Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

CAFETERIA FEEDING

Disusun oleh:

Kelompok 8

Nadine Hanifa Permana B0401201118


Ahmad Raihan Ghozi Aljaziri B0401201139
Rizky Mastrinda Caesarani B0401201162

Dosen Pengajar :

Dr. Ir. Widya Hermana, Msi

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


INSTITUT PERTANIAN BOGOR
SEMESTER GENAP
2021/2022
PENDAHULUAN
Latar Belakang

Feeding atau pemberian makanan adalah sebuah kegiatan mencari makan,


dan aktivitas sensorik lainnya. Nutrisi pada makanan-makanan tinggi kalori,
protein, dan cukup vitamin mineral untuk mencapai gizi optimal (Krisnansari
2010). Cafetaria feeding dapat diartikan sebagai pemberian konsentrat dan hijauan
secara bersamaan namun disajikan secara terpisah antara hijauan dan konsentrat
dalam tempat pakan yang berbeda (Suparto dan Masudi 2017). Ransum merupakan
sumber utama kebutuhan nutrien ayam broiler untuk kebutuhan hidupnya serta
produksinya. Kecernaan ransum digunakan sebagai salah satu cara untuk menilai
suatu bahan ransum. Kecernaan ransum dipengaruhi jenis ternak, jenis bahan
ransum, dan kandungan nutrien (Lubis 1992).
Kecernaan unggas merupakan kemampuan unggas untuk memproses pakan
yang masuk ataupun yang ada dalam tubuhnya. Faktor lain yang mempengaruhi
kecernaan adalah suhu, laju perjalanan ransum melalui pencernaan, bentuk fisik
dari bahan ransum, dan komposisi ransumnya (Anggorodi 1985). Kandungan gizi
utama unggas berperan penting bagi pertumbuhan ayam broiler adalah protein,
energi (karbohidrat dan lemak), vitamin, mineral, dan juga air (Situmorang et al.
2013). Karbohidrat yang terdapat dalam tubuh ternak unggas sebagian besar berupa
glikogen dan chitin. Glikogen dapat ditemukan dalam daging dan chitin dalam kulit
dan sisik terutama pada kulit udang. Pada ternak unggas zat nutrisi karbohidrat
sangat penting peranannya sebagai sumber energi dibandingkan dengan zat nutrisi
protein dan lemak (Abun 2008). Cafetaria feeding memberi pakan dengan cara
terpisah-pisah sehingga kita dapat mengetahui sekaligus mengamati tingkat
kesukaan atau kebutuhan yang ternak konsumsi. Pada cafetaria feeding ini ternak
meramu sendiri bahan pakannya dengan cara mencampurkan sendiri bahan pakan
yang telah dipisahkan.

Tujuan

Makalah ini bertujuan mengetahui peran palatabilitas ayam dalam memilih


pakan secara cafetaria feeding dalam memenuhi kebutuhan nutrisi ayam dan
mengetahui sumber karbohidrat yang dominan digemari ayam dengan metode
cafetaria feeding.
Tinjauan pustaka

Ayam memiliki perilaku alami untuk memilih berbagai jenis serangga dan
memakannya secara sukarela. Penelitian juga menunjukkan bahwa burung dapat
memilih sendiri bahan pakan yang tersedia untuk menyeimbangkan diet mereka
sendiri dan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi mereka. Studi pemberian makan tipe
cafeteria feeding (free choice) dilakukan dengan dua perlakuan diet yaitu kelompok
kontrol (C) dan kelompok TM (kelompok uji), masing-masing kandang yang
dilengkapi dengan kelompok C berisi diet standar lengkap untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi unggas sedangkan setiap pengumpan dari kelompok TM
mengandung salah satu bahan berikut: jagung giling, kacang kedelai setengah utuh
yang diekstrusi, campuran suplemen (premik vitamin-mineral, batu kapur,
dikalsium fosfat, garam, kolinklorida, asam amino, salinomycin), dan TM meal.
Berdasarkan penelitian, pada beberapa hari pertama, bahan yang paling banyak
dikonsumsi adalah jagung. Kemudian, dari hari ke 18 hingga hari ke 24, tepung TM
adalah bahan yang paling banyak dikonsumsi. Mulai umur 25 hari asupan tepung
TM lebih unggul dibandingkan semua komponen lainnya, yang membuktikan
penerimaan dan pilihan bahan ini oleh unggas. Ini juga dapat menunjukkan
keinginan kuat unggas untuk makan TM dapat terkait dengan komposisi nutrisinya
yang mengandung nilai energi dan protein yang tinggi.
Menurut Yo et al. (1998) pada Filho et al. (2020), faktor sensorik seperti
warna berperan penting dalam pemilihan asupan pakan sehingga unggas yang
diberi diet abasal (jagung-bungkil kedelai) sebelum memulai percobaan mungkin
memilih jagung karena telah menemukan jagung giling yang mirip sebelumnya.
Komponen yang paling banyak dikonsumsi adalah tepung TM (kaya protein dan
energi), diikuti jagung giling yang memiliki kandungan energi. Hal ini
menunjukkan kemampuan unggas untuk mengatur konsumsi bahan untuk
mempertahankan rasio energi dan protein sesuai dengan kebutuhan nutrisinya.
Meskipun burung dari kelompok uji menunjukkan penambahan berat badan yang
secara proporsional lebih rendah dibandingkan dengan kelompok C. Hal ini karena
pada cafeteria feeding (free choice), periode waktu 15-25 hari digunakan unggas
masih untuk beradaptasi dengan pola makan yang baru. Namun, ketika unggas-
unggas dari kelompok TM mulai menyesuaikan makanan mereka dengan lebih
baik, dapat diverifikasi peningkatan besar dalam konversi pakan. Studi ini
menunjukkan hal yang menarik tentang tepung TM dalam kemampuannya untuk
meningkatkan konversi pakan berdasarkan percobaan pemberian pakan cafeteria
feeding (free choice). Dengan diet pilihan bebas, performa unggas juga
membaik.Pakan merupakan komponen terpenting yang harus memenuhi kebutuhan
nutrisi burung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan anak
burung jantan dan betina yang dipelihara oleh induknya, serta kebutuhan nutrisi
selama masa pemeliharaan anak.
METODE
Timbang bobot badan ayam sebelum perlakuan. Kemudian timbang bahan
pakan sebanyak 100 gram (dibagi untuk 2 kali pemberian) untuk bahan pakan
jagung dan dedak padi, 50 gram untuk bahan pakan tepung ikan dan bungkil
kedelai, dan 10 gram untuk bahan pakan kapur. Masukan tiap-tiap bahan dalam
tempat pakan, 1 bahan dalam 1 tempat pakan. Letakkan tempat pakan dan air
minum pada kandang baterai dengan tempat minum berada di sebelah dalam
kandang. Bahan pakan diberikan pagi hari, dikontrol pada sore hari, ditambah
apabila ada yang sudah habis, dengan ditimbang dahulu jumlah yang
ditambahkannya. Sisa bahan pakan ditimbang pada pagi hari berikutnya (pemberian
24 jam). Konsumsi bahan pakan sama dengan bahan yang diberikan dikurang
dengan bahan yang tersisa. Hitung konsumsi energi, protein dan kalsium dari tiap
bahan yang dikonsumsi pada tiap perlakuan dengan menggunakan data kandungan
nutrien bahan pakan dari tabel NRC unggas (1994).

Pakan yang diberikan terdiri dari 6 perlakuan yaitu P1 (jagung, bungkil


kedelai, tepung ikan, dan kapur), P2 (dedak padi, bungkil kedelai, tepung ikan, dan
kapur), P3 (jagung, dedak padi, tepung ikan, dan kapur), P4 (jagung, dedak padi,
bungkil kedelai, dan kapur), P5 (jagung, dedak padi, bungkil kedelai, tepung ikan,
dan kapur), serta P6 (ransum mesh dan ransum crumble).

Konsumsi bahan pakan ditimbang setelah 24 jam dan dihitung


menggunakan rumus sebagai berikut:

Konsumsi bahan makanan (g) = Bahan yang diberikan − bahan yang tersisa

Berdasarkan konsumsi bahan pakan, dapat dihitung konsumsi energi,


protein, serta kalsium menggunakan rumus-rumus sebagai berikut:
kkal
Konsumsi energi (kkal) = Konsumsi bahan (kg) × Kandungan EM bahan ( )
kg

Konsumsi protein (g) = Konsumsi bahan (g) × Kandungan protein kasar bahan (%)

Konsumsi Ca (g) = Konsumsi bahan (g) × Kandungan Ca bahan (%)


HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1 Rata-rata total konsumsi pakan kelas P6 (g)


Perlakuan
Bahan Pakan P1 P2 P3 P4 P5 P6
Jagung 86,41 87,01 83,37 87,92
Dedak padi 73,34 64,41 54,88 47,92
Bungkil kedelai 34,53 41,65 32,42 29,79
Tepung ikan 18,97 31,625 27,61 26,90
Ransum mesh 63,61
Ransum crumble 90,86
Kapur 4,275 4,96 5,77 4,88 4,57
Total Konsumsi 144,19 151,58 184,80 175,55 197,12 154,47

Tabel 2 Konsumsi pakan kelompok 8 (g)


Perlakuan
Bahan Pakan P1 P2 P3 P4 P5 P6
Jagung 86,41 87,01 83,37 87,92
Dedak padi 73,34 64,41 54,88 47,92
Bungkil kedelai 34,53 41,65 32,42 29,79
Tepung ikan 18,97 31,625 27,61 26,90
Ransum mesh 63,61
Ransum crumble 90,86
Kapur 4,275 4,96 5,77 4,88 4,57
Total Konsumsi 170 143 190 211 288 147

Tabel 3 Konsumsi energi (kkal/kg)


Perlakuan
Bahan Pakan P1 P2 P3 P4 P5 P6
Jagung 335 331,65 301,5 335
Dedak padi 265,22 172,84 229,46 247,34
Bungkil kedelai 111,5 111,5 89,2 111,5
Tepung ikan 56,4 11,28 93,06 135,36
Ransum mesh 141
Ransum crumble 300
Kapur 0 0 0 0 0
Total Konsumsi 502,9 388 597,55 620,16 829,2 441
Tabel 4 Konsumsi Protein (g)
Perlakuan
Bahan Pakan P1 P2 P3 P4 P5 P6
Jagung 8,5 8,415 7,65 850
Dedak padi 7,565 7,482 9,933 1070,7
Bungkil kedelai 4,25 4,25 17,6 2200
Tepung ikan 1,7 0,34 19,817 2882,4
Ransum mesh 1034
Ransum crumble 2200
Kapur 0 0 0 0 0 0
Total Konsumsi 14,45 12,155 35,714 35,183 7003,1 3234

Tabel 5 Konsumsi Kalsium (g)


Perlakuan
Bahan Pakan P1 P2 P3 P4 P5 P6
Jagung 2 0,02 0,018 2
Dedak padi 1,78 0,041 0,054 5,81
Bungkil kedelai 1 1 0,116 14,5
Tepung ikan 0,4 0,08 1,686 245,28
Ransum mesh 47
Ransum crumble 100
Kapur 0 0 0 1,52 266
Total Konsumsi 3,4 2,86 1,747 1,708 533,59 147

Berdasarkan tabel 2, pakan tertinggi pada hasil percobaan kelompok


merupakan P5 sebanyak 288 g sedangkan konsumsi terendah merupakan P2
sebanyak 143 g. Hasil rata-rata total konsumsi percobaan oleh seluruh kelompok
dari kelas paralel 6 juga menunjukkan P5 sebagai perlakuan dengan konsumsi
tertinggi. Pada P5 terdapat 5 jenis pakan sehingga cenderung memiliki total EM
yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Menurut Tillman et al. (1991)
pada (Irawan et al. 2012), secara umum, sifat umum unggas dalam mengkonsumsi
ransum adalah untuk memperoleh energi sehingga jumlah pakan yang
dikonsumsinya cenderung berhubungan erat dengan kadar energi pakan.

Berdasarkan tabel 1, jenis pakan yang paling banyak dikonsumsi pada P1,
P3, P4, dan P5 merupakan jagung. Jagung memiliki energi metabolis (EM) yang
tinggi yaitu 3350 kkal/kg. Menurut Jarmani dan Nataamijaya (2005) pada (Irawan
et al. 2012), makanan berbentuk butiran atau biji-bijian seperti jagung merupakan
pakan yang disukai oleh unggas terutama ayam buras karena sesuai dengan
kebiasaan ayam tersebut yaitu suka mematuk-matuk. Selain menyukai pakan yang
dalam bentuk butiran, unggas juga cenderung lebih menyukai ransum dengan warna
yang mencolok (Kolo et al. 2018). Selera makan ayam dipengaruhi rasa lapar yang
distimulasi oleh rangsangan dari pusat saraf (hipotalamus) pada bagian lateral.
Stimulasi pusat saraf juga dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti karbohidrat,
lemak, protein, serta zat-zat pembawa cita rasa dan aroma (flavor) (Alwi et al.
2019).

KESIMPULAN

Feeding atau pemberian makanan adalah sebuah kegiatan mencari makan,


dan aktivitas sensorik lainnya. Ayam memiliki perilaku alami untuk memilih
berbagai jenis serangga dan memakannya secara sukarela. secara umum, sifat
umum unggas dalam mengkonsumsi ransum adalah untuk memperoleh energi
sehingga jumlah pakan yang dikonsumsinya cenderung berhubungan erat dengan
kadar energi pakan. Pakan yang berbentuk butiran atau biji-bijian dan berwarna
mencolok seperti jagung merupakan pakan yang disukai oleh unggas terutama
ayam karena sesuai dengan kebiasaan ayam yaitu suka mematuk.

DAFTAR PUSTAKA

Alwi W, Agustina L, Mide MZ. 2019. Performa Ayam Arab dengan Pemberian
Energi-Protein pada Level Berbeda. Jurnal Sains dan Teknologi
Peternakan. 1(1): 7-12. DOI: 10.31605/jstp.v1i1.422.
Filho MAN, Pereira RT, Oliveira ABS, Suckeveris D, Junior AMB, Mastrangelo
TA, Costa DV, Menten JFM. 2020. Cafeteria-Type Feeding of
Chickens Indicates a Preference for Insect (Tenebrio molitor) Larvae
Meal. Animals. 10(4): 627. DOI:10.3390/ani10040627.
Kolo MF, Nahak OR, Bira GF. 2018. Pengaruh Variasi Warna Ransum terhadap
Konversi Ransum dan Pertambahan Bobot Badan Harian Broiler.
Journal of Animal Science. 3(4): 54-55. DOI:
https://doi.org/10.32938/ja.v3i4.423.
Irawan I, Sunarti D, Mahfudz LD. 2012. Pengaruh Pemberian Pakan Bebas Pilih
Terhadap Kecernaan Protein Burung Puyuh. Animal Agriculture
Journal. 1(2): 238 – 245.

Anda mungkin juga menyukai