Anda di halaman 1dari 35

HEMATOLOGI

Di
S
U
S
U
N

Oleh :

NAMA : AFRA ANJELINA


NIM : P07131319001
MATKUL : URINALISASI DAN
HEMATOLOGI
DOSEN PEMBIMBING :Dr.Irwana Wahab. SKM, M.Si

POLITEKNIK KESEHATAN
KEMETRIAN KESEHATAN ACEH
PRODI D-III TLM
TAHUN AJARAN 2020/2021
1. Sebutkan jenis-jenis pemeriksaan hematologi

Jawab:

1. Pemeriksaan Darah Lengkap (DL)

2. Pemeriksaan Hemoglobin (Sahli & Cyanmet)

3. Pemeriksaan Hematokrit

4. Pemeriksaan Jumlah dan kelainan Eritrosit (sel darah merah)

5. Pemeriksaan Jumlah dan kelainan Leukosit (sel darah putih)

6. Pemeriksaan Jumlah dan kelainan Trombosit (platelet)

7. Pemeriksaan Laju Endap darah

8. Pmeeriksaan Retikulosit

9. Pemeriksaan indeks eritrosit (MCV, MCH, MCHC)

10. Pemeriksaan Faal Hemostasis (PT, APTT, INR)

11. Pemeriksaan Hitung Jenis Leukosit (Diffcount)

12. Pemeriksaan kelainan haemoragik (Bleeding time, cloting time, rumple

leed, dan retraksi bekuan)

13. Pemeriksaan Gambaran Darah Tepi

14. Pemeriksaan daya tahan osmotik eritrosit yang dikenal sebagai

resistensi osmotik eritrosit

15. Pemeriksaan sel lupus eritematosus (LE)

2. Uraikan secara rinci satu persatu jenis pemeriksaan tersebut

Jawab:

1. Pemeriksaan Darah Lengkap (DL)

Pemeriksaan darah lengkap adalah tes darah yang dilakukan

untuk mengetahui jumlah sel darah merah, sel darah putih, dan

trombosit dalam tubuh Anda. Jumlah sel darah dapat menggambarkan

kondisi kesehatan Anda sehingga bisa membantu dokter dalam

menentukan diagnosis dan pengobatan. pemeriksaan darah sangat


penting untuk mengetahui kondisi kesehatan seseorang dan penyakit

yang sedang dideritanya. Bukan hanya itu, pemeriksaan darah juga

dapat membantu dokter untuk memberikan pengobatan yang sesuai.

Tujuan Dilakukannya Pemeriksaan Darah Lengkap yaitu:

Pemeriksaan darah lengkap biasanya dilakukan bila dokter

membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut setelah menanyakan

gejala,riwayat kesehatan, dan melakukan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan

ini juga sering dilakukan saat medical check-up. Salah satu tujuannya

adalah untuk mengetahui kondisi kesehatan seseorang secara

keseluruhan, sekaligus mendeteksi lebih awal penyakit yang mungkin

terjadi.

Pemeriksaan darah lengkap juga bisa dilakukan untuk memantau

kondisi Anda, jika Anda sedang dalam pengobatan atau menderita

penyakit yang bisa memengaruhi jumlah sel darah, misalnya demam

berdarah.

Prosedur Pemeriksaan Darah Lengkap

Pemeriksaan darah dilakukan dengan cara mengambil darah dari

pembuluh darah vena yang terletak dekat dengan permukaan kulit. Daerah

yang paling sering dipilih adalah lipatan siku. Pengerjaan tes ini cukup

mudah dan hanya membutuhkan waktu beberapa menit.

Berikut ini adalah langkah-langkah yang dilakukan oleh perawat atau petugas

laboratorium saat mengambil sampel darah untuk pemeriksaan darah

lengkap:

1. Membersihkan area kulit di lokasi pengambilan darah, menggunakan

larutan antiseptik.

2. Mengikatkan tali elastis pada bagian atas lokasi pengambilan darah, agar

aliran darah terbendung di area tersebut.


3. Memasukkan jarum ke dalam pembuluh darah vena dan menyedot darah

sejumlah yang dibutuhkan, lalu menampungnya di dalam tabung kecil.

4. Menutup luka bekas tusukan jarum dengan perban.

5. Menempelkan label berisi nama dan waktu pengambilan darah pada

tabung penampung darah, lalu mengirimkannya ke laboratorium untuk

diperiksa.

Prosedur ini memang bisa terasa sedikit tidak nyaman, terutama

ketika jarum menusuk kulit. Setelahnya, mungkin akan muncul sedikit

memar di lokasi pengambilan darah.

Penjelasan Hasil Pemeriksaan Darah Lengkap

Dalam pemeriksaan darah lengkap, ada tiga jenis sel darah yang akan

dihitung oleh petugas laboratorium, yaitu sel darah merah (eritrosit), sel darah

putih (leukosit), dan keping darah (trombosit).Batas normal untuk kadar

masing-masing sel darah ini tergantung pada usia dan jenis kelamin. Jumlah

sel darah yang terlalu banyak atau terlalu sedikit dapat menandakan adanya

gangguan atau kondisi medis tertentu. Berikut adalah rinciannya:

Sel darah merah (eritrosit)

Proporsi sel darah merah tergambar dalam dua komponen, yaitu kadar

hemoglobin dan hematokrit. Hemoglobin adalah protein pembawa oksigen,

sedangkan hematokrit menggambarkan perbandingan sel darah merah

terhadap total darah Anda. Kadar hemoglobin rendah dan hematokrit di bawah

normal menandakan anemia yang bisa disebabkan oleh berbagai macam

penyakit.

Sel darah putih (leukosit)

Sel darah putih adalah bagian dari sistem kekebalan tubuh yang berfungsi

untuk melawan infeksi. Kadar leukosit yang tinggi disebut leukositosis,

sedangkan kadar yang rendah disebut leukopenia. Kadar sel darah putih yang
tidak normal ini bisa menandakan adanya berbagai macam penyakit, seperti

infeksi, stres, atau penyakit autoimun.

Trombosit

Trombosit berperan dalam menghentikan perdarahan dan

menyembuhkan luka. Kadar trombosit yang tidak normal, baik itu terlalu tinggi

maupun terlalu rendah, menggambarkan adanya gangguan pada proses

pembekuan darah.Pemeriksaan darah lengkap dapat membantu dokter untuk

mendiagnosis penyakit yang Anda derita. Namun, bukan berarti pemeriksaan

ini perlu dilakukan setiap kali Anda sakit. Adakalanya, dokter sudah bisa

mendiagnosis penyakit Anda hanya dengan menanyakan keluhan dan

melakukan pemeriksaan fisik.

Bila dokter meminta Anda untuk menjalani pemeriksaan darah lengkap,

sebaiknya tanyakan dengan jelas kepada dokter mengenai persiapan apa saja

yang perlu Anda lakukan sebelum pengambilan darah.Pemeriksaan darah

lengkap memang umumnya tidak memerlukan persiapan apa pun, termasuk

puasa. Namun, pemeriksaan ini kadang dilakukan bersamaan dengan

pemeriksaan darah lainnya yang memerlukan persiapan khusus.

2. Pemeriksaan Hemoglobin (Sahli & Cyanmet)

Hemoglobin merupakan molekul yang terdiri dari kandungan heme (zat

besi) dan rantai polipeptida globin (alfa,beta,gama, dan delta), berada di dalam

eritrosit dan bertugas untuk mengangkut oksigen. Kualitas darah ditentukan

oleh kadar haemoglobin. Stuktur Hb dinyatakan dengan menyebut jumlah dan

jenis rantai globin yang ada. Terdapat 141 molekul asama amino pada rantai

alfa, dan 146 mol asam amino pada rantai beta, gama dan delta.

Nama Hemoglobin merupakan gabungan dari heme dan globin. Heme

adalah gugus prostetik yang terdiri dari atom besi, sedang globin adalah

protein yang dipecah menjadi asam amino. Setiap orang harus memiliki sekitar
15 gram hemoglobin per 100 ml darah dan jumlah darah sekitar lima juta sel

darah merah per millimeter darah. Hemoglobin dapat diukur secara kimia dan

5 6 jumlah Hb/100 ml darah dapat digunakan sebagai indek kapasitas

pembawa oksigen pada darah. Hemoglobin adalah senyawa senyawa

pembawa oksigen pada sel darah merah. Hemoglobin dapat diukur secara

kimia dan jumlah Hb/100 ml dapat digunakan sebagai indeks kapasitas

pembawa oksigen pada darah. Hemoglobin adalah protein yang kaya akan zat

besi. Memiliki afinitas ( daya gabung terhadap oksigen dan dengan oksigen itu

membentuk oxihemoglobin di dalam sel darah merah. Dengan melalui fungsi

maka oksigen dibawa dari paru-paru ke jaringan-jaringan.

*Fungsi Hemoglobin:

1. Mengangkut O2 dari organ respirasi ke jaringan perifer dengan cara

membentuk oksihemoglobulin. Oksihemoglobin ini akan beredar secara luas

pada seluruh jaringan tubuh. Jika kandungan O2 di dalam tubuh lebih rendah

dari pada jaringan paru-paru, maka ikatan oksihemoglobulin akan dibebaskan

dan O2 akan digunakan dalam metebolisme sel.

2. Mengangkut karbon dioksida dari berbagai proton, seperti ion Cldan ion

hidrogen asam (H+ ) dari asam karbonat (H2CO3) dari jaringan perifer ke

organ respirasi untuk selanjutnya diekskresikan ke luar. Oleh karena itu,

hemoglobin juga termasuk salah satu sistem buffer atau penyangga untuk

menjaga keseimbangan pH ketika terjadi perubahan PCO2

*Struktur Hemoglobin

Molekul hemoglobin terdiri dari globin, apoprotein, dan empat

gugus heme, suatu molekul organik dengan satu atom besi. Mutasi pada gen

protein hemoglobin mengakibatkan suatu golongan penyakit menurun yang

disebut hemoglobinopati, di antaranya yang paling sering ditemui adalah

anemia sel sabit dan talasemia.


Hemoglobin tersusun dari empat molekul protein (globulin chain) yang

terhubung satu sama lain. Hemoglobin normal orang dewasa (HbA) terdiri dari

2 alpha-globulin chains dan 2 beta-globulin chains, sedangkan pada bayi yang

masih dalam kandungan atau yang sudah lahir terdiri dari beberapa rantai beta

dan molekul hemoglobinnya terbentuk dari 2 rantai alfa 8 dan 2 rantai gama

yang dinamakan sebagai HbF. Pada manusia dewasa, hemoglobin

berupa tetramer (mengandung 4 subunit protein), yang terdiri dari masing-

masing dua subunit alfa dan beta yang terikat secara nonkovalen. Subunit-

subunitnya mirip secara struktural dan berukuran hampir sama. Tiap subunit

memiliki berat molekul kurang lebih 16,000 Dalton, sehingga berat molekul

total tetramernya menjadi sekitar 64,000 Dalton.

Pusat molekul terdapat cincin heterosiklik yang dikenal

dengan porfirin yang menahan satu atom besi; atom besi ini merupakan

situs/loka ikatan oksigen. Porfirin yang mengandung besi disebut heme . Tiap

subunit hemoglobin mengandung satu heme, sehingga secara keseluruhan

hemoglobin memiliki kapasitas empat molekul oksigen. Pada

molekul heme inilah zat besi melekat dan menghantarkan oksigen serta

karbondioksida melalui darah.

Kapasitas hemoglobin untuk mengikat oksigen bergantung pada

keberadaan gugus prastitik yang disebut heme. Gugus heme yang

menyebabkan darah berwarna merah. Gugus heme terdiri dari komponen

anorganik dan pusat atom besi. Komponen organik yang

disebut protoporfirin terbentuk dari empat cincin pirol yang dihubungkan oleh

jembatan meterna membentuk cincin tetra pirol. Empat gugus mitral dan gugus

vinil dan dua sisi rantai propionol terpasang pada cincin ini ( Nelson dan Cox,

2005 ).

Hemoglobin juga berperan penting dalam mempertahankan bentuk sel

darah yang bikonkaf, jika terjadi gangguan pada bentuk sel darah ini, maka
keluwesan sel darah merah dalam melewati kapiler jadi kurang maksimal. Hal

inilah yang menjadi alasan mengapa kekurangan zat besi bisa mengakibatkan

anemia. Jika nilainya kurang dari nilai diatas bisa dikatakan anemia, dan

apabila nilainya kelebihan akan mengakibatkan polinemis

Faktor – faktor yang mempengaruhi kadar hemoglobin yaitu :

Internal :

• Kecukupan Besi dalam tubuh

• Metabolisme Besi dalam Tubuh

• Keasaman / pH

• Tekanan Parsial O2

• Tekanan Parsial CO2

Metode Sahli

Prinsip metode ini adalah hemoglobin diubah menjadi hematin asam

kemudian warna yang terjadi dibandingkan secara visual dengan standart

warna pada alat hemoglobinometer. Dalam penetapan kadar hemoglobin,

metode sahli memeberikan hasil 2% lebih rendah dari pada metode lain

Metode Sahli merupakan metode estimasi kadar hemoglobin yang tidak teliti,

karena alat hemoglobinometer tidak dapat di standarkan dan pembandingan

warna secara visual tidak teliti. Metode sahli juga kurang teliti karena

karboxyhemoglobin, methemoglobin dan sulfhemoglobin tidak dapat diubah

menjadi hematin asam.

Metode Cyanmenth

Prinsip metode ini adalah darah diencerkan dengan larutan drabkin

sehingga terjadi hemolisis eritrosit dan konversi hemoglobin menjadi

hemoglobinsianida (cyanmethemoglobin). Larutan yang terbentuk selanjutnya

diperiksa dengan sperktrofotometer (atau colorimeter), yang absorbansinya


sebanding dengan kadar hemoglobin dalam darah. Metode fotometrik

cyanmethemoglobin merupakan metode estimasi kadar hemoglobin yang yang

paling akurat. Jika semua fasilitas tersedia metode ini yang sebaiknya

digunakan.

Prinsip Metode cyanmethemoglobin :

Pengukuran Hb dengan metode cyanmethemoglobin adalah hemoglobin

dengan K3Fe(CN)6 akan diubah menjadi methemoglobin yang kemudian

menjadi hemoglobin sianida (HiCN) oleh KCN.

Cara Kerja:

1. Di Siapkan Alat dan Bahan yang akan digunakan.

2. Dipipet larutan Drabkin sebanyak 5 mk kemudian dimasukkan kedalam tabung

reaksi.

3. Dipipet darah vena/kapiler Sebanyak 20 ml

4. Kelebihan darah yang melekat pada bagian luar pipet dihapus dengan kain

kasa kering/kertas tissue

5. Darah dalam pipet dimasukkan kedalam tabung reaksi yang berisi larutan

Drabkin.

6. Pipet dibilas beberapa kali dengan larutan Drabkin tersebut.

7. Campur larutan ini dengan cara menggoyang tabung perlahan-lahan hingga

larutan homogen dan dibiarkan selama 3 menit.

8. Baca dengan spektrofotometer pada gelombang 546 nm, sebagai blanko

digunakan larutan Drabkin.

9. Kadar Hb ditentukan dengan perbandingan absorban sampel dengan

absorban standar

C Sampel = A Sampel X C Standar / A Standar

[12:22, 9/6/2020] Laa: 3. Kelebihan Metode Sahli


Kelebihan metode sahli :

a. Alat (Hemoglobinometer) praktis dan tidak membutuhkan listrik.

b. Harga alat (Hemoglobinometer) murah.

4. Kekurangan Metode Sahli

a. Pembacaan secara visual kurang teliti.

b. Alat (Hemoglobinometer) tidak dapat distandarkan.

c.Tidak semua bentuk hemoglobin dapat diubah menjadi hematin asam.

Kelebihan Metode Cyanmeth:

a. Pemeriksaan akurat.

b. Reagent dan alat untuk mengukur kadar hemoglobin dapat dikontrol dengan

larutan standart yang stabil.

2. Kekurangan Metode Cyanmeth

a. Alat untuk mengukur absorbansi (spektrofotometer atau photometer) mahal

dan membutuhkan listrik.

b. Larutan drabkin yang berisi sianida bersifat racun

3. Pemeriksaan Hematokrit

Hematokrit adalah nilai yang menunjukan presentase zat padat dalam

darah terhadap cairan darah, dengan demikian bisa terjadi perembesan

cairan darah keluar dari pembuluh darah. Sementara bagian padatnya tetap

dalam pembuluh darah, akan membuat persentase zat padat darah

terhadap cairannya naik sehingga kadar hematokritnya juga meningkat (

yashid, 2012).
1. Metode makro hematokrit

Pada metode makro, sebanyak 1 mL sampel darah ( darah EDTA

atau Hepearin) dimasukkan dalam tabung wintrobe yang berukuran

panjang 0-10 mm. Tabung kemudian disentrifuge selama 30 menit dengan

kecepatan 3.000 rpm. Tinggi kolom eritrosit adalah nilai hematokrit yang

dinyatakan dalam %

2. Metode mikro hematokrit

Pada metode ini, sampel darah dimasukan dalam tabung kapiler yang

mempunyai ukuran panjang 75 mm dengan diameter 1 mm. Tabung kapiler

yang digunakan ada dua macam yaitu yang berisi heparin (bertanda merah)

untuk sampel darah kapiler dan yang tanpa antikoagulan (bertanda biru)

untuk darah EDTA / Heparin / Amonium - Kalium - oksalat.

Ada beberapa hal jika pada saat pemeriksaan di dapatkan nilai

yang lebih maupun kurang dari normal yaitu :

a. Nilai lebih dari normal didapatkan pada:

1. Polisitemia

2. Hemokonsentrasi

3. Dehidrasi

b. Nilai kurang dari normal didapatkan pada:

1. Kehilangan darah akut

2. Anemia

3. Leukemia

4. Serosis hepatis

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil pemeriksaan hematokrit :

1. Kecepatan sentrifuge

Makin tingggi kecepatan sentirifuge semakin cepat terjadinya

pengendapan eritrosit dan begitu pula sebaliknya, semakin rendah kecepatan

sentrifuge semakin lambat terjadinya pengendapan eritrosit


2. Waktu sentrifuge

Selain kecepatan dan radius sentrifuge, lamanya sentrifuge juga

berpengaruh terhadap pemeriksaan hematokrit.

Sumber-sumber kesalahan dalam pemeriksaan hematokrit :

1. Sentrifuge yang tidak benar

2. Lupa mengocok sampel

3. Penutup ujung kapiler tidak rapat

Adapun keuntungan dari metode mikro hematokrit :

a. Metode cepat

b. Kesalahan lebih kecil

c. Mudah

d. Darah sedikit

Metode Kerja

A. Pra analitik

Persiapan pasien : Tidak ada persiapan khusus

Persiapan sampel : Darah EDTA

Prinsip : Volume eritrosit yang dipisahkan dari plasma dengan

disentrifugasi dalam waktu tertentu dan pada kecepatan tertentu

Metode : Mikro hematokrit

Persiapan alat dan bahan

a. Alat yang digunakan

1. Cawan porselin

2. Rak tabung

3. Sentrifuge hematokrit

4. Tabung mikro hematokrit

5. Tabung reaksi

6. Tourniquet
b. Bahan yang digunakan

1. Alkohol 70%

2. Aquadest

3. Darah EDTA

4. Kapas

5. Spoit 3 ml

6. Tissue

B. Analitik

a. Prosedur kerja pengambilan darah

1. Disiapkan alat dan bahan

2. Minta pasien meluruskan tangannya, pilih lengan yang sering digunakan

beraktifitas

3. Pasang tourniquet kira-kira 3 cm diatas lipatan

4. Dipilih vena mediana cubity, lakukan perabaan

5. Dipilih daera yang akan diambil darahnya

6. Ditusuk darah vena dengan posisi lubang jarum menghadap keatas,

kemudian minta

pasien membuka kepalan tangan

7. Ketika terlihat darah diujung semprit tarik hingga mencapai volume yang

diinginkan

lalu lepas tourniquet

8. Letakan kapas didaerah suntikan, lalu tarik jarum

9. Dipindahkan darah ketabung EDTA

b. Prosedur mikro metode sentrifuge

1. Isilah tabung mikro kapiler yang khusus dibuat untuk penetapan mikro

hematokrit

dengan darah EDTA


2. Di tutup salah satu dari ujung tabung dengan dempul.

3. Tabung kapiler dimasukkan kedalam centrifuge mikro dengan bagian yang

ditutup

mengarah keluar, diputar pada kecepatan 16.000 rpm selama 5 menit.

4. Bacalah nilai hematokrit dengan mengunakan grafik .

4. Pemeriksaan Jumlah dan kelainan Eritrosit (sel darah merah)

Eritrosit atau sel darah merah berfungsi untuk membawa oksigen dari paru-

paru ke seluruh jaringan tubuh. Sel darah ini mengandung hemoglobin dan

diproduksi di sumsum tulang. Bila kadar sel darah merah dalam tubuh terlalu

banyak atau terlalu sedikit, dapat terjadi beragam gangguan kesehatan.Jumlah

normal sel darah merah tergantung pada usia dan jenis kelamin. Jumlah

eritrosit normal pada pria dewasa berkisar antara 4,3 – 5,6 juta/mcl (mikroliter),

sedangkan pada wanita berkisar antara 3,9 – 5,1 juta/mcl.

Kadar eritrosit dapat diketahui melalui tes darah atau pemeriksaan darah

lengkap. Meski demikian, setiap laboratorium memiliki standar nilai satuan

jumlah eritrosit normal yang berbeda-beda.

Penyebab Eritrosit Tinggi

Meski eritrosit berperan sebagai pembawa oksigen ke seluruh tubuh,

namun kadar eritrosit tinggi bukan berarti kesehatan tubuh bisa menjadi lebih

baik. Kondisi eritrosit tinggi atau polisitemia secara umum dibedakan menjadi

dua jenis, yakni:

Polisitemia primer

Eritrosit tinggi jenis ini biasanya disebabkan oleh kelainan genetik atau faktor

turunan. Selain itu, tak hanya sel darah merah, polisitemia primer juga

biasanya menyebabkan sumsum tulang lebih banyak menghasilkan sel darah

putih dan trombosit. Kondisi ketika semua jenis sel darah meningkat ini disebut

juga polisitemia vera.


Polisitemia sekunder

Pada polisitemia sekunder, terbentuknya sel darah merah secara berlebihan

disebabkan oleh kondisi tertentu atau penyakit lain yang mendasari, di

antaranya:

• Dehidrasi. Kondisi ini menyebabkan jumlah cairan dalam darah

berkurang, sehingga perbandingan antara volume darah dan sel darah

merah meningkat.

• Penyakit paru, seperti penyakit paru obstruktif

kronis (PPOK) dan fibrosis paru.

• Penyakit jantung, seperti gagal jantung atau penyakit jantung bawaan

pada orang dewasa.

• Tumor atau kanker di organ tertentu, seperti tumor ginjal, hati, rahim,

dan otak. Polisitemia sekunder juga terkadang terjadi pada leukemia.

• Kelainan pada hemoglobin, misalnya pada penyakit

thalassemia, methemoglobinemia, dan anemia sel sabit.

• Apnea tidur.

• Efek samping obat-obatan, seperti suntikan eritropoietin yang dapat

memicu produksi sel darah merah, terapi hormon testosteron, antibiotik

gentamicin, methyldopa, dan

Selain beberapa kondisi di atas, kadar eritrosit juga dapat meningkat

pada orang yang tinggal di dataran tinggi atau pegunungan dan perokok.

Tingginya kadar eritrosit dalam tubuh tidak selalu menimbulkan gejala. Namun,

sebagian orang dengan kondisi ini dapat merasakan keluhan berupa mudah

lemas, sakit kepala, pusing, gangguan penglihatan, sering mimisan, mudah

lebam, dan gatal-gatal.


Penanganan Eritrosit Tinggi

Jika tidak ditangani, eritrosit tinggi berisiko menimbulkan komplikasi

berupa penyumbatan pembuluh darah, misalnya deep vein

thrombosis (DVT), stroke, serangan jantung, dan emboli paru. Selain itu,

tingginya kadar eritrosit juga dapat membuat seseorang rentan mengalami

perdarahan.Untuk menangani eritrosit tinggi, dokter perlu terlebih dahulu

menentukan apa penyebabnya.

Setelah penyebab eritrosit tinggi diketahui, dokter dapat meresepkan obat-

obatan, seperti interferon, aspirin, dan hydroxycarbamide, untuk mengurangi

jumlah sel darah merah yang berlebihan dan mencegah terjadinya sumbatan

pembuluh darah.

Cara lain untuk mengatasi eritrosit tinggi adalah dengan melakukan donor

darah. Melalui prosedur ini, sekitar 500 cc darah akan dikeluarkan dari dalam

tubuh dan dapat diulang sesuai jadwal yang disarankan oleh dokter. Untuk

menentukan jumlah eritrosit di dalam tubuh, Anda perlu melakukan

pemeriksaan kesehatan ke dokter secara berkala. Jika hasil pemeriksaan

dokter menunjukkan bahwa Anda memiliki eritrosit tinggi, dokter akan

menentukan langkah penanganan yang tepat untuk mengatasi kondisi

tersebut.

5. Pemeriksaan Jumlah dan kelainan Leukosit (sel darah putih)

Leukosit atau sel darah putih adalah salah satu komponen darah yang

berfungsi sebagai sistem pertahanan tubuh kita dalam melawan benda asing

dari luar tubuh. Perhitungan leukosit total dan hitung jenis leukosit menjadi

bagian pemeriksaan Darah lengkap dalam Pemeriksaan Kesehatan.

Pemeriksaan ini akan dilakukan apabila pasien mengalami beberapa tanda

dan gejala dari infeksi atau inflamasi seperti :

▪ Demam

▪ Nyeri pada bagian tubuh


▪ Nyeri kepala

▪ Tanda dan gejala spesifik lainnya, tergantung lokasi dari infeksi atau inflamasi

Pemeriksaan ini dapat membantu diagnosis suatu penyakit dan

memonitor akan sebuah penyakit atau kondisi yang dapat mempengaruhi nilai

satu atau lebih dari jenis leukosit dengan melihat jumlah dari sel darah putih,

apakah lebih tinggi atau lebih rendah dari nilai normal/referensi yang ada.

Sebagai contoh hitung jenis leukosit dapat menjadi alat bantu dalam

mendiagnosis kondisi berikut:

▪ Infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur atau parasit

▪ Inflamasi

▪ Alergi atau asma

▪ Gangguan imunitas (penyakit autoimun, imunodefisiensi)

▪ Leukemia (misalnya Leukemia Granulositik Kronis, atau Leukemia Limfositik

Kronis)

▪ Sindrom Mielodisplasia

▪ Keganasan mieloproliferatif

Ada 5 jenis sel darah putih yang biasa dikenal dalam pemeriksaan

hitung jenis yaitu neutrofil, limfosit, monosit, eosinofil, dan basofil.[1] Hasil dari

hitung jenis leukosit akan dilaporkan sebagai nilai absolut dari 5 jenis sel darah

putih atau dalam bentuk persentase dari jumlahnya. Nilai absolut didapat

dengan cara mengalikan nilai total leukosit dengan persentase dari tiap-tiap

jenis sel. Nilai referensi dari hitung jenis leukosit adalah sebagai

berikut:[1,2]Leukosit Total : 00-11.0 x 10 9/L

▪ Neutrofil : 5–7.5 x 10 9/L

▪ Limfosit : 5–3.5 x 10 9/L

▪ Monosit : 2–0.8 x 10 9/L


▪ Eosinofil : 04-0.4 x 10 9/L

▪ Basofil : 01-0.1 x 10 9/L

Dalam bentuk persentase, nilai referensi dari hitung jenis leukosit adalah

sebagai berikut :[3]

▪ Eosinofil : 2-4%

▪ Basofil : 0-2%

▪ Limfosit : 21-35 %

▪ Monosit : 4-8%

▪ Neutrofil

▪ Metamielosit : 0%

▪ Batang : 0-10%

▪ Segmen : 51-67%

6. Pemeriksaan jumlah dan kelainan Trombosit (Platelet)

Pemeriksaan trombosit termasuk salah satu pemeriksaan hematologi

yang banyak diminta di laboratorium klinik. Hal ini disebabkan oleh

meningkatnya kebutuhan akan data tersebut dalam upaya membantu

menegakkan diagnosis. Dengan meningkatnya permintaan pemeriksaan

hitung sel darah maka pemeriksaan hitung sel trombosit cara manual tidak

lagi dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Walaupun demikian, hitung sel

darah cara manual masih dipertahankan. Hal ini disebabkan hitung sel

trombosit manual masih merupakan metode rujukan. Dimana hitung sel

secara manual biayanya murah dibandingkan harga sebuah pemeriksaan

hitung sel trombosit secara autoanalyzeryang cukup mahal.


Metode untuk menghitung trombosit telah banyak dibuat dan jumlahnya

jelas tergantung dari kenyataan bahwa sukar untuk menghitung sel-sel

trombosit yang merupakan partikel kecil, mudah pecah dan sukar

membedakan trombosit dengan kotoran. Cara yang lazim digunakan

dalam hitung jumlah trombosit adalah cara langsung dapat dilakukan

dengan metode Ammonium Oksalat 1%, dan dengan metode

Autoanalyzer. Kelebihan larutan ammonium oksalat 1% sebagai berikut,

dapat melisiskan eritrosit sehingga terlihat sel trombosit saja, bayangan sel

leukosit lenyap, harga relatif lebih murah dan ekonomis, kekurangannya,

lebih mudah terkontaminasi, mempunyai latar belakang jernih sehingga

trombosit sukar dibaca, trombosit sulit dibedakan dengan kotoran. Prinsip

pemeriksaan hitung trombosit cara manual, darah diencerkan larutan

pengencer ialah Ammonium oksalat 1% dan diperiksa dibawah mikroskop

sedangkan cara automatic berprinsip pada impedansi yaitu berdasar

pengukuran b dua elektroda.

Cara pemeriksaan yang berbeda tentunya akan menimbulkan variasi

hasil perhitungan jumlah trombosit. Untuk itu perlu diketahui seberapa

besar perbedaan yang ditimbulkan oleh kedua cara tersebut, yang masing-

masing mempunyai keterbatasan. Cara manual masih banyak di

laboratorium swasta maupun pemerintah, biasanya digunakan sebagai

konfirmasi apabila cara otomatis memiliki masalah.

7. Pemeriksaan laju tahap endap

Laju Endap Darah (LED) adalah kecepatan mengendapnya sel darah

merah pada tabung khusus pemeriksaan dengan satuan mm/jam (baca:

milimeter per jam). Pada pemeriksaan LED akan didapatkan hasil LED tinggi,

normal, atau rendah. Laju endap darah tinggi berarti kecepatan

mengendapnya sel darah merah berlangsung lebih cepat dibanding normal.


Prinsip Pemeriksaan: Sel-sel darah merah dalam tubuh terdistribusi secara

merata di seluruh plasma darah karena darah terus mengalir. Akan tetapi jika

darah diambil dan ditempatkan dalam tabung khusus yang sebelumnya diberi

zat antikoagulan (anti pembekuan darah), maka sel-sel darah merah akan

mengendap dibagian bawah tabung karena pengaruh gravitasi. Pemeriksaan

Laju endap darah ( LED ) berfungsi untuk mengukur kecepatan pengendapan

darah merah di dalam plasma selama satu jam ( mm/jam ).

Kecepatan pengendapan sel darah merah ini dipengaruhi oleh kondisi

tubuh, misalnya ketika tubuh mengalami peradangan, maka tubuh akan

menghasilkan zat-zat kimia yang salah satu pengaruhnya adalah membuat

darah cepat mengendap. Tapi bukan berarti darah kental.

Pemeriksaan LED akan membantu dokter menentukan apakah pasien

mengalami peradangan atau inflamasi, jika iya maka umumnya akan ditandai

dengan laju endap darah (LED) tinggi. Dokter akan melihat hasil pemeriksaan

LED bersama dengan informasi atau hasil tes lain untuk membantu mencari

tahu diagnosis. Jadi pemeriksaan ini hanya menunjukkan kemungkinan

adanya peradangan, namun tidak bisa menunjukkan penyebab peradangan

tersebut yang merupakan diagnosis suatu penyakit.

Kapan Dokter Menganjurkan Pemeriksaan LED?

Seperti telah disinggung sebelumnya, bahwa dokter akan memesan

pemerikaan laju endap darah ketika ia ingin memastikan adanya peradangan

dalam tubuh pasien yang dicurigai sebelumnya. Contoh-contoh penyakit

peradangan yang memerlukan pemeriksaan ini antara lain penyakit

autoimun, kanker, dan infeksi yang umumnya ditandai dengan gejala demam,

lemah, dan nyeri nyeri pada tubuh.

Pemeriksaan LED dapat memantau kondisi inflamasi,

seperti rheumatoid arthritis atau lupus eritematosus sistemik serta memantau


terapi atau pengobatan yang telah dilakukan sebelumnya, misalnya pada

tahap awal penyakit laju endap darah tinggi, setelah dilakukan perawatan

beberapa hari pemeriksaan LED dilakukan ulang dan hasilnya LED turun

mendekati normal, maka kesimpulannya telah terjadi perbaikan dan

keberhasilan terapi.Namun pemeriksaan ini jarang dilakukan secara

tersendiri, dokter akan menganjurkan pemeriksaan lain untuk menentukan

penyebab penyakit yang pasien alami, seperti hitung darah lengkap,

pemeriksaan kimia darah, dan lain sebagainya sesuai indikasi atau

kecurigaan dokter terhadap penyakit tertentu.

Prosedur Pemeriksaan Laju Endap Darah (LED)

Persiapan Pasien, Obat yang dimaksud antara lain: Perparat hormon

androgen, seperti testosteron

• Hormon estrogen

• Aspirin atau salisilat lain, ketika digunakan dalam dosis tinggi

• Asam valproik

• Divalproex natrium

• Fenitoin

• Heroin

• Metadon

• Fenotiazin

• Prednisone

Jika yang diharapkan adalah hasil pemeriksaan yang akurat, maka dokter

akan menganjurkan untuk menghentikan penggunaan obat-obatan di atas

untuk sementara waktu.


Berlangsungnya Pemeriksaan

Tes ini memerlukan sampel darah yang diambil dari pasien, biasanya

darah akan diambil dari pembuluh darah vena di lengan. Pertama, kulit yang

berada langsung tepat di atas vena dibersihkan dengan kapas alkohol.

Kemudian, jarum disuntikkan dengan sudut tertentu untuk mengumpulkan

darah secukupnya. Setelah darah terkumpul, jarum akan dilepas dan bagian

kulit yang ditusuk kemudian ditutup dengan kapas atau kasa steril untuk

menghentikan pendarahan. Langkah ini hanya memerlukan waktu beberapa

menit.

Darah yang sudah diambil akan dimasukkan ke dalam tabung khusus

yang memiliki sekala dalam milimeter, tabung yang berisi darah diletakkan

berdiri tegak selama satu jam. Darah akan mengendap di bagian darah

sedangkan cairan darah (plasma) berada di atas. Tingginya endapan darah

kemudian diukur sesuai sekala tabung lalu hasilnya bisa didapat.

Kemungkinan Resiko

Risiko umumnya terjadi ketika prosedur pengambilan darah, namun risiko ini

sangat minimal. Kemungkinan komplikasi yang bisa terjadi antara lain:

perdarahan yang berlebihan, pingsan karena takut, hematoma, atau memar,

infeksi peradangan vena Memang akan terasa nyeri ringan sampai sedang

saat jarum menusuk kulit, namun ketika ini dilakukan oleh tenaga profesional

dan pasien dapat kooperatif, maka resiko komplikasi tidak akan terjadi.

Interpretasi Hasil Pemeriksaan

Hasil pemeriksaan laju endap darah (LED) diukur dalam mm / jam,

atau milimeter per jam. Hasil yang abnormal tidak dapat menunjukkan

diagnosis penyakit tertentu. Namun hanya mengidentifikasi adanya

peradangan dalam tubuh.


Berikut nilai normal LED, tinggi, dan rendah beserta kondisi-kondisi yang

menyebabkannya.

LED Normal

LED Tinggi

LED Rendah

8. Pemeriksaan Retikulosit

Retikulosit adalah sel darah merah yang masih terdapat pecahan inti (RNA,

organela, dan mitokondria) yang berbentuk seperti jala. Retikulosit berukuran

lebih besar dari eritrosit dan berwarna lebih biru. Ciri-ciri Morfologi : Ukuran : 8

- 12 mm, Bentuk: bulat, Warna sitoplasma: pucat,Granularitas:granul tunggal

atau multipel, pekat,lembayung, Bentuk inti: tidak ada, Distribusi dalam darah:

0.5 - 1.5 % dari jumlah eritrosit

Metode : Supravital staining

Prinsip :

Ke dalm darah dimana sel-sel darah dalam keadaan hidup ditambahkan

larutan BCB selam beberapa menit. Kemudian dibuat sediaan apus tipis

dan dihitung sel-sel retikulosit secara mikroskopik. Prosentase retikulosit

ditentukan terhadap sejumlah eritrosit.

Spesimen : Darah EDTA

Cara kerja :

1. 100 µL darah dimasukkan dalam tabung reaksi ditambah 50 µL larutan

BCB, dicampur hingga homogen, didiamkan selama 15-20 menit

2. Campur dibuat sediaan apus tipis pada obyek glass dan dibiarkan

mongering diudara.
3. Menghitung jumlah retikulosit secara mikroskopik dengan perbesaran kuat

(100X).

Perhitungan :

1. Jumlah retikulosit dihitung dalam 1000 sel eritrosit

2. Prosentase retikulosit dihitung dengan rumus :

= N/1000 X 100%

Nilai normal : 0,5 – 1,5 %

Interpretasi Hasil :

Peningkatan jumlah retikulosit yang disertai kadar HB normal

mengindikasikan adanya penghancuran atau penghilangan eritrosit berlebihan

yang diimbangi den gan peningkatan sum-sum tulang. Peningkatan retikulosit

disertai dengan kadar HB yang rendah menunjukkan bahwa respon tuubuh

terhadap anemia tidak adekuat. Penyakit yang disertai peningkatan jumlah

retikulosit antara lain anemia hemolitik, anemia sel sabit, talasemia mayor,

leukimia, eritroblastik feotalis, HBC dan D positif, kehamilan, dan kondisi paska

pendarahan berat.

Penurunan jumlah retikulosit yang seharusnya tinggi terjadi pada krisis

aplastik yaitu kejadian dimana destruksi eritrosit tetap berlangsung sementara

produksi eritrosi terhenti, misalnya pada anemia hemolitik kronis karena HBS,

anemia pernisiosa, anemia defisiensi asam folat, anemia aplastik, terapi

radiasi, hi pofungsi andenocortical, hipofungsi hipofise anterior, dan sirosis

hati.

9. Pemeriksaan indeks eritrosit (MVC, MCH, MCHC)

Indeks eritrosit adalah batasan untuk ukuran dan isi hemoglobin eritrosit. Istilah

lain untuk indeks eritrosit adalah indeks kospouskuler. Indeks eritrosit terdiri

atas : isi/volume atau ukuran eritrosit (MCV : mean corpuscular volume atau

volume eritrosit rata-rata), berat (MCH : mean corpuscular hemoglobin atau


hemoglobin eritrosit rata-rata), konsentrasi (MCHC : mean corpuscular

hemoglobin concentration atau kadar hemoglobin eritrosit rata-rata), dan

perbedaan ukuran (RDW : RBC distribution width atau luas distribusi eritrosit).

Indeks eritrosit dipergunakan secara luas dalam mengklasifikasi anemia atau

sebagai penunjang dalam membedakan berbagai macam anemia.

Indeks eritrosit dapat ditetapkan dengan dua metode, yaitu manual dan

elektronik (automatik) menggunakan hematology analyzer. Untuk dapat

menghitung indeks eritrosit secara manual diperlukan data kadar hemoglobin,

hematokrit/PCV dan hitung eritrosit.

Volume eritrosit rata-rata (VER) atau mean corpuscular volume (MCV)

MCV mengindikasikan ukuran eritrosit : mikrositik (ukuran kecil), normositik

(ukuran normal), dan makrositik (ukuran besar). Nilai MCV diperoleh dengan

mengalikan hematokrit 10 kali lalu membaginya dengan hitung eritrosit.

MCV = (hematokrit x 10) : hitung eritrosit

Nilai rujukan :

• Dewasa : 80 - 100 fL (baca femtoliter)

• Bayi baru lahir : 98 - 122 fL

• Anak usia 1-3 tahun : 73 - 101 fL

• Anak usia 4-5 tahun : 72 - 88 fL

• Anak usia 6-10 tahun : 69 - 93 fL

Hemoglobin eritrosit rata-rata (HER) atau mean corpuscular

hemoglobin (MCH)

MCH mengindikasikan bobot hemoglobin di dalam eritrosit tanpa

memperhatikan ukurannya. MCH diperoleh dengan mengalikan kadar Hb 10

kali, lalu membaginya dengan hitung eritrosit.


MCH = (hemoglobinx10) : hitung eritrosit

Nilai rujukan :

• Dewasa : 26 - 34 pg (baca pikogram)

• Bayi baru lahir : 33 - 41 pg

• Anak usia 1-5 tahun : 23 - 31 pg

• Anak usia 6-10 tahun : 22 - 34 pg

MCH dijumpai meningkat pada anemia makrositik-normokromik atau

sferositosis, dan menurun pada anemia mikrositik-normokromik atau

anemia mikrositik-hipokromik.

Kadar hemoglobin eritrosit rata-rata (KHER) atau mean corpuscular

hemoglobin concentration (MCHC)

MCHC mengindikasikan konsentrasi hemoglobin per unit volume

eritrosit. Penurunan nilai MCHC dijumpai pada anemia hipokromik, defisiensi

zat besi serta talasemia. Nilai MCHC dihitung dari nilai MCH dan MCV atau

dari hemoglobin dan hematokrit.

MCHC = ( MCH : MCV ) x 100 % atau MCHC = ( Hb : Hmt ) x 100 %

Nilai rujukan :

• Dewasa : 32 - 36 %

• Bayi baru lahir : 31 - 35 %

• Anak usia 1.5 - 3 tahun : 26 - 34 %

• Anak usia 5 - 10 tahun : 32 - 36 %

Luas distribusi eritrosit (RBCdistribution width)

RDW adalah perbedaan ukuran (luas) dari eritrosit. RDW adalah

pengukuran luas kurva distribusi ukuran pada histogram. Nilai RDW dapat

diketahui dari hasil pemeriksaan darah lengkap (full blood count, FBC)
dengan hematology analyzer. Nilai RDW berguna untuk memperkirakan

terjadinya anemia dini, sebelum nilai MCV berubah dan sebelum terjadi tanda

dan gejala. Peningkatan nilai RDW dapat dijumpai pada : anemia defisiensi

(zat besi, asam folat, vit B12), anemia hemolitik, anemia sel sabit.

10. Pemeriksaan Faal Hemostosis (PT, APTT, INR)

Hemostasis merupakan peristiwa penghentian perdarahan

akibat putusnya atau robeknya pembuluh darah, sedangkan trombosis terjadi

ketika endothelium yang melapisi pembuluh darah rusak atau hilang. Proses

ini mencakup pembekuan darah (koagulasi) dan melibatkan pembuluh darah,

agregasi trombosit serta protein plasma baik yang menyebabkan pembekuan

maupun yang melarutkan bekuan.

Pemeriksaan Faal Hemostasis

Kelainan pada perdarahan dapat terletak di :

1. Vaskulair

Waktu perdarahan

Rumple lead test

2. Trombosit

Hitung trombosit

Retraksi bekuan

3. Koagulasi

Jalur ekstrinsik : PPT/ PT

Jalur intrinsic : APTT

Jalur umum : TT

APTT (Activated Partial Thromboplastin Time)


Masa tromboplastin parsial teraktivasi (activated partial thromboplastin

time, APTT) adalah uji laboratorium untuk menilai aktifitas faktor koagulasi jalur

intrinsik dan jalur bersama, yaitu faktor XII (faktor Hagemen), pre-kalikrein,

kininogen, faktor XI (plasma tromboplastin antecendent, PTA), faktor IX (factor

Christmas), faktor VIII (antihemophilic factor, AHF), faktor X (faktor Stuart),

faktor V (proakselerin), faktor II (protrombin) dan faktor I(fibrinogen). Tes ini

untuk monitoring terapi heparin atau adanya circulating anticoagulant. APTT

memanjang karena defisiensi faktor koagulasi instrinsik dan bersama jika

kadarnya <> 7 detik dari nilai normal, maka hasil pemeriksaan itu dianggap

abnormal.

APTT memanjang dijumpai pada :

1. Defisiensi bawaan

Jika PPT normal kemungkinan kekurangan :

Faktor VIII

Faktor IX

Faktor XI

Faktor XII

Jika faktor-faktor koagulasi tersebut normal, kemungkinan kekurangan HMW

kininogen (Fitzgerald factor).Defisiensi vitamin K, defisiensi protrombin,

hipofibrinogenemia.

2. Defisiensi didapat dan kondisi abnormal seperti :

Penyakit hati (sirosis hati)

Leukemia (mielositik, monositik)

Koagulopati konsumtif, seperti pada disseminated intravascular coagulation

(DIC). Circulating anticoagulant (antiprothrombinase atau circulating


anticoagulant terhadap suatu faktor koagulasi). Selama terapi antikoagulan

oral atau heparin

3. Berapa harga normal dari masing – masing jenis pemeriksaan tsb?

• Nilai normal hemoglobin

Nilai hemoglobin normal dapat berbeda pada setiap orang dipengaruhi

dengan usia, jenis kelamin, dan kondisi kesehatannya. Berikut adalah nilai

normal hemoglobin:

• Anak usia 0,5 hingga 4 tahun: 11 g/dL atau lebih

• Anak usia 5-12 tahun: 11,5 g/dL

• Pria dewasa: 13,5-17,5 g/dL

• Wanita dewasa: 12,0-15,5 g/dL

• Wanita hamil: 11,0 g/dl atau lebih

• Nilai normal hematocrit

Standar normal antar laboratorium satu dengan lainnya bisa terdapat

perbedaan, yang kelas rentang hematokrit normal tergantung pada jenis

kelamin dan usia pasien. Nilai normal hematokrit yang sering

digunakan adalah sebagai berikut:

• Pria dewasa: 38,8-50 persen

• Wanita dewasa: 34,9-44,5 persen

• Anak-anak: 33 -38%

• Nilai normal eritrosit

Berikut adalah nilai eritrosit normal:

• Anak-anak: 4,0-5,5 juta/mikroliter

• Pria dewasa: 4,5-5,9 juta/mikroliter

• Wanita dewasa: 4,1-5,1 juta/microliter


• Nilai normal leukosit

Pada dasarnya, nilai leukosit yang normal akan berbeda-beda pada anak

maupun orang dewasa. Berikut nilai normal leukosit sesuai usia:

• Leukosit normal neonatus adalah 9.000-3.0000 sel/mm3

• Leukosit normal bayi-balita adalah 5.700-18.000 sel/mm3

• Leukosit normal pada anak 10 tahun adalah 4.500-13.500/mm3

• Leukosit normal pada orang dewasa adalah 4.500-10.000 sel/mm3

• Nilai normal trombosit

Jumlah trombosit normal di dalam tubuh adalah sekitar 150.000–400.000

trombosit per mikroliter darah. Jika jumlah trombosit kurang dari 150.000 per

mikroliter darah, dapat dikatakan jumlah trombosit Anda terlalu rendah.

Sebaliknya, jika jumlah trombosit lebih dari 400.000 per mikroliter darah, Anda

terbilang memiliki trombosit tinggi.

• Nilai normal laju endap darah

Setelah prosedur tes laju endap darah berhasil dilakukan maka nilainya bisa

dilihat. Nilai laju endap darah yang didapatkan tergantung pada metode yang

digunakan. Pada metode Westergren, nilai laju endap darah normal pada

wanita adalah 0 — 15 mm/jam dan 0 — 10 mm/jam pada pria.

• Nilai normal Retikulosit

Dewasa : 0.5 - 1.5 %

Bayi baru lahir : 2.5 - 6.5 %

Bayi : 0.5 - 3.5 %

Anak : 0.5 - 2.0 %

• Nilai normal indeks eritrosit ( MCV, MCH, MCHC )


Dewasa : 80 - 100 fL (baca femtoliter)

Bayi baru lahir : 98 - 122 fL

Anak usia 1-3 tahun : 73 - 101 fL

Anak usia 4-5 tahun : 72 - 88 fL

Anak usia 6-10 tahun : 69 - 93 fL

• Nilai normal Faal Hemostosis (PT, APTT, INR)

Nilai normal uji APTT adalah 20 – 35 detik, namun hasil ini bisa bervariasi untuk

tiap laboratorium tergantung pada peralatan dan reagen yang digunakan.

• Nilai normal hitung jenis leukosit (PT, APTT, INR)

Nilai referensi dari hitung jenis leukosit adalah sebagai berikut:[1,2]

▪ Leukosit Total : 00-11.0 x 10 9/L

▪ Neutrofil : 5–7.5 x 10 9/L

▪ Limfosit : 5–3.5 x 10 9/L

▪ Monosit : 2–0.8 x 10 9/L

▪ Eosinofil : 04-0.4 x 10 9/L

▪ Basofil : 01-0.1 x 10 9/L

Dalam bentuk persentase, nilai referensi dari hitung jenis leukosit

adalah sebagai berikut :[3]

▪ Eosinofil : 2-4%

▪ Basofil : 0-2%

▪ Limfosit : 21-35 %

▪ Monosit : 4-8%

▪ Neutrofil

▪ Metamielosit : 0%

▪ Batang : 0-10%
▪ Segmen : 51-67%

4. Sebutkan jenis-jenis anti koagulant dan keuntungan dan kerugian

dalam pemeriksaan

1.EDTA (Ethylene Diamine Tetra Acetic Acid)

Yang dipakai disini adalah garam kalium dan natriumnya, tetapi yang

sering digunakan adalah garam kaliumnya (dipotassium EDTA) karena daya

larutnya dalam air kira-kira 15 kali lebih besar daripada garam natriumnya.

Cara kerjanya dengan garam kaliumnya (K2EDTA) yaitu dapat mengubah ion

Calcium dari darah menjadi bentuk yang bukan ion membentuk senyawa

kompleks yang larut berdasarkan pembentukan ikatan Chelate senyawa.

Namun jenis Na2EDTA (Di-Natrium Ethylene Diamine Tetra Acetate dihydrate

= Na2C10H13O8N2.2H2O) lebih murah dibandingkan K2EDTA ataupun

K3EDTA. Antikoagulan K3EDTA kurang baik dalam penggunaanya karena

memiliki pH lebih alkali sehingga berpengaruh terhadap pH darah.

Sebaliknya Na2 NaEDTA juga kurang baik karena lambat larut sehingga perlu

pengocokan beberapa kali. 2EDTA dan K2EDTA biasanya digunakan dalam

bentuk kering, sedangkan K3EDTA biasanya digunakan dalam bentuk cair.

Dari ketiga jenis EDTA tersebut, K2

Keuntungan EDTA :

adalah yang paling baik dan dianjurkan oleh ICSH (International Council for

Standardization in Hematology) dan CLSI (Clinical and Laboratory Standards

Institute). Tabung EDTA tersedia dalam bentuk tabung hampa udara

(vacutainer tube) dengan tutup lavender (purple) atau pink seperti yang

diproduksi oleh Becton Dickinson.

- Tidak berpengaruh terhadap besar dan bentuknya erithrosit dan leukosit.

- Mencegah thrombosit menggumpal


- Dapat digunakan berbagai macam pemeriksaan hematologi.

Kerugian :

Lambat larut karena sering digunakan dalam bentuk kering sehingga harus

menggoncang wadah yang berisi darah EDTA selama 1-2 menit.

Cara pembuatan :

1. Ambil botol yang bersih dan kering

2. Pipet EDTA 10% sebanyak 0,020 ml dengan pipet sahli

3. Masukkan kedalam botol dan keringkan

2. Trisodium Citrate

Antikoagulan Natrium Sitrat (Na3C6H5O7.2H2O) sering digunakan dalam

bentuk larutan dengan konsentrasi 3,8% dan 3,2%. Cara kerjanya sebagai

bahan yang isotonik dengan darah dan mencegah pembekuan darah dengan

cara mengikat ion Ca++ melalui gugus karboksilat dari senyawa ini membentuk

ikatan kompleks khelasi larut. Sering digunakan beberapa macam

pemeriksaan percobaan hemostasis dan LED metode Westergren.

Pemeriksaan LED metode Westergren digunakan perbandingan 1 bagian

Natrium Sitrat 3,8% dan 4 bagian darah. Untuk percobaan hemostasis

menggunakan konsentrasi 3,2% dengan perbandingan 1 bagian Natrium Sitrat

3,2% : 9 bagian darah sesuai dengan NICCLS. Antikoagulan Natrium Sitrat

3,8% dan 3,2% tidak bisa lagi digunakan bila mengalami kekeruhan.

Keuntungan :

Antikoagulan ini karena tidak toksis maka sering digunakan dalam unit

transfusi darah dalam bentuk ACD (Acid Citric Dextrose).

Kerugian :

Pemakaiannya terbatas dalam pemeriksaan hematologi.


3. Heparin

Antikoagulan ini merupakan asam mukopolisacharida yang bekerja dengan

cara menghentikan pembentukan trombin dari prothrombin sehingga

menghentikan pembentukan fibrin dari fibrinogen sehingga cara kerjanya

berdaya seperti antitombin dan antitromboplastin. Heparin merupakan

antikoagulan yang normal terdapat dalam tubuh tetapi dalam di laboratorium

jarang dipakai pada pemeriksaan hematologi karena mahal. Untuk tiap 0,1 �

0,2 mg heparin dapat mencegah pembekuan 1 ml darah. Sering digunakan

dalam penentuan PCV cara mikrokapiler yang bagian dalamnya dilapisi

dengan heparin. Ada tiga macam heparin: ammonium heparin, lithium heparin

dan sodium heparin. Dari ketiga macam heparin tersebut, lithium heparin

paling banyak digunakan sebagai antikoagulan karena tidak mengganggu

analisa beberapa macam ion elektrolit dalam darah.

Kerugian :

- Tidak boleh digunakan dalam pemeriksaan hapusan darah karena dapat

terjadinya dasar biru kehitam-hitaman pada preparat bila dicat dengan

wright�s stain.

- Harganya mahal.

4. Double Oxalat

Nama lainnya adalah anticoagulant dari Heller and Paul atau Balanced

Oxalate Mixture. Dipakai dalam bentuk kering agar tidak mengencerkan darah

yang diperiksa. Kalium oxalat menyebabkan erythrosit mengkerut sedangkan

amonium oxalat menyebabkan erytrosit mengembang, campuran keduanya

dengan perbandingan 3 : 2 maka terjadi keseimbangan tekanan osmotik

eryhtrosit. Setiap 2 mg antikoagulant ini dapat mencegah pembekuan 1 ml

darah.

Keuntungan :

Dapat digunakan dalam berbagai pemeriksaan hematologi

Kerugian :
- Tidak dapat digunakan dalam pemeriksaan hapusan darah karena bahan ini

toksis sehingga dapat menyebabkan perubahan-perubahan morfologi sel

leukosit dan eryhtrosit.

- Tidak boleh digunakan juga pada pemeriksaan osmotik fargility.

5. Natrium Oxalat

Natrium oksalat bekerja dengan cara mengikat kalsium membentuk kalsium

oxalat. Penggunaannya 1 bagian oksalat + 9 bagian darah. Biasanya

digunakan untuk pembuatan adsorb plasma dalam pemeriksaan hemostasis

Antikoagulan jenis ini sudah jarang digunakan karena selain tidak luas

pemakaian, juga menyebabkan perubahan morfologi pada sel darah bila terlalu

lama dibiarkan. Antikoagulan ini memiliki kemiripan sifat dengan double

oxalate Dalam kondisi darurat dapat digunakan sebagai antikoagulan.

6. NaF dan Kalium Oxalat

Antikoagulan ini sebenarnya dikhususkan untuk pemeriksaan glukosa darah,

namun masih dapat digunakan untuk pemeriksaan hematologi. Antikoagulan

ini biasanya tersedia dalam tabung vakum yang diproduksi pabrikan. Kalium

oksalat berfungsi sebagai antikoagulan dan NaF berfungsi sebagai

antiglikolisis dengan cara menghambat kerja enzim Phosphoenol pyruvate dan

urease sehingga kadar glukosa darah stabil.

Anda mungkin juga menyukai