Anda di halaman 1dari 9

Tugas Praktikum Ke : 7 Hari/Tanggal : Kamis, 29 Maret 2021

Pengantar Ilmu Nutrisi Tempat Praktikum : Online

Asisten : Lestya Juli Andini (D24170045)

KECERNAAN PADA UNGGAS


Imas Rezki Amanah Are
B04190039

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2021
PRAKTIKUM
KECERNAAN NUTRIEN PADA UNGGAS

Energi yang terkandung dalam bahan makanan atau ransum unggas, tidak seluruhnya
dapat dimanfaatkan dalam tubuh unggas. Ada energi yang terbuang melalui urine dan feses
(eskreta) unggas. Besarnya energi yang dapat dimanfaatkan dalam tubuh unggas diukur
dalam bentuk energi metabolis, karena feses dan urine keluar pada tempat yang sama.
Metode pengukuran energi metabolis pada unggas, dapat dilakukan dengan metode Sibbald
dan Wolynetz (1985) secara force feeding (pencekokan) atau dengan metode Farrel (1974)
termodifikasi (tanpa pencekokan). Pengukuran dilakukan dengan memberikan bahan pakan
atau ransum kepada unggas (dalam jumlah yang diketahui), kemudian menampung ekskreta
yang dikeluarkan oleh unggas (ditimbang berat ekskreta yang dihasilkan) dalam jangka
waktu tertentu (24 jam). Bahan pakan atau ransum yang diberikan serta ekskreta yang
dihasilkan, dianalisis kandungan energi bruto dan protein kasar agar dapat dihitung
kandungan energi metabolis. Terdapat 4 bentuk energi metabolis, yaitu energi metabolis
semu (EMS), energi metabolis semu terkoreksi N (EMSn), energi metabolis murni (EMM)
dan energi metabolis murni terkoreksi N (EMMn) dengan rumus sebagai berikut:

a. ENERGI METABOLIS SEMU (EMS/ME) (kkal/kg)

EMS = (EBp x X) - (EBek x Y) x 1000


X

b. ENERGI METABOLIS MURNI (EMM/TME) (kkal/kg)

EMM = (EBp x X) - [(Ebek x Y) – (Eben x Z)] x 1000


X

c. ENERGI METABOLIS SEMU Terkoreksi Nitrogen (EMSn/MEn) (kkal/kg)

EMSn = (Ebp x X) - [(Ebek x Y) + (8,22 x RN)] x 1000


X

d. ENERGI METABOLIS MURNI Terkoreksi Nitrogen (EMMn/TMEn) (kkal/kg)

EMMn = (Ebp x X) – [(Ebek x Y) – (Eben x Z)+(8,22 x RN)] x 1000


X

Keterangan : EBp = Energi Bruto Pakan (kkal/g)


EBek = Energi Bruto ekskreta (kkal/g)
Eben = Energi Bruto endogenous (kkal/g)
X = konsumsi pakan (g)
Y = berat ekskreta ayam yang diberi pakan uji (g)
Z = berat ekskreta ayam yang tidak diberi pakan uji/endogenous (g)
RN = Retensi Nitrogen = Konsumsi N – (Nekskreta-Nendogenous)
8,22 = nilai setara nitrogen = 0
SOAL: Dilakukan pengujian energi metabolis ransum ayam dan tepung pupa ulat sutera
menggunakan metode Farrel termodifikasi, dengan 2 ekor ayam per bahan.
Banyaknya bahan pakan yang dikonsumsi oleh tiap ekor ayam adalah sebanyak 50
gram. Berdasarkan hasil analisis, diperoleh kadar bahan kering, energi bruto dan
protein kasar dari kedua bahan tersebut adalah sebagai berikut :

Bahan Bahan Kering Energi Bruto Protein Kasar N bahan


(%) (kkal/kg) (%)
Ransum Ayam 90,07 4207 19,17 3,07
Tepung Pupa 94,21 6048 47,40 7,58
Ulat Sutera

Kemudian ekskreta dikumpulkan, dikeringkan dan ditimbang diperoleh jumlah ekskreta dan
dianalisis kadar air, protein kasar dan energi bruto seperti dibawah ini:

Bahan Ayam Berat BK Ekskreta EB ekskreta PK N ekskreta


Ekskreta (%) (kkal/kg) ekskreta
(g) (%)
Ransum 1 7,7 87,47 3563 27,28 4,36
Ayam 2 9,3 89,4 3499 34,6 5,53
Broiler
Tepung 1 1,53 91,99 3681 69,06 11,05
Pupa Ulat 2 3,11 97,97 4232 83,94 13,43
Sutera

Kelompok ayam yang tidak diberi bahan uji digunakan untuk mengoreksi N dan energi
endogenus. Ekskreta dikumpulkan, dikeringkan, ditimbang dan dianalisis menghasilkan data
sebagai berikut :

Endogenous Berat BK Ekskreta EB ekskreta PK ekskreta N ekskreta


Ekskreta (g) (%) (kkal/kg) (%) endogenous
1,13 90,71 4076 69,50 11,12

Hitung EMS, EMM, EMSn, EMMn dari ransum ayam dan tepung pupa ulat sutera

Kegiatan 1. Perhitungan energi metabolis ransum ayam (as fed)

Bahan Ayam Konsumsi Ekskresi Konsumsi Ekskresi Ekskresi N Retensi


Energi/KEa) Energi/EEb) N N endogenus Nc)
(g) (g) (g) (g) (g)
(g)
Ransum 1 210.350 27.435 50 4,36 11,12 56,76
Ayam 2 210.350 32.540 50 5,53 11,12 55,59
a)
KE=Ebp x X , b)EE= Ebek x Y, c)RN = konsumsi N - (Ekskresi N - N endogenus)
Ayam EMS/ME EMSn/MEn EMM/TME EMMn/TMEn
(kkal/kg) (kkal/kg) (kkal/kg) (kkal/kg)
1 3.658.300 3.648.968 3.750.417 3.741.086
2 3.556.200 3.547.061 3.648.317 3.639.178
Rataan 3.607.250 3.598.014 3.699.367 3.690.132

Kegiatan 2. Perhitungan energi metabolis tepung pupa ulat sutera (as fed)

Bahan Ayam Konsumsi Ekskresi Konsumsi Ekskresi Ekskresi N Retensi


Energi/KEa) Energi/EEb) N N endogenus Nc)
(g) (g) (g) (g) (g)
(g)
Tepung 1 302.400 5.631 50 11,05 11,12 50,07
pupa ulat
2 302.400 13.161 50 13,43 11,12 47,69
sutera
a)
KE=Ebp x X , b)EE= Ebek x Y, c)RN = konsumsi N - (Ekskresi N - N endogenus)

Ayam EMS/ME EMSn/MEn EMM/TME EMMn/TMEn


(kkal/kg) (kkal/kg) (kkal/kg) (kkal/kg)
1 5.935.380 5.927.148 6.027.497 6.019.266
2 5.784.780 5.776.939 5.876.897 5.869.057
Rataan 5.860.080 5.852.043 5.952.197 5.944.161
Simpulan yang diperoleh dari hasil perhitungan energi metabolis ransum ayam dan tepung
pupa ulat sutera adalah:
Energi metabolis dari ransum ayam lebih rendah daripada energi metabolis tepung pupa ulat
sutera.

Beberapa publikasi tentang energi metabolis pada unggas:


1. Abun, Deny Saefulhadjar, Kiki Haetami. 2012. Nilai Energi Metabolis dan Kecernaan
Ransum Mengandung Imbuhan Pakan Berbasis Ekstrak Limbah Udang pada Ayam
Broiler. JURNAL ILMU TERNAK. 12(1): 1-6
2. Wreda Lithus Matiin Sah Mario, Eko Widodo dan Osfar Sjofjan. 2014. Pengaruh
penambaahan kombinasi tepung jahe merah, kunyit dan meniran dalam pakan terhadap
kecernaan zat makanan dan energi metabolis ayam pedaging. Jurnal Ilmu-Ilmu
Peternakan. 24(1): 1-8.
3. Fransisca The, J. S. Mandey*, Y. H. S. Kowel , M. N. Regar. 2017. NILAI RETENSI
NITROGEN DAN ENERGI METABOLIS BROILER YANG DIBERI RANSUM
TEPUNG LIMBAH SAWI PUTIH (Brassica rapa L. subsp. pekinensis). Jurnal Zootek
(“Zootek” Journal). 37(1) : 41- 49
4. Rayani, TF, R Mutia, & Sumiati. 2017. Suplementation of Zinc and Vitamin E on
Apparent Digestibility of Nutrient, Carcass Traits, and Mineral Availability in Broiler
Chickens. Med Pet. 40(1): 20-27.

Tugas: Cari, unduh dan baca ke-4 tulisan tersebut, lalu jawab pertanyaan berikut ini:
1) Secara umum, bagaimana prosedur pengukuran energi metabolis dan kecernaan
nutrien pada unggas dilakukan? Tuliskan secara singkat!
2) Berapa kisaran nilai energi metabolis dan kecernaan nutrien yang diperoleh pada
masing-masing penelitian tersebut?
3) Apa kesimpulan dari masing-masing penelitian tersebut?
Jawaban ke-3 pertanyaan tersebut, ditulis dalam bentuk TABEL!
Jawaban:
1)
Jurnal Penelitian Prosedur Pengukuran EM dan Kecernaan Nutrien pada Unggas
1 Pengukuran EM :
Ayam broiler dipuasakan selama 24 jam, kemudian masing-masing
kelompok ayam diberi perlakuan. Ransum diberikan secara force
feeding dalam bentuk pasta yang dimasukkan lewat esofagus
dengan menggunakan alat suntik (spuit).
(K x Nr) (Je x Ne)
(EBr x K)−(Je x Ebe)−( − )
100 100
EMn (kkal/kg) = 𝑥 8,22
K
Ket :
EMn = Energi metabolis ransum yang dikoreksi oleh nitrogen yang
diretensi (kkal/kg).
Ebr = Energi bruto ransum (kkal/kg)
Ebe = Energi bruto ekskreta (kkal/kg)
K = Banyaknya ransum yang dikonsumsi (kg)
Je = Jumlah ekskreta (kg)
Nr = Nitrogen ransum (%)
Ne = Nitrogen ekskreta (%)
8,22 = Konstanta nilai energi dari nitrogen yang diretensi.

Jumlah ransum yang diberikan masing-masing sebanyak 100 gram


per ekor. Air minum diberikan secara ad libitum. Penampungan
ekskreta dilakukan setelah pemberian ransum, dan ekskreta yang
keluar disemprot dengan asam borat 5% setiap tiga jam,
dimaksudkan agar penguapan nitrogen dapat diatasi. Lamanya
penampungan ekskreta yaitu 24 jam. Ekskreta hasil penampungan
dibersihkan dari bulu dan kotoran lainnya, kemudian ditimbang dan
selanjutnya dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 45-
50 0C selama tiga hari. Ekskreta yang sudah kering dinanalisis
kandungan nitrogen dan energi brutonya.

Pengukuran Kecernaan:
Ayam broiler ditempatkan ke dalam kandang individu, kemudian
dipuasakan selama 24 jam dengan maksud untuk menghilangkan
sisa ransum sebelumnya dari alat pencernaan. Pemberian ransum
secara force-feeding, dilakukan dalam bentuk pasta yang
dimasukkan ke dalam oesophagus ayam sebanyak 100 gram per
ekor. Air minum diberikan adlibitum. Guna mendapatkan sampel
feses yaitu menggunakan teknik pemotongan pada ayam percobaan,
dan mengambil sampel feses dari usus besar. Percobaan kecernaan
menggunakan indikator internal (lignin) sebagai pembanding.
Setelah ayam dipuasakan, dengan alat suntik (spuit yang
dimodifikasi) ransum perlakuan dimasukkan ke dalam oesophagus
sebanyak 100 gram per ekor. Setelah 12 jam, ayam disembelih dan
usus besarnya dikeluarkan untuk mendapatkan sampel feses.
Sampel feses kemudian dikeringkan dan seterusnya dianalisis
kandungan bahan kering, bahan organik dan protein kasar,
sedangkan indikatornya (lignin ransum dan feses) dianalisis dengan
metode Van Soest (1979).
Guna menghitung nilai kecernaan ransum, yaitu dengan
menggunakan rumus Ranjhan (1980) yang dimodifikasi oleh Abun
dkk. (2003):

% lignin ransum % nutrien feses


Kecernaan = 100% - 100 ( x % nutrien ransum)
% lignin feses
2 Pengukuran kecernaan zat makanan diawali dengan masa adaptasi
selama 10 hari dengan pemberian pakan perlakuan. Metode
pengukuran kecernaan dilakukan dengan metode total koleksi
menurut Farrell (1978) yang disitasi oleh Widodo dan Sjofjan
(1995). Koleksi ekskreta didahului dengan pemuasaan selama 24
jam namun ayam tetap diberikan minum secara ad-libitum. Koleksi
ekskreta dilakukan selama 3 hari dan selama koleksi dilakukan
penyemprotan asam borat sebanyak 2 kali dalam sehari yang
berfungsi mengikat nitrogen, ekskreta yang terkumpul dibersihkan
dari rontokan bulu dan sisik. Selanjutnya dilakukan proses
pengeringan dengan sinar matahari selama 1-3 hari. kemudian
dilakukan pengeringan kembali menggunakan oven dengan suhu
600C selama 24 jam dan ditimbang, setelah itu ekskreta digiling
dan siap untuk dilakukan analisis kandungan bahan kering (BK),
gross energy (GE), protein kasar (PK) dan lemak kasar (LK).
3 Ayam dipuasakan selama 15 jam. Penelitian ini menggunakan 18
ekor broiler MB 202 umur 6 minggu dengan rataan berat badan ±
931 gram. Kandang yang digunakan adalah kandang metabolis
berukuran 20x30x30 cm, terdiri dari 18 unit kandang yang
dilengkapi dengan tempat makan dan minum. Perlengkapan lain
yang digunakan adalah timbangan digital Ohaus (untuk menimbang
ayam, ransum dan ekskreta), wadah penampung ekskreta, tabung
penyemprot, aluminium foil, pengaduk dan oven untuk
mengeringkan ekskreta.
Bahan kimia yang digunakan selama percobaan ini adalah asam
borat 5%. Bahan pakan penyusun ransum terdiri dari jagung kuning
(58%), dedak halus (5%), tepung ikan (15%), tepung kedele (11%),
bungkil kelapa (9%), minyak kelapa (1%) dan mineral mix (1%).
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)
menurut petunjuk Steel and Torrie (1995), yang terdiri dari 3
perlakuan dan 6 ulangan. Data yang diperoleh dianalisis, dan untuk
hasil yang berbeda dilanjutkan dengan uji lanjut Beda Nyata Jujur
(BNJ). Variabel yang diukur yaitu retensi nitrogen dan energi
metabolis menurut petunjuk Zarei (2006) dengan menggunakan
rumus :
(F𝑖 x N𝑓)−(E x N𝑒)
RN (%) = 𝑥 100%
(F𝑖 x N𝑓)

Ket :
RN : Retensi Nitrogen (%)
Nf : Nitrogen Pakan (%)
Ne : Nitrogen Ekskreta (%)
Fi : Pakan yang dikonsumsi (g)
E : Jumlah ekskreta (g)
(F𝑖 x GE𝑓)−(E x GE𝑒)−(NR x K)
AMEn =
F𝑖

Ket :
AMEn : Energi metabolis semu yang dikoreksi dengan retensi
nitrogen (Kkal/kg)
Fi : Banyaknya pakan yang dikonsumsi (g)
E : Jumlah Ekskreta (g)
GEf : Energi Bruto pakan (Kkal/kg)
GEe: Energi Bruto ekskreta (Kkal/kg)
NR : Retensi Nitrogen (g) NR= (Fi x Nf) – (E x Ne)
K : Konstanta koreksi untuk nilai energi nitrogen yang diretensi
(8.73 Kkal/kg untuk setiap gram nitrogen)
4 This research used 360 male day-old chicks (Lohman strain,
Japfacomfeed, Indonesia). They were raised in the cages each with
the size of 1.5 x 1.5 m. The experiment was arranged in a 3 x 3
factorial design with 4 replications (10 birds each) in each
treatment. The dietary treatments were 3 levels of zinc (Zn)
supplementation i.e., 0 ppm (A1), 40 ppm (A2), and 80 ppm (A3)
and 3 levels of vitamin E (VE) supplementation i.e., 0 ppm (B1),
125 ppm (B2), and 250 ppm (B3). The diets and drinking water
were provided ad-libitum. The feeding trial was conducted for 35 d.
A comercial ration (BR 511, CP 21%-23%, PT. Charoend
Pokphand Indonesia) was used for starter periode (1-21 d) and the
finisher diets (treatments diets) consisted of a mixture of maize
(60.97%), soybean meal (26 %), fish meal (7%), coconut oil (4%),
CaCO3 (1.08%), NaCl (0.35%), premix (0.50%), and DL-
Methionine (0.1%). Feed requirement of broiler was defined
according to Leeson & Summers (2008) containing the
metabolizable energy of 3100 kcal/kg and 20% of crude protein.

2)
Jurnal Nilai EM dan Kecernaan Nutrien
Penelitian
1 Tabel 2. Rataan Nilai Energi Metabolis dan Kecernaan Ransum
Mengandung imbuhan pakan pada Masing- masing Perlakuan.

Perlakuan EM Kecernaan Kecernaan Kecernaan


(kkal/kg) BK (%) Protein (%) BO (%)
R 0 (PK 20%, 2798C 69,41 C
68,03C 69,38C
EM 3200
kkal/kg; 0%
IP)
R1 (99% R 0 + 2817BC 69,72C 68,33C 69,66C
1% IP)
R 2 (98% R 0 + 2825BC 70,11BC 69,10C 70,50BC
2% IP)
R 3 (97% R 0 + 2827B 70,16BC 68,82C 70,07BC
3% IP)
R 4 (96% R 0 + 2846B 71,94B 70,79B 71,73B
4% IP)
R 5 (95% R 0 + 2973A 75,07A 74,34A 74,99A
5% IP)
R 6 (94% R 0 + 3005A 76,07A 75,28A 75,79A
6% IP)
R s (PK 22%, 3011A 76,10A 75,51A 75,91A
EM 3200
kkal/kg; 0%
IP)
Ket : PK = protein kasar; EM = energi metabolis; IP = imbuhan pakan
2 Tabel 3. Pengaruh perlakuan terhadap pencernaan protein, pencernaan
lemak, AMEdan AMEn ayam pedaging.

Perlakuan Variabel
Kecernaan Kecernaan AME AMEn
protein lemak (%) (Kkal/Kg) (Kkal/Kg)
(%)
P0 64,77 + 1,31 a 70,45 + 1,31 2.924,29 + 26,13 2.903,79 +
25,97
P1 70,37 + 2,46 b 73,15 + 1,68 2.989,39 + 26,68 2.966,98 +
26,77
P2 65,65 + 3,10 a 71,08 + 8,91 2.972,26 + 56,64 2.950,91 +
55,70
P3 67,28 + 2,13 ab 71,19 + 1,61 2.973,98 + 39,33 2.952,21 +
38,82
P4 67,85 + 1,76 ab 71,34 + 2,80 2.979,19 + 41,86 2.957,36 +
41,31
P5 67,96 + 0,70 ab 71,41 + 3,47 2.979,56 + 25,18 2.957,40 +
25,13
Keterangan : Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama
menunjukkan perbedaanyang nyata (P < 0,05)

3 Tabel 2. Rataan Nilai Retensi Nitrogen dan Energi Metabolis


Terkoreksi Nitrogen RansumMenggunakan Tepung Limbah Sawi

Parameter Perlakuan
R0 R1 R2
Konsumsi Protein 44,80 43,19 42,80
(g)
RN (g) 3,51a 2,80a 2,32b
a b
RN (%) 71,02 54,59 41,71c
AMEn (Kkal/kg) 3141,57a 2504,07b 2117,00c
(79,09%) (59,31%) (48.65%)
Keterangan : - Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan
adanya perbedaan yang nyata (P<0.05)
- RN = retensi nitrogen; AMEn = energy metabolis terkoreksi nitrogen

4 Tidak terdapat nilai energi metabolis dan kecernaan nutrien

3)
Jurnal Penelitian Kesimpulan
1 Ekstrak cair limbah udang hasil pengolahan bioproses oleh Bacillus
licheniformis dan Aspergillus niger dapat dijadikan imbuhan pakan
dalam formulasi ransum ayam broiler. Penggunaan imbuhan pakan pada
tingkat 5% dalam ransum menghasilkan nilai energi metabolis dan
kecernaan yang optimal (setara dengan ransum komersial). Nilai energi
metabolis, kecernaan bahan kering, protein, dan bahan organik ransum,
berturut-turut sebesar 2.973 kkal/kg; 75,07 %; 74,34%; dan 74,99 %.
Ekstrak cair dari bioproses limbah udang dapat dijadikan imbuhan pakan,
dengan cara penambahan Sodium Hidro Sulfat (NaHSO4) serta tapioka
(sebagai binder), dan penggunaannya dalam ransum disarankan sebanyak
5 %.
2 Penambahan kombinasi tepung jahe merah, kunyit dan meniran 16 g/kg
dalam pakan meningkatkan pencernaan protein namun tidak dapat
meningkatkan pencernaan lemak, energi metabolis semu dan energi
metabolis semu terkoreksi nitrogen.
3 Dilihat dari nilai retensi nitrogen dan persentase energi yang termetabolis
maka dapat disimpulkan bahwa limbah sawi putih dapat digunakan
sampai 10% dalam ransum broiler.
4 Supplementation of 80 ppm of Zn increased calcium content compared to
control, but did not affect final weight and ether-extract digestibility.
Supplementation of vitamin E at a dose of 125 ppm could increase
calcium content of the tibia compared to control.

Anda mungkin juga menyukai