Pada praktikum kali ini, untuk makan malam yaitu nasi goreng dengan tambahan buah
apel. Makan makan seharusnya memiliki peranan atau porsi yang lebih sedikit dibandingkan
makan pagi dan makan siang. Begitu pula dengan porsi makanan selingan harus lebih sedikit
dibandingkan dengan porsi makanan utama (Ariestya, 2013).
Pada makan malam, tersedia makanan nasi goreng dengan lauk telur goreng dan
tambahan buah apel. Setelah mahasiswa mengkonsumsi makanan tersebut, makanan tersebut
masih tersisa. Sisa makanan merupakan indikator penting dari pemanfaatan sumber daya dan
persepsi konsumen terhadap penyelenggaraan makanan. Data sisa makanan umumnya digunakan
untuk mengevaluasi efektifitas program penyuluhan gizi, penyelenggaraan dan pelayanan
makanan, serta kecukupan konsumsi makanan pada kelompok atau perorangan. Baik daya terima
maupun sisa makanan pasien merupakan salah satu indikator untuk mengetahui asupan makanan
pasien di rumah sakit (Djamaluddin, 2002). Makanan yang bersisa adalah nasi goreng, telur
goreng dan apel. Untuk mengetahui jumlah makan yang dikonsumsi, maka praktikan melakukan
penimbangan terhadap makanan tersebut dengan rumus:
Jumlah yang dikonsumsi = Jumlah makanan yang akan dikonsumsi –
Jumlah makanan sisa yang tidak dikonsumsi
Nasi goreng dari berat matang sebesar 175 gram bersisa 40 gram, telur goreng dari berat
matang sebesar 75 gram bersisa 25 gram dan buah apel dari berat matang 125 gram bersisa 15
gram. Konsumsi energy berasal dari beras sebesar 252,6 kkal, minyak ½ sdm sebesar 43,1 kkal,
telur 1 butir sebesar 93,1 kkal, minyak 1 sdm sebesar 87,9 kkal, dan buah apel 1 buah dengan
energy sebesar 88,7 kkal. Protein di dapat dari beras 4,7 gram, telur 7,6 gram, dan apel 0,9 gram.
Lemak di dapat dari beras sebesar 0,4 gram, minyak 5 gram, telur 6,4 gram, minyak 10,2 gram
dan apel 0,4 gram. Sedangkan karbohidrat di dapatkan dari nasi sebesar 35,7 gram, telur 0,7
gram, dan apel 19,5 gram. Dari makan malam, didapatkan total konsumsi energy sebesar 565,4
kkal, protein sebesar 13,2 gram, lemak sebesar 22,4 gram dan karbohidrat sebesar 75,9 gram.
Pada kelompok 3 mendapat makan pagi dengan kisaran 25% dari jumlah yang
dikonsumsi tiap hari. Pada makan pagi mendapat menu bahan makanan yaitu nasi, tahu goreng,
tempe goreng, ayam goreng , kacang panjang, kangkung, tauge, dan sambal kacang. Pada tabel
diatas dapat terlihat terdapat perubahan berat bahan anatara berat masak bahan sendiri. Terlihat
degan adanya beberapa bahan makanan yang beratnya ebih rendah da nada beberapa bahan yang
berat makanan yang lebih tinggi. Dapat dilihat dari karbohidrat pada menu diatas didapatkan dari
nasi sebesar 24,5 gram dengan energy 450 kkal deng an berat 250 gram nasi. Pada tahu goreng
sebesar 50 gram masak mempunyai energy sebesar 28,75 dan mempunyai sisa sebesar 25 gram.
Pada jenis bahan makanan tempe goreng dengan berat masak 100 gram mempunyai energy
sebesar 227,5 dan dikonsumsi memempunyai sisa sebesar 65 gram. Pada ayam goreng dengan
berat masak 100 gram dan mempunyai energy 108 kkal dan mempunyai berat sisa sebesar 60
gram. Kacang panjang sebesar 50 gram masak dengan energy 7,5 kkal dan mempunyai sisa 25
gram. Sedangkan untuk kangkung, tauge dan sambal kacang tidak mempunyai sisa dengan
masing – masing energy yaitu 11 kkal, 14 kkal, dan 864 kkal.
Kelebihan dari metode penimbangan antara lain seperti yang dijabarkan di bawah ini:
1. Metode penimbangan merupakan metode yang dapat dijadikan gold standar dalam survei
konsumsi pangan.
2. Hasil dari metode penimbangan paling akurat dibandingkan dengan metode lainnya.
3. Dapat mengurangi bias yang berasal dari keterbatasan ingatan responden karena metode
ini tidak tergantung kepada daya ingat responden
4. Dapat mengurangi bias yang berasal dari keterbatasan responden dalam menjelaskan
ukuran porsi makanan yang dikonsumsi.
5. Dapat mengurangi bias yang berasal dari keterbatasan pewawancara atau pengumpul data
dalam melakukan estimasi ukuran porsi yang dikonsumsi oleh responden.
6. Dapat mengurangi bias yang disebabkan perbedaan persepsi antara responden dengan
pewawancara atau pengumpul data.
7. Dapat digunakan untuk mendukung interpretasi data laboratorium, data antropometri dan
data klinis.
8. Pengukuran yang dilakukan selama beberapa hari dapat menggambarkan asupan sehari-
hari responden.
9. Lebih tepat dilakukan untuk tempat khusus seperti institusi tempat kerja, perusahaan,
panti sosial, lembaga kemasyarakatan dimana seseorang tinggal bersama-sama.