaitu dengan memanfaatkan potensi
tanaman tropis yang mengandung nutrisi tinggi seperti tanaman kelor. Kelor
adalah jenis tanaman perdu yang mampu hidup di berbagai jenis tanah, tidak
memerlukan perawatan intensif, tahan terhadap musim kemarau, dan mudah
dikembangbiakkan (Simbolan et al. 2007). Selain itu, kelor memiliki kandungan
nutrisi yang tinggi sekitar 26-43% dari bahan kering, memiliki asam amino yang
lengkap yaitu vitamin A, C, B1, dan B kompleks serta mineral seperti Fe, Ca, Mg,
Se, dan Zn (Makkar et al. 1996). Ketersediaan protein dalam pakan juga sangat
penting karena protein merupakan komponen utama organ tubuh, enzim, zat
pengangkut hormon, dan sebagainya (Kearl 1982; Bondi 1987).
Palatabilitas menjadi faktor yang sangat penting untuk menentukan tingkat
konsumsi ransum yang nantinya akan mempengaruhi produktivitas ternak (Imran
et al. 2012). Beberapa peneliti mengatakan bahwa produksi susu sapi perah
meningkat apabila diberi pakan daun kelor segar sebanyak 8 sampai 12 kg
dibandingkan yang hanya diberi pakan rumput saja (Sanchez et al. 2005). Manfaat
daun kelor terbukti dapat meningkatkan pertambahan bobot badan dan produksi
susu walaupun daun kelor yang dimasukkan ke dalam ransum ternak secara
tunggal ataupun dicampur dengan molases (Soetanto 2011). Pemanfaatan daun
kelor sebagai pakan ternak di Indonesia masih sangat kurang dikarenakan
kebanyakan masyarakat menggunakan daun kelor sebagai sayuran dan belum
banyak mengetahui tentang ilmu tersebut (Panjaitan 2010). Hal ini menyebabkan
perlunya dilakukan penelitian terkait bagaimana konsumsi pakan sapi Bali yang
diberikan daun kelor.

1.2. Tujuan
Tujuan dari penulisan paper ini adalah untuk mengetahui pengaruh konsumsi
pakan sapi Bali yang diberikan pakan daun kelor (Moringa oleifera).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pakan
Pakan merupakan aspek yang penting dalam peternakan karena 70%
dari total biaya produksi adalah untuk pakan. Pakan merupakan sumber
energi utama untuk pertumbuhan, pembangkit tenaga, reproduksi dan
produksi bagi ternak (Marhamah et al. 2019). Menurut Unandi et al.(2007),
Pakan merupakan bahan baku yang telah dicampur menjadi satu dengan
nutrisi yang sesuai sehingga dapat dikonsumsi dan dapat dicerna oleh ternak
yang penting untuk perawatan tubuh, pertumbuhan dan reproduksi. Upaya
untuk mencukupi kebutuhan gizi dan memacu pertumbuhan, dapat dilakukan
dengan cara memberi pakan tambahan konsentrat. Pakan harus mengandung
semua nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh ternak, namun tetap dalam jumlah
yang seimbang, beberapa nutrien yang dibutuhkan oleh ternak antara lain
karbohidrat, lemak, protein, vitamin, air serta mineral. Pakan berkualitas baik
jika mampu memberikan seluruh kebutuhan nutrisi secara tepat, baik, jenis
jumlah serta imbangan nutrisi bagi ternak sehingga proses metabolisme yang
terjadi didalam tubuh ternak akan berlangsung secara sempurna.

2.2. Hijauan
Hijauan merupakan salah satu pakan utama bagi ternak ruminansia.
Hijauan merupakan salah satu penentu keberhasilan peternakan ruminansia,
sehingga perluperhatian khusus terhadap ketersediaan dan kualitas hijauan di
suatu wilayah (Ramdani et al. 2017). Hijauan pakan ternak adalah semua
bentuk bahan pakan berasal dari tanaman atau rumput termasuk leguminosa
baik yang belum dipotong maupun yang dipotong dari lahan dalam keadaan
segar yang berasal dari pemanenan bagian vegetatif tanaman yang berupa
bagian hijauan yang meliputi daun, batang, kemungkinan juga sedikit
bercampur bagian generatif, utamanya sebagai sumber makanan ternak
ruminansia. bahan pakan ternak yang diperoleh dari rumput termasuk legum
yang harus tersedia secara berkelanjutan baik kualitas dan kuantitas.
Ketersediaan hijauan bervariasi tergantung pada lokasi, cuaca, musim,
kualitas tanah dan sebagainya (Nurlaha et al. 2014).

2.3. Konsentrat
Konsentrat merupakan pakan dengan kandungan serat kasar relatif
rendah dan mudah untuk dicerna. Konsentrat berfungsi untuk dapat
meningkatkan dan memperkaya nilai nutrisi dalam bahan pakan lain yang
nilai nutrisinya rendah. Konsentrat adalah pakan yang dapat berfungsi sebagai
sumber protein atau sumber energi serta dapat juga mengandung zat pakan
pelengkap (feed supplement) atau pakan imbuhan (feed additive) konsentrat
berfungsi untuk mencukupi kebutuhan protein, karbohidrat, lemak dan
mineral yang tidak dapat dipenuhi oleh hijauan. Kandungan serat dalam
konsentrat yaitu kurang dari 18% dan kandungan TDN lebih dari 60%
(Retnani et al. 2015).
2.4. Daun Kelor
Daun kelor adalah tanaman perdu yang dapat hidup pada keadaan
kekeringan maupun hujan tahunan dengan intensitas 250-3.000 mm. Daun
kelor dapat tumbuh dengan tinggi sekitar 10 meter, berbatang lunak dan
rapuh, daun kecil majemuk berbentuk bulat telur. Daun kelor memiliki bunga
bewarna putih yang berbunga sepanjang tahun, buah bersisi segitiga dengan
panjang sekitar 30 cm dan dapat tumbuh di dataran rendah hingga ketinggian
700 m di atas permukaan laut (Fuglie et al. 2005). Daun kelor memiliki
kandungan protein yang tinggi sehingga dapat berpotensi sebagai pakan
tambahan pada ternak ruminansia maupun ternak kecil seperti domba dan
kambing (Afa dan Popalayah 2017).

2.5. Palatabilitas
Palatabilitas adalah tingkat kesukaan pada makanan tertentu yang
akan dimakan oleh ternak dengan respon yang diberikan baik ruminansia
maupun mamalia (Church dan Pond 1988).
BAB III
MATERI DAN METODE PENELITIAN

3.1. Materi Penelitian


Alat yang digunakan dalam penelitian ini ialah drum, ember, gerobak,
timbangan analitik Iconix FX-1, 2 timbangan manual, mesin copper, parang,
sekop, kandang jepit, dan tali pengikat. Bahan yang digunakan ialah 10 ekor tenak
sapi jali jantan berumur 1 – 2 tahun dengan berat badan rata-rata 150 kg. Pakan
yang digunakan berupa hijauan, daun kelor, dan konsentrat.

3.2. Metode Penelitian


Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan pola 2 x
5, yaitu 2 perlakuan dengan masing-masing 5 ulangan.
 P1 : pakan konsentrat dan hijauan segar lainnya dan perlakuan
 P2 : pakan konsentrat, hijauan segar lainnya + 250 gram daun kelor.
Pakan dan air minum diberikan 2 kali per hari, yaitu pada pagi hari dan sore hari.
Pakan hijauan dan air minum diberikan secara adlibitum, sedangkan pakan
konsentrat diberikan sebanyak 3 kg/ekor/hari di pagi hari dan 3 kg/ekor/hari di
sore hari sehingga total pakan yang diberikan 6 kg/ekor/hari.
Parameter penelitian yang diukur ialah konsumsi pakan dalam satuan
kilogram.
Konsumsi pakan (kg) = Jumlah pakan yang diberikan (kg) – Jumlah pakan sisa (kg)

3.3. Analisis Data


Data yang diperoleh dianalisis statistik menggunakan uji t-2 sampel bebas.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Rata-rata konsumsi pakan sapi bali (kg/ek/hr)


selama periode penelitian pada kedua perlakuan

12.9
12.44
13
12.16
12.89
12.85
12.9
12.93
12.81
11.77
12.89
12.5

11 11.5 12 12.5 13 13.5

Perlakuan P2 Perlakuan P1

Grafik 1. Rata-rata konsumsi pakan sapi bali (kg/ek/hr) selama periode penelitian pada kedua
perlakuan

4.2. Pembahasan
Berdasarkan hasil rata-rata konsumsi pakan sapi bali yang digambarkan
pada grafik 1, menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi pakan sapi pada P2 (pakan
konsentrat, hijauan segar lainnya + daun kelor) lebih tinggi 0,46 kg/ekor/hari dari
pada sapi P1 (pakan konsentrat dan hijauan segar lainnya). Hasil analisis data
menggunakan Uji t-2 Sampel Bebas (independent sample T Test) menunjukkan,
bahwa rata-rata konsumsi pakan pada ternak sapi P1 (pakan konsentrat dan
hijauan segar lainnya) dan ternak sapi P2 (pakan konsentrat, hijauan segar lainnya
+ daun kelor) adalah tidak berbeda nyata, dengan nilai (P > 0,05). Hal ini dapat
diartikan, pemberian pakan P1 (pakan konsentrat dan hijauan segar lainnya) dan
P2 (pakan konsentrat, hijauan segar lainnya + daun kelor) tidak berpengaruh nyata
terhadap jumlah konsumsi pakan pada sapi Bali, tetapi secara statistik
menunjukkan pengaruh cenderung signifikan, artinya adanya perbedaan jumlah
konsumsi pakan antara P1 (pakan konsentrat + hijauan segar lainnya) dan P2
(pakan konsentrat, hijauan segar lainnya + daun kelor).
Perbedaan jumlah konsumsi pakan ini, diduga dipengaruhi palatabilitas
dari pakan yang diberikan. Palatabilitas pakan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi jumlah konsumsi pakan dan kemampuan ternak untuk
mengkonsumsi bahan kering yang terkandung dalam pakan berkaitan dengan
kapasitas fisik lambung serta kondisi saluran pencernaan, sehingga tinggi
rendahnya konsumsi pakan pada ternak ruminansia sangat dipengaruhi oleh faktor
lingkungan, kondisi ternak serta faktor pakan. Rata-rata konsumsi sapi Bali pada
P2 yaitu pemberian pakan daun kelor (Moringa oleifera) lebih tinggi
dibandingkan sapi Bali P1 diduga, karena adanya kandungan nutrisi pakan
perlakuan yang berbeda. Ternak ruminansia dalam merespon pakan yang
diberikan dapat berbeda-beda, karena kemampuan ternak dalam mengkonsumsi
ransum dipengaruhi oleh iklim, suhu, kesimbangan zat-zat makanan, kualitas
ransum, bangsa ternak, kecepatan pertumbuhan, bobot badan, tingkat produksi
serta bentuk dan sifat ransum. Olehnya itu, konsumsi pakan sapi Bali yang
diberikan daun kelor lebih tinggi, karena palatabilitas daun kelor yang disenangi
oleh ternak.
Konsumsi rata-rata bahan kering pakan pada P1 adalah 4,73 kg dan P2
adalah 4,83 kg, sehingga konsumsi pakan pada P2 adalah sebanyak 3,22% dari
berat badan awal rata-rata ternak. Daun kelor dengan kandungan nutrisi yang
dimiliki serta palatabilitasnya yang disenangi sapi Bali, sehingga daun kelor yang
diberikan sebanyak 250 gr/ekor. Pemberian daun kelor sebagai pakan suplemen
pada ternak sapi meningkatkan total konsumsi pakan dan meningkatkan
pertambahan berat badan harian dibandingkan dengan sapi yang hanya
mengkonsumsi rumput, sehingga daun kelor mempunyai potensi untuk bisa
dipakai sebagai bahan suplemen pakan pada ternak ruminansia.
BAB V
PENUTUP

5.1. Simpulan
Rata-rata konsumsi pakan P2 yang ditambahkan dengan daun kelor
lebih tinggi daripada P1 yang tidak ditambahkan daun kelor. Hal ini akibat
patabilitas daun kelor yang disenangi ternak. Namun pemberian daun kelor
250 gram/ekor/hari pada sapi Bali tidak berpengaruh nyata (p>0,05) terhadap
konsumsi pakan, tetapi berpengaruh signifikan sehingga berpotensi menjadi
pakan sapi Bali.
DAFTAR PUSTAKA

Afa M, Popalayah. 2017. Efek pemberian daun kelor (Moringa Olifera Lam)
terhadap pertambahan bobot badan kambing bligon (Effect Of Moringa
Leaves On The Body Weigth Bligon Does). Jurnal Ilmu dan Teknologi
Peternakan. 5(3): 117-121.
Syam J, Nur M, Tolleng A L, Aisyah S. 2018. Konsumsi Pakan Sapi Bali yang
diberikan Pakan Daun Kelor (Moringa oleifera). In Prosiding Seminar
Nasional Biologi. 4(1) : 8-14.
Bondi A A. 1987. Animal Nutrition, A Wiley Inter Science Publication.
Chichester. New York. Brisbane. Singapore.
Church D C, Pond W G. 1988. Basic Animal Nutrition and Feeding. 3nd Ed. John
Wiley and Son, New York.
Erlangga E. 2013. Meningkatkan Bobot Sapi Potong dengan Pakan Racikan
Sendiri. Pamulang (ID): Pustaka Argo Mandiri.
Foidl N, Makkar H, Becker K. 2001. In The Miracle Tree: The Multiple Uses of
Moringa (Ed, J, F). Wageningen, Netherlands. pp. 45-76.
Heryanto K, Maaruf S S, Malalantang, Waani M R. 2016. Pengaruh pemberian
rumput raja (Pennisetum purpupoides) dan tebon jagung terhadap performans
sapi peranakan ongole (Po) betina. Jurnal Zootek. 36(1): 123-130.
Imran, Budhi S P S, Ngadiyono N, Dahlanuddin. 2012. Pertumbuhan sapi bali
lepas sapih yang diberi rumput lapang dan disuplementasi daun turi (Sesbania
grandiflora). Agrinimal J Ilmu Ternak dan Tanaman. 2(2): 55-60.
Kearl L C. 1982. Nutrition Requirement of Ruminants In Developing Countries.
International Feedstuffs Institute. Utas Agricultural Experiment Station.
Makkar H P S. Bekker K. 1996. Nutritional Value And Antinutritional
Components of Whole and Ethanol Extracted Moringa Oleifera Leaves.
Anim. Feed Sci. and Tech. 63 : 211-228.
Marhamah S U, Akbarillah T, Hidayat. 2019. Kualitas nutrisi pakan konsentrat
fermentasi berbasis bahan limbah ampas tahu dan ampas kelapa dengan
komposisi yang berbeda serta tingkat akseptabilitas pada ternak kambing.
Jurnal Sains Peternakan Indonesia. 14(2) : 145-153.
Nurlaha, Setiana A, Asminaya N S. 2014. Identifikasi jenis hijauan makanan
ternak di lahan persawahan Desa Babakan Kecamatan Dramaga Kabupaten
Bogor. Jurnal Jitro. 1 (1) : 54-62.
Panjaitan T. 2010. Inovasi Pengembangan Kelor (Moringa oleifera) sebagai
Pakan Ternak Mendukung Swasembada Daging Sapi.
http://ntb.litbang.deptan.go.id/. Diakses pada tanggal 9 Mei 2021.
Ramdani D, Abdullah L, Kumalasari NR.2017. Analisis potensi hijauan lokal
pada sistem integrasi sawit dengan ternak ruminansia di Kecamatan Mandau
Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau. Buletin Makanan Ternak. 104 (1): 1-8.
Retnani Y, Permana I G, Purba L C. 2014. Physical characteristic and palatability
of biscuit bio-supplement of dairy goat. Pakistan Journal of Biological
Science. 17 (5) : 725-729.
Sanchez N R. 2006. Moringa oleifera and Cratylia argentea: potential fodder
species for ruminants in nicarugua [thesis]. Swedia : Swedish University of
Agricultural Science.
Simbolan J M M, Simbolan N, Katharina. 2007. Cegah Malnutrisi dengan Kelor.
Yogyakarta (ID): Kanisius.
Soetanto H E, Marhaeniyanto, Chuzaemi S. 2011. Penerapan Teknologi Suplementasi
Berbasis Daun Kelor dan Molases pada Peternakan Kambing Rakyat. Fakultas
Peternakan, Universitas Brawiaya, PS. Produksi Tenak, Fakultas Pertanian,
Universitas Tribhuwana Tunggadewi. Malang.
Sutrisno C I. 2009. Pemanfaatan sumber daya pakan lokal terbarui. Seminar
Nasional Kebangkitan Peternakan. Program Magister Ilmu Ternak Program
Pascasarjana Universitas Diponegoro, Semarang.
Ukanwoko A I, Igwe N C. 2012. Proximate composition of some grass and legune
silages prepared in a humid tropical environment. International Research
Journal of Agricultural Science and Soil Science. 2: 068.
Unandi A, Gultom R Y, Sukasih E. 2007. Rekayasa teknologi mesin pengepres
pakan blok. Jurnal Enjiniring Pertanian. 5 (1) : 35-44.

Anda mungkin juga menyukai