Prof. Dr. Ir. Ali Agus, DAA., DEA., IPU., ASEAN Eng.
Ir. Cuk Tri Noviandi, S.Pt., M.Anim.St., Ph.D., IPM., ASEAN Eng.
Ir. Andriyani Astuti, S.Pt., M.Sc., Ph.D., IPM.
Dimas Hand Vidya Paradhipta, S.Pt., M.Sc., Ph.D.
Moh. Sofi’ul Anam, S.Pt., M.Sc.
• 1. Sistem TDN
Satuan : Kg atau %
TDN : jumlah nutrien tercerna atau
total digestible nutrients
• 2. Sistem energi
satuan: calori (kalori), Kcalori, Mcalori
Kecernaan
• Kecernaan dimaknai sebagai bahan pakan atau nutrien yang tidak
dikeluarkan lewat feses
• Penetapan kecernaan dapat dilakukan secara : in vivo, in vitro, dan
in sacco.
• Penetapan kecernaan in vivo
Kecernaan ditentukan menggunakan ternak secara langsung.
Kecernaan bahan kering (BK) pakan ditetapkan berdasarkan jumlah BK
pakan yang dimakan dikurangi jumlah BK tinja (feses) yang dikeluarkan.
Kecernaan nutrien pakan ditetapkan berdasarkan jumlah nutrien yang
dimakan (masuk) dikurangi jumlah nutrien yang dikeluarkan (dalam
feses).
• Penetapan kecernaan secara in vivo dilakukan menggunakan metode
koleksi total atau total collection (Harris, 1970), yang dibagi mejadi
tiga periode yakni a. periode adaptasi kandang dan pakan, b. periode
pendahuluan, dan c. periode koleksi data masing-masing selama 7
hari.
• Penetapan kecernaan in vitro, berprinsip pada simulasi pencernaan
dalam alat pencernaan ternak ruminansia yakni kecernaan dua
tingkat. Tingkat pertama kecernaan fermentatif dalam reticulo-rumen
(simulasi meliputi: pH, temperatur, dan keadaan anaerob), tingkat
kedua kecernaan enzimatis post/pasca rumen (Tilley dan Terry).
Membutuhkan ternak berfistula rumen sebagai sumber mikrobia
rumen
• Kecernaan in sacco. Penetapan kualitas bahan pakan menggunakan
metode In sacco (kantong nilon) membutuhkan ternak berfistula rumen,
kantong-kantong nilon ditempatkan dalam rumen dalam waktu tertentu,
untuk menetapkan tingkat degradasi bahan pakan dalam rumen.
In sacco mobile, kantong berisi sampel dimasukkan lewat kanula
deodenum (pencernaan pasca abomasum), hari berikutnya kantong
dicari di feses.
• Gass test. Penetapan kualitas bahan pakan menggunakan metode gass
test berprinsip pada bahan pakan yang berkualitas baik akan
memproduksi gas yang lebih banyak daripada yang berkualitas rendah,
gas merupakan hasil fermentasi
Penetapan total digestible nutrients (TDN)
• TDN % = protein tercerna (PT) + serat kasar tercerna (SKT) + ekstrak
tanpa nitrogen tercerna (ETNT) + (ekstrak ether tercerna (EET) x 2,25))
• penjumlahan fraksi analisis Weende yang tercerna
• Abu/mineral tercerna ??, Vitamin tercerna ???
• Protein tercerna (PT) = PK masuk – PK keluar
• Serat kasar tercerna = SKT
• Ekstrak tanpa nitrogen tercerna = ETNT
• Ekstrak ether tercerna = EET
• Mengapa nilai EET x 2,25 ??
Untuk menghitung TDN, dibutuhkan data:
• 1. Konsumsi pakan (kg)
• 2. Feses yang keluar (kg)
• 3. Fraksi dalam pakan atau komposisi kimia
pakan (%).
• 4. Komposisi kimia feses (%)
Semua data dinyatakan dalam dasar BK (DM basis)
Contoh: data yang diperoleh dari seekor sapi, meliputi rata-
rata konsumsi dan feses yang dikeluarkan/ekor/hari
• Bahan organik terdiri dari: PK, SK, ETN, dan EE, ➔ BOT
terdiri dari: PKT, SKT, ETNT, dan EET.
• TDN (%) = PT + SKT + ETNT + (EET x 2,25)
= PT + SKT + ETNT + EET + EET X 1,25%
BOT
• Kapan TDN dapat disetarakan dengan BOT ?
• BOT = KcBO x BO pakan
• * Untuk sapi/domba
DE (Mcal/kg) = TDN % x 0,044409
• * Untuk kuda
DE (Mcal/kg) = 0,0365 x TDN% + 0,172
• * Untuk babi
DE (Kcal/kg) = TDN% x 44,09
Keseimbangan Nutrien
• Keseimbangan nutrien atau balans nutrien merupakan perbandingan nutrien yang
masuk dalam tubuh yaitu yang dimakan dikurangi yang keluar dari dalam tubuh.
Keseimbangan positif apabila yang dikonsumsi lebih besar daripada yang
dikeluarkan. Keseimbangan negatif apabila yang dikeluarkan tubuh lebih besar
daripada yang dikonsumsi. Apabila yang dikeluarkan tubuh sama dengan yang
dikonsumsi, dikatakan dalam kondisi keseimbangan (equilibrium).
Keseimbangan Nitrogen
• Balans N = N masuk – (N dalam feses + N dalam urine)
• Penetapan keseimbangan N sangat diperlukan untuk mengetahui apakah protein
yang dimakan digunakan untuk pemeliharaan tubuh dan produksi, ataukah walaupun
tercerna (terdegradasi) tetapi dikelurkan lewat urine. Contoh yang sangat mudah
dipahami adalah dalam ternak ruminansia protein kasar akan didegradasi dalam
rumen menjadi asam amino dan/atau amonia. Protein yang sudah terdegradasi
menjadi amonia tidak akan terdeteksi dalam feses, yang berarti tercerna, tetapi
keluar lewat urine.
Pada Unggas
• Penetapan energi dapat dilakukan dengan dua cara yakni secara
langsung dan tidak langsung.
• Secara langsung menggunakan bomb calorimeter dan secara tidak
langsung menggunakan prediksi :
• Energi bruto (Kcal/kg) = 1.552 + 76,2 EE + 39 PK + 25,4 (SK) + BETN
• ME diperkirakan berdasarkan E bruto dan hasil analisis Wendee:
ME semu Kcal/kg = 3.951 + 54,4 EE – 88,7 SK – 40,8 Abu
ME semu Kcal/kg = 0,913 EB – 18,5 PK – 109,5 SK
Latihan:
• Berat sampel segar 480 gram, dikeringkan pada suhu 55oC
beratnya tinggal 120 gram, hasil penetapan kadar air
selanjutnya (sampai kering mutlak) 10%. Hasil analisis N
dalam keadaan kering udara 4%.
• Hitunglah kadar protein kasar (PK) dalam: a. keadaan kering
udara, b. keadaan kering mutlak (bahan kering atau dry
matter = DM), dan c. keadaan segar.
• Diketahui:
Berat segar: 480 gr; Berat setelah oven 55oC: 120 gr; N pada 55oC= 4%
• Ditanyakan:
a. …
Jawab: