Anda di halaman 1dari 4

Tugas Inpak

Nama : Muhammad Dimas Erlangga


NIM : D24180100

1. Cari Informasi Mengenai Rekomendasi Ukuran Partikel untuk Setiap Jenis Ternak atau Hewan
Peliharaan!

• Ukuran partikel pakan dapat didefinisikan sebagai diameter rata-rata masing-masing butiran atau
untuk menyatakan tingkat kehalusan penggilingan bahan pakan yang disebut dalam ukuran
kasar,medium, dan halus (Davis et al, 1951). Namun, istilah kasar medium dan halus ini dianggap
rumit untuk membandingkan antar data. Untuk mengatasi keterbatasan ini American Society of
Agricultural Engineers (ASAE) mengembangkan metode untuk menggambarkan ukuran artikel
secara lebih spesifik. Rataan ukuran partikel digambarkan dengan menggunakan istilah Geometric
Mean Diameter (GMD) dengan satuan millimeter (mm) atau micron (μm) sedangkan variasinya
dinyatakan dengan Geometric Standard Deviation (GSD) dimana semakin besar nilai GSD maka
semakin rendah keseragamannya. GMD dan GSD mendeskripsikan dengan akurat hanya jika
distribusi ukuran partikel dinyatakan sebagai data log, terdistribusi secara parametrik yaitu sebagai
Log normal (Lucas, 2004). Keseragaman ukuran partikel juga sangat penting diperhatikan karena
ukuran dan bentuk partikel pakan sangat menentukan performans ayam (Axe, 1995). Ukuran
partikel untuk untuk ayam broiler untuk setiap bahannya ditentukan oleh metode yang dirancang
oleh American Dairy Science Association (1970) antara lain jagung adalah 573, 865, 1.027 μm
untuk gandum 566, 1.110, 1.183 μm, dan untuk bungkil kedelai, masing-masing 490, 842, 880
μm.

• Ukuran partikel pakan ruminansia yang lebih kecil menghasilkan konsumsi bahan kering yang
lebih tinggi dibandingkan ukuran partikel pakan yang lebih besar (Saepudin, 2016). Penggilingan
hijauan akan menaikan nilai pakan bagi ruminansia karena penggilingan mempengaruhi keadaan
ligninselullosa dalam rumen seperti mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk menghancurkan
pakan menjadi ukuran yang lebih kecil untuk melewati rumen menuju alat penceraan berikutnya,
penggilingan menambah luas permukaan sehingga menaikan fermentasi dan menaikan tingkat
kepadatan pakan dan dapat menaikan konsumsi. Penggilingan rumput yang sudah tua dapat
menaikan konsumsi pakan bebas bahan kering sebesar 47% dan kecernaan bahan kering sebesar
27%. Pengurangan ukuran partikel pada hijauan pada umumnya menaikan performans ternak dan
dapat menaikan konsumsi pakan hijauan jika tidak maka pengaruh pada kecernaan gizi kecil
bahkan terutama terjadi penurunan terutama pada komponen dinding sel dan terjadi kenaikan
kompensasi kenaikan pada konsumsi pakan bebas. Jadi sangat dianjurkan untuk rekomendasi
pemberian hijauan pada ruminansia dilakukan pencacahan terlebih dahulu agar ternak lebih efektif
mengonsumsinya
.
2. Jelaskan Prinsip Kerja Alat Sieve Shaker!

• Sieve shaker adalah alat yang digunakan untuk memisahkan padatan dengan cairan dengan
menggunakan peralatan penyaringan berlapis serta adanya nilai mesh saringan yang berbeda-
beda. Peralatan ini memanfaatkan getaran dan tambahan air yang memudahkan bahan yang
hendak dipisahkan bisa lewat saringan. Getaran yang dihasilkan, selain untuk meratakan
permukaan bahan yang akan disaring juga berfungsi untuk mengarahkan bahan yang tidak
tersaring. Ukuran partikel dapat ditentukan dengan menggunakan metode screening, yaitu
melewatkan bahan melalui ayakan seri (sieve shaker) yang mempunyai ukuran lubang ayakan
semakin kecil. Operasi screening dilakukan dengan jalan melewatkan material pada suatu
permukaan yang banyak lubang atau openings dengan ukuran 325 mesh. Selanjutnya, akan
diperoleh fraksi padatan yang tertahan ayakan (oversize) dan fraksi padatan yang lolos ayakan
(undersize). Masing-masing padatan yang diperoleh ditimbang dan dijumlahkan, setiap ayakan
ukuran tertentu dihitung fraksi massa partikel yang lolos atau fraksi massa yang tertahan dan
diameter reratanya (Utami et al, 2017). Pengurangan ukuran partikel dilakukan dengan dua
langkah yaitu dengan membuka kulit dan pemaparan endosperm. Pemecahan biji terus dilakukan
berulang-ulang sehingga menambah jumlah patikel dan memperluas permukaan per satuan
volume sehingga memudahkan akses pada enzim pencernaan (Goodband et al, 2002).
Pengurangan ukuran partikel juga dapat memudahkan proses pencampuran (Koch, 1996).
Pengurangan partikel sangat membantu pencernaan unggas namun pemecahan yang terlalu halus
dapat menyulitkan unggas untuk mengkonsumsi pakan

3. Jelaskan Pengaruh Ukuran Partikel Mash dan Pellet Terhadap Performa Ternak Unggas!

• Ayam membedakan ukuran partikel dengan menggunakan mekanoreseptor yang terletak pada paruh
ayam (Gentle, 1979). Ayam lebih menyukai ukuran partikel yang lebih besar, hal ini teramati pada
semua umur ayam (Portella 1988) dan kesukaan partikel yang lebih besar lagi seiring dengan semakin
besar ayam (Nir et al, 1994), karena semakin besarnya ukuran paruh ayam (Amerah et al, 2007).
Setiana (2015) melaporkan bahwa ayam pedaging yang diberi diet pellet memiliki BW yang lebih
tinggi dan konversi pakan yang lebih baik daripada ayam yang diberi pakan mash, dan saat ini pelleting
telah menjadi proses yang umum, metode yang banyak digunakan oleh produsen pakan untuk
meningkatkan kinerja ternak. Dibandingkan dengan mash, pelet meningkatkan kinerja ayam dengan
mengurangi pemborosan pakan, mengurangi pemberian pakan selektif, menghancurkan patogen,
meningkatkan palatabilitas dan meningkatkan kecernaan nutrisi. Salah satu kelemahannya adalah
biaya pembuatan pelet sekitar 10% lebih tinggi daripada memproduksi pakan mash. Bentuk ransum
mash yang halus memiliki keuntungan mudah diserap usus ayam sehingga efisiensinya lebih baik.
Ransum bentuk ini dapat digunakan untuk semua umur ayam dan harganya lebih murah.
4. Jelaskan Pengaruh Ukuran Partikel Mash, Pellet Dan Wafer Terhadap Performa Ternak
Ruminansia!

Ukuran partikel pakan ruminansia yang lebih kecil menghasilkan konsumsi bahan kering yang
lebih tinggi dibandingkan ukuran partikel pakan yang lebih besar (Moya et al. 2014). Hasil yang
sama ditunjukkan oleh Lee et al. (2010) bahwa ransum komplit atau Total Mix Ration (TMR)
memiliki konsumsi bahan kering lebih tinggi dibandingkan ransum kontrol (konsentrat + jerami
padi + timothy hay). Bentuk ransum mash yang halus memiliki keuntungan yaitu mudah diserap
rumen sapi sehingga efisiensinya lebih baik. Ransum bentuk ini dapat digunakan untuk semua
umur ternal dan harganya lebih murah. Salah satu faktor yang menyebabkan nilai daya cerna
bahan kering dan bahan organik secara in vitro yang rendah yaitu ukuran partikel biskuit yang
lolos ayakan sieve sebesar 0,044 mikrometer dan tergolong sangat halus. Penggilingan dan
pembuatan pellet menaikkan kepadatan dan menurunkan ukuran partikel sehingga mengurangi
kerja pencernaan dan ruminasi, bahkan penggilingan total terhadap pakan menyebabkan
ruminasi berhenti dan heat increment turun. Sifat fisik diduga dipengaruhi saat proses pembuatan
biskuit. Alat pressing yang digunakan adalah manual dan pressing tidak dilakukan secara
bersamaan dengan proses pemanasan saat cooking (Utami et al, 2017).
LITERATUR
Amerah AM, Ravindran V, Lentle RG., Thomas DG.2007. Feed particle size: Implications
on the digestion and performance of poultry. World’s Poultry Science Journal. 63.
Axe DE. 1995. Factors Affecting Uniformity of a Mix. Animal Feed Science and
Technology. 53: 211-220.
Davis Rl, Hill EG, Sloan HJ, Briggs GM. 1951. Detrimental Effect of Corn of Coarse Particle
Size in Rations of Chicks. Poultry Science. 30 : 325-328.
Gentle MJ. 1979. Sensory control of feed intake In: Foof Intake Regulation in Poultry,
(K.N.Booman and B.M Freeman, eds) Edinburg British Poultry Science. 259- 273.
Goodband RD.,Tokach, MD, Nelseen JL. 2002. The Effect of Diet Particle Size on Animal
Performance. MF 2050 Feed Manufacturing. Department of Grain Science and Industry. Kansas
State University.
Koch K. 1996. Hammermills and rollermills. MF-2048 Feed Manufacturing. Department of
Grain Science and Industry, Kansas State University.
Lucas G.M. 2004. Dental Functional Morphology. Cambridge University Press. Cambridge,
UK.
Nir I, Shefet G, Nitsan Z. 1994. Effect of grain particle size on performance 2. Grain texture
interaction. Poultry Science. 73: 781-791.
Saepudin A, Khotijah L, Suharti S. 2016. Konsumsi Dan Kecernaan Nutrien Sapi Potong
Yang Diberi Ransum Mengandung Kulit Polong Kedelai. Buletin Makanan Ternak. 103 (1): 1 –
10.
Setiana I, Utomo DB, and Ramli N. 2015. Pengaruh Ukuran Partikel Jagung Terhadap
Kecernaan Pati: In Vitro. Buletin Makanan Ternak. 102 (1): 27 – 35.
Utami KB, Kristina ND. 2017. Evaluasi nilai kecernaan in vitro bahan kering dan bahan
organic biskuit biosuplemen daun katuk (Sauropus androgynus L.Merr) untuk sapi perah PFH.
Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan. 28 (1): 51 – 58.

Anda mungkin juga menyukai