DISUSUN OLEH :
010117A001
FAKULTAS KEPERAWATAN
2019
SISTEM HEMATOLOGI
Hematologi adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang darah dan aspeknya
pada keadaan sehat atau sakit, dalam keadaan normal volume darah manusia 7-8% dari berat
badan. Asal katanya dari bahasa yunani Haima artinya darah.Darah adalah kendaraan atau
medium untuk transportasi missal jarak jauh berbagai bahan antara sel-sel itu sendiri.Darah
adalah suatu suspensi partikel dalam suatu larutan kolid cair yang mengandung elektrolit dan
merupakan suatu medium pertukaran antar sel yang terfikasi dalam tubuh dan lingkungan
luar. Plasma adalah suatu cairan kompleks yang berfungsi sebagai medium transportasi
untuk zat –zat yang diangkut dalam darah.
Bahan interseluler adalah cairan yang disebut plasma dan didalamnya terdapat unsur-
unsur padat, yaitu sel darah. Volume darah secara keseluruhan kira-kira merupakan 1/12
berat badan atau kira-kira 5 liter. Sekitar 55 persennya adalh cairan, sedangkan 45 persen
sisanya terdiri atas sel darah. Angka ini dinyatakan dalam nilai hematokrit atau volume sel
darah yang dipadatkan yang berkisar antara 40 sampai 47. Pada keadaan sehat volume darah
konstan dan sampai batas tertentu diatur oleh tekanan osmotik dalam pembuluh darah dan
dalam jaringan Susunan darah. Serum darah atau plasma terdiri atas:
Sisanya diisi sejumlah bahan organik, yaitu: glukosa, lemak, urea, asam urat,
kreatinin, kolesterol, dan asam amino.
● Plasma juga berisi: Gas oksigen dan karbon dioksida, hormon-hormon, enzim, dan
Antigen.
2.2 Fungsi Darah
● Mengambil zat makanan dari usus halus untuk diedarkan keseluruh jaringan atau alat tubuh
● Mengangkut dan mengeluarkan zat zat yang tidak berguna bagi tubuh melalui kulit dan
ginjal
Merupakan bagian utama dari sel darah. Berupa cakram kecil bikonkaf, cekung pada kedua
sisimya, sehingga dilihat dari samping tampak seperti dua buah bulan sabit yang saling
bertolak belakang. Dalam setiap milimeter kubik darah terdapat 5.000.000 sel darah. Kalau
dilihat satu persatu warnanya kuning tua pecat, tetapi dalam jumlah besar kelihatan merah
dan memberi warna pada darah. Strukturnya terdiri atas pembungkus luar atau stroma, berisi
massa hemoglobin.
Sel darah merah memerlukan protein karena strukturnya terbentuk dari asam amino. Sel
darah merah juga memerlukan zat besi, sehingga untuk membentuk penggantinya diperlukan
diet seimbang yang berisi zat besi. Wanita memerlukan lebih banyak zat besi karena beberapa
diantaranya dibuang sewaktu menstruasi. Sewaktu hamil diperlukan zat besi dalam jumlah
yang lebih banyak lagi untuk perkembangan janin dan pembuatan susu.
Sel darah merah dibentuk dalam sumsum tulang, terutama dari tulang pendek, pipih, dan tak
beraturan, dari jaringan kanselus pada ujung tulang pipa, dari sumsum dalam batang iga-iga,
dan dari sternum.
Hemoglobin adalah protein yang kaaya akan zat besi. Hemoglobin memiliki afinitas
(daya gabung) terhadap oksigen; dengan oksigen itu membentuk oksihemoglobin di dalam
sel darah merah. Dengan melalui fungsi ini maka oksigen di bawa paru-paru ke jaringan-
jaringan.
Jumlah hemoglobin dalam darah normal ialah kira-kira 15 gram setiap 100 ml darah dan
jumlah ini biasa nya di sebut “100 persen”
Golongan Darah. Kalau darah dari golongan yang bertentangan di tranfusi kan akan
mengakibat kan bahan dalam plasma yang bernama aglutinin menggumpal dan juga terjadi
hemolisis (memecahnya) sel darah merah.
Penentuan golongan darah dan tes tentang kecocokan nya di lakukan sebelum pemberian
tranfussi untuk meyakini keamanan nya. Sistem ABO menurut Landstainer di dasar kan atas
adanya aglutinin dalam darah. Empat golongan utama yang di temukan menurut penyelidikan
pada rakyat Inggris adalah :
Golongan AB 3,0%
Golongan A 42,0%
Golongan B 8,5%
Golongan O 46,5%
b. Leukosit (sel darah putih)
Rupanya bening dan tidak berwarna, bentuknya lebih besar daripada sel darah merah,
tetapi jumlahnya lebih kecil. Dalam setiap milimeter kubik darah terdapat 6.000 sampai
10.000 (rata-rata 8.000) sel darah putih. Granulosit atau sel polimorfonuklear merupakan
hampir 75 persen dari seluruh jumlah sel darah putih. Granulosit terbentuk dalam sumsum
merah tulang. Sel ini berisi sebuah nukleus yang berbelah banyak dan protoplasmanya
berbulir, sehingga disebut granulosit. Kekurangan granulosit disebut granulositopenia.
Tidak adanya ganulosit disebut agranulositosis, yang dapat timbul setelah makan obat
tertentu, termasuk juga beberapa antibiotika. Oleh karena itu, apabila maakan obat-obat
tersebut, pemeriksaan darah sebaiknya sering dilakukan untuk mengetahui keadaan ini seawal
mungkin.
Pewarnaan. Bila setetes darah diletakkan diatas kaca objek dan ditambahkan dua
macam pewarna untuk menghitung jenis sel-sel darah, sel darah putih ini dikenal menurut
sifatnya dalam pewarnaan.
Sel netrofil paling banyak dijumpa. Sel golongan ini mewarnai dirinya dengan pewarna
netral, atau campuran pewarna asam dan basa, dan tampak bewarna ungu.
Sel eosinofil. Sel golongan ini hanya sedikit dijumpai. Sel ini menyerap pewarna yang
bersifat asam (eosin) dan kelihatan merah.
Limfosit membentuk 25 persen dari seluruh jumlah sel darah putih. Sel ini terbentuk didalam
kelenjar limfe dan dalam sumsum tulang. Sel ini nongranuler dan tidak memiliki kemampuan
bergerak seperti amuba.
● Fungsi defensip yaitu fungsi untuk mempertahankan tubuh terhadap benda-benda asing
termasuk microorganisme penyebab infeksi.
● Fungsi reperatif yaitu fungsi yang memperbaiki / mencegah terjadinya kerusakan terutama
kerusakan vaskuler / pembuluh darah.
Leukositosis ialah istilah untuk menunjukkan penambahan jumlah keseluruhan sel putih
dalam darah, yaitu kalau penambahan melampaui 10.000 butir per milimeter kubik.
Leukopenia berarti berkurangnya jumlah sel darah putih sampai 5.000 atau kurang.
Trombosit adalah sel kecil kira-kira sepertiga ukuran sel darah merah. Terdapat 300.000
trombosit dalam setiap milimeter kubik darah. Peranannya penting dalam penggumpalan
darah.
Jumlah Normal Darah atau jumlah sel setiap milimeter kubik darah adalah kira-kira:
Granulosit : rata-rata
persen Persen
Sel netrosfil 60 – 70 66
Sel eosinofil 1-4 3
Sel basofil ½-2 1
Limfosit (besar dan kecil) 20 – 30 25
Monosit 4- 8 5
Jumlah 100
Mekanisme Pembekuan Darah
Trombosit merupakan kepingan darah di dalam sel darah yang sangat berperan dalam
proses koagulasi atau pembekuan darah ini. Dalam tubuh kita ini setidaknya ada 200 hingga
300 ribu keeping trombosit di setiap CC darah. Trombosit secara otomatis akan
mengeluarkan trombokinase atau juga disebut tromboplastin pada saat ada jaringan tubuh
yang terluka. Trombokinase ini nantinya akan berpengaruh dalam proses pembekuan darah.
Di dalam darah juga ada plasma darah yang menghasilkan protein darah yaitu
protombin dan fibrinogen selain juga plasma tersebut menghasilkan vitamn K dan ion
calsium. Protrombin ini merupakan senyawa globulin yang, dengan bantuan vitamin K serta
ion kalsium, akan secara otomatis diproduksi oleh hati.
Protein protrombin akan bereaksi kimia dengan enzim trombokinase dan vitamin K
serta calcium dan menghasilkan enzim untuk pembekuan darah yang bernama thrombin.
Jumlah thrombin harus seimbang, tidak boleh berlebihan apalagi kurang, sehingga thrombin
hanya dibentuk oleh tubuh saat benar – benar dibutuhkan, yaitu saat adanya jaringan tubh
yang terluka.
Kemudian, protein – protein yang bernama fibrinogen dalam plasma darah akan membentuk
jarring fibrin ketika thrombin yang terbentuk telah memadai. Jaring fibrin ini mirip serat yang
berkumpul di tempat keluarnya darah sehingga darah tidak akan terus menerus mengalir.
Jaringan fibrin terbentuk dan membeku melalui dua lintasan yakni, lintasan intrinsik dan
ekstrinsik.
Proses berhentinya aliran darah yang diakibatkan oleh pembuluh darah yang robek ini disebut
juga proses hemostasis. Sedangkan, proses rusaknya atau hilangnya endothelium yang
melapisi darah dinamakan thrombosis. Adapun proses koagulasi atau proses pembekuan
darah yang melibatkan proses hemostasis dan thrombosis ini akan melewati tiga tahap.
Pertama, agregat trombosit akan membeku sementara dimana jaringan tubuh terluka. Kolagen
yang terdapat di jaringan yang terluka akan diikat oleh trombosit, dan kemudian thrombin
akan mengaktifkan trombosit ini sehingga trombosit berubah bentuk menjadi sumbat
hemostatik ataupun trombos. Perubahan bentuk ini juga dibantu oleh munculnya fibrinogen.
Pada tahap yang kedua, jaringan fibrin akan terikat oleh agregat trombosit yang akhirnya
membentuk sumbat hemostatik yang lebih stabil. Kemudian pada tahap terakhir, total agregat
hemostatik atau trombos ini akan dilarutkan oleh plasmin.
Trombos atau sumbat hemostatik yang terbentuk bisa bermacam – macam. Ada trombos
putih yang disusun oleh trombosit dan fibrin. Trombos ini, apalagi yang berada di daerah
aliran darah yang cepat, umumnya tidak mengandung eritrosit. dan relative kurang
mengandung eritrosit. Tipe trombos yang kedua adalah trombos merah. Trombos ini terdiri
dari erotrosit dan fibrin. Trombos ini umumnya dibentuk di daerah dengan aliran darah yang
cukup lamban. Tipe trombos yang terakhir merupakan hasil fibrin yang mengendap yang
terrsebar dalam kapiler darah yang sangat kecil sekali.
Plasma Darah
Plasma darah adalah cairan berwarna kuning yang dalam reaksi bersifat sedikit alkali.
· Sebagai medium untukpenyaluran makanan, mineral, lemak, glikosa, dan asam amino be
· Tempatlarutnyasejumlahbesarzatorganikdananorganik
Protein Plasma
Protein plasma atau albumin dalam keadaan normal terdapat 3 sampai 5 g dalam setiap 100
ml darah.
· Menghambat pengeluaran berlebihan plasma dari kapiler kedalam cairan intertisium dan
dengan demikian membantu mempertahankan volume plasma.
Dalam keadaan normal ada 2 sampai 3g globulin dalam setiap 100 ml darah. Globulin
memeiliki jauh lebih banyak macam susunan daripada albumin dan sesungguhnya
membentuk jumlah besar protein yang berbeda-beda. Dibandingkan dengan albumin,
penyediaan tekanan osmotik oleh globulin kurang penting, tetapi dibidang lain lebih penting:
misalnya semua antibodi(zat penolak) yang melindungi tubuh adalah globulin.Fibrinogen
penting untuk koagulas i(penggumpalan) darah.Reaksi plasma darah. Darah selalu bersifat
alkalik: kadar alkalinya tergantung dari konsentrasi ion-hidrogen dan ini dinyatakan pH
darah.
Darah selalu mengandung sedikit alkali-pH darah adalah 7,35-7,45. Angka ini tetap
dipertahankan. Sedikit saja berubah, baik ke arah asam atau ke arah basa, dapat
mempengaruhi kehidupan.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
Leukimia
A.1 Definisi
Leukemia adalah kanker dari salah satu jenis sel darah putih di sumsum tulang, yang
menyebabkan proliferasi salah satu jenis sel darah putih dengan menyingkirkan jenis sel lain
(Bain,2014).
A.2 Etiologi
Leukimia adalah suatu keadaan dimana terjadi pertumbuhan yang bersifat irreversible
dari sel induk dari darah. Pertumbuhan dimulai dari mana sel itu berada. Sel-sel tersebut,
pada berbagai stadia akan membanjiri aliran darah yang berakibat sel yang spesifik akan
dijumpai dalam jumlah yang banyak. Sebagai akibat dari proliferasi sel abnormal tersebut
maka akan terjadi kompetisi metabolik yang akan menyebabkan anemia dan trombositopenia.
Apabila proliferasi sel terjadi di limpa maka limpa akan membesar, sehingga dapat terjadi
hipersplenisme yang selanjutnya menyebabkan makin memburuknya anemia serta
trombositopenia (Desmawati, 2013).
Terjadi peningkatan insiden leukimia pada orang-orang yang terkena radiasi sinar
rontgen (terkena radiasi ledakan bom aom, yang dapat terapi radiologis dan para dokter ahli
radiologis). Diduga peningkatan insiden ini karena akibat radiasi akan merendahkan
resistensi terhadap bahan penyebab leukimia tersebut. Selain faktor diatas ada beberapa
faktor yang menjadi penyebab leukimia akut yaitu faktor genetika, lingkungan dan sosial
ekonomi, racun, status imunologi, serta kemungkinan paparan virus keduanya.
Obat yang dapat memicu terjadinya leukimia akut yaitu agen pengalkilasi, epindophy
ilotoxin. Kondisi genetik yang memicu leukimia akut yaitu Down sindrom, bloom sydrom,
fanconi anemia, ataxia telangiectasia. Bahan kimia pemicu leukimia yaitu benzen. Kebiasaan
hidup yang memicu leukimia yaitu merokok, minum alkohol keduanya (Waterbury, 2010)
A.3 Patofisiologi
Sebuah sel induk majemuk berpotensi untuk mengalami diferensiasi, poliferasi dan maturasi
untuk membentuk sel-sel darah matang yang dapat dilihat pada sirkulasi perifer. (Chang E,
et.al,2010)
Kegagalan menjaga
keseimbangan (proliferasi
Sel leukemia tunggal dan diferensiasi
A.4 Penatalaksanaan
1)Pengobatan
2)Terapi
Kemoterapi
a. Induksi Remisi.
Banyak obat yang dapat membuat remisi pada leukemia limfositik akut.Pada waktu remisi,
penderita bebas dari symptom, darah tepi dan sumsum tulang normal secara sitologis, dan
pembesaran organ menghilang.Remisi dapat diinduksi dengan obat-obatan yang efeknya
hebat tetapi terbatas. Remisi dapat dipertahankan dengan memberikan obat lain yang
mempunyai kapasitas untuk tetap mempertahankan penderita bebas dari penyakit ini. Berupa
kemoterapi intensif untuk mencapai remisi, yaitu suatu keadaan di mana gejala klinis
menghilang, disertai blast sumsum tulang kurang dari 5%.Dengan pemeriksaan morfolik
tidak dapat dijumpai sel leukemia dalam sumsum tulang dan darah tepi. Biasanya 3 obat atau
lebih diberikan pada pemberian secara berurutan yang tergantung pada regimen atau protocol
yang berlaku. Beberapa rencana induksi meliputi: prednisone, vinkristin
(Oncovin),daunorubisin (Daunomycin), dan L-asparaginase (Elspar). Obat-obatan lain yang
mungkin dimasukan pada pengobatan awal adalah 6-merkaptopurin (Purinethol) dan
Metotreksat (Mexate).Allopurinol diberikan secara oral dalam dengan gabungan kemoterapi
untuk mencegah hiperurisemia dan potensial adanya kerusakan ginjal.Setelah 4 minggu
pengobatan, 85-90% anak-anak dan lebih dari 50% orang dewasa dengan ALL dalam remisi
komplit.Teniposude (VM-26) dan sitosin arabinosid (Ara-C) mungkin di gunakan untuk
menginduksi remisi juka regimen awal gagal.
b.Fase postremisi
Suatu fase pengobatan untuk mempertahankan remisi selama mungkin yang pada akhirnya
akan menuju kesembuhan. Hal ini dicapai dengan:
Terapi konsolidasi
Late intensification
•Terapi suportif
Terapi suportif pada penderita leukemia tidak kalah pentingnya dengan kemoterapi karena
akan menentukan angka keberhasilan terapi. Kemoterapi intensif harus ditunjang oleh terapi
suportif yang intensif pula, kalau tidak penderita dapat meninggal karena efek samping
obat,.Terapi suportif berfungsi untuk mengatasi akibat-akibat yang ditimbulkan oleh penyakit
leukemia itu sendiri dan juga untuk mengatasi efek samping obat. Terapi suportif yang
diberikan adalah;
2)Terapi untuk mengatasi infeksi, sama seperti kasus anemia aplastik terdiri atas Antibiotika
adekuat, Transfusi konsentrat granulosit
Perawatan khusus (isolasi) dan Hemopoitic growth factor (G-CSF atau GM-CSF)
4)Terapi untuk mengatasi hal-hal lain seperti pengelolaan leukostasis, pengelolaan sindrom
lisis tumor
2.Terapi fase akselerasi : sama dengan terapi leukemia akut, tetapi respons sangat rendah.
4.Sekarang sedang dikembangkan terapi yang memakai prinsip biologi molekuler (targeted
therapy). Suatu obat baru imatinib mesylate (Gleevec) dapat menduduki ATP – binding site
of abl oncogen sehingga menekan aktifitas tyrosine kinase sehingga menekan proliferasi seri
myeloid (BaIn 2014)
3. Multiple Myeloma
1)Kemoterapi
2)Terapi radiasi
• Dalam myeloma, radiasi digunakan terutama untuk mengobati tumor yang lebih
besar, atau untuk mencegah fraktur patologis dalam-dikompromikan tulang myeloma.
• Pada orang dengan penyakit yang luas, radiasi dapat diterapkan ke area yang lebih
besar untuk membunuh beberapa situs myeloma.
• Radiasi dapat digunakan untuk menghilangkan rasa sakit dan gejala lain yang
berhubungan dengan area kecil kerusakan parah terutama tulang.
1. Obat pereda nyeri (analgetik) yang kuat dan terapi penyinaran pada tulang yang terkena,
bisa mengurangi nyeri tulang.
2. Penderita yang memiliki protein Bence-Jones di dalam air kemihnya harus bayak minum
untuk mengencerkan air kemih dan membantu mencegah dehidrasi, yang bisa menyebabkan
terjadinya gagal ginjal.
3. Penderita harus tetap aktif karena tirah baring yang berkepanjangan bisa mempercepat
terjadinya osteoporosis dan menyebabkan tulang mudah patah. Tetapi tidak boleh lari atau
mengangkat beban berat karena tulang-tulangnya rapuh.
4. Pada penderita yang memiliki tanda-tanda infeksi (demam, menggigil, daerah kemerahan
di kulit) diberikan antibiotik.
5. Penderita dengan anemia berat bisa menjalani transfusi darah atau mendapatkan
eritropoetin.
3.1 Pengkajian
Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan, pengumpulan data yang akurat dan
sistematis akan membantu penentuan status kesehatan dan pola pertahanan klien,
mengidentifikasi kekuatan dan kebutuhan klien serta merumuskan diagnosa keperawatan.
1. Riwayat penyakit
a. Pucat
b. Kelemahan
c. Sesak
d. Nafas cepat
a. Demam
b. Infeksi
a. Ptechiae
b. Purpura
a. Limfadenopati
b. Hepatomegali
c. Splenomegali
6. Kaji adanya :
a. Hematuria
b. Hipertensi
c. Gagal ginjal
Diagnosis Keperawatan
3.Resiko gangguan nutrisi kutrang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia, mual, dan
muntah.
Intervensi
Diagnosis Keperawatan I
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan oksigen tidak terdistribusi dengan baik
Kriteria Hasil : RR 24x/menit, pasien tidak mengeluhkan sakit kepala, Hb normal, Hasil
AGD menunjukkan nilai normal
INTERVENSI RASIONAL
Atur posisi klien semifowler Posisi fowler memaksimalkan ekspansi paru dan
menurunkan upaya bernapas.
Berikan oksigen dan pantau efektifitasnya Terapi oksigen dapat mengoreksi hipoksemia
yang terjadi akibat penurunan ventilasi paru.
Tingkatkan pola pernapasan yang optimal dalam memaksimalkan pertukaran oksigen dan
karbondioksida dalam paru Mengoptimalkan pertukaran gas alveoli dengan pembuluh
darah
Tingkatkan bedrest, batasi aktivitas dan bantu kebutuhan perawatan diri sehari-hari sesuai
keadaan pasien. Menurunkan konsumsi oksigen selama periode penurunan pernapasan
dan dapat menurunkan beratnya gejala
Berikan obat antiaritmia, jika perlu Memberikan perawatan dengan memberikan bantuan
farmakologi yang dapat menunjang proses perawatan
Diagnosis Keperawatan II
Kriteria Hasil : Suhu Normal, tanda-tanda infeksi berkurang atau hilang, kulit berwarna
normal, turgor lentur, membrane mukosa lembab.
INTERVENSI RASIONAL
Kompres menggunakan waslab dingin( atau kantong es yang dibalut dengan kain) di aksila,
kening, tengkuk, dan lipatan paha. Konduksi suhu membantu menurunkan suhu tubuh
yang memungkinkan pelepasan panas secara konduksi dan evaporasi.
engan selimut saja Pakaian yang minimal akan membantu mengurangi pengupan tubuh.
Anjurkan asupan cairan oral, sedikitnya 2 L per/hari, dengan tambahan cairan selama
aktivitas yang berlebihan atau aktivitas sedang dalam cuaca panas. Peningkatan suhu tubuh
mengakibatkan penguapan cairan tubuh meningkat, sehingga perlu diimbangi dengan intake
cairan yang banyak.
Pantau suhu dan warna kulit minimal setiap 2 jam, sesuai dengan kebutuhan. Untuk
mengetahui adanya perubahan yang terjadi pada pasien
Aktivitas kolaboratif:
Berikan obat antipiretik, jika perlu Memberikan perawatan dengan memberikan bantuan
farmakologi yang dapat menunjang proses perawatan
Resiko Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia,
mual dan muntah,
Tujuan : Nutrisi pasien terpenuhi sesuai dengan angka kebutuhan nutrisi pasien.
Kriteria Hasil : pasien menunjukkan nafsu makan meningkat, tidak adanya anoreksia, berat
badan klien dalam keadaan stabil atau naik.
INTERVENSI RASIONAL
Identifikasi faktor pencetus mual dan muntah Mengetahui faktor yang menyebaabkan
mual dan muntah.
Sajikan makanan dengan tampilan menarik yang berprotein/ kalori sangat tinggi yang
disajikan pada saat individu ingin makan Meningkatkan nafsu makan anak agar
kebutuhan nutrisi tercukupi atau terpenuhi dan mendukung proses metabolic pasien yang
berisiko tinggi terhadap malnutrisi
Berikan porsi makan porsi kecil tapi sering (enak kali per hari ditambah dengaan makanan
kecil) Untuk mengurangi perasaan tegang pada lambung sehingga diberikan makanan
sedikit tapi sering.
Pantau kebutuhan cairan dan elektrolit klien Mencegah terjadinya kekurangan cairan dan
elektrolit pada klien
Kolaborasi dengan ahli gizi dalam memnutukan protein pasien yang mengalami
ketidakadekuatan asupan protein Bekerjasama dalam pemberian nutrisi pasien agar
adekuat dan tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Bain, B. J. 2014. Hematologi : kurikulum inti. Cetakan 20. Edited by A. S. Y.Joko Suyono,
Ferdy Sandra. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Brunner dan Sudart. 2009. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Penerbit Buku
Kedokteran EGC: Jakarta.
Chang E, Daly J, Elliott D. 2010. Patofisiologi Aplikasi pada Praktik Keperawatan.
Alihbahasa Andry Hartono. Jakarta: EGC.
Waterbury, Larry. 2010. Haematologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC edisi 3 : Jakarta.
Wilkinson, Judith. M, Nancy R. Ahern. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan (Nanda,
NIC,NOC). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran (EGC).