Anda di halaman 1dari 15

Daftar Isi

Kata Pengantar..................................................................................i

Daftar Isi............................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...............................................................1
B. Runusan Masalah ..........................................................2
C. Tujuan Penulisan............................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A.Pengertian Darah Rutin ..................................................3


B. Jenis-jenis Pemeriksaan Darah Rutin .............................3
C. Faktor yang Mempengaruhi Pemeriksaan .....................12

BAB III PENUTUP

A.Kesimpulan ....................................................................13
B. Saran ..............................................................................13

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................14

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian yaitu plasma darah
(cairan) dan sel darah. Sel darah terdiri dari tiga jenis yaitu trombosit (keping-
keping darah), leukosit (sel darah putih) dan eritrosit (sel darah merah).
Fungsi utama eritrosit adalah mengangkut oksigen dari paru-paru ke sel
jaringan tubuh dan mengangkut karbondioksida dari sel jaringan tubuh ke
paru-paru.
Pengumpulan atau pengambilan sampel darah yang baik merupakan
langkah awal dalam menjamin ketelitian dan kepercayaan terhadap hasil
pemeriksaan laboratorium. Specimen darah untuk pemeriksaan hematologi
(pemeriksaan hemoglobin) dapat diperoleh dari darah vena ataupun darah
kapiler.
Pembuluh darah vena yang membawa darah dari bagian tubuh yang masuk
ke dalam jantung. Pada umumnya darah vena banyak mengandung gas CO2.
Pembuluh ini terdapat katup yang tersusun sedemikian rupa sehingga darah
dapat mengalir ke jantung tanpa jatuh kearah sebaliknya. Pembuluh darah
kapiler pada umumnya meliputi sel-sel jaringan, oleh karena itu secara
langsung berhubungan dengan sel. Karena dindingnya yang tipis maka
plasma dan zat makanan merembes kecairan jaringan antar sel.
Susunan darah dalam kapiler dan dalam vena berbeda-beda. Darah vena
berwarna lebih tua dan agak ungu kerena banyak dari oksigennya sudah
diberikan kepada jaringan. Darah dalam kapiler terus-menerus berubah
susunan dan warnanya karena terjadinya pertukaran gas.
Pemeriksaan laboratorium sangat penting untuk membantu menegakkan
diagnosis penyakit. Agar hasil pemeriksaan laboratorium akurat dan dapat
dipercaya harus dilakukan pengendalian terhadap pra analitik, analitik, dan
pasca analitik. Tahap pra analitik: persiapan pasien, pengambilan sampel
darah, persiapan sampel, penyimpanan sampel, persiapan kertas kerja. Tahap

1
analitik:persiapan alat, kalibrasi alat, pengolahan sampel, interpretasi hasil.
Tahap pasca analitik: pencatatan hasil dan pelaporan.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan di bahas pada makalah ini antara lain
adalah:
1. Pengertian Hematologi rutin.
2. Jenis-jenis pemeriksaan hematologi rutin.
3. Faktor yang mempengaruhi pemeriksaan.

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian darah rutin.
2. Mengetahui jenis-jenis pemeriksaan darah rutin.
3. Mengetahui Faktor yang mempengaruhi Pemeriksaan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Darah Rutin

Darah adalah suatu suspensi partikel dalam suatu larutan kolid cair yang
mengandung elektrolit dan merupakan suatu medium pertukaran antar sel
yang terfikasi dalam tubuh dan lingkaran luar (Silvia A. Price & Lorraine
M. Wilson : 2005). Spesimen darah sering digunakan untuk pemriksaan
hematologi rutin.

Hematologi rutin adalah pemeriksaan rutin dan lengkap yang mencakup


sel-sel darah dan bagian-bagian lain dari darah, yang meliputi pemeriksaan
haemoglobin, jumlah eritrosit, hematokrit, MCV, MCH, MCHC, leukosit,
hitung jenis dan trombosit (Niki Diagnostic Center, 2011). Pada
pemeriksaan hematologi rutin (darah lengkap) selalu menggunakan sampel
darah segar.

Darah segar ( fresh whole blood ) merupakan kontrol yang ideal untuk
pemeriksaan darah lengkap karena secara fisik dan biologi identik dengan
material yang akan diperiksa (Van Dun, 2007).

B. Jenis-jenis Pemeriksaan Darah Rutin

Hemoglobin (Hb)

Hemoglobin atau yang sering disingkat dengan Hb merupakan salah satu


dari sekian banyak tolak ukur apakah anda terkena anemia atau tidak.
Hemoglobin adalah suatu protein yang berada di dalam darah yang berfungsi
sebagai pengangkut oksigen.

Orang-orang yang tidak pernah atau jarang mengkonsumsi vitamin dan mineral,
ibu hamil, orang yang mengalami perdarahan akibat terluka, terkena infeksi kronis
atau penyakit kronis seperti TBC, tumor, gangguan hati, dan gangguan kesehatan

3
lainnya, bisa saja terjadi penurunan kadar Hb. Raut wajah akan terlihat pucat dan
kuyu. Tubuh pun menjadi lemas, tidak bertenaga dan mudah lelah.
Nilai normal
* Dewasa pria 13.5-18.0 gram/dL.
* Wanita hamil 10-15 gram/dL.
* Dewasa wanita 12-16 gram/dL.
* Anak-anak 11-16 gram/dL.
* Balita 9-15 gram/dL.
* Bayi 10-17 gram/dL.
* Neonatus 14-27 gram/dL.

 Hb rendah (<10 gram/dL) biasanya dikaitkan dengan anemia defisiensi


besi. Sebab lainnya dari rendahnya Hb antara lain pendarahan berat,
hemolisis, leukemia leukemik, lupus eritematosus sistemik, dan diet
vegetarian ketat (vegan). Dari obat-obatan: obat antikanker, asam
asetilsalisilat, rifampisin, primakuin, dan sulfonamid. Ambang bahaya
adalah Hb < 5 gram/dL.
 Hb tinggi (>18 gram/dL) berkaitan dengan luka bakar, gagal jantung,
COPD (bronkitis kronik dengan cor pulmonale), dehidrasi / diare,
eritrositosis, polisitemia vera, dan pada penduduk pegunungan tinggi yang
normal. Dari obat-obatan: metildopa dan gentamisin.

Hematokrit (Ht)
Hematokrit atau biasa disingkat Ht merupakan perbandingan antara
proporsi volume sampel darah Anda dengan sel darah merah (eritrosit) yang
diukur dalam satuan millimeter per desiliter dari darah keseluruhan, bias juga
dinyatakan dalam persen. Jadi pengukuran ini bisa dihubungkan dengan tingkat
kekentalan darah. Semakin tinggi presentasenya berarti semakin tinggi kekentalan
darahnya, atau sebaliknya. Bersama kadar hemoglobin, kadar hematokrit biasanya
dikaitkan dengan derajat anemia yang diderita.
Nilai normal:
* Dewasa pria 40-54%.

4
* Dewasa wanita 37-47%.

* Wanita hamil 30-46%.

*Anak-anak 31-45%.

.*Balita 35-44%.

* Bayi 29-54%.

* Neonatus 40-68%.

Hematokrit merupakan persentase konsentrasi eritrosit dalam plasma darah.


Secara kasar, hematokrit biasanya sama dengan tiga kali hemoglobin.

 Ht tinggi(meningkat) hemokonsentrasi (> 55 %) dapat ditemukan pada


berbagai kasus yang menyebabkan kenaikan Hb; antara lain penyakit
Addison, luka bakar, dehidrasi / diare, diabetes melitus, dan polisitemia.
Ambang bahaya adalah Ht >60%.

 Ht rendah hemodilusi (< 30 %) dapat ditemukan pada anemia, sirosis


hati, gagal jantung, perlemakan hati, hemolisis, leukemia,
kehamilan,malnutrisi, pneumonia, dan overhidrasi. Ambang bahaya adalah
Ht <15%.

Leukosit (Hitung total)


Leukosit juga disebut sel darah putih walaupun sebenarnya tidak berwarna
alias bening. Di dalam sel darah putih terkandung unsur-unsur darah seperti
basofil, eosinofil, neutrofil, limfosit, dan monosit. Keadaan dimana leukosit
meninggi disebut leukositosis, biasa muncul pada darah setelah menjalani latihan
olah raga yang berat, terkena infeksi kronis (tifus, cacingan, TBC, dan lain-lain),
atau setelah terkena luka bakar yang luas.
Pada saat leukemia kadar leukosit sangat tinggi, bisa mencapai 10 kali lipat
dibandingkan kadar normalnya. Jika kadar leukosit terlalu tinggi, leukosit tersebut
justru akan merusak leukosit lainnya, dan ini juga akan mempengaruhi sistem
kekebalan tubuh.

5
Kadar leukosit akan turun seiring dengan sembuhnya satu sumber penyakit.
Jika memang yang bermasalah adalah leukosit itu sendiri misalnya leukemia,
dokter akan memberikan pengobatan khusus untuk menurunkan kadar leukosit.
Ada juga yang disebut leukopenia. Kondisi ini terjadi karena kadar leukosit
anda kurang dari normal. Leukopeni biasanya timbul akibat mengkonsumsi
obat-obatan tertentu seperti obat-obatan kanker, keracunan benzene, urethane, dan
logam-logam tertentu, infeksi kronis, anemia, dan juga faktor keturunan. Jika
kadarnya terlalu rendah, tentu akan berpengaruh pada system kekebalan tubuh.
Tubuh akan lebih mudah terkena berbagai penyakit infeksi, agranulositosis,
anemia aplastik, AIDS, infeksi atau sepsis hebat, infeksi virus (misalnya dengue),
keracunan kimiawi, dan postkemoterapi. Penyebab dari segi obat antara lain
antiepilepsi, sulfonamid, kina, kloramfenikol, diuretik, arsenik (terapi
leishmaniasis), dan beberapa antibiotik lainnya.
Nilai normal 4500-10000 sel/mm3
* Neonatus 9000-30000 sel/mm3 * Bayi sampai balita rata-rata 5700-
18000 sel/mm3
* Anak 10 tahun 4500-13500/mm3 * ibu hamil rata-rata 6000-17000 sel/mm3,
* postpartum 9700-25700 sel/mm3
Segala macam infeksi menyebabkan leukosit naik; baik infeksi bakteri, virus,
parasit, dan sebagainya. Kondisi lain yang dapat menyebabkan leukositosis yaitu:

 Anemia hemolitik
 Sirosis hati dengan nekrosis
 Stres emosional dan fisik (termasuk trauma dan habis berolahraga)
 Keracunan berbagai macam zat
 Obat: allopurinol, atropin sulfat, barbiturat, eritromisin, streptomisin, dan
sulfonamid.

Leukosit rendah (disebut juga leukopenia) dapat disebabkan oleh


agranulositosis, anemia aplastik, AIDS, infeksi atau sepsis hebat, infeksi virus
(misalnya dengue), keracunan kimiawi, dan postkemoterapi. Penyebab dari segi
obat antara lain antiepilepsi, sulfonamid, kina, kloramfenikol, diuretik, arsenik
(terapi leishmaniasis), dan beberapa antibiotik lainnya.

6
Leukosit (hitung jenis)
Darah terdiri atas komponen-komponen seperti eritrosit, trombosit,
hemoglobin, dan leukosit. Leukosit sendiri terdiri atas sel leukosit basofil,
eusinofil, neutrofil (terdiri atas neutrofil batang dan neutrofil segmen), monosit
dan limfosit. Besarnya kadar-kadar zat penyusun leukosit tersebut dinyatakan
dalam persen. Biasanya, persentase tertinggi ada pada neutrofil segmen dan
limfosit, sementara persentase terendah ada pada eosinofil, basofil, dan monosit.
Kadangkala persentase eosinofil lebih tinggi, misalnya pada keadaan infeksi
kronis seperti cacingan, keracunan, dan perdarahan. Bisa juga terjadi
persentase limfosit dan monosit lebih tinggi yaitu pada penyakit hati dan
anemia kronis.

Nilai normal hitung jenis


 Basofil 0-1% (absolut 20-100 sel/mm3).
 Eosinofil 1-3% (absolut 50-300 sel/mm3).
 Netrofil batang 3-5% (absolut 150-500 sel/mm3).
 Netrofil segmen 50-70% (absolut 2500-7000 sel/mm3).
 Limfosit 25-35% (absolut 1750-3500 sel/mm3).
 Monosit 4-6% (absolut 200-600 sel/mm3).

Penilaian hitung jenis tunggal jarang memberi nilai diagnostik, kecuali


untuk penyakit alergi di mana eosinofil sering ditemukan meningkat.

 Peningkatan jumlah netrofil (baik batang maupun segmen) relatif


dibanding limfosit dan monosit dikenal juga dengan sebutan shift to the
left. Infeksi yang disertai shift to the left biasanya merupakan infeksi
bakteri dan malaria. Kondisi noninfeksi yang dapat menyebabkan shift to
the left antara lain asma dan penyakit-penyakit alergi lainnya, luka bakar,
anemia perniciosa, keracunan merkuri (raksa), dan polisitemia vera.
 Sedangkan peningkatan jumlah limfosit dan monosit relatif dibanding
netrofil disebut shift to the right. Infeksi yang disertai shift to the
rightbiasanya merupakan infeksi virus. Kondisi noninfeksi yang dapat

7
menyebabkan shift to the right antara lain keracunan timbal, fenitoin, dan
aspirin.

Hitung Trombosit

Trombosit sering dikaitkan dengan penyakit demam berdarah atau DBD. Pada
penderita DBD, terjadi penurunan kadar trombosit dalam darah secara signifikan.
Trombosit yang menurun menyebabkan terjadinya pendarahan pada kulit karena
trombosit berfungsi sebagai salah satu pembeku darah.
Tidak semua trombosit yang rendah lantas dikaitkan dengan DBD. Rendahnya
trombosit juga bias merupakan kelainan bawaan. Hal ini terjadi karena produksi
trombosit seseorang memang sangat rendah.
Trombosit yang rendah menimbulkan gangguan pada system
pembekuan darah. Oleh karena itu, pada penderita DBD dengan kadar
trombosit rendah akan mempermudah munculnya titik-titik pendarahan pada
kulit, hidung bahkan otak.

Nilai normal:
*Dewasa 150.000-400.000 sel/mm3.
*Anak-anak 150.000-450.000 sel/mm3.

 Penurunan trombosit (trombositopenia) dapat ditemukan pada demam


berdarah dengue (DBD), anemia, luka bakar, malaria, dan sepsis. Nilai
ambang bahaya pada <30.000 sel/mm3.

 Peningkatan trombosit (trombositosis) dapat ditemukan pada penyakit


keganasan, sirosis, polisitemia, ibu hamil, habis berolahraga, penyakit
imunologis, pemakaian kontrasepsi oral, dan penyakit jantung. Biasanya
trombositosis tidak berbahaya, kecuali jika >1.000.000 sel/mm3. leukemia
(kanker sel darah putih), polisitemia vera (kadar sel darah merah yang
sangat meninggi), penyebaran tumor ganas, penyakit-penyakit vaskuler
seperti lupus (gangguan system imun atau kekebalan tubuh), setelah
operasi pembedahan, perdarahan, dan pada orang yang baru berhenti
mengkonsumsi alcohol.

8
Laju Endap Darah (LED)

Pemeriksaan ini ditujukan untuk melihat kecepatan darah dalam membentuk


endapan. Sekian cc darah akan dimasukkan ke dalam satu tabung pengukuran dan
dinilai pada berapa millimeter pengendapan itu muncul. Laju endap darah
dilakukan untuk menilai berapa kecepatan eritrosit atau sel darah merah bisa
mengendap dalam tabung pengukuran yang diukur selama satu jam.
Laju endap darah bisa menurun akibat kelainan-kelainan sel darah merah
seperti polisitemia vera yaitu suatu penyakit dimana sel darah merah sangat
banyak sehingga darah menjadi sangat kental. Jika dilakukan pemeriksaan laju
endap darah maka kecepatan timbulnya pengendapan menjadi sangat lambat
karena volume sel darah merah hamper sama dengan darah keseluruhan.
Pemeriksaan laju endap darah sangat berguna untuk mendeteksi adanya suatu
peradangan dan bahkan perjalanan atau aktivitas suatu penyakit.

Nilai normal:

*Dewasa pria <15 mm/jam pertama.

*Dewasa wanita <20 mm/jam pertama.

*Wanita hamil 18-70 mm/jam pertama.

* Anak-anak <10 mm/jam pertama.

 LED yang meninggi


Dalam satu jam apabila mengalami cedera, peradangan, atau kehamilan
meningkat : menandakan adanya infeksi atau inflamasi, penyakit imunologis,
gangguan nyeri, anemia hemolitik, dan penyakit keganasan. jika menderita infeksi
kronis atau kasus-kasus dimana peradangan menjadi kambuh, misalnya TBC atau
rematik. Adanya tumor, keracunan logam, radang ginjal maupun lever juga
kadang memberikan nilai yang tinggi untuk laju endap darah.
 LED yang sangat rendah
Menandakan gagal jantung dan poikilositosis, Laju endap darah bisa

9
menurun : akibat kelainan-kelainan sel darah merah seperti polisitemia vera yaitu
suatu penyakit dimana sel darah merah sangat banyak sehingga darah menjadi
sangat kental. Jika dilakukan pemeriksaan laju endap darah maka kecepatan
timbulnya pengendapan menjadi sangat lambat karena volume sel darah merah
hamper sama dengan darah keseluruhan.

Hitung Eritrosit

Eritrosit atau sering disebut sel darah merah, adalah bagian darah dengan
komposisi terbanyak di dalam darah. Fungsi utamanya adalah sebagai tempat
metabolisme makanan untuk dapat menghasilkan energi serta mengangkut O2
(oksigen) dan CO2 (karbon dioksida). Pada penyakit-penyakit kronis seperti
penyakit hati, anemia, dan leukemia bias ditemui penurunan jumlah sel darah
merah. Pada pemeriksaan lanjutan, biasanya laboratorium akan melampirkan
nilai-nilai seperti MCV dan MCHC.

MC (mean cospuscular) adalah jenis pemeriksaan untuk menilai kadar


eritrosit rata-rata. Pemeriksaan ini biasanya dijadikan indikator untuk melihat
kadar anemia seseorang. MCV atau mean cospuscular volume digunakan untuk
mengukur indeks volume eritrosit dalam darah. MCH atau mean cospuscular
haemoglobin untuk mengukur indeks warna pada eritrosit dalam darah. Adapun
MCHC atau mean cospuscular haemoglobin concentration untuk mengukur
indeks saturasi eritrosit dalam darah.
Sekali lagi, pemeriksaan ini ditujukan untuk menegakkan penyakit anemia
yang diderita seseorang. Nilai-nilai ini menggambarkan beraneka ragam bentuk
atau wajah sel darah merah. Hal ini penting untuk mengetahui apakah ada
kelainan pada sel darah merah.

Nilai normal:

*wanita 4.0-5.5 juta sel/mm3.

* pria 4.5-6.2 juta sel/mm3.

*Bayi 3.8-6.1 juta sel/mm3.

*Anak- anak 3.6-4.8 juta sel/mm3.

10
 Peningkatan jumlah eritrosit ditemukan pada dehidrasi berat, diare, luka
bakar, perdarahan berat, setelah beraktivitas berat, polisitemia,
anemiasickle cell.
 Penurunan jumlah eritrosit ditemukan pada berbagai jenis anemia,
kehamilan, penurunan fungsi sumsum tulang, malaria, mieloma multipel,
lupus, konsumsi obat (kloramfenikol, parasetamol, metildopa, tetrasiklin,
INH, asam mefenamat)

Indeks Eritrosit (MCV, MCH, MCHC)

Biasanya digunakan untuk membantu mendiagnosis penyebab


anemia (Suatu kondisi di mana ada terlalu sedikit sel darah merah).
Indeks/nilai yang biasanya dipakai antara lain :

 MCV (Mean Corpuscular Volume) atau Volume Eritrosit Rata-rata


(VER), yaitu volume rata-rata sebuah eritrosit yang dinyatakan dengan
femtoliter (fl), Nilai normal = 82-92 fl.
MCV =  Hematokrit x 10
Eritrosit
 MCH (Mean Corpuscular Hemoglobin) atau Hemoglobin Eritrosit Rata-
Rata (HER), yaitu banyaknya hemoglobin per eritrosit disebut dengan
pikogram (pg), Nilai normal = 27-31 pg.
MCH = Hemoglobin x 10
Eritrosit
 MCHC (Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration) atau Konsentrasi
Hemoglobin Eritrosit Rata-rata (KHER), yaitu kadar hemoglobin yang
didapt per eritrosit, dinyatakan dengan persen (%) (satuan yang lebih tepat
adalah “gr/dl”), Nilai normal = 32-37 %.
MCHC = Hemoglobin x 100
Hematokrit

11
C. Faktor yang Mempengaruhi Pemeriksaan
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses pemeriksaan darah rutin.
Faktor-faktor tersebut yaitu :
a. Preanalitik merupakan tahap awal yang sangat menentukan
kualitas sampel yang didapat, kemudian akan sangat
mempengaruhi proses berikutnya yaitu proses analitik dan pasca
analitik (Buletin Prodia, 2007). Dalam proses preanalitik sering
terjadi kesalahan. yang terjadi sebelum spesimen pasien diperiksa
untuk analit oleh sebuah metode atau instrument tertentu. Kegiatan
yang terkait dengan proses preanalitik adalah ketatausahaan
(clerical), persiapan pasien (patient preparation), 20 pengumpulan
specimen (spesimen collection), serta penanganan sampel
(sampling handling) sukorini, dkk, 2010.
b. Analitik adalah tahap pengerjaan sampel sampai diperolehnya hasil
pemeriksaan (Buletin Prodia, 2007). Sama halnya dengan
preanalitik, pada tahap analitik juga rentan terjadi kesalahan.
Kesalahan- kesalahan analitik yang terjadi selama proses
pengukuran sering disebabkan oleh kesalahan sistematis. Kegiatan
yang terkait dengan proses analitik adalah reagen (reagent),
peralatan (instrumens), control dan bahan bakuan (control and
standart), serta ahli teknologi (technologist) (Sukorini dkk, 2010).
c. Pasca analitik adalah tahap akhir pemeriksaan yang dikeluarkan
untuk meyakinkan bahwa hasil pemeriksaan yang dikeluarkan
benar-benar valid (Buletin Prodia, 2007). Kesalahan pasca analitik
terjadi setelah pengambilan sampel, proses pengukuran dan
mencakup kesalahan seperti kesalahan penulisan (Sukorini, dkk,
2010). Secara ringkas penjelasan tersebut dapat dilihat pada
gambar dibawah ini.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Hematologi rutin adalah pemeriksaan rutin dan lengkap yang mencakup sel-
sel darah dan bagian-bagian lain dari darah, yang meliputi pemeriksaan
haemoglobin, jumlah eritrosit, hematokrit, MCV, MCH, MCHC, leukosit, hitung
jenis dan trombosit (Niki Diagnostic Center, 2011). Pada pemeriksaan hematologi
rutin (darah lengkap) selalu menggunakan sampel darah segar.
Pengumpulan atau pengambilan sampel darah yang baik merupakan langkah
awal dalam menjamin ketelitian dan kepercayaan terhadap hasil pemeriksaan
laboratorium. Specimen darah untuk pemeriksaan hematologi (pemeriksaan
hemoglobin) dapat diperoleh dari darah vena ataupun darah kapiler.

B.  Saran
Bagi mahasiswa Analis Kesehatan diharapkan dapat memanfaatkan
makalah ini untuk menambah pengetahuan tentang Hematologi khususnya pada
pemeriksaan darah rutin dan sebagai referensi.

13
DAFTAR PUSTAKA

- Gandasoebrata, R.1995.Penuntun Laboratorium Klinik.Jakarta:PT.Dian Rakyat.


- Dra. Dewi Muliaty.Petunjuk Praktis:Tenik-Teknik Flebotomi.PAT(Persatuan Ahli
Teknologi Laboratorium Kesehatan Indonesia), Laboratorium Klinik Prodia dan
Becton Dickinson Vacutainer System, Ltd, Indonesia.

14

Anda mungkin juga menyukai