Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hematologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang darah dan
bagian penyusun darah. Pemeriksaan hematologi sangatlah penting dan
sering diminta di beberapa laboratorium. Pemeriksaan hematologi adalah
pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui keadaan darah dan
komponen-komponennya.
Fungsi dari pemeriksaan laboratorium adalah menganalisis secara
kuantitatif atau kualitatif, mendeteksi kelainan hematologi (anemia atau
leukemia) dimana diduga ada kelainan jumlah dan fungsi dari sel-sel darah,
mendeteksi penyakit perdarahan yang menunjukkan kelainan faal
hemostasis. Pengujian umum yang dilakukan untuk menyelidiki masalah
hematologi adalah pemeriksaan darah rutin, pemeriksaan darah lengkap,
pemeriksaan darah khusus, dan faal hemostasis pengujian diatas yang lebih
sering digunakan adalah pemeriksaan darah rutin yaitu, pemeriksaan awal
sebelum pemeriksaan lanjutan.
Golongan darah merupakan ciri khusus darah dari suatu individu karena
adanya perbedaan jenis karbohidrat serta protein pada permukaan membran
sel darah merah (Oktavia, Murpi dan Indra, 2011).
Pemeriksaan golongan darah mempunyai berbagai manfaat dan
mempersingkat waktu dalam identifikasi. Golongan darah penting untuk
diketahui dalam hal kepentingan transfusi, donor yang tepat serta
identifikasi pada kasus kedokteran forensik seperti identifikasi pada
beberapa kasus kriminal (Azmielvita , 2009).
Kesesuaian golongan darah sangatlah penting dalam transfusi darah.
Jika darah donor mempunyai faktor (A atau B) yang dianggap asing oleh
resipien, protein spesifik yang disebut antibodi yang diproduksi oleh
resipien akan mengikatkan diri pada molekul asing tersebut sehingga
menyebabkan sel-sel darah yang disumbangkan menggumpal.
Penggumpalan ini dapat membunuh resipien (Azmielvita, 2009).

1
Keberhasilan tindakan medis terutama transfusi, transplantasi organ dan
kehamilan sangat di tentukan oleh kompatibilitas golongan darah,
inkompatibilitas juga dapat menyebabkan (HDN) Haemolytic Disease of the
Fetus and Newborn.
Dua jenis penggolongan darah yang paling penting adalah Golongan
darah yang berbeda yaitu A, B, AB dan O. ditentukan oleh sepasang gen,
yang diwarisi dari kedua orang tua. Setiap golongan darah dapat dikenal
dari zat kimia yang disebut antigen, yang terletak di permukaan sel darah
merah. Ketika seseorang membutuhkan transfusi darah, maka darah yang
disumbangkan haruslah sesuai dengan golongan darah tertentu. Kesalahan
dalam melakukan transfusi akan dapat menimbulkan komplikasi yang
serius.
Selain dilakukan pemeriksaan golongan darah, pemeriksaan kadar
glukosa juga dapat dilakukan melalui darah. Pemeriksaan kadar glukosa
adalah suatu pemeriksaan yang digunakan untuk mengetahui jumlah gula
dalam darah, pemeriksaan ini mendeteksi keadaan hiperglikemi dan
hipoglikemi yang berkaitan dengan penyakit Diabetus Melitus.
Gula darah seseorang tergantung dari keseimbangan antara masuknya
karbohidrat, sintesisa glukosa, serta penggunaan cadangan glukosa dan
ekskresi. Glukosa merupakan bahan bakar untuk beberapa fungsi sel dan
jaringan, sehingga penyediaan glukosa menjadi prioritas utama.
Pemeriksaan glukosa darah umumnya menggunakan antikoagulan yaitu
bahan yang dapat mencegah terjadinya pembekuan darah. Adanya kesalahan
pada penggunaan antikoagulan akan berpengaruh terhadap hasil
pemeriksaan. Glukosa dalam darah akan mengalami perubahan atau
glikolisis, yaitu proses turunya kadar gula dalam darah setelah keluar dari
tubuh. Hal ini dapat dicegah dengan pemberian antikoagulan. Dengan
mengetahui kadar gula darah pasien dapat melakukan tindakan pencegahan
dan pengobatan untuk terhindar dari berbagai penyakit salah satunya
diabetes mellitus.

2
1.2 Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksn golongan darah
2. Mahasiswa dapat membaca hasil pemeriksaan golongan darah
3. Mahasiswa dapat menentukan golongan darah A, B, AB, O, dan Rh
4. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan golongan darah
5. Mahasiswa dapat menganalisis keaadaan seseorang berdasarkan kadar
glukosa dalam darah
1.3 Prinsip percobaan
Percobaan ini dilakukan dengan cara mengambil sampel darah dari setiap
praktikan untuk dilakukan pemeriksaan golongaan darah dengan
menggunakan antiserum dan pemeriksaan kadar glukosa darah dengan
menggunakan glukometer.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Darah
Sistem hematologi tersususn atas darah dan tempat darah diproduksi,
termasuk sumsum tulang dan nodus limpa. Darah adalah organ khusus yang
berbeda dengan organ yang lain karena berbentuk cairan. Dalam keadaan
fisiologik, darah selalu berada dalam pembuluh darah sehingga dapat menjalankan
fungsinya sebagai pembawa oksigen (oxygen carrier), mekanisme pertahanan
tubuh terhadap infeksi dan mekanisme hemostatis (Handayani, 2008).
Darah merupakan jaringan yang terdiri dari dua komponen, plasma dan sel
darah (korpuskili). Plasma merupakan komponen intraseluler yang berbentuk cair
dan berjumlah sekitar 55% dari volume darah, sedangkan sel darah merupakan
komponen padat yang terdapat di dalam plasma darah yang terdiri dari sel eritrosit
(sel darah merah), leukosit (sel darah putih), dan trombosit (bekuan darah) dengan
jumlah 45% dari volume darah (Evelyn C, 2009).
Darah arteri berwarna merah terang, itu menandakan bahwa darah
teroksigenasi dengan baik.Sementara darah vena berwarna gelap karena kurang
teroksigenasi.Darah mengalir 4-5 kali lebih lamban disbanding air karena darah 4-
5 kali lebih kental dari pada air. Berat jenis darah bervariasi berkisar antara 1,054-
1,065, suhu darah adalah 38ºC dan pHnya adalah 7,38. Volume darah dalam
tubuh berkisar 8% dari berat badan, rata-rata mendekati 5-6 liter (Syariffudin,
2011).
1. Plasma Darah
Plasma darah termasuk dalam kesatuan cairan ekstra seluler, dengam
volumenya kira-kira 5% dari berat badan. Susunan plasma terdiri dari 91,0% air,
8,0% protein (albumin, globulin, protombin, dan fibrinogen), mineral 0,9%
(kalsium, fosfor, magnesium, besi dan lainnya) dan 0,1% diisi oleh sejumlah
bahan organik seperti glukosa, lemak, urea, asam urat, kreatinin, kolestrol, dan
asam amino. Plasma darah juga berisi hormon-hormon, enzim, dan antibody
(Pearce, 2009).

4
Menurut Irianto (2013), protein dalam plasma darah terdiri atas :
a. Antihemofilik, berguna mencegah anemia.
b. Tromboplastin, berguna dalam proses pembekuan darah.
c. Protombin, mempunyai peranan penting dalam pembekuan darah.
d. Fibrinogen, mempunyai peranan penting dalam pembekuan darah.
e. Albumin, berguna dalam pemeliharaan tekanan osmosis darah.
f. Gammaglobulin, berguna dalam senyawa antibodi yaitu mengangkut
metabolism dari jaringan ke alat-alat pengeluaran, mengangkut energi panas
dari tempat aktif ke tempat yang tidak aktif untuk menjaga suhu tubuh,
mengedarkan air, hormone dan enzim ke seluruh tubuh, melawan infeksi
dengan antibodi dan leukosit.
Plasma darah diperoleh dengan cara mensentrifugasi darah, sehingga plasma
darah terpisah dari sel darah. Plasma darah akan berada dibagian atas (Handayani
dan Hariwibowo, 2008).
2. Korpuskili (sel darah)
Menurut Irianto (2013), korpuskili adalah butiran-butiran darah yang di
dalamnya terdiri atas :
a. Sel darah merah atau eritrosit (sekitar 99%)
b. Sel darah putih atau leukosit (sekitar 0,2%)
c. Keeping-keping darah atau trombosit (sekitar 0,6-1,0%)
2.1.2 Eritrosit
Eritrosit atau Sel darah merah adalah sel yang memiliki fungsi khusus
mengangkut oksigen ke jaringan-jaringan tubuh dan membantu pembuangan
karbon dioksida dan proton yang dihasilkan oleh metabolisme jaringan
tubuh.Masa hidup eritrosit ialah 120 hari sejak dibentuk di jaringan
hematopoietik (Kiswari R, 2014).

5
Pembentukannya diatur oleh eritropoietin, suatu hormon yang di sintesis
di ginjal, kemudian keluar ke aliran darah menuju sumsum tulang sebagai
respons terhadap adanya hypoxia jaringan. Dalam sumsum tulang selanjutnya
terjadi mobilisasi sel stem multipoten. Dalam perkembangannya sel stem
multipoten ini akan membentuk progenitor myeloid yang kemudian akan
menghasilkan calon sel darah merah dan trombosit serta granulosit dan
monosit. Semua proses iniberlangsung di sumsum tulang sebelum akhirnya
lepas ke sirkulasi darah perifer dalam bentuk sel dewasa yang telah masak
(Sofro M, 2012).
Eritrosit tidak memiliki inti sel, tetapi mengandung beberapa organel
dalam sitoplasmanya.Sebagian besar sitoplasma eritrosit berisi hemoglobin
yang mengandung zat besi (Fe) sehingga dapat mengikat oksigen.Eritrosit
berbentuk bikonkaf, berdiameter 7-8 µm. Bentuk bikonkaf tersebut
menyebabkan eritrosit bersifat fleksibel sehingga dapat melewati lumen
pembuluh darah yang sangat kecil dengan lebih baik.Melalui mikroskop,
eritrosit tampak bulat, berwarna merah, dan di bagian tengahnya tampak lebih
pucat, disebut dengan central pallor yang diameternya kira-kira sepertiga dari
keseluruhan diameter eritrosit.Jumlah eritrosit paling banyak dibandingkan sel-
sel darah lainnya. Dalam satu mililiter darah, terdapat 4,5-6 juta eritrosit, itu
sebabnya darah berwarna merah (Kiswari R, 2014).
1. Fungsi Eritrosit
Fungsi utama eritrosit adalah melindungi hemoglobin yang terkandung di
dalamnya, hemoglobin inilah yang berfungsi sebagai alat transportasi
mengangkut oksigen ke seluruh jaringan dan sel tubuh dengan tujuan
membantu proses metabolisme (Hubbard, 2013).
2. Nilai Normal Eritrosit
Nilai normal eritrosit diklasifikasikan menurut umur dan jenis kelamin. Dewasa
laki-laki berkisar 4,5 juta – 5,5 juta sel/mm 3, dewasa perempuan berkisar antara
3,8 juta – 4,8 juta sel/mm 3, anak-anak berumur 1 tahun berkisar 3,9 juta – 5,1
juta sel/mm3, anak-anak berumur 2-12 tahun berkisar 4,0 juta – 5,2

6
jutasel/mm3, dan bayi yang baru lahir berkisar 5,0 juta – 7,0 juta sel/mm 3
(Dacie dan Lewis, 2012).
3. Kelainan Eritrosit
a. Kelainan Jumlah
Kelainan jumlah eritrosit berkaitan dengan kelainan hematologi anemia
dan polisetemia. Dimana penentuan dari kelainan ini ditunjang oleh kadar
hemoglobin dan nilai hematokrit. Apabila terjadi penurunan dibawah normal
kadar hemoglobin, hitung eritrosit dan hematokrit maka keadaan ini disebut
anemia. Sebalknya jika terjadi peningkatan kadar hemoglobin diatas normal,
hitung eritrosit dan hematoksit makan keadaan ini disebut polisetemia.
b. Kelainan Morfologi
Kelainan morfologi terdiri dari variasi ukuran,distribusi
hemoglobin,variasi bentuk, badan inklusi dan distribusi eritrosit. Informasi
diagnostik dari kelainan morfologi ini dapat dilihat dan diketahui melalui
pemeriksaan eritrosit pada sediaan apusan darah tepi yang diwarnai dengan
pewarnaan wright-giemsa. Macam-macam kelainan morfologi eritrosit:
1) Kelainan Ukuran Eritrosit (anisositosis)
Kelainan ukuran eritrosit meliputi makrositik dan mikrositik.Makrositik
adalah kelainan ukuran eritrosit yang lebih besar dari ukuran normalnya
(>8 mikron), sedangkan mikrositik adalah kelainan ukuran eritrosit yang
lebih kecil dari ukuran normalnya (<7mikron) (E.H, Kosasih &
A.S.Kosasih, 2008).
2) Kelainan bentuk eritrosit (poikilositosis)
a) Sel lonjong adalah kelainan bentuk eritrosit sehingga bentuknya menjadi
lonjong
b) Achantosit adalah kelainan bentuk eritrosit sehingga eritrosit
mempunyaitonjolan-tonjolan tidak beraturan seperti duri, hal ini
disebabkan oleh metabolisme fosfolipid dari membran eritrosit.
c) Tear Drop Cell adalah kelainan bentuk eritrosit sehingga bentuknya
sepertitetes air.

7
d) Pear Shape Cell adalah kelainan bentuk eritrosit sehingga bentuknya
sepertibuah pear.
e) Stomatosit adalah kelainan bentuk eritrosit pada bagian central palor
eritrosityang berbentuk seperti mulut atau biasa dikenali bentuknya
seperti topi meksiko.
f) Anulosit adalah kelainan bentuk eritrosit pada bagian central palor
eritrosityang terlalu lebar.
g) Sferosit adalah kelainan bentuk eritrosit dimana eritrosit tidak
berbentukbikonkaf tetapi bentuknya sferik/cembung dengan tebal 3
mikron atau lebih sehingga terlihat berwarna lebih gelap (hiperkromik).
h) Sickle Cell / Sel sabit adalah kelainan bentuk eritrosit sehingga
eritrositberbentuk seperti bulan sabit/arit.
i) Sel burr adalah kelainan bentuk eritrosit yang kecil atau fragmentosit
yangmemiliki tonjolan-tonjolan tumpul besar-besar pada permukaan
eritrosit (E.H.Kosasih & A.S.Kosasih, 2008)
3) Kelainan Warna Eritrosit
Kelainan warna eritrosit meliputi hipokromik dan
hiperkromik.Hipokromik adalah kelainan warna eritrosit dimana eritrosit
berwarna lebih pucat akibat konsentrasi Hb yang kurang dari
normal.Sedangkan hiperkromik adalah kelainan warna eritrosit dimana eritrosit
berwarna lebih gelap akibat penebalan membran eritrosit (E.H.Kosasih &
A.S.Kosasih, 2008).
Beberapa hal yang dapat mempengaruhi kualitas morfologi eritrosit
adalah anemia, kesalahan dalam perlakuan dan persiapan sampel (faktor teknis)
saat pemeriksaan seperti hemolisis, penggunaan antikoagulan, pembuatan
apusan, pengecatan, dan zona pembacaan sediaan apus darah tepi (E.H.Kosasih
& A.S.Kosasih, 2008)
2.1.3 Antikoagulan
Antikoagulan adalah bahan yang digunakan untuk mencegah pembekuan
darah. Menurut gandasoebrata (2010), beberapa jenis antikoagulan yang sering
digunakan dalam pemeriksaan hematologi ialah: Trisodium citrate,E.D.T.A

8
(Ethylendiamine Tetraacetic Acid), Double oxalat, Na-citrat, Dextrosa,
Heparin.
1. Trisodium Citrate (Citras Natricus)
Antikogulan ini digunakan dalam bentuk 3,8% dapat dipakai untuk
penentuan laju endap darah (LED) metode Westegren dalam perbandingan 4
volume darah dan 1 volume antikoagulan.
2. E.D.T.A (Ethylendiamine Tetraacetic Acid)
EDTA yang dipakai ialah garam kaliumnya (dipotassium ethylenediamine
tetracete, dipotassium versentate EDTAP atau versene) dan garam natriumnya
(sequestrene Na2).Garam-garam itu mengubah ion kalsiumdari darah menjadi
senyawa kompleks.EDTA tidak berpengaruh terhadap besar dan bentuknya
eritrosit dan tidak terhadap bentuk leukosit.Selain itu EDTA mencegah trombosit
bergumpal, karena itu EDTA sangat baik dipakai sebagai antikoagulan pada
hitung eritrosit.Tiap 1 mg EDTA mencegah membekunya 1 ml darah.EDTA
sering dipakai dalam bentuk larutan 10%.Hindari pemakaian EDTA dalam jumlah
berlebihan, bila dipakai EDTA lebih dari 2 mg per ml darah maka nilai hematokrit
menjadi lebih rendah dari yang sebenarnya.EDTA sering dipakai dalam bentuk
larutan 10%. Apabilaingin menghindari terjadinya pengenceran darah, zat kering
pun boleh dipakai dengan cara menggoncangkan wadah berisi darah dan EDTA
selama 1-2 menit karena EDTA kering lambat melarut.Menurut National
Committe for Clinical Laboratory Standars (NCLLS) menetapkan perbandingan 1
mg EDTA untuk 1 ml darah, jika EDTA dibuat dalam bentuk larutan dengan
konsentrasi 10% maka diperoleh perbandingan sebagai berikut :

10 gram EDTA / 100 mL aquadesh -> EDTA 10%

10.000 mg EDTA / 100.000 µL aquadesh -> EDTA 10%

1 mg EDTA / 10 µL aquadesh -> EDTA 10%

Darah EDTA dapat dipakai untuk beberapa macam pemeriksaan


hematologi, seperti penetapan kadar hemoglobin, hitung jumlah leukosit,
eritrosit, retikulosit, penetapan nilai laju endap darah. Pemeriksaan dengan

9
memakai darah EDTA sebaiknya dilakukan segera, hanya kalau perlu boleh
disimpan dalam lemari es suhu 4o C (Goby, B. 2012).
3. Double Oxalat
Double oxalat adalah antikoagulan campuran antara ammonium oxalat
dan kalium oxalat.Ammonium oxalat dapat menyebabkan eritrosit menjadi
bengkak, sedangkan kalium oxalat dapat menyebabkan eritrosit menjadi
mengerut, oleh sebabi itu dibuatlah double oxalat sehingga tidak berpengaruh
pada eritrosit dengan perbandingan 3:2 untuk ammonium oxalat dan kalium
oxalat.Kekurangan dari double oxalat adalah dapat mempengaruhi morfologi
sel apabila perbandingannya tidak tepat dan juga jarang digunakan untuk
praktikum sehari-hari (Gandasoebrata, 2007).
Dapat dipakai untuk bermacam-macam pemeriksaan, seperti penetapan
kadar hemoglobin, menghitung jmlah leukosit, eritrosit, penetapan laju endap
darah menurut Wintrobe, nilai hematokrit, dll.
4. Natrium Sitrat dalam larutan 3,8%
Natrium sitrat bersifat mudah larut dalam air terutama air mendidih
namun tidak dapat larut dalam etanol 95%. Natrium sitrat dalam darah akan
mengikat ion kalsium menjadi kompleks kalsium sitrat. Natrium sitrat yang
digunakan dalam bentuk larutan dengan konsentrasi 3,8% yang digunakan
untuk pemeriksaan proses pembekuan darah (koagulasi) dan agregasi trombosit
meggunakan perbandingan volume 1:9 antikoagulan dan darah. Natrium sitrat
3,8% merupakan larutan yang isotonis sehingga jika ditambahkan dalam darah
tidak mempengaruhi fisiologis dari sel darah(Gandasoebrata, 2007)
Kelemahan darai Natrium sitrat adalah dapat menyebabkan perubahan
dan penyusutaneritrosit sehingga dapat mempengaruhi nilai indeks eritrosit
(Majeed & Salih, 2007).
5. Dextrosa 5%
Dextrosa dengan nama kimia D- glukosa monohidrat. Biasanya didapat
dari hidrolisis pati dan bentuk kristal tak berwarna atau bubuk kristal atau
granular putih. Nama generiknya adalah Dextrose, dengan komposisi glukosa
anhidrous dalam air untuk injeksi. Larutan dijaga pada pH antara 3,5 sampai

10
6,5 dengan Natrium bikarbonat. Larutan dextrose 5% bersifat iso-osmosis
dengan darah.larutan dextrosa 5% merupakan larutan isotonik. Larutan isotonik
merupakan suatu cairan/ larutan yang mimiliki osmolalitas sama atau
mendekati osmolalitas plasma. Cairan isotonik digunakan untuk mengganti
volume ekstrasel, satu liter cairan isotonik akan menambah CES (Cairan Extra
Sel) 1 liter. Tiga liter cairan isotonik diperlukan untuk mengganti 1 liter darah
yang hilang.Dextrosa 5% juga digunakan sebagai cairan resusitasi pada terapi
intravena serta untuk keperluan hidrasi selama dan sesudah operasi. Dextrosa
5% diberikan pada keadaan oiguria ringan sampai sedang ( kadar kreatinin
kurang dari 25 mg/100 ml).
Larutan Dextrosa 5% juga merupakan larutan nutrisi (Nutrient Solution),
berisi karbohidrat (dekstrosa, glukosa, levolusa) dan air.Air untuk menyuplai
kebutuhan air, sedangkan karbohidrat untuk kebutuhan kalori dan
energi.Larutan ini diindikasikan untuk pencegahan dehidrasi dan ketosis
(Gandasoebrata, 2010).
6. Heparin
Heparin adalah antikoagulan yang berdaya seperti antitrombin dan tidak
berpengaruh terhadap sel darah.Heparin dapat digunakan dalam bentuk
larutanmaupun dalam bentuk kering.Kelebihan dari heparin adalah tiap 1 mg
dapat mencegah pembekuan sebanyak 10 mL darah.Kekurangan heparin adalah
antikoagulan ini jarang digunakan dalam praktek keseharian karena harganya
yang mahal (Gandasoebrata. 2007).
2.1.4 Darah vena
Pembuluh darah vena adalah pembuluh darah yang membawa darah
rendah oksigen (teroksigenasi atau miskin oksigen) kecuali pada vena paru,
yang membawa darah beroksigen dari paru-paru kembali ke jantung.Pembuluh
darah vena merupakan kebalikan dari pembuluh darah arteri yaitu berfungsi
membawa darah kembali ke jantung.Katup pada vena terdapat di sepanjang
pembuluh darah.Katup tersebut berfungsi untuk mencegah darah tidak kembali
lagi ke sel atau jaringan (Syaifuddin, 2009).

11
1. Fungsi pembuluh darah vena
Pembuluh darah vena berfungsi sebagai jalur transportasi darah balik dari
jaringan untuk kembali ke jantung.Oleh karena tekanan darah sistem vena
rendah maka dinding vena yang tipis namun berotot ini memungkinkan vena
berkontraksi sehingga mempunyai kemampuan untuk menyimpan dan
menampung darah sesuai kebutuhan tubuh.
Tekanan darah di venayang rendah menyebabkan ketidakmampuan
dalam melawan gaya gravitasi. Pencegahan adanya arus balik, secara fisiologis
vena mempunyai katup mencegah blackflow (arus balik) darah kembali ke
kapiler (Muttaqin A, 2009).
2. Struktur pembuluh darah vena
Menurut Pearce (2009), pembuluh darah vena terdiri atas 3 lapis yaitu:
a. Tunika adventisia adalah lapisan luar yang terdiri atas jaringan ikat yang
fibrus dimana fungsinya sebagai pelindung.
b. Tunika media adalah lapisan tengah yang berotot, lebih tipis, kurang
kuat, kurang elastis daripada pembuluh darah arteri yang berfungsi untuk
memberi tekanan terhadap darah.
c. Tunika intima adalah lapisan dalam yang terbentuk oleh endothelium dan
sangat licin. Tunika intima di pembuluh darah vena terdapat katup
yangberbentuk lipatan setengah bulan yang terbuat dari lapisan
endothelium dan diperkuat oleh sedikit jaringan fibrus.
2.2 Uraian Bahan
2.2.1 Alkohol (Dirjen POM, 1995 ; Andriani, 2001).
Nama resmi : AETHANOLUM
Nama lain : Etanol, Alkohol
RM/BM : C2H5OH / 46,07 g/mol
Rumus struktur :

12
Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan
mudah bergerak, bau khas, rasa panas dan mudah
terbakar
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam klorofom P
dan dalam eter P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari
cahaya, ditempat sejuk, dan jauh dari nyala api
Khasiat : Antiseptik (untuk membunuh bakteri mikroba
berbahaya)
Kegunaan : Pelarut dan untuk mensterilkan alat-alat
laboratorium.

13
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum “HEMATOLOGI” dilaksanakan pada Minggu17 November
2019 pada pukul 07.00 sampai 10.00. Pelaksanaan praktikum bertempat di
Laboratorium Bahan Alam, Jurusan Farmasi, Fakultas Olahraga dan Kesehatan,
Universitas Negeri Gorontalo.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Pada praktikum kali ini, alat yang digunakan yakni terdiri dari bengkok,
glucometer, hemometer sahli, lanset/jarum steril, lancing device, mesin
sentrifugal, penggaris, tabung sentrifuge, dan tabung hematokrit.
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu alkohol swab,
aquadest, antiserum ABO dan D, chip glukosa, darah kapiler, handskun, kertas
golongan darah, kertas hb, klorin, lem penutup tabung hematokrit, need lancet,
dan tusuk gigi.
3.3 Cara Kerja
1. Pemeriksaan golongan darah
a. Dilemaskan tangan dari jari yang akan diambil darah dan disenfektan
dengan menggunakan alkohol.
b. Ditusuk ujung jari tersebut dengan menggunakan lanset.
c. Dihapus tetesan darah pertama dengan menggunakan kapas alkohol
bersih.
d. Dipijat jari hingga keluar darah
e. Kolom A diberi 1 tetes antisera A
f. Kolom B diberi 1 tetes antisera B
g. Kolom AB diberi 1 tetes antisera AB
h. Kolom D/Rhdiberi 1 tetes antisera D/Rh
i. Diaduk masing-masing dengan menggunakan tusuk gigi secara
horizontal.

14
j. Digoyangkan sebentar diatas dan amati proses yang terjadi.
2. Pemeriksaan Glukosa
a. Disiapkan semua peralatan yang akan digunakan.
b. Dinyalakan glucometer, dicocokkan kode pada tube dan pada standar
chip.
c. Disinfektan ujung jari menggunakan alkohol swab, dibiarkan darahnya
meneter.
d. Dimasukkan chip glukosa ke dalam glukometer.
e. Ditempelkan darah pada chip glukosa pada tanda panah.
f. Ditunggu beberapa menit.
g. Dievaluasi.
3. Pengujian Hemoglobin
a. Diisi tabung sahli dengan HCl 0,1 N sebanyak 50 ml
b. Didesinfeksi ujung jari menggunakan alkohol swab.
c. Ditusuk ujung jari, dibiarkan darah keluar. Dihisap darah menggunakan
pipet kapiler hingga batas bisu.
d. Dipindahkan darah pada tabung sahli + HCl, dijaga agar tidak terjadi
gelombang.
e. Dibilas pipet beberapa kali dengan HCl.
f. Dicuci pipet tersebut menggunakan larutan klorin
g. Diencerkan sampel darah dengan aquades hingga warna darah sama
dengan warna cerah pada tabung standar
h. Dibaca skala yang ditunjukkan.
4. Metode Kertas
a. Disinfeksi ujung jari menggunakan alkohol swab.
b. Ditusuk ujung jari dan dibiarkan darah keluar.
c. Ditempelkan kertas pengukuran pada darah, biarkan ± 3 detik.
d. Dicocokkan warna pada kertas pengukur dan kertas standar.
e. Dihitung kadarnya.

15
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
4.1.1 Pemeriksaan Golongan Darah
Antisera Penggumpalan Golongan Darah
A Ada Positif
B Tidak Ada Negatif
AB Tidak Ada Negatif
Rh Tidak Ada Negatif
4.1.2 Pemeriksaan Glukosa
Usia 20 tahun
Kadar Glukosa Darah 118
4.2 Pembahasan
Sistem hematologi tersusun atas darah dan tempat darah diproduksi
termasuk sumsum tulang dan nodus limpa. Darah adalah organ khusus yang
berbeda dengan organ lain karena berbentuk cairan. Dalam keadaan fisiologi,
darah selalu berada dalam pembuluh sehingga dapat menjalankan fungsinya
sebagai pembawa oksigen (oxygen carier). Mekanisme pertahanan tubuh terhadap
infeksi dan mekanisme hemastosis (Handayani, 2008).
Pada praktikum kali ini dilakukan pemeriksaan golongan darah dan
pemeriksaan pada glukosa darah. Langkah pertama yang dilakukan adalah
pemeriksaan pada golongan darah. Sebelumnya tujuan dari praktikum ini yaitu
dapat mengetahui cara uji golongan darah dan menentukan golongan darah A, B,
AB, O, dan Rh.
4.2.1 Pemeriksaan Golongan Darah
Golongan darah adalah pengklasifikasian darah dari suatu individu
berdasarkan ada atau tidak adanya antigen warisan pada permukaan membrane sel
darah merah. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan jenis karbohidrat dan
protein pada permukaan membrane sel darah merah tersebut. Golongan darah
pada manusia bersifat hereditas yang ditentukan oleh alela ganda. Golongan darah
seseorang mempunyai arti penting dalam kehidupan. Sistem penggolongan yang
umum dikenal dalam istilah A, B, O, dan Rh (Prawiroharto, 1995).

16
Pada percobaan ini dilakukan untuk mengetahui golongan darah dan rhesus.
Mula-mula yang dilakukan adalah menyiapkan kartu uji golongan darah yang
sudah diisi biodata penguji golongan darah dan telah terisi keterangan. Kartu uji
golongan darah berfungsi sebagai tempat untuk meletakkan objek yang akan
diamati. Salah satu ujung jari yaitu jari tengah disterilkan dengan alkohol 70%.
Alkohol 70% berfungsi untuk mensterilkan jari tengah dari kuman. Memasukkan
lanset ke jari tengah yang telah disterilkan tadi, ditusukkan pada ujung jari.
Menekan jari yang telah ditusuk tadi sehingga mengeluarkan darah dan
meneteskan darah tersebut pada kartu uji golongan darah, disebelah kiri dan
kanan. Pada masing-masing kolom ditetesi antisera A, B, AB, dan Rh. Menurut
Maitland Tulip (2015), reagen antisera merupaka reagen yang digunakan untuk
pemeriksaan golongan dari ABO. Darah yang sudah ditetesi dengan reagen,
diaduk dengan menggunakan tusuk gigi dengan gerakan memutar.
Pada penguji, hasil yang didapatkan adalah golongan darah A. hal ini terjadi
karena setelah darah ditetesi antisera B darah tersebut tidak menggumpal dan
setelah ditetesi anti A darah tersebut menggumpal. Menurut Kimball (1999), bila
seseorang diberi serum aglutinin A mengalami aglutinasi atau penggumpalan
berarti darah orang tersebut mengandung aglutinogen A, kemungkinan orang
tersebut bergolongan darah A atau AB.
4.2.2 Pemeriksaan Glukosa Darah
Pada percobaan ini dilakukan pengamatan glukosa darah. Hal pertama yang
dilakukan yaitu menyalakan glukometer dengan menggunakan tombol power dan
dicocokkan kode yang tertera pada tube dan pada standar chip, chip dimasukkan
tepat dibagian bertanda panah atau tanda garis, biarkan darah terserap oleh chip,
tunggu hingga keluar angka hasil.
Adapaun hasil yang diperoleh yaitu kadar gula darah sebesar 118 mg/dl
pada usia 20 tahun. Menurut Patter & Perry (2006), faktor yang mempengaruhi
kadar glukosa darah yaitu diantaranya faktor genetik. Kecenderungan genetik ini
bertanggung jawab atas antigen transplarasi dan proses imun lainnya. Faktor
imunologi dan faktor lingkungan termasuk konsumsi makanan.

17
Menurut Syahludin (2011), kadar glukosa darah tidak akan sama sepanjang
waktu tergantung individunya. Untuk glukosa darah normal dapat dipertahankan
dengan gaya hidup atau aktivitas fisik jasmani yang teratur dalam makanan
bergizi.

18
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada percobaan ini dapat disimpulkan bahwa pada pemeriksaan
golongan didapatkan hasil golongan darah A. dikarenakan setelah darah
bercampur dengan reagen antisera A, darah menunjukkan perubahan yakni
menggumpal dan mengalami aglutinasi. Aglutinasi terjadi karena di dalam
darah tersebut mengandung agnlutinogen A dan serum darah dapat
membuat agglutinin anti –B.
Sedangkan pada pemeriksaan kadar glukosa darah, diketahui hasil yang
diperoleh yaitu kadar gula darah sebesar 80 mg/dl. Hasil ini menunjukkan
hasil gula darah yang normal dari rentang 70-130 mg/dl.
5.2 Saran
5.2.1 Saran Untuk Asisten
Hubungan asisten dengan praktikan diharapkan selalu terjaga
keharmonisannya agar dapat tercipta suasana kerja sama yang baik.
5.2.2 Saran Untuk Laboratorium
Dapat memberikan dukungan dalam hal kelengkapan alat-alat
laboratorium agar praktikan dapat melaksanakan praktikum dengan lebih
maksimal.
5.2.3 Saran Untuk Jurusan
Saran kami kepada jurusan farmasi Universitas Negeri Gorontalo agar
lebih menunjang kegiatan praktikum kimia analisis ini agar lebih maksimal.
Baik itu menyediakan fasilitas dan administrasi lainnya.

19

Anda mungkin juga menyukai