Anda di halaman 1dari 6

PENGAJUAN JUDUL KARYA TULIS ILMIAH

Disusun Oleh :

NAMA : Harnas One Triwibowo

NIM : P07134018065

SEMESTER / KELAS : V / B

PRODI / JURUSAN : D-III / TLM

POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM

2019/2020
1. Perbandingan kadar hemoglobin darah vena dengan darah kapiler pada laki-laki
pekerja pabrik tahu di abian tubuh, kec. Dasan cermen, kota mataram dengan
metode sahli

Latar belakang :
Pemeriksaan hematologi adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui
keadaan darah dan komponen-komponennya. Darah terdiri dari bagian padat yaitu sel
darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), trombosit dan bagian cairan yang
berwarna kekuningan yang disebut plasma. Pemeriksaan hematologi rutin dapat
menentukan kualitas kesehatan. Pemeriksaan ini dilakukan untuk membantu diagnosis
dan memantau penyakit dengan melihat kenaikan dan penurunan jumlah sel darah.
(Azizi Satria Bararah, 17 maret 2017)
Darah manusia adalah cairan jaringan tubuh. Fungsi utamanya adalah
mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel – sel di seluruh tubuh. Darah juga
menyuplai tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat – zat sisa metabolisme, dan
mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang bertujuan mempertahankan
tubuh dari berbagai penyakit. Manusia rata-rata mempunyai enam liter darah atau
sekitar 8% dari total berat badan manusia. (Ernawati, 17 maret 2017)
Haemoglobin adalah komponen molekul protein sel darah merah yang
menyalurkan oksigen ke seluruh tubuh. Pada haemoglobin terdapat zat besi yang
membuat darah berwarna merah. Zat besi merupakan bahan pembuat sel darah merah.
Haemoglobin diukur secara kimiawi serta jumlah Hb per 100 ml darah dapat digunakan
sebagai indeks kapasitas pembawa oksigen dalam darah (10). Kadar haemoglobin
adalah ukuran pigmenrespiratorik yang terdapat dalam sel-sel darah merah, digunakan
sebagai parameter terjadinya anemia. Haemoglobin dapat diukur dengan berbagai
metode antara lain metode sahli, metode oksihemoglobin dan metode
sianmethemoglobin. Metode sianmethemoglobin merupakan metode yang
direkomendasikan oleh International Committe for Standarization in Hematology (ICSH).
(Kusumawati et al, September 2018)
Metode sahli adalah metode pemeriksaan haemoglobin yang dilakukan secara
visual. Pemeriksaan haemoglobin dengan cara darah diencerkan dengan larutan HCl
agar haemoglobin berubah menjadi asam hematin, kemudian dicampur dengan
aquadest hingga warnanya sesuai dengan warna standar. Penggunaan HCl
dikarenakan asam klorida adalah asam monoprotik yang sulit menjalani reaksi redoks.
Selain itu juga merupakan asam yang paling tidak berbahaya dibandingkan asam kuat
lainnya. HCl mengandung ion klorida yang tidak reaktif dan tidak beracun. Dengan
berbagai pertimbangan tersebut, asam klorida merupakan reagen pengasam yang
sangat baik. Penambahan HCl dalam darah maka HCl akan menghidrolisis hemoglobin
menjadi globin ferroheme. (Kusumawati et al, September 2018)

Tujuan :

Karena ingin mengetahui kadar hemoglobin pada darah vena dan kapiler dengan
menggunaka metode sahli, karena dari jurnal sebelumnya tidak mendapatkan hasil pada
pemeriksaan kadar hemoglobin pada pekerja pabrik tahu di Kawasan abian tubuh.
Sehingga saya mengambil judulini untuk melakukan peneitian Perbandingan kadar
hemoglobin darah vena dengan darah kapiler pada laki-laki pekerja pabrik tahu di abian
tubuh, kec. Dasan cermen, kota mataram dengan metode sahli

2. Pemeriksaan protein urine pada penderita diabetes militus dengan metode carik
celup

Latar Belakang :
Kimia klinik darah merupakan ilmu yang mempelajari tehkik terhadap

darah ,urin, sputum (ludah dahak ) , cairan otak, ginjal ,sekret yang dikeluarkan.

pemeriksaan laboratorium yang berdasarkan pada reaksi kimia dapat digunakan

darah , urin , dan cairan tubuh lain. Terdapat banyak pemeriksaan kimia darah di

dalam laboratorium klinik antara lain ginjal, hati ,otot jantung , hati dan fungsi

pangkreas, diantara panel pemeriksaan itu terdapat pemeriksaan kolesterol yang

digunakan untuk indikasi penyakit kelainanan metabolik kelebihan kolesterol.

(Anomin, 2012)
Protein urine adalah suatu kondisi dimana terlalu banyak protein dalam
urine dari adanya kerusakan ginjal. Ekskresi protein urine normal hingga 150
mg/hari. Oleh Karen itu, jika jumlah protein dalam urine menjadi abnormal,
maka dianggap sebagai tanda awal penyakit ginjal atau penyakit sistemik yang
signifikan. Jika kadar gula darah tinggi selama beberapa tahun kerusakan
ginjal, maka kemungkinan akan terlalu banyak albumin akan hilang dari
darah. Proteinuria merupkan tanda bahwa ginjal telah menjadi rusak
(Bandiyah, 2009)
Pemeriksaan protein dalam urin merupakan pemeriksaan paling sederhana yang
dapat memberikan indikasi gangguan fungsi ginjal atau nefritis, Selain itu, atlet yang
mengalami proteinuria dapat mengakibatkan edema. Hal ini dapat terjadi karena
dapat menurunkan tekanan onkotik plasma (Kohanpour, 2012). Namun
perlu dilakukan pemeriksaan penunjang diantaranya adalah pemeriksaan kadar
kreatinin, kadar BUN (Blood Urea Nitro-gen), tes protein urin, tes clearance kreatinin,
dan sedimen urin (Verdiansah, 2016)
Diabetes mellitus yang lebih dikenal sebagai penyakit kencing manis adalah suatu
kondisi terganggunya metabolisme di dalam tubuh karena ketidakmampuan tubuh membuat
atau menyuplai hormon insulin sehingga menyebabkan terjadinya peningkatan kadar gula
darah melebihi normal.( Pebi Pratiwi, April 2014)
Ada beberapa metoda pemeriksaan urin yang biasa dilakukan, antara lain metoda
dipstick atau carik celup dan metoda standar. Pemeriksaan urinalisis yang biasa dilakukan
dengan carik celup antara lain: berat jenis, pH, glukosa, protein, keton, darah, bilirubin,
urobilinogen, nitrit, leukosit esterase (Nindatu et al., 2012).

Tujuan :
Untuk mengetahui kadar protein urine pada pendirita diabetes millitus dengan
menggunakan metode carik celup
3. Perbandingan pemeriksaan gula darah sewaktu menggunakan metode stick dan
menggunakan metode GODP-PAP alat photometer pada penderita diabetes
Latar Belakang :

Pemeriksaan laboratorium klinik merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan


yang penting dalam membantu menegakkan diagnose dan terapi suatu penyakit. Penyakit
tidak hanya dapat diketahui dari keluhan pasien dan gejala-gejala klinik yang tampak,
sehingga pemeriksaan laboratorium mutlak diperlukan oleh dokter maupun petugas
kesehatan untuk memastikan diagnosa. Mutu hasil pemeriksaan yang dikeluarkan harus
terjamin keandalan dan kualitasnya baik kualitas produknya maupun kualitas pelayanannya
sehingga memenuhi harapan atau kepuasan pasien atau dokter (Scanlon,2006).
Proses pemeriksaan laboratorium berperan penting dalam diagnosa medis, hal ini
merupakan salah satu penunjang untuk mengetahui penyebab penyakit yang diderita.
Pemeriksaan yang dilakukan dalam laboratorium untuk menunjang diagnosa dokter terhadap
penentuan penyebab penyakit meliputi pemeriksaan laboratorium imunologi ,hematologi,
imunoserologi, biologimolekuler, mikrobiologi dan kimia klinik darah (Kurnianingsih, 2011).
Kimia klinik darah merupakan ilmu yang mempelajari tehkik terhadap darah ,urin,
sputum (ludah dahak ) , cairan otak, ginjal ,sekret yang dikeluarkan. pemeriksaan
laboratorium yang berdasarkan pada reaksi kimia dapat digunakan darah , urin , dan cairan
tubuh lain. Terdapat banyak pemeriksaan kimia darah di dalam laboratorium klinik antara lain
ginjal, hati ,otot jantung , hati dan fungsi pangkreas, diantara panel pemeriksaan itu terdapat
pemeriksaan kolesterol yang digunakan untuk indikasi penyakit kelainanan metabolik
kelebihan kolesterol. (Anomin, 2012)
Diabetes mellitus yang lebih dikenal sebagai penyakit kencing manis adalah suatu
kondisi terganggunya metabolisme di dalam tubuh karena ketidakmampuan tubuh membuat
atau menyuplai hormon insulin sehingga menyebabkan terjadinya peningkatan kadar gula
darah melebihi normal.( Pebi Pratiwi, April 2014)
Diagnosis DM ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar gula darah. Diagnosis tidak
dapat ditegakkan atas dasar adanya glukosuria. Guna penentuan diagnosis DM,
pemeriksaan gula darah yang dianjurkan adalah pemeriksaan gula secara enzimatik dengan
bahan darah plasma vena, ataupun angka kriteria diagnostik yang berbeda sesuai
pembakuan oleh WHO, sedangkan untuk tujuan pemantauan hasil pengobatan dapat
dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan gula darah kapiler dengan glukometer
(Soegondo, 2002)
Dilain pihak, spektrofotometer sering digunakan dilaboratorium klinik karena dianggap
sebagai alat yang paling tepat untuk menggambarkan glukosa darah. Tak heran
spektrofotometer dijadikan sebagai standar pemeriksaan kadar glukosa darah. Pengukuran
glukosa darah dengan spektrofotometer menggunakan prinsip enzimatik yang lebih spesifik
untuk glukosa, yaitu perubahan enzimatik glukosa menjadi produk dihitung berdasarkan
reaksi perubahan warna (kolorimetri) sebagai reaksi terakhir dari serangkain reaksi kimia (RI,
2010)

Tujuan :

Untuk mengetahui perbandingan kadar gula darah sewaktu pada pemeriksaan


menggunakan metode stick dan GOD-PAP alat photometer

Anda mungkin juga menyukai