DISUSUN OLEH:
FARHAN SUANDA
RAIHAN NUGROHO
M.ALMAULADRYAN
M.RIFKI
ANALIS KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN DR RUSDI MEDAN
2023
HEMATOLOGI
Dalam dunia medis, tes hematologi merupakan sebuah pemeriksaan darah lengkap
yang meliputi sel darah putih, sel darah merah, dan platelet. Pemeriksaan ini biasanya
termasuk dalam pemeriksaan kesehatan.
Selain sebagai pemeriksaan kesehatan rutin, tes hematologi juga akan dilakukan dokter
untuk membantu mendiagnosis masalah kesehatan tertentu. Contohnya seperti infeksi
atau perdarahan.
Secara garis besar, berikut adalah peran penting tes hematologi lengkap untuk
kesehatan:
Untu melihat hasil tes hematologi lengkap, bisa dilihat dari dua kolom. Salah satunya
adalah rentang referensi, yaitu nilai pemeriksaan normal. Sedangkan kolom lainnya
adalah hasil pemeriksaan hematologi lengkap. Jika hasil lebih rendah atau lebih tinggi
dari rentang referensi, hasil tersebut dapat disebut tidak normal.
Walau begitu, angka rentang referensi dapat berbeda, karena setiap laboratorium
memiliki alat dan cara berbeda untuk menganalisis sampel darah. Di samping itu, jenis
kelamain dan usia juga bisa menjadi faktor pembedanya.
Tes hematologi juga bisa dimanfaatkan sebagai tolok ukur apakah seseorang dapat
menjalani pengobatan atau tidak. Terutama untuk pengobatan yang mampu
memengaruhi sel darah, seperti aspirin, serta tindakan medis, seperti pembedahan atau
operasi.
Saat menangani pasien, ahli hematologi dapat berkolaborasi dengan para ahli di
berbagai bidang lain untuk memberikan perawatan yang efektif, seperti transplantasi,
onkologi, dan patologi klinik. Dengan kata lain, peran hematologi amat penting dalam
tiap proses diagnosis hingga penatalaksanaan pengobatan.
Kapan Harus Melakukan Pemeriksaan?
Meski perannya sangat membantu dalam menegakkan diagnosis, tetapi pemeriksaan
hematologi lengkap tidak mutlak dilakukan. Setelah didapatkan hasil tes hematologi
lengkap, dokter mungkin akan menyarankan pemeriksaan tambahan lain untuk
menentukan diagnosis penyakit.
Namun, kemungkinan besar kamu akan dirujuk oleh dokter perawatan primer, jika
memiliki atau dicurigai mengidap kondisi berikut:
Darah merupakan komponen esensial mahluk hidup yang berada dalam ruang
vaskuler, karena perannya sebagai media komunikasi antar sel ke berbagai bagian
tubuh dengan dunia luar karena fungsinya membawa oksigen dari paru-paru
kejaringan dan karbondioksida dari jaringan ke paru-paru untuk dikeluarkan, membawa
zat nutrien dari saluran cerna ke jaringan kemudian menghantarkan hormon dan
materi-materi pembekuan darah (Desmawati, 2013).
Darah manusia adalah cairan jaringan tubuh dimana fungsi utamanya adalah
mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh. Darah juga
mensuplai tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa metabolisme, dan
mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang bertujuan mempertahankan
tubuh dari berbagai penyakit (Mallo, Sompie and Narasiang, 2014)
B.Karakteristik Darah
Karakteristik umum darah meliputi warna, vsikositas, pH, volume, dan komposisinya
(Desmawati, 2013).
a.Warna
Darah arteri berwarna merah muda karena banyak oksigen yang berkaitan dengan
hemoglobin dalam sel darah merah. Darah vena berwarna merah tua/gelap karena
kurang oksigen dibandingkan dengan darah arteri.
b. Viskositas Viskositas darah ¾ lebih tinggi dari pada viskositas air yaitu sekitar 1.048
sampai 1.066.
d. Volume Pada orang dewasa volume darah sekitar 70 sampai 75 ml/kg BB, atau
sekitar 4 sampai 5 liter darah.
e. Komposisi
Darah tersusun atas dua komponen utama yaitu :
1) Plasma darah yaitu bagian cair darah (55%) yang sebagian terdiri dari 92% air, 7%
protein, 1% nutrien, hasil metabolisme, gas pernapasan, enzim, hormon-hormon, faktor
pembekuan dan garam-garam organik. Protein-protein dalam plasma terdiri dari serum
albumin (alpha-1 globulin, alpha-2 globulin, beta globulin dan gamma globulin),
fibrinogen, protombin, dan protein esensial untuk koagulasi. Serum albumin dan gamma
globulin sangat penting untuk mempertahankan tekanan osmotik koloid dan gamma
globulin juga mengandung antibodi (immunoglobulin) seperti IgM, IgG, IgA, IgD, dan
IgE untuk mempertahankan tubuh terhadap mikroorganisme.
2) Sel-sel darah/butir darah (bagian padat) kira-kira 45%, terdiri atas eritrosit atau sel
darah merah (SDM) atau red blood cell (RBC), leukosit atau sel darah putih (SDP) atau
white blood cell (WBC), dan trombosit atau platelet. Sel darah merah merupakan unsur
terbanyak dari sel darah (44%) sedangkan sel darah putih dan trombosit 1%. Sel darah
putih terdiri dari Basofil, Eusinofil, Neutrofil, Limfosit dan Monosit.
Sel darah merah berbentuk cakram bikonkaf dengan diameter sekitar 7,6 mikron, tebal
bagian tepi 2 mikron dan bagian tengahnya 1 mikron atau kurang, tersusun atas
membran yang sangat tipis sehingga sangat mudah terjadi difusi oksigen,
karbondioksida dan sitoplasma, tetapi tidak mempunyai inti sel. Produksi eritrosit
(eritropoisis) dimulai dari munculnya eritroblas dari sel sistem primitif dalam sumsum
tulang. Eritroblas adalah sel berinti dalam proses pematangan disumsum tulang
menimbun hemoglobin dan secara bertahap kehilangan intinya yang disebut retikulosit,
kemudian selanjutnya mengalami penyusutan ukuran dan menghilangnya material
berwarna gelap (Desmawati, 2013).
Sel darah merah yang matang mengandung 200-300 juta hemoglobin (terdiri dari hem
yang merupakan gabungan protoprofirin dengan besi dan globin yang 8 merupakan
bagian dari protein yang tersusun oleh dua rantai beta) dan enzim-enzim seperti G6PD
(glukose-6-phospate-dehydrogenase). Hemoglobin mengandung kira-kira 95% besi dan
berfungsi membawa oksigen dengan cara mengikat oksigen (oksihemoglobin) dan
diedarkan ke seluruh tubuh untuk kebutuhan metabolisme. Darah keseluruhan
normalnya mengandung 15 g hemoglobin per 100 ml darah, atau 30 µm hemoglobin
per seribu eritrosit (Desmawati, 2013).
Sel darah putih (leukosit) jauh lebih besar daripada sel darah merah. Pada orang
dewasa setiap 1 mm3 datah terdapat 6.000-9.000 sel darah putih, tidak seperti sel
darah merah, sel darah putih memiliki inti (nukleus). Sebagian besar sel darah putih
bisa bergerak seperti amoeba dan dapat menembus dinding kepiler. Sel darah putih
diproduksi di dalam sumsum merah, kelenjar limfa, dan limpa (kura). Sel darah putih
memiliki ciri-ciri antara lain tidak berwarna (bening), bentuk tidak tetap (ameboid),
berinti dan ukurannya lebih besar dari pada sel darah merah (eritrosit) (Desmawati,
2013).
4. Fungsi darah
Menurut Gaol (2015), fungsi darah adalah sebagai berikut: a. Membawa nutrien yang
telah disiapkan oleh saluran pencernaan menuju ke jaringan tubuh. 11 b. Mengantarkan
oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh. c. Mengangkut produk buang dari berbagai
jaringan menuju ginjal untuk di ekskresikan. d. Mengangkut hasil sekresi kelenjar
endokrin (hormon) dan enzim dari organ ke organ. e. Ikut berperan dalam
mempertahankan keseimbangan air, sistem buffer seperti bicarbonat di dalam darah,
membantu mempertahankan pH yang konstan pada jaringan dan cairan tubuh. f.
Berperan penting dalam pengendalian suhu tubuh dengan cara mengangkut panas dari
struktur yang lebih dalam menuju ke permukaan tubuh. g. Mengatur konsentrasi ion
hydrogen dalam tubuh (keseimbangan asam dan basa). h. Membantu pertahanan
tubuh terhadap penyakit. i. Pembekuan darah pada luka, mencegah terjadinya
kehilangan darah yang berlebihan pada waktu luka, serta mengandung faktor-faktor
penting untuk pertahanan tubuh terhadap penyakit .
5. Komponen darah
a. Plasma
Menurut Desmawati (2013), bahwa plasma terdiri dari 99% air dan memiliki tugas
sebagai medium untuk mengangkut berbagai bahan dalam tubuh, menyerap dan
mendistribusikan banyak panas yang dihasilkan oleh metabolisme di dalam jaringan,
dan merupakan tempat larutnya sejumlah besar zat organik dan an organik. Konstituen
organik yang paling banyak ada pada plasma adalah protein, yang membentuk 6%-8%
dari berat total plasma. Protein plasma itu sendiri adalah 12 sekelompok konstituen
plasma yang tidak sekedar diangkat dalam keadaan normal. Protein plasma untuk
melakukan fungsinya protein berada dalam bentuk disperse koloid. Ada beberapa
fungsi dari protein plasma, antara lain (Desmawati, 2013)
4) Menghasilkan energi bagi sel. Protein Plasma dikelompokkan menjadi 3, antara lain
(Desmawati, 2013) :
(1) Albumin
Albumin merupakan protein plasma yang paling banyak mengikat banyak zat seperti
garam empedu, yang berguna untuk transportasi melalui plasma yang sangat berperan
dalam menentukan tekanan osmotik. Albumin darah dihasilkan oleh hati, albumin
plasma merupakan molekul protein besar yang berada dalam pembuluh darah. Albumin
plasma berfungsi untuk memelihara volume cairan dalam sistem vaskular yang
mengikat berbagai zat dalam plasma bila kadar albumin darah rendah, maka cairan
akan keluar dari pembuluh darah dan akan pergi ke rongga perut, dan cairan akan
berkumpul di rongga perut (asites), kadar normalnya 4-5.2 g/dl.
(2) Globulin
α, β, γ Globulin α (alpha) dan β (betta) spesifik mengikat dan mengangkut sejumlah zat
dalam plasma sebagai faktor pembekuan darah, sedangkan globulin γ (gamma)
berperan sebagai anti bodi. 13
b. Prokoagulan (Faktor pembeku darah) Proses pembekuan drah dapat terjadi karena
interaksi enzimatik antara prokoagulan, fosfolipid, dan ion Cl prokoagulan berada dalam
sirkulasi darah dengan bentuk isi aktif dan aktifasinya. Biasanya diawali oleh luka pada
pembuluh darah. Ada 15 prokoagulan dimana yang 13 diantaranya telah diberi symbol
angka romawi: 1) I sd XIII artinya proloagulan dalam bentuk isi aktif 2) Ia sd XIIa
artunya dalam bentuk aktif.
B. Definisi Glukosa
Dalam ilmu kedokteran, gula darah adalah istilah yang mengacu pada tingkat glukosa
dalam darah. Konsentrasi gula darah atau tingkat glukosa serum diatur dengan ketat
dalam tubuh. Glukosa yang dialirkan melalui darah adalah sumber utama energi untuk
sel-sel tubuh. Kadar glukosa darah puasa tidak boleh lebih tinggi dari 110 mg/dl dan
jangan lebih rendah dari 60 mg/dl. Untuk mengatur hal ini tubuh mempunyai
mekanisme pengaturannya. Apabila mekanisme pengaturan kadar gula dalam darah
tidak berjalan dengan baik atau terjadi kerusakan pada organ-organ tubuh maka akan
mengakibatkan gangguan pada proses metabolisme glukosa, oleh karena itu perlu
adanya pemeriksaan kadar glukosa dalam darah sehingga dapat diketahui kadar
glukosa melebihi batas normal atau tidak (Sacher and McPherson, 2012)
Energi untuk sebagian besar fungsi sel dan jaringan berasal dari glukosa. Pembentukan
energi alternatif juga dapat berasal dari metabolisme asam lemak. Tetapi jalur ini
kurang efisien dibandingkan dengan pembakaran langsung glukosa. Proses ini juga
menghasilkan metabolit asam yang berbahaya apabila dibiarkan oleh beberapa
mekanisme homeostatik yang dalam keadaan sehat dapat mempertahankan kadar
glukosa dalam rentang 70 mg/dl-110 mg/dl dalam keaadan puasa. Metabolisme
glukosa menghasilkan asam piruvat, asam laktat, dan asetil-coenzim A. Jika glukosa
dioksidasi total maka akan menghasilkan karbondioksida, air, dan energi yang akan
disimpan didalam hati atau otot dalam bentuk glikogen. Hati dapat mengubah glukosa
yang tidak terpakai melalui jalur-jalur metabolik lain menjadi asam lemak yang disimpan
sebagai trigliserida atau menjadi asam amino untuk membentuk protein (Sacher and
McPherson, 2012).
Glukosa terbentuk dari karbohidrat dalam makanan dan disimpan sebagai glikogen di
hati dan otot rangka. Insulin dan glukagon, dua hormon yang berasal dari pankreas,
dapat mempengaruhi kadar glukosa darah. Tanpa insulin, glukosa tidak dapat
memasuki sel. Penurunan kadar glukosa darah (hipoglikemia) terjadi akibat asupan
makanan yang tidak adekuat atau darah terlalu banyak mengandung insulin. Jika terjadi
peningkatan kadar gula darah (hiperglikemia), berarti insulin yang beredar tidak
mencukupi, kondisi ini disebut sebagai Diabetes Melitus (Kee, 2014).
HEMOGLOBIN
Pengertian Hemoglobin
Hemoglobin adalah metaloprotein (protein yang mengandung zat besi) di dalam sel
darah merah yang berfungsi sebagai pengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh
tubuh,[1] pada mamalia dan hewan lainnya. Hemoglobin juga pengusung karbon
dioksida kembali menuju paru-paru untuk dihembuskan keluar tubuh. Molekul
hemoglobin terdiri dari globin, apoprotein, dan empat gugus heme, suatu molekul
organik dengan satu atom besi.
Mutasi pada gen protein hemoglobin mengakibatkan suatu golongan penyakit menurun
yang disebut hemoglobinopati, di antaranya yang paling sering ditemui adalah anemia
sel sabit dan talasemia.
Struktur Hemoglobin
Pada pusat molekul terdapat cincin heterosiklik yang dikenal dengan porfirin yang menahan satu
atom besi; atom besi ini merupakan situs/loka ikatan oksigen. Porfirin yang mengandung besi
disebut heme. Nama hemoglobin merupakan gabungan dari heme dan globin; globin sebagai istilah
generik untuk protein globular. Ada beberapa protein mengandung heme, dan hemoglobin adalah
yang paling dikenal dan paling banyak dipelajari.
Pada manusia dewasa, hemoglobin berupa tetramer (mengandung 4 subunit protein), yang terdiri
dari masing-masing dua subunit alfa dan beta yang terikat secara nonkovalen. Subunit-subunitnya
mirip secara struktural dan berukuran hampir sama. Tiap subunit memiliki berat molekul kurang lebih
16,000 Dalton, sehingga berat molekul total tetramernya menjadi sekitar 64,000 Dalton. Tiap subunit
hemoglobin mengandung satu heme, sehingga secara keseluruhan hemoglobin memiliki kapasitas
empat molekul oksigen:
Reaksi bertahap:
Hb + O2 <-> HbO2
HbO2 + O2 <-> Hb(O2)2
Hb(O2)2 + O2 <-> Hb(O2)3
Hb(O2)3 + O2 <-> Hb(O2)4
Reaksi keseluruhan:
Hb + 4O2 -> Hb(O2)4