Kelompok 2
Latar Belakang
Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah mengetaui mekanisme grinding dan mixing beserta
alat yang digunakan, serta pengaruhnya terhadap bahan pakan. Penggunaan grinder
bertujuan untuk menghaluskan bahan pakan, sedangkan mesin mixer digunakan
untuk menghomogenkan bahan pakan.
METODE
Hasil
Rumput gajah adalah hijauan yang sering digunakan sebagai pakan ternak.
Berikut ini adalah tabel hasil grinding dari rumput gajah.
Pembahasan
Mesin produksi pakan yang digunakan untuk mengolah bahan baku adalah
grinder dan mixer. Grinder adalah mesin giling yang digunakan untuk menggiling
atau menghaluskan bahan dari partikel yang besar menjadi partikel yang lebih kecil
yang biasanya digunakan dalam kegiatan prosesing selanjutnya. Penggilingan
bahan bertujuan untuk memperkecil ukuran partikel suatu bahan (reduced material)
dimaksudkan selain untuk mempermudah kegiatan prosesing juga untuk
memperoleh ukuran partikel bahan yang dikehendaki agar supaya ternak mudah
mengkonsumsi pakan, dan sebagai tujuan akhir adalah untuk meningkatkan
performan ternak. Bahan–bahan yang harus melewati proses grinding adalah
jagung, sorghum, kedelai, kacang tanah, dedak kasar, sumber protein hewani yang
kasar dan lain-lain. Proses grinding berkaitan dengan ukuran partikel bahan karena
ukuran partikel yang bisa dihasilkan sangat dipengaruhi oleh ukuran diameter
saringan yang digunakan dan kecepatan putaran pisau.
Teknologi penggilingan bahan baku pakan elama ini didapatkan dari mesin
yang bekerja dengan prinsip tumbukan (Hammer Mill) dan penggilingan dengan
proses gesekan dari dua pelat yang bergerigi (Buhr Mill) (Brennan et al 1990).
Teknologi jenis tumbukan merupakan salah satu metoda yang paling sering
digunakan, ada yang kapasitas besar (1-1,5 ton/jam) dan berkapasitas kecil (200–
300 kg/jam). Mesin ini efektif, pembuatannya mudah, walaupun begitu mesin ini
ada beberapa kelemahan yaitu hasil gilingan yang bervariasi lama sekali
didapatkan, saringan seringkali tersumbat, dan daya dibutuhkan untuk kapasitas
besar dengan muatan penuh (6-9 kw). Sedangkan teknologi penggilingan jenis Buhr
Mill, sistem penggilingannya dengan proses gesekan dari dua pelat yang bergerigi
yang berfungsi sebagai mata pisau, pelat ini berbentuk bidang vertikal. Pelat pisau
penggiling ini berputar melemparkan dan menghancurkan butiran-butiran jagung
melalui celah-celah mata pisau ke dinding pembentur. Keluarnya butiran-butiran
jagung pada sudusudu pisau penggiling, akibat adanya putaran yang cepat sehingga
menimbulkan gaya sentrifugal (Sortojo 1007).
Grinding sering di lakukan untuk mengubah ukuran dari partikel besar
menjadi partikel yang lebih kecil. Prinsip kerja pada proses grinding adalah operasi
pemecahan dan penghalusan. Pada proses grinding di gunakan mesin pemecah dan
penggiling yang di dalamnya terdapat operasi kompresi (tekanan), pukulan dan
gesekan. Selama operasi pemecahan dan penghalusan, partikel partikel di dalam
mula-mula ajan mengalami distorsi kemudian regangan (Odam 2018). Mesin
Grinder akan berkerja ketika motor diesel dihidupkan sehingga motor diesel
tersebut akan memutar poros yang ada pada motor yang juga akan memutar pulley
yang ada pada motor diesel dan poros pisau. Contohnya saat motor diesel bekerja
maka akan langsung ditransmisikan ke pulley poros pisau grinder yang dipasangkan
seporos dengan motor diesel. Dari pulley motor diesel, putaran akan langsung
ditransmisikan ke pulley poros pisau melalui perantara V-belt, kemudian pulley
poros pisau yang berhubungan dengan pulley motor diesel akan berputar sekaligus
memutar pisau penggiling. Setelah pisau gilingan berputar, maka pisau penggiling
akan meratakan dan menggiling hasil gilingan tersebut sehingga penggilingan
janggel jagung secara terus menerus akan mendapatkan hasil yang diinginkan
berbentuk seperti butiran kecil – kecil. Selanjutnya hasil penggilingan janggel
jagung akan secara otomatis jatuh dan keluar lewat hopper pengeluaran bawah
(output) (Hersetianto 2015).
Mesin grinder dibagi menjadi 2 bagian, yaitu mesin hammer mill dan roller
mill. Kedua mesin tersebut termasuk bagian dari mesin grinder. Dilihat dari hasil
penggilingan yang didapat hammer mill menghasilkan hasil gilingan yang lebih
halus dibandingkan roller mil. Menurut, Zukarnain et al. (2014) mesin hammer mill
berfungsi mengubah ukuran suatu bahan baku menjadi butiran-butiran yang sangat
halus (178, prosiding). Mesin hammer mill bekerja dengan prinsip tumbukan.
Tetapi, mesin hammer mill menghasilkan partikel yang tidak merata.
Jumlah palu pada mesin grinder memengaruhi produksi dan kadar
kehalusan produk. Jumlah palu swing optimum 15 palu dengan ketebalan 3 mm/100
mm lebar rotor (Friedrich 2009). Jarak antara ujung palu dan saringan bervariasi
1/8–3/8 inci dan jarak optimum untuk bijian adalah 0.31 inci (Friedrich 2009).
Semakin besar diameter lubang atau luas permukaan saringan (seluruh lubang
terbuka), maka kapasitas penggilingannya akan semakin besar (Pfost 1976). Kadar
kehalusan hasil penggilingan ditentukan oleh jenis saringan yang digunakan (kasar,
sedang atau halus), kadar kehalusan bahan yang digiling, kecepatan pergerakan
bahan, dan tipe hammermill (swing atau fixed) (Pfost 1976).
Berdasarkan data yang didapat saat pengamatan hammer mill di Industri
Pakan di Laboratorium Fakultas Peternakan IPB, jumlah palu yang terdapat pada
hammer mill yaitu sebanyak 4 palu, sedangkan jarak palu dengan saringan yaitu
sekitar 1 cm.
Menurut Kurniawan dan Kusnayat (2017), hammer mill terdiri dari palu
berayun yang dipasangkan pada rotor yang berputar yang dibawahnya terdapat
saringan yang mengendalikan ukuran partikel maksimum untuk keluar dari ruang
penggilingan. Mata hammer berjumlah 16 buah yang dibagi kedalam empat sisi,
dimana setiap sisinya terdapat 4 buah mata hammer, V-belt yang dipakai adalah
tipe B dengan perbandingan pulley 1:1 sehingga kecepatan putaran alat sama
dengan kecepatan yang ada dimesin. Motor penggerak memakai engine bensin
dengan kapasitas 4 HP (Zunaldi et al. 2016).
Berat rumput gajah sebelum digiling adalah 0.85 kg dan setelah melalui
proses penggilingan beratnya menjadi 0.65 kg. Bahan rumput gajah mengalami
kehilangan material sebanyak 23.53%. Kehilangan material dalam proses grinding
yang baik adalah 10-16% dari berat awalnya (Jayabalan 2019). Hal ini berarti pada
proses penggilingan rumput gajah mengalami kehilangan material yang banyak dan
termasuk buruk karena melebihi 16%.
Teknik mixing adalah proses pencampuran beberapa bahan baku pakan
yang bertujuan untuk memperoleh hasil adukan yang homogen (Wanasuria 1996).
Hasil pengadukan yang baik akan meningkatkan penampilan ternak mengingat
terdapat banyak bahan mikro yang memperhitungkan keamanan penggunaan obat
yang harus diterima ternak dalam jumah sedikit. Prinsip utama pencampuran adalah
prosesnya harus diselesaikan dengan waktu dan biaya minimum untuk
menghasilkan produk yang seragam (Fahrenholz 1994). Prinsip kerja pada mesin
mixer adalah menciptakan arus yang akan mencampur bahan-bahan secara
homogen. Proses pencampuran disebabkan oleh difusi small irregukar movement
dan konveksi longitudinal movement (Goh 2002).
Vertical mixer biasanya digunakan pada pabrik kecil atau pada peternakan
yang mencampur pakan sendiri (Wanasuria 1996 dalam Retnani 2013). Vertical
mixer merupakan double screws untuk pengaduk, sedangkan sebagian vertical
mixer mempunyai single crew. Pfost (1976) menjelaskan cara kerja vertical mixer
yaitu bahan dimasukkan melalui loading hopper dan diangkat sampai keluar tabung
menggunakan auger (auger). Paddles digerakan-gerakkan, sehingga bahan keluar
dari tabung dan tercampur. Bahan yang belum tercampur rata dimasukkan lagi
memalui tabung dengan gerakan berputar. Jika sudah homogen, bahan dikeluarkan
melalui lubang pengeluaran ke tempat penyimpanan. Horizontal Mixer banyak
digunakan pada pabrik pakan. Urutan pemasukan bahan dalam mixer adalah bahan
baku mayor, bahan baku minor, bahan aditif, dan cairan (Fahrenholz 1994).
Kualitas pencampuran pada mesin mixer yang baik harus mampu
mencampur bahan baku secara optimal dengan beragam ukuran material dari
tepung sampai butiran; serta beragam berat atau densitas mulai dari dedak sampai
tepung batu (Wanasuria 1996). Pfost (1976) mengungkapkan kualitas pencampuran
dipengaruhi oleh faktor-faktor, yaitu ukuran partikel, bentuk atau tekstur partikel,
berat spesifik (BJ), higroskopisitas partikel, kepekaan terhadap muatan
elektrostatik, dan daya rekat (seperti pada permukaan kasar atau yang ditimbulkan
akibat penambahan minyak). Secara umum mixer horisontal memiliki keunggulan
ransum yang diolah akan memiliki nilai homogenitas tinggi daripada ransum yang
diolah dengan mixer vertikal. Kekurangan dari mixer horisontal yakni memerlukan
motor penggerak yang lebih besar bilai dibandingkan dengan mixer vertikal dalam
kapasitas yang sama. Hal tersebut akan berdampak pada biaya operasional yang
lebih tinggi (Wahid et al. 2017).
SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA