CAFETERIA FEEDING
Disusun oleh:
Kelompok 8
Dosen Pengajar :
Tujuan
Ayam memiliki perilaku alami untuk memilih berbagai jenis serangga dan
memakannya secara sukarela. Penelitian juga menunjukkan bahwa burung dapat
memilih sendiri bahan pakan yang tersedia untuk menyeimbangkan diet mereka
sendiri dan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi mereka. Studi pemberian makan tipe
cafeteria feeding (free choice) dilakukan dengan dua perlakuan diet yaitu kelompok
kontrol (C) dan kelompok TM (kelompok uji), masing-masing kandang yang
dilengkapi dengan kelompok C berisi diet standar lengkap untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi unggas sedangkan setiap pengumpan dari kelompok TM
mengandung salah satu bahan berikut: jagung giling, kacang kedelai setengah utuh
yang diekstrusi, campuran suplemen (premik vitamin-mineral, batu kapur,
dikalsium fosfat, garam, kolinklorida, asam amino, salinomycin), dan TM meal.
Berdasarkan penelitian, pada beberapa hari pertama, bahan yang paling banyak
dikonsumsi adalah jagung. Kemudian, dari hari ke 18 hingga hari ke 24, tepung TM
adalah bahan yang paling banyak dikonsumsi. Mulai umur 25 hari asupan tepung
TM lebih unggul dibandingkan semua komponen lainnya, yang membuktikan
penerimaan dan pilihan bahan ini oleh unggas. Ini juga dapat menunjukkan
keinginan kuat unggas untuk makan TM dapat terkait dengan komposisi nutrisinya
yang mengandung nilai energi dan protein yang tinggi.
Menurut Yo et al. (1998) pada Filho et al. (2020), faktor sensorik seperti
warna berperan penting dalam pemilihan asupan pakan sehingga unggas yang
diberi diet abasal (jagung-bungkil kedelai) sebelum memulai percobaan mungkin
memilih jagung karena telah menemukan jagung giling yang mirip sebelumnya.
Komponen yang paling banyak dikonsumsi adalah tepung TM (kaya protein dan
energi), diikuti jagung giling yang memiliki kandungan energi. Hal ini
menunjukkan kemampuan unggas untuk mengatur konsumsi bahan untuk
mempertahankan rasio energi dan protein sesuai dengan kebutuhan nutrisinya.
Meskipun burung dari kelompok uji menunjukkan penambahan berat badan yang
secara proporsional lebih rendah dibandingkan dengan kelompok C. Hal ini karena
pada cafeteria feeding (free choice), periode waktu 15-25 hari digunakan unggas
masih untuk beradaptasi dengan pola makan yang baru. Namun, ketika unggas-
unggas dari kelompok TM mulai menyesuaikan makanan mereka dengan lebih
baik, dapat diverifikasi peningkatan besar dalam konversi pakan. Studi ini
menunjukkan hal yang menarik tentang tepung TM dalam kemampuannya untuk
meningkatkan konversi pakan berdasarkan percobaan pemberian pakan cafeteria
feeding (free choice). Dengan diet pilihan bebas, performa unggas juga
membaik.Pakan merupakan komponen terpenting yang harus memenuhi kebutuhan
nutrisi burung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan anak
burung jantan dan betina yang dipelihara oleh induknya, serta kebutuhan nutrisi
selama masa pemeliharaan anak.
METODE
Timbang bobot badan ayam sebelum perlakuan. Kemudian timbang bahan
pakan sebanyak 100 gram (dibagi untuk 2 kali pemberian) untuk bahan pakan
jagung dan dedak padi, 50 gram untuk bahan pakan tepung ikan dan bungkil
kedelai, dan 10 gram untuk bahan pakan kapur. Masukan tiap-tiap bahan dalam
tempat pakan, 1 bahan dalam 1 tempat pakan. Letakkan tempat pakan dan air
minum pada kandang baterai dengan tempat minum berada di sebelah dalam
kandang. Bahan pakan diberikan pagi hari, dikontrol pada sore hari, ditambah
apabila ada yang sudah habis, dengan ditimbang dahulu jumlah yang
ditambahkannya. Sisa bahan pakan ditimbang pada pagi hari berikutnya (pemberian
24 jam). Konsumsi bahan pakan sama dengan bahan yang diberikan dikurang
dengan bahan yang tersisa. Hitung konsumsi energi, protein dan kalsium dari tiap
bahan yang dikonsumsi pada tiap perlakuan dengan menggunakan data kandungan
nutrien bahan pakan dari tabel NRC unggas (1994).
Konsumsi bahan makanan (g) = Bahan yang diberikan − bahan yang tersisa
Konsumsi protein (g) = Konsumsi bahan (g) × Kandungan protein kasar bahan (%)
Berdasarkan tabel 1, jenis pakan yang paling banyak dikonsumsi pada P1,
P3, P4, dan P5 merupakan jagung. Jagung memiliki energi metabolis (EM) yang
tinggi yaitu 3350 kkal/kg. Menurut Jarmani dan Nataamijaya (2005) pada (Irawan
et al. 2012), makanan berbentuk butiran atau biji-bijian seperti jagung merupakan
pakan yang disukai oleh unggas terutama ayam buras karena sesuai dengan
kebiasaan ayam tersebut yaitu suka mematuk-matuk. Selain menyukai pakan yang
dalam bentuk butiran, unggas juga cenderung lebih menyukai ransum dengan warna
yang mencolok (Kolo et al. 2018). Selera makan ayam dipengaruhi rasa lapar yang
distimulasi oleh rangsangan dari pusat saraf (hipotalamus) pada bagian lateral.
Stimulasi pusat saraf juga dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti karbohidrat,
lemak, protein, serta zat-zat pembawa cita rasa dan aroma (flavor) (Alwi et al.
2019).
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Alwi W, Agustina L, Mide MZ. 2019. Performa Ayam Arab dengan Pemberian
Energi-Protein pada Level Berbeda. Jurnal Sains dan Teknologi
Peternakan. 1(1): 7-12. DOI: 10.31605/jstp.v1i1.422.
Filho MAN, Pereira RT, Oliveira ABS, Suckeveris D, Junior AMB, Mastrangelo
TA, Costa DV, Menten JFM. 2020. Cafeteria-Type Feeding of
Chickens Indicates a Preference for Insect (Tenebrio molitor) Larvae
Meal. Animals. 10(4): 627. DOI:10.3390/ani10040627.
Kolo MF, Nahak OR, Bira GF. 2018. Pengaruh Variasi Warna Ransum terhadap
Konversi Ransum dan Pertambahan Bobot Badan Harian Broiler.
Journal of Animal Science. 3(4): 54-55. DOI:
https://doi.org/10.32938/ja.v3i4.423.
Irawan I, Sunarti D, Mahfudz LD. 2012. Pengaruh Pemberian Pakan Bebas Pilih
Terhadap Kecernaan Protein Burung Puyuh. Animal Agriculture
Journal. 1(2): 238 – 245.