Anda di halaman 1dari 4

HASIL

Kelompok 3 (Makan Pagi)


Jumla
Nama Jenis Berat Berat
Waktu Sisa h yang
Makan bahan Menta Masak FK Energy Protein Lemak KH
makan (g) dimak
an Makanan h (g) (g)
an(g)
Pagi Nasi 100 250 0,4 - 250 450 7,5 0,75 24.5
Tahu 45 50 1,4 25 25 28,75 2,42 2.12 0,625
goreng
Tempe 100 100 1,0 35 65 227,5 15,9 17,29 6,76
goreng
Ayam 160 100 1,6 60 40 108 12,9 4,48 3,96
goreng
Kacang 50 50 1,0 25 25 7,5 O,57 0,1 1,45
panjang
Kangkung 50 50 0,8 - 50 11 1,25 0,3 1,55
Tauge 50 50 - - 50 14 1,5 0,4 2
Sambal 105 150 0.9 - 150 864 38.28 66.6 38.25
kacang
Kelompok 2

Pada praktikum kali ini, untuk makan malam yaitu nasi goreng dengan tambahan buah
apel. Makan makan seharusnya memiliki peranan atau porsi yang lebih sedikit dibandingkan
makan pagi dan makan siang. Begitu pula dengan porsi makanan selingan harus lebih sedikit
dibandingkan dengan porsi makanan utama (Ariestya, 2013).
Pada makan malam, tersedia makanan nasi goreng dengan lauk telur goreng dan
tambahan buah apel. Setelah mahasiswa mengkonsumsi makanan tersebut, makanan tersebut
masih tersisa. Sisa makanan merupakan indikator penting dari pemanfaatan sumber daya dan
persepsi konsumen terhadap penyelenggaraan makanan. Data sisa makanan umumnya digunakan
untuk mengevaluasi efektifitas program penyuluhan gizi, penyelenggaraan dan pelayanan
makanan, serta kecukupan konsumsi makanan pada kelompok atau perorangan. Baik daya terima
maupun sisa makanan pasien merupakan salah satu indikator untuk mengetahui asupan makanan
pasien di rumah sakit (Djamaluddin, 2002). Makanan yang bersisa adalah nasi goreng, telur
goreng dan apel. Untuk mengetahui jumlah makan yang dikonsumsi, maka praktikan melakukan
penimbangan terhadap makanan tersebut dengan rumus:
Jumlah yang dikonsumsi = Jumlah makanan yang akan dikonsumsi –
Jumlah makanan sisa yang tidak dikonsumsi
Nasi goreng dari berat matang sebesar 175 gram bersisa 40 gram, telur goreng dari berat
matang sebesar 75 gram bersisa 25 gram dan buah apel dari berat matang 125 gram bersisa 15
gram. Konsumsi energy berasal dari beras sebesar 252,6 kkal, minyak ½ sdm sebesar 43,1 kkal,
telur 1 butir sebesar 93,1 kkal, minyak 1 sdm sebesar 87,9 kkal, dan buah apel 1 buah dengan
energy sebesar 88,7 kkal. Protein di dapat dari beras 4,7 gram, telur 7,6 gram, dan apel 0,9 gram.
Lemak di dapat dari beras sebesar 0,4 gram, minyak 5 gram, telur 6,4 gram, minyak 10,2 gram
dan apel 0,4 gram. Sedangkan karbohidrat di dapatkan dari nasi sebesar 35,7 gram, telur 0,7
gram, dan apel 19,5 gram. Dari makan malam, didapatkan total konsumsi energy sebesar 565,4
kkal, protein sebesar 13,2 gram, lemak sebesar 22,4 gram dan karbohidrat sebesar 75,9 gram.
Pada kelompok 3 mendapat makan pagi dengan kisaran 25% dari jumlah yang
dikonsumsi tiap hari. Pada makan pagi mendapat menu bahan makanan yaitu nasi, tahu goreng,
tempe goreng, ayam goreng , kacang panjang, kangkung, tauge, dan sambal kacang. Pada tabel
diatas dapat terlihat terdapat perubahan berat bahan anatara berat masak bahan sendiri. Terlihat
degan adanya beberapa bahan makanan yang beratnya ebih rendah da nada beberapa bahan yang
berat makanan yang lebih tinggi. Dapat dilihat dari karbohidrat pada menu diatas didapatkan dari
nasi sebesar 24,5 gram dengan energy 450 kkal deng an berat 250 gram nasi. Pada tahu goreng
sebesar 50 gram masak mempunyai energy sebesar 28,75 dan mempunyai sisa sebesar 25 gram.
Pada jenis bahan makanan tempe goreng dengan berat masak 100 gram mempunyai energy
sebesar 227,5 dan dikonsumsi memempunyai sisa sebesar 65 gram. Pada ayam goreng dengan
berat masak 100 gram dan mempunyai energy 108 kkal dan mempunyai berat sisa sebesar 60
gram. Kacang panjang sebesar 50 gram masak dengan energy 7,5 kkal dan mempunyai sisa 25
gram. Sedangkan untuk kangkung, tauge dan sambal kacang tidak mempunyai sisa dengan
masing – masing energy yaitu 11 kkal, 14 kkal, dan 864 kkal.

Langkah-langkah dalam melakukan metode penimbangan:


1. Menimbang makanan yang akan dikonsumsi dan mencatat dalam formulir yang telah
disediakan.
2. Setelah responden mengkonsumsi makanannya, lakukan kembali penimbangan sisa
makanan yang tidak dikonsumsi oleh responden.
3. Jumlah makanan yang dikonsumsi adalah berat makanan sebelum dikonsumsi dikurangi
dengan sisa makanan yang tidak dikonsumsi.
4. Tentukan jenis bahan makanan dari makanan yang dikonsumsi oleh responden.
5. Tentukan faktor konversi matang – mentah untuk setiap bahan makanan. f) Tentukan
berat mentah dari bahan makanan.
6. Lakukan analisa nilai gizi dari makanan yang dikonsumsi oleh responden.

Kelebihan dari metode penimbangan antara lain seperti yang dijabarkan di bawah ini:
1. Metode penimbangan merupakan metode yang dapat dijadikan gold standar dalam survei
konsumsi pangan.
2. Hasil dari metode penimbangan paling akurat dibandingkan dengan metode lainnya.
3. Dapat mengurangi bias yang berasal dari keterbatasan ingatan responden karena metode
ini tidak tergantung kepada daya ingat responden
4. Dapat mengurangi bias yang berasal dari keterbatasan responden dalam menjelaskan
ukuran porsi makanan yang dikonsumsi.
5. Dapat mengurangi bias yang berasal dari keterbatasan pewawancara atau pengumpul data
dalam melakukan estimasi ukuran porsi yang dikonsumsi oleh responden.
6. Dapat mengurangi bias yang disebabkan perbedaan persepsi antara responden dengan
pewawancara atau pengumpul data.
7. Dapat digunakan untuk mendukung interpretasi data laboratorium, data antropometri dan
data klinis.
8. Pengukuran yang dilakukan selama beberapa hari dapat menggambarkan asupan sehari-
hari responden.
9. Lebih tepat dilakukan untuk tempat khusus seperti institusi tempat kerja, perusahaan,
panti sosial, lembaga kemasyarakatan dimana seseorang tinggal bersama-sama.

Kelemahan dari metode food weighing adalah:


1. Memerlukan waktu untuk pengumpulan data yang lebih lama, karena semua makanan
yang dikonsumsi oleh responden dan makanan sisa yang tidak dikonsumsi oleh
responden harus dilakukan penimbangan sesaat sebelum dikonsumsi dan sesaat sesudah
responden mengkonsumsi makanannya.
2. Memerlukan tenaga yang lebih banyak untuk melakukan metode ini karena harus
melakukan penimbangan makanan responden
3. Memerlukan alat khusus yang harus disediakan oleh peneliti atau pengumpul data seperti
timbangan makanan, formulir penimbangan, alat tulis dan beberapa peralatan lainnya.
4. Responden dapat merubah kebiasaan makan sehari-hari, terutama pada penimbangan
yang dilakukan selama beberapa hari.
5. Kurang cocok diterapkan pada masyarakat luas.

Anda mungkin juga menyukai