Energi yang terkandung dalam bahan makanan atau ransum unggas, tidak seluruhnya
dapat dimanfaatkan dalam tubuh unggas. Ada energi yang terbuang melalui urine dan feses
(eskreta) unggas. Besarnya energi yang dapat dimanfaatkan dalam tubuh unggas diukur
dalam bentuk energi metabolis, karena feses dan urine keluar pada tempat yang sama.
Metode pengukuran energi metabolis pada unggas, dapat dilakukan dengan metode Sibbald
dan Wolynetz (1985) secara force feeding (pencekokan) atau dengan metode Farrel (1974)
termodifikasi (tanpa pencekokan). Pengukuran dilakukan dengan memberikan bahan pakan
atau ransum kepada unggas (dalam jumlah yang diketahui), kemudian menampung ekskreta
yang dikeluarkan oleh unggas (ditimbang berat ekskreta yang dihasilkan) dalam jangka
waktu tertentu (24 jam). Bahan pakan atau ransum yang diberikan serta ekskreta yang
dihasilkan, dianalisis kandungan energi bruto dan protein kasar agar dapat dihitung
kandungan energi metabolis. Terdapat 4 bentuk energi metabolis, yaitu energi metabolis
semu (EMS), energi metabolis semu terkoreksi N (EMSn), energi metabolis murni (EMM)
dan energi metabolis murni terkoreksi N (EMMn) dengan rumus sebagai berikut:
Kemudian ekskreta dikumpulkan, dikeringkan dan ditimbang diperoleh jumlah ekskreta dan
dianalisis kadar air, protein kasar dan energi bruto seperti dibawah ini:
Kelompok ayam yang tidak diberi bahan uji digunakan untuk mengoreksi N dan energi
endogenus. Ekskreta dikumpulkan, dikeringkan, ditimbang dan dianalisis menghasilkan data
sebagai berikut :
Hitung EMS, EMM, EMSn, EMMn dari ransum ayam dan tepung pupa ulat sutera
Kegiatan 2. Perhitungan energi metabolis tepung pupa ulat sutera (as fed)
Tugas: Cari, unduh dan baca ke-4 tulisan tersebut, lalu jawab pertanyaan berikut ini:
1) Secara umum, bagaimana prosedur pengukuran energi metabolis dan kecernaan
nutrien pada unggas dilakukan? Tuliskan secara singkat!
2) Berapa kisaran nilai energi metabolis dan kecernaan nutrien yang diperoleh pada
masing-masing penelitian tersebut?
3) Apa kesimpulan dari masing-masing penelitian tersebut?
Jawaban ke-3 pertanyaan tersebut, ditulis dalam bentuk TABEL!
Jawaban:
1)
Jurnal Penelitian Prosedur Pengukuran EM dan Kecernaan Nutrien pada Unggas
1 Pengukuran EM :
Ayam broiler dipuasakan selama 24 jam, kemudian masing-masing
kelompok ayam diberi perlakuan. Ransum diberikan secara force
feeding dalam bentuk pasta yang dimasukkan lewat esofagus
dengan menggunakan alat suntik (spuit).
(K x Nr) (Je x Ne)
(EBr x K)−(Je x Ebe)−( − )
100 100
EMn (kkal/kg) = 𝑥 8,22
K
Ket :
EMn = Energi metabolis ransum yang dikoreksi oleh nitrogen yang
diretensi (kkal/kg).
Ebr = Energi bruto ransum (kkal/kg)
Ebe = Energi bruto ekskreta (kkal/kg)
K = Banyaknya ransum yang dikonsumsi (kg)
Je = Jumlah ekskreta (kg)
Nr = Nitrogen ransum (%)
Ne = Nitrogen ekskreta (%)
8,22 = Konstanta nilai energi dari nitrogen yang diretensi.
Pengukuran Kecernaan:
Ayam broiler ditempatkan ke dalam kandang individu, kemudian
dipuasakan selama 24 jam dengan maksud untuk menghilangkan
sisa ransum sebelumnya dari alat pencernaan. Pemberian ransum
secara force-feeding, dilakukan dalam bentuk pasta yang
dimasukkan ke dalam oesophagus ayam sebanyak 100 gram per
ekor. Air minum diberikan adlibitum. Guna mendapatkan sampel
feses yaitu menggunakan teknik pemotongan pada ayam percobaan,
dan mengambil sampel feses dari usus besar. Percobaan kecernaan
menggunakan indikator internal (lignin) sebagai pembanding.
Setelah ayam dipuasakan, dengan alat suntik (spuit yang
dimodifikasi) ransum perlakuan dimasukkan ke dalam oesophagus
sebanyak 100 gram per ekor. Setelah 12 jam, ayam disembelih dan
usus besarnya dikeluarkan untuk mendapatkan sampel feses.
Sampel feses kemudian dikeringkan dan seterusnya dianalisis
kandungan bahan kering, bahan organik dan protein kasar,
sedangkan indikatornya (lignin ransum dan feses) dianalisis dengan
metode Van Soest (1979).
Guna menghitung nilai kecernaan ransum, yaitu dengan
menggunakan rumus Ranjhan (1980) yang dimodifikasi oleh Abun
dkk. (2003):
Ket :
RN : Retensi Nitrogen (%)
Nf : Nitrogen Pakan (%)
Ne : Nitrogen Ekskreta (%)
Fi : Pakan yang dikonsumsi (g)
E : Jumlah ekskreta (g)
(F𝑖 x GE𝑓)−(E x GE𝑒)−(NR x K)
AMEn =
F𝑖
Ket :
AMEn : Energi metabolis semu yang dikoreksi dengan retensi
nitrogen (Kkal/kg)
Fi : Banyaknya pakan yang dikonsumsi (g)
E : Jumlah Ekskreta (g)
GEf : Energi Bruto pakan (Kkal/kg)
GEe: Energi Bruto ekskreta (Kkal/kg)
NR : Retensi Nitrogen (g) NR= (Fi x Nf) – (E x Ne)
K : Konstanta koreksi untuk nilai energi nitrogen yang diretensi
(8.73 Kkal/kg untuk setiap gram nitrogen)
4 This research used 360 male day-old chicks (Lohman strain,
Japfacomfeed, Indonesia). They were raised in the cages each with
the size of 1.5 x 1.5 m. The experiment was arranged in a 3 x 3
factorial design with 4 replications (10 birds each) in each
treatment. The dietary treatments were 3 levels of zinc (Zn)
supplementation i.e., 0 ppm (A1), 40 ppm (A2), and 80 ppm (A3)
and 3 levels of vitamin E (VE) supplementation i.e., 0 ppm (B1),
125 ppm (B2), and 250 ppm (B3). The diets and drinking water
were provided ad-libitum. The feeding trial was conducted for 35 d.
A comercial ration (BR 511, CP 21%-23%, PT. Charoend
Pokphand Indonesia) was used for starter periode (1-21 d) and the
finisher diets (treatments diets) consisted of a mixture of maize
(60.97%), soybean meal (26 %), fish meal (7%), coconut oil (4%),
CaCO3 (1.08%), NaCl (0.35%), premix (0.50%), and DL-
Methionine (0.1%). Feed requirement of broiler was defined
according to Leeson & Summers (2008) containing the
metabolizable energy of 3100 kcal/kg and 20% of crude protein.
2)
Jurnal Nilai EM dan Kecernaan Nutrien
Penelitian
1 Tabel 2. Rataan Nilai Energi Metabolis dan Kecernaan Ransum
Mengandung imbuhan pakan pada Masing- masing Perlakuan.
Perlakuan Variabel
Kecernaan Kecernaan AME AMEn
protein lemak (%) (Kkal/Kg) (Kkal/Kg)
(%)
P0 64,77 + 1,31 a 70,45 + 1,31 2.924,29 + 26,13 2.903,79 +
25,97
P1 70,37 + 2,46 b 73,15 + 1,68 2.989,39 + 26,68 2.966,98 +
26,77
P2 65,65 + 3,10 a 71,08 + 8,91 2.972,26 + 56,64 2.950,91 +
55,70
P3 67,28 + 2,13 ab 71,19 + 1,61 2.973,98 + 39,33 2.952,21 +
38,82
P4 67,85 + 1,76 ab 71,34 + 2,80 2.979,19 + 41,86 2.957,36 +
41,31
P5 67,96 + 0,70 ab 71,41 + 3,47 2.979,56 + 25,18 2.957,40 +
25,13
Keterangan : Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama
menunjukkan perbedaanyang nyata (P < 0,05)
Parameter Perlakuan
R0 R1 R2
Konsumsi Protein 44,80 43,19 42,80
(g)
RN (g) 3,51a 2,80a 2,32b
a b
RN (%) 71,02 54,59 41,71c
AMEn (Kkal/kg) 3141,57a 2504,07b 2117,00c
(79,09%) (59,31%) (48.65%)
Keterangan : - Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan
adanya perbedaan yang nyata (P<0.05)
- RN = retensi nitrogen; AMEn = energy metabolis terkoreksi nitrogen
3)
Jurnal Penelitian Kesimpulan
1 Ekstrak cair limbah udang hasil pengolahan bioproses oleh Bacillus
licheniformis dan Aspergillus niger dapat dijadikan imbuhan pakan
dalam formulasi ransum ayam broiler. Penggunaan imbuhan pakan pada
tingkat 5% dalam ransum menghasilkan nilai energi metabolis dan
kecernaan yang optimal (setara dengan ransum komersial). Nilai energi
metabolis, kecernaan bahan kering, protein, dan bahan organik ransum,
berturut-turut sebesar 2.973 kkal/kg; 75,07 %; 74,34%; dan 74,99 %.
Ekstrak cair dari bioproses limbah udang dapat dijadikan imbuhan pakan,
dengan cara penambahan Sodium Hidro Sulfat (NaHSO4) serta tapioka
(sebagai binder), dan penggunaannya dalam ransum disarankan sebanyak
5 %.
2 Penambahan kombinasi tepung jahe merah, kunyit dan meniran 16 g/kg
dalam pakan meningkatkan pencernaan protein namun tidak dapat
meningkatkan pencernaan lemak, energi metabolis semu dan energi
metabolis semu terkoreksi nitrogen.
3 Dilihat dari nilai retensi nitrogen dan persentase energi yang termetabolis
maka dapat disimpulkan bahwa limbah sawi putih dapat digunakan
sampai 10% dalam ransum broiler.
4 Supplementation of 80 ppm of Zn increased calcium content compared to
control, but did not affect final weight and ether-extract digestibility.
Supplementation of vitamin E at a dose of 125 ppm could increase
calcium content of the tibia compared to control.