DARAH 1
(Preparat darah natif, laju endap darah, menghitung jumlah butir darah
merah dan putih, hematokrit, kadar Hb dengan metode Sahli, menghitung
MCV, MCH, dan MCHC)
Oleh:
1. Indhira Pratiwi B04190041*
2. Jeslyn Elen Hanrahan B04190042
3. Jihan Cemerlang Ramadhani B04190043
4. Juhriyatun Annisaa B04190044
5. Kanaila Haliza Anindia B04190045
METODE
Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan dalam praktikum pertama adalah enam pipet
kapiler yang sudah dilapisi heparin, sealer pipet kapiler, microhematocrit
centrifuge, penggaris metrik, dan tempat sampah biohazard. Bahan praktikum
pertama adalah enam sampel darah, sampel darah yang pertama dari laki-laki sehat
yang tinggal di Boston, sampel kedua dari perempuan sehat yang tinggal di Boston,
sampel ketiga dari laki-laki sehat yang tinggal di Denver, sampel keempat dari
perempuan sehat yang tinggal di Denver, sampel kelima dari laki-laki dengan
aplastic anemia, dan sampel enam dari perempuan dengan iron-defiency anemia.
Peralatan dalam praktikum kedua adalah tabung uji, tabung sedimentasi,
magnifying chamber atau ruang pembesar, dan tempat sampah biohazard. Bahan
yang digunakan adalah sodium sitrat dan enam sampel darah, sampel pertama dari
orang yang sehat, sampel kedua dari perempuan yang sedang menstruasi, sampel
ketiga dari orang dengan sickle cell anemia, sampel keempat dari orang dengan
iron-defiency anemia, sampel kelima dari orang yang menderita myocardial
infarction, dan sampel keenam dari orang dengan angina pectoris.
Peralatan dalam praktikum ketiga adalah stik pengaduk hemolisis, blood
chamber dispenser, hemoglobinometer, tempat sampah bioharzad. Bahan yang
digunakan adalah sampel darah dari 4 orang, sampel pertama dari laki-laki sehat,
sampel kedua dari perempuan sehat, sampel ketiga dari perempuan dengan iron-
defiency anemia, sampel keempat dari laki-laki dengan polycythemia, dan sampel
kelima dari perempuan atlet olympic.
Prosedur Kerja
Praktikum pertama adalah menguji hematokrit dalam darah. Langkah
pertama yang perlu dilakukan adalah menaruh pipet kapiler yang dilapisi heparin
ke tabung reaksi pertama untuk mengisi pipet kapiler dengan sampel darah pasien
pertama. Kemudian menaruh pipet kapiler yang telah berisi darah sampel ke
kontainer pipet kapiler sealer untuk menutup salah satu bagian pipet. Setelah itu
menaruh pipa kapiler ke alat pemusing atau microhematocrit centrifuge, sisa
sampel darah yang lain juga disiapkan untuk sentrifugasi. Timer diset lima menit
untuk mensentrifugasi sampel. Selama lima menit ada 14.500 putaran per menit.
Kemudian, menarik pipet kapiler satu dari centrifuge ke penggaris metrik untuk
mengukur panjang kolom darah dan panjang setiap lapisan, data tidak lupa untuk
dicarat. Setelah diukur, buang pipet kapiler ke tempat sampah biohazard. Lakukan
hal yang sama untuk sampel darah yang tersisa.
Praktikum kedua adalah menguji laju sedimentasi atau pengendapan
eritrosit. Langkah pertama yang dilakukan adalah menaruh tabung uji ke rak tabung
di orbital shaking unit, sisa tabung uji juga ditempatkan. Kemudian, mengisi tabung
uji dengan tiap sampel darah dan setelah terisi diberi sodium sitrat 3.8% 0.5
milliliter ke tabung uji. Langkah selanjutnya adalah mencampur sampel dengan
sodium sitrat. Setelah tercampur, sampel dipindahkan ke tabung sedimentasi di
inkubator. Timer diset selama 60 menit untuk inkubasi tabung sedimentasi. Setelah
di inkubasi, tabung sedimentasi dibawa ke ruang pembesar untuk menguji sampel
dan tabung ditandai dalam milimeter. Setelah selesai tabung dibuang dalam tempat
sampah biohazard. Lakukan hal yang sama untuk sampel darah yang tersisa.
Praktikum ketiga adalah menguji hemoglobin darah. Langkah pertama
adalah meletakkan clean blood chamber slide ke tempat kerja. Setelah itu
meneteskan sampel darah satu ke chamber slide, kemudian menarik stik hemolisis
ke chamber untuk mengaduk sampel darah selama 45 detik, lysing sel darah merah
dan melepaskan hemoglobin. Setelah selesai diaduk, chamber slide diletakkan ke
slot dalam hemoglobinometer untuk menganalisis sampel. Terlihat bahwa bagian
kanan circular field berwarna hijau menunjukkan level hemoglobin, menarik tuas
yang berada di sisi kanan sampai sisi yang bewarna tidak hijau menjadi sama
dengan sisi yang bewarna hijau dan mencatat data. Setelah selesai mengeluarkan
chamber slide dari hemoglobinometer dan membuang ke tempat sampah biohazard.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penentuan Jumlah Hematokrit dalam Darah
DAFTAR PUSTAKA
Amalia A, Tjiptaningrum A. 2016. Diagnosis dan tatalaksana anemia defisiensi
besi. MAJORITY. 5(5):166-169.
Boghani S, Mei Z, Perry GS, Brittenham GM, Cogswell ME. 2017. Accuracy of
capillary hemoglobin measurements for the detection of anemia among U.S.
low-income toddlers and pregnant woman. Nutrients. 9(3):253.
https://doi.org/10.3390/nu9030253.
Cahyanur R, Rinaldi I. 2019. Pendekatan klinis polisitemia. Jurnal Penyakit Dalam
Indonesia. 6(3): 156-161.
Czaja B, Gutierrez M, Závodszky G, Kanter D, Hoekstra A, Adefeso OE. 2020.
The influence of red blood cell deformability on hematocrit profiles and
platelet margination. Plos Computational Biology.
https://doi.org/10.1371/journal.pcbi.1007716.
Estridge BH, Reynolds AP. 2012. Basic Clinical Laboratory Techniques. Clifton
Park (US): Cengage Learning.
Evelyn CP. 2009. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta (ID): PT
Gramedia Pustaka Utama.
Fauzi M. 2013. Diagnosis dan indikasi transfusi darah pada anemia aplastik. Jurnal
Medika Udayana. 2(6): 997-10112.
Guarner J, Dolan HK, Cole L. 2015. Erythrocyte sedimentation rate. Am J Clin
Pathol. 144:536-538.
Hasanan F. 2018. Hubungan kadar hemoglobin dengan daya tahan kardiovaskuler
pada atlet FIK Universitas Negeri Makassar. Jurnal Olahraga dan
Kesehatan. 1-16.
Hidayati N. 2018. Hubungan antara tingkat kecukupan protein, vitamin C dan zat
besi (Fe) dengan kadar hemoglobin pada siswi Sekolah Usaha Perikanan
Menengah (SUPM) Negeri Tegal [skripsi]. Semarang (ID): Muhammadiyah
University Semarang.
Longanbach S, Miers M. 2015. Automated blood cell analysis. In Rodak’s
Hematology: Clinical Principles and Applications. St. Louis: Elsevier
Saunders.
Mayangsari S. 2017. Pengaruh pembendungan pengambilan darah terhadap kadar
hemoglobin dan hematokrit [tesis]. Semarang (ID): Muhammadiyah
University Semarang.
Meilanie A. 2019. Perbedaan nilai hematokrit metode mikrohematokrit dan metode
otomatis pada pasien demam berdarah dengue dengan hemokonsentrasi.
Journal of Vocational Health Studies. 3(2): 67-71.
Rahayu W, Dwiyana A, Artha D. 2018. Hubungan antara profil trombosit dengan
hematokrit pada pasien suspek demam berdarah dengue dan perbandingan
metode manual dan metode automatic. Jurnal Media Laboran. 8(2):34-42.
Saganuwan SA. 2018. Effects of therapeutic and toxic agents on erythrocytes of
different species of animals. IntechOpen.
https://doi.org/10.5772/intechopen.85865.
Sawicki KT, Chang HC, Ardheali H. 2015. Role of heme in cardiovascular
physiology and disease. J Am Heart Assoc. 4(1): e001138.
https://doi.org/10.1161/JAHA.114.001138.
Wagner C, Steffen P, Svetina S. 2013. Aggregation of red blood cells: from
rouleaux to clot formation. Biological, Physics.
https://doi.org/10.1016/j.crhy.2013.04.004.
Whitehead RD, Mei Z, Mapango C, Jefferds MED. 2019. Methods and analyzers
for hemoglobin measurement in clinical laboratories and field settings. Ann
N Y Acad Sci. 1450(1):147-171. https://doi.org/10.1111/nyas.14124.
LAMPIRAN
Resume Video
Praktikum sedian natif darah bertujuan untuk mengamati darah secara
langsung tanpa proses pewarnaan dan lain-lain. Sehingga, dapat diamati bentuk sel
darah, ada tidaknya sel ertirosit yang mengalami krenasi, bentuk rouleaux sel
eritrosit, dan perbedaan eritrosit dan leukosit. Lalu, akan diamati ada atau tidaknya
parasit pada darah. Rouleaux bentuk eritrosit seperti uang logam yang dideretkan,
dapat dijumpai pada natif darah kuda, kucing, anjing, dan babi tetapi jarang
ditemukan pada sapi, kambing, dan domba. Mikroorgani yang dapat ditemukan
pada darah adalah larva atau Trypanosoma pada vertebrata karena mikroorganisme
tersebut dapat berenang diantara sel-sel darah.
Laju endap darah atau laju endap eritrosit dapat dihitung menggunakan
tabung atau pipet Westergren. Darah dicampur dengan antikogulan, misalnya Na
sitrat dengan perbandingan 4:1. Campuran darah dan antikogulan diambil sampai
skala nol dan ditempatkan pada rak. Setelah dimasukkan pada pipet Westegren,
segera tutup tabung atau pipet agar darah tidak keluar. Kondisi tabung atau pipet
Westegren tegak lurus pada rak dan dilihat penurunan sedimentasi eritrosit per jam.
Jika nilai hematokrit diketahui maka perhitungan MCV dapat dilakukan. MCH
dapat dihitung jika kadar hemoglobin diketahui. Sedangkan MCHC dapat dihitung
jika kadar hematokrit dan hemoglobin diketahui. Melalui tiga perhitungan ini, dapat
diketahui darah yang diperiksa mengalami anemia atau tidak.
Jumlah butir darah merah dan putih dapat dihitung dengan menambahkan
larutan pengencer, untuk eritrosit menggunakan larutan Hayem dan untuk leukosit
mamalia menggunakan larutan Turk sedangkan leukosit aves menggunakan BCB
0.3% dan dihitung menggunakan Hemositometer Neubauer. Pengambilan darah
dapat diambil secara langsung yaitu dari bagian bawah sayap ayam, dari telinga
kelinci (vena auricularis), atau dari jantung tikus. Pipet eritrosit terdapat butiran
berwarna merah dengan skala 0.5-1.0-101 sedangkan pipet leukosit terdapat butiran
berwarna putih dengan skala 0.5-1.0-11. Kadar hemoglobin dengan metode Sahli
dapat dihitung menggunakan Hemoglobinometer Sahli dengan warna standar Sahli,
yaitu coklat. Pada perhitungan ini, darah dicampur dengan HCl 0.1 N diamkan
selama 3 menit hingga terbentuk asam hematin berwarna coklat pekat dan perlu
disamakan dengan warna standar Sahli menggunakan larutan pengencer, yaitu
aquades. Ketinggian pada tabung Sahli berkaitan dengan kadar hemoglobin darah
yang diperiksa.
Nilai hematokrit dapat dihitung saat darah dicampur dengan antikogulan
dan dilakukan proses centrifuge sehingga terdapat tiga lapisan. Lapisan paling atas
adalah lapisan jernih (plasma), lapisan kedua adalah lapisan putih abu-abu
(trombosit dan leukosit), serta lapisan ketiga adalah lapisan merah (eritrosit).