Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PATOLOGI KLINIK
Pemeriksaan Darah Rutin Secara Lengkap

Penulis

Irfan Rozeki Sihombing 200205020


Maharani 200205026
Welfridysurhayat Zai 200205048
Siratna Telambanua 200205039
Ayu Destia 200205027
Puja Yemima Sitorus 200205034
Ferdy Rofan Ziliwu 200205018

Dosen Pengampu: dr. Dicky Yuswardi Wiratma, M.Kes

FAKULTAS ILMU FARMASI DAN ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA MEDAN
2023
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemeriksaan hematologi adalah pemeriksaan laboratorium yang terdiri dari beberapa
pemeriksaan contoh, pemeriksaan darah khusus, pemeriksaan darah rutin dan pemeriksaan
darah lengkap. Pemeriksaan darah khusus meliputi gambaran darah tepi, jumlah eritrosit,
hematokrit, indeks eritrosit, jumlah retikulosit dan jumlah trombosit. Pemeriksaan darah
rutin meliputi hemoglobin, jumlah leukosit, hitung jenis leukosit, laju endapan darah.
Pemeriksaan darah lengkap merupakan pemeriksaan yang sering dilakukan di rumah sakit
maupun laboratorium klinik yang di kenal dengan istilah complete blood count (CBC) yang
merupakan pemeriksaan dasar dari komponen sel darah (Rosidah dan Wibowo, 2018).
Pemeriksaan laboratorium hematologi secara umum dibagi menjadi dua yaitu
pemeriksaan hematologi darah rutin dan hematologi darah lengkap. Pemeriksaan
hematologi rutin meliputi hemoglobin (Hb), hematokrit, hitung jumlah sel darah merah
(eritrosit), hitung jumlah sel darah putih (leukosit), hitung jumlah trombosit dan indeks
eritrosit. Pemeriksaan hematologi lengkap meliputi pemeriksaan darah rutin ditambah
hitung jenis leukosit dan pemeriksaan morfologi sel (Kemenkes RI, 2011). Salah satu
tujuan dari pemeriksaan laboratorium hematologi adalah menetapkan diagnosis penyakit
(Riswanto, 2013). Pemeriksaan hematologi biasanya menggunakan sampel darah vena
yang dicampur dengan antikoagulan, agar sampel darah tersebut tidak menggumpal.
Antikoagulan yang bisa dipakai antara lain EDTA (Etylene Diamine Tetra Acetate),
heparin, natrium sitrat dalam larutan 3,2 % dan asam sitrat dektrosa (Riswanto, 2013).
Pemeriksaan darah lengkap salah satu pemeriksaan darah rutin yang sering
dilakukan karena dapat menunjang diagnosis berbagai penyakit kelainan darah (Meimi
Lailla, Zainiar, 2021). Sampel darah yang keluar dari tubuh memiliki sifat mudah
mengalami penggumpalan (koagulasi) maka untuk penyimpanan dibutuhkan zat yang
disebut antikoagulan, jenis antikoagulan yang sering digunakan yaitu EDTA (Ethylene
Diamine Tetra Acetic Acid) (Keohane et al, 2015). Buoro et al (2016) melaporkan bahwa
sampel darah EDTA yang disimpan di suhu ruang lalu diperiksa setelah ditunda selama 2
jam akan menunjukkan perubahan hasil yang tidak signifikan. Sampel darah akan
menunjukkan hasil pemeriksaan pada titik kritis ketika ditunda selama 8 jam.
Fitria et al (2017) melaporkan pemeriksaan darah lengkap yang dikerjakan melebihi
6 jam dapat mengakibatkan perubahan morfologi darah seperti pembengkakan eritrosit
maupun krenasi (echinocyte), sehingga hemoglobin bebas ke 2 dalam medium
sekelilingnya (plasma) dan eritrosit lisis. Semakin banyak hemoglobin yang terlepas dari
eritrosit yang lisis, maka semakin meningkatnya kadar hemoglobin dan akan
mempengaruhi MCV, MCH serta MCHC . Perubahan morfologi darah dapat
mengakibatkan kandungan air dalam darah semakin berkurang. Berkurangnya kandungan
air dalam darah menyebabkan sampel darah cepat rusak sehingga akan berpengaruh pada
hasil pemeriksaan, jika dibiarkan dalam suasana yang tidak ideal maka akan menyulitkan
interpretasi hasil diagnosis dan terapi.
Masih banyak orang yang enggan disuntik untuk diambil darahnya. Padahal,
pemeriksaan darah sangat penting untuk mengetahui kondisi kesehatan seseorang dan
penyakit yang sedang dideritanya. Bukan hanya itu, pemeriksaan darah juga dapat
membantu dokter untuk memberikan pengobatan yang sesuai. Secara umum, cek darah
dilakukan untuk mendeteksi keberadaan racun, zat zat, komponen berbahaya, mendeteksi
penyakit dan dapat digunakan pula untuk memeriksa kondisi kesehatan pasien secara
menyeluruh. Pemeriksaan darah lengkap termasuk dalam serangkaian medical check
up guna mendeteksi adanya penyakit anemia, infeksi, masalah pembekuan darah, serta
kanker darah.
Parameter pemeriksaan darah lengkap dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori,
yakni sel darah putih (WBC), sel darah merah (RBC), dan trombosit. Sel darah putih, juga
dikenal sebagai leukosit, adalah populasi sel heterogen termasuk limfosit, monosit, dan
granulosit yang terdiri dari neutrofil, eosinofil, dan basofil. Parameter yang berhubungan
dengan karakteristik sel darah merah adalah hemoglobin (Hb), hematokrit, mean
corpuscular volume (MCV), mean corpuscular hemoglobin (MCH), mean corpuscular
hemoglobin concentration (MCHC), dan red cell distribution width (RDW). Indikasi
pemeriksaan darah lengkap sangat luas dan meliputi banyak area dalam bidang kedokteran.
Pemeriksaan darah lengkap bermanfaat untuk pasien yang memiliki gejala seperti lemah
badan, infeksi, memar, atau pendarahan. Pemeriksaan ini bermanfaat dalam diagnosis
berbagai kondisi, termasuk anemia, leukemia, dan trombositopenia. Kontraindikasi
pemeriksaan darah lengkap berhubungan dengan kontraindikasi flebotomi, seperti
adanya phlebitis dan selulitis pada area pengambilan darah.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan rumusan masalah di atas maka rumusan masalah pada makalah ini adalah “apa
penyebab terjadinya pemeriksaan darah rutin dan lengkap” ?

1.3 Tujuan Penulisan


Untuk memantau kesehatan umum dan untuk menyaring berbagai gangguan, seperti
anemia atau leukemia.

1.4 Manfaat Penulisan


Untuk mendeteksi keberadaan racun, zat zat, komponen berbahaya, mendeteksi
penyakit dan dapat digunakan pula untuk memeriksa kondisi kesehatan pasien secara
menyeluruh. Pemeriksaan darah lengkap termasuk dalam serangkaian medical check
up guna mendeteksi adanya penyakit anemia, infeksi, masalah pembekuan darah, serta
kanker darah.
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Darah

Pemeriksaan darah rutin merupakan pemeriksaan yang sering diminta oleh klinis
karena dengan melakukan pemeriksaan darah rutin dapat terdiagnosis beberapa penyakit
kelainan darah dan dapat ditentukan arah pemeriksaan lebih lanjut dari penderita tersebut.
Pentingnya pemeriksaan darah rutin tidak dapat di remehkan karena dapat digunakan
sebagai prosedur untuk skrining, dan sangat membantu untuk menunjang diagnosis dari
berbagai penyakit. Pemeriksaan darah rutin dapat digunakan untuk melihat kemampuan
tubuh pasien dalam melawan penyakit dan dapat digunakan sebagai indikator untuk
mengetahui kemajuan pasien dalam keadaan penyakit tertentu seperti infeksi.

Darah merupakan cairan yang terdapat di dalam pembuluh darah yang memiliki
fungsi mengatur keseimbangan asam dan basa,mentransportasikan O2, karbohidrat, dan
metabolit, mengatur suhu tubuh dengan cara konduksi atau hantaran, membawa panas
tubuh dari pusat produksi panas (hepar dan otot) untuk didistribusikan ke seluruh tubuh,
dan pengaturan hormon dengan membawa dan mengantarkan dari kelenjar ke sasaran.
Jumlah dalam tubuh bervariasi, tergantung dari berat badan seseorang. Pada orang dewasa,
1/13 berat badan atau kira-kira 4,5-5 liternya adalah darah. Faktor lain yang menentukan
banyaknya darah adalah usia, pekerjaan, keadaan jantung, dan pembuluh darah (Syaifuddin,
2009). Darah seperti yang telah didefinisikan dan yang dapat dilihat, adalah suatu cairan
tubuh yang berwarna merah dan kental. Kedua sifat utama ini, yaitu warna merah dan
kental, yang membedakan darah dari cairan tubuh lainnya. Kekentalan ini disebabkan oleh
banyaknya senyawa dengan berat molekul yang berbeda, dari yang kecil sampai yang besar
seperti protein, yang terlarut didalam darah. Warna merah, yang memberi ciri yang sangat
khas bagi darah, disebabkan oleh senyawa berwarna merah yang terdapat dalam sel-sel
darah merah yang tersuspensi dalam darah (Sadikin, 2002)

Darah adalah jaringan cair yang terdiri dari dua bagian yaitu plasma darah dan sel
darah. sel darah terdiri dari tiga jenis yaitu eritrosit, leukosit, dan trombosit. Volume darah
secara keseluruhan yaitu satu per dua belas berat badan atau kira-kira lima liter. Sekitar
55% adalah plasma darah, sedangkan sisanya 45 terdiri dari sel darah (Evelyn C. Pearce ,
2006). Darah terdiri dari 2 komponen yaitu plasma darah dan butir-butir darah. Plasma
darah adalah bagian cair darah yang sebagian besar terdiri atas air, elektrolit dan protein
darah. Butir-butir darah (Blood corpuscles) terdiri atas 3 elemen yaitu eritrosit (sel darah
merah), leukosit (sel darah putih), dan trombosit (butir pembeku/platelet). (Handayani W
dan Haribowo A.S, 2008).

Fungsi utama darah yaitu sebagai media transportasi, pengatur suhu, pemeliharaan
keseimbangan cairan, sel darah putih bertanggung jawab terhadap pertahanan tubuh dan
diangkut oleh darah ke berbagai jaringan tempat sel-sel tersebut melakukan fungsi
fisiologiknya, trombosit berperan mencegah tubuh kehilangan darah akibat perdarahan,
protein plasma merupakan pengangkut utama zat gizi dan produk sampingan metabolik ke
organ-organ tujuan untuk penyimpanan atau ekskresi, serta keseimbangan basa eritrosit
selama hidupnya tetap berada dalam tubuh. Sel darah merah mampu mengangkut secara
efektif tanpa meninggalkan fungsinya didalam jaringan, sedangkan keberadaannya dalam
darah hanya melintas saja, eosinofil memiliki kemampuan untuk melakukan fagositosis,
yaitu memusnahkan setiap sel asing yang memasuki tubuh (Harun Yahya, 2008).
2.2 Darah Rutin
1. Defnisi hemoglobin
Hemoglobin adalah molekul protein pada sel darah merah yang berfungsi sebagai media
transport oksigen dari paru'paru keseluruh jaringan tubuh dan membawa karbondioksida
dari jaringan tubuh ke paru-paru. Kandungan zat besi yang terdapat dalam hemoglobin
membuat darah berwarna merah.
Saat ini pengukuran kadar hemoglobin dalam darah sudah menggunakan mesin
otomatis selain mengukur hemoglobin mesin pengukur akan memecah hemoglobin menjadi
sebuah larutan. Hemoglobin dalam larutan ini kemudian dipisahkan zat lain dengan
menggunakan zat kimia bernama nilai sinar yang berhasil diserap oleh hemoglobin.
Hemoglobin adalah metaloprotein pengangkut oksigen yang mengandung besi dalam
sel darah merah mamalia dan hewan lainnya. Molekul hemoglobin terdiri dari: globin
apoprotein, dan empat gugus heme, suatu molekul organik dengan satu atom besi.
2. Definisi Trombosit
Trombosit merupakan keping darah yang tidak memiliki inti, berbentuk bulat atau
lonjong dengan diameter rata – rata 1 – 4 µm. Pemeriksaan hitung jumlah trombosit dengan
menggunakan cara automatik atau manual (Bakta, 2006). Umur trombosit didalam tubuh
sangat pendek sekitar 8 sampai 10 hari dibandingkan dengan umur eritrosit sekitar 120 hari
serta sangat mudah terjadi destruksi, apabila trombosit rusak maka akan segera dihancurkan
didalam limpa. Trombosit mudah pecah jika keluar dari pembuluh darah atau bersentuhan
dengan benda yang permukaannya kasar, apabila terjadi luka darah akan keluar dari
pembuluh darah dan menyebabkan trombosit pecah. Trombosit yang peah dapat
menghasilkan enzim trombokinase atau tromboplastin. Trombokinase berfungsi untuk
mengubah protrombin dalam plasma darah menjadi trombin dengan bantuan ion Ca2+ dan
vitamin K. Trombin akan mengubah fibrinogen dalam plasma menjadi benang-benang
fibrin, yaitu benang-benang halus dapat menghentikan perdarahan dan menutup luka
(Wasis & Irianto, 2008).
a) Morfologi Trombosit
Trombosit pada keadaan inaktif trombosit bentuknya seperti cakram binkonveks
dengan diameter 2 – 4 µm dengan menggunakan mikroskop elektron, trombosit dapat
dibagi menjadi 4 zona yaitu dengan masing – masing zone yang memiliki fungsi khusus.
Keempat zone itu yaitu zone perifer yang berguna untuk adhesi dan agregasi, zone sol gel
menunjang struktur dan mekanisme kontraksi zone organel yang berperan dalam
pengeluaran isi trombosit serta zone membran yang keluar dari isi granula saat pelepasan
(Wirawan R, 2006).

b) Fungsi Trombosit
Fungsi trombosit pada tubuh trombosit berperan penting dalam pembentukan darah,
mengontrol perdarahan, apabila terjadi cidera vaskuler trombosit mengumpul pada tempat
cidera tersebut. Fungsi utama trombosit adalah pembentuk sumbatan mekanis selama
respon haemostatis normal terhadap luka vascular. Darah yang sudah tersimpan lebih dari
24 jam tidak lagi mengandung trombosit yang masih berfungsi atau faktor koagulan V ,
VIII dalam jumlah dan tanpa trombosit dapat terjadi kebocoran darah spontan melalui
pembuluh darah kecil (Handayani & Haribowo, 2008).
Trombosit dalam keadaan normal bersirkulasi ke seluruh tubuh melalui aliran darah,
namun dalam beberapa detik setelah kerusakan suatu pembuluh trombosit tertarik ke daerah
tersebut sebagai respon terhadap kolagen yang terpajang di lapisan subendotel pembuluh.
Trombosit melekat ke permukaan yang rusak dan mengeluarkan zat serotonim dan histamin
yang dapat menyebabkan terjadinya vasokonstriksi pembuluh. Fungsi lain dari trombosit
yaitu dapat mengubah bentuk dan kualitas setelah berikatan dengan pembuluh yang cedera.
Trombosit akan menjadi lengket dan menggumpal bersama membentuk sumbat trombosit
yang secara efektif menambal daerah yang luka sehingga luka tertutup (Handayani &
Haribowo, 2008).
c) Pemeriksaan Hitung Jenis Trombosit
Pemeriksaan hitung jumlah trombosit merupakan pemeriksaan yang sangat penting
untuk menunjang diagnosa gangguan perdarahan. Menghitung jumlah trombosit pada darah
vena harus hati-hati tanpa menimbulkan trauma dan darah harus dihisap dengan cepat dan
segera dengan antikoagulan. Hindari homogenkan yang berlebihan karena akan
menyebabkan perlekatan trombosit sehingga hasil perhitungan tidak tepat (Riswanto,
2013).
d) Kelainan Fungsi Trombosit
Kelainan perdarahan disebabkan oleh turunnya jumlah trombosit (trombositpenia)
atau disfungsi trombosit, atau kurangnya faktor koagulasi (misal, trombositopenia dan
defisiensi faktor koagulasi pada koagulasi intravaskular diseminata). Perdarahan membran
mukosa menunjukkan adanya gangguan fungsi trombosit, trombositopenia, penyakit
disfisiensi faktor XI (Surjono achmad, 2005).
Penurunan jumlah trombosit atau trombositopenia dijumpai pada penyakit infeksi
tertentu, misalnya pada penderita demam berdarah dengue atau DBD yang terjadi
penurunan kadar trombosit dalam darah secara signifikan. Trombosit yang menurun dapat
menyebabkan terjadinya perdarahan pada kulit karena trombosit befungsi sebagai salah satu
zat pembeku darah (Bastiansyah Eko, 2008).
Trombosit yang rendah dapat menimbulkan gangguan pada sistem pembekuan darah,
sehingga pada penderita DBD dengan jumlah trombosit yang rendah akan mempermudah
munculnya titik-titik perdarahan pada kulit, hidung, atau otak. Trombosit yang meninggi
sering terjadi pada leukemia (kanker sel darah putih), polisitemia vera (kadar sel darah
merah yang sangat tinggi), penyebaran tumor ganas, penyakit seperti lupus (gangguan sitem
imun atau kekebalan tubuh), setelah operasi pembedahan, perdarahan dan pada orang yang
baru berhenti mengkonsumsi minuman beralkohol (Bastiansyah Eko, 2008). Pemberian
antikoagulan Na2EDTA kurang dari yang dibutuhkan akan menyebabkan hitung jumlah
trombosit menurun karena terjadi mikrotrombi di dalam penampung yang dapat
menyumbat alat, sedangkan apabila dalam pemberian antikoagulan berlebih akan
menyebabkan sel mengalami pembengkakkan kemudian disintegrasi, membentuk fragmen
dalam ukuran yang sama dengan trombosit sehingga terhitung oleh alat penghitung
elektronik, sehingga berakibat peningkatan palsu jumlah hitung trombosit, bila disintegrasi
membentuk fragmen yang berbeda dengan ukuran trombosit akan menyebabkan penurunan
jumlah hitung trombosit (Wirawan R, 2004).
e) Faktor yang Mempengaruhi Trombosit
Hitung trombosit merupakan pemeriksaan yang sangat penting untuk menunjang
diagnosa berbagai kasus, baik yag menyangkut hemostatis maupun kasus lain yang meliputi
penegak diagnosa, penilaian hasil terapi, penentu prognosis dan penilaian berat penyakit
(Megawati M, 2014). Faktor yang dapat mempengaruhi pemeriksaan jumlah trombosit,
antara lain :
1. Penggunaan darah kapiler yang menyebabkan hitung jumlah trombosit cenderung lebih
rendah karena sejumlah trombosit tertinggal pada sisi kulit yang di tusuk.
2. Penggambilan sampel yang menyebabkan trombosit saling melekat (agregasi) sehingga
jumlahnya menurun palsu.
3. Perbandingan volume darah dengan antikoagulan tidak tepat sehingga menyebabkan
kesalahan pada hasil
4. Tidak segera mencampurkan darah dengan antikoagulan atau pencampuran yang kurang
benar juga akan menyebabkan agregasi trombosit, bahkan dapat terjadi bekuan.
5. Penundaan pemeriksaan lebih dari 1 jam akan menyebabkan perubahan jumlah
trombosit.

f) Pemeriksaan hitung jumlah trombosit secara otomatis

Tahap pra analitik merupakan proses yang harus dilalui sebelum sampel diperiksa,
tahap praanalitik pemeriksaan hitung jumlah trombosit meliputi :

- Persiapan Pasien

Ada beberapa sumber kesalahan yang kurang terkontrol dari proses pra analitik yang
akan mempengaruhi pemeriksaan laboratorium meliputi: aktivitas fisik, puasa, diet, stres,
efek posisi, menstruasi, kehamilan, gaya hidup (konsumsi alkohol, rokok, kopi, obat), usia,
jenis kelamin, paska transfusi, paska donasi, paska operasi dan lainnya karena hal-hal
tersebut dapat mempengaruhi beberapa pemeriksaan hematologi, maka pasien harus selalu
dipertimbangkan sebelum pengambilan sampel (Riswanto, 2010).

- Persiapan Pengumpulan Sampel

Spesimen yang akan diperiksa dalam laboratorium harus memenuhi persyaratan yaitu
volume mencukupi, kondisi baik/tidak lisis, dan segar/tidak kadaluwarsa, pemakaian
antikoagulan atau pengawet yang tepat, ditampung dalam wadah yang memenuhi syarat,
dan identitas benar sesuai dengan data pasien (Riswanto, 2010).

- Pengambilan spesimen

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pengambilan spesimen adalah :

1. Tehnik atau cara pengambilan yaitu pengambilan spesimen harus dilakukan dengan tepat
sesuai dengan standard operating prosedur (SOP) yang ada.

2. Cara menampung spesimen dalam wadah/penampung yang benar yaitu, seluruh sampel
harus masuk ke dalam wadah (sesuai kapasitas) dan jangan ada yang menempel pada
bagian luar tabung untuk menghindari bahaya infeksi.

3. Wadah harus dapat ditutup dengan rapat dan diletakkan dalam posisi berdiri untuk
mencegah spesimen tumpah.

4. Darah harus segera dimasukkan dalam tabung setelah melakukan sampling.

5. Lepaskan jarum dan alirkan darah melalui dinding tabung perlahan-lahan agar tidak
terjadi hemolisis.

6. Pastikan jenis antikoagulan dan volume darah yang ditambahkan tidak keliru.

7. Homogenisasi segera darah yang menggunakan antikoagulan dengan lembut perlahan-


lahan, jangan mengkocok tabung keras-keras agar tidak hemolisis

- Antikoagulan

Antikoagulan adalah zat yang digunakan sebagai pencegah proses pembekuan darah
yaitu dengan cara mengikat kalsium atau dengan menghambat pembentukan trombin yang
diperlukan untuk mengkonversi fibrinogen menjadi fibrin dalam proses pembekuan
(Riswanto, 2010). Jenis antikoagulan yang digunakan harus sesuai dengan jenis parameter
pemeriksaan yang diminta. Perbandingan volume darah dan antikoagulan harus sesuai dan
tepat karena dapat memberikan hasil pemeriksaan yang tidak sesuai dengan kenyataan.

1. EDTA (Ethylene Diamine Tetra Acetatic Acid )


2. Heparin

3. Natriumsitrat dalam larutan 3,8%

4. Natrium Fluoride ( NaF )

g) Tahap Analitik

Tahap analitik merupakan tahap pengerjaan sampel yaitu bahan pemeriksaan,


pemeliharaan dan kalibrasi alat, kualitas reagen dan pemeriksaan. Tahap ini sampel di
periksa atau dihitung jumlah trombosit secara automatis yang menggunakan alat analisis
darah secara automatis. Hematologi analizer merupakan alat hitung sel darah yang dapat
membantu pemeriksaan hematologi rutin, akurasi dan presesi yang lebih baik dibandingkan
dengan pemeriksaan metode secara manual, dengan waktu yang digunakan kurang dari 5
menit dan volume sampel hanya 100 µl.

h) Reagen yang di perlukan pada pemeriksaan trombosit secara automatik

Menggunakan alat hematologi analizer antara lain diluent sebagai larutan pengencer
dan media penghantar, lyse yaitu dapat melisiskan eritrosit, rinse digunakan utuk
membilas/mencuci bak dan tabung pengukur serta dapat menetapkan minikus yang tepat
pada tabung pengukur (Mindray, 2006). Sampel mode terbuka digunakan untuk menghisap
tabung darah yang kemudian dilarutkan dan dicampurkan sebelum pemeriksaan masing-
masing parameter dilakukan. Keuntungan dalam pemeriksaan hitung jumlah trombosit
secara otomatis yaitu dapat menghemat waktu, penggunaan sampel yang di perlukan lebih
sedikit, data segera diperoleh dan juga dapat disimpan maksimal 10.000 hasil pemeriksaan
sampel, dalam 1 jam dapat melakukan 30 kali pemeriksaan (Mindray, 2006). Tahap Pasca
Analtik

Tahap pasca analitik merupakan tahap akhir pemerikssaan. Tahap ini yaitu
pendokumentasi hasil, pencatatan hasil, cara penilaian atau interpertasi hasil, serta
penanganan hasil. Hasil pemeriksaan hitung jumlah tromboosit secara otomatis
menggunakan alat hematologi analizer harus dicermati, karena mempunyai beberapa
kekurangan pada pemeriksaan jumlah trombosit menggunakan hematologi analizer.
Menurut Mindray 2006 sumber kesalahan pemeriksaan jumlah trombosit

1. Alat berkerja tidak stabil atau alat tidak berfungsi secara normal karena alat yang kotor.

2. Alat berkerja kurang telitih, kurang tepat dan tidak peka karena alat belum dikalibrasi.

3. Melakukan pemeriksaan tidak sesuai petunjuk operasional alat.

4. Tidak menghomogenkan dengan benar.


BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pemeriksaan darah/hematologi merupakan salah satu pemeriksaan penunjang yang


diperlukan oleh dokter untuk membantu menegakkan diagnosis dan menyingkirkan
diagnosis banding.

2. Pemeriksaan darah rutin meliputi pemeriksaan haemoglobin, hematocrit, jumlah eritrosit,


leukosit, dan trombosit.
3. Pemeriksaan hematologi lengkap (complete blood count) terdiri dari pemeriksaan darah
rutin ditambah pemeriksaan morfologi sel.
4. Hasil dari pemeriksaan darah dapat menunjukkan kondisi tubuh seseorang. Pemeriksaan
darah rutin dapat dilakukan secara manual maupun otomatis dengan alat.

B. SARAN
1. Perlu dilakukan pengendalian factor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan
laboratorium agar hasil yang didapatkan lebih akurat
2. Perlu adanya peningkatan pemahaman klinisi dalam hal pemeriksaan penunjang
3. Diharapkan fasilitas pendukung untuk melakukan pemeriksaan penunjang tersedia di
seluruh wilayah 8ndonesia agar dokter dapat lebih mudah menangani pasien
DAFTAR PUSTAKA

Darmayani, S. et al. 2016. “Perbedaan Hasil Pemeriksaan Jumlah Leukosit Antara Metode
Manual Improved Neubauner Dengan Metode Automatic Hematology Analizer”.
Jurnal Kesehatan Manarang 2 (2):72-75

Irdayanti.2017, “Identifikassi Kadar Hemoglobin (Hb) Pada Ibu Hamil Trimester I,II, dan
III Terhadap KejadianAnemia Di Puskesmas Poasia. Kendari”: [KTI] Prodi D III
JurusanAnalis Kesehatan Politehnik Kesehatan Kendari.

Evelyn C.2010. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedic, cetakan 34. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.

Kresno, Siti Boedina. 1998. Hematologi dan Imunohematologi. Jakarta: FKUI. 11,118-.

Riswanto. 2013. Pemeriksaan Laboratorium Hematologi. Yogyakarta; Alfamedia dan


Kanal Media.

Anda mungkin juga menyukai