PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah Pengertian dari Leukemia?
1.2.2 Apakah Anatomi dan Fisiologi dari Leukemia?
1.2.3 Apakah yang Menyebabkan Leukemia?
1.2.4 Sebutkan Patofisiologi dari Leukemia?
1.2.5 Sebutkan Tanda dan Gejala Leukemia?
1.2.6 Bagaimanakah Pengkajian dari Leukemia?
1.2.7 Bagaimana Perumusan Diagnosa Keperawatan pada Leukemia?
1.2.8 Bagaimana Perencanaan dari Leukemia?
1.2.9 Bagaimana Implementasi Leukemia?
1.2.10 Bagaimana Evaluasi dari Leukemia?
1.2.11 Apakah Pendidikan Kesehatan untuk Leukemia?
1.2.12 Sebutkan Trend dan Issue leukemia?
1.2.13 Apakah Peran dan Fungsi Perawat pada Leukemia?
2
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Makalah ini bermanfaat agar para pembaca mengetahui apa itu
leukemia.
1.4.2 Makalah ini juga bertujuan mengajarkan pada para pembaca apa itu
leukemia.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Leukemia
Leukemia merupakan penyakit akibat terjadinya proliferasi
(pertumbuhan sel imatur) sel leukosit yang abnormal dan ganas, serta
sering di sertai adanya leukosit dengan jumlah yang berlebihan, yang
dapat menyebabkan terjadinya anemia trombositopenia. ( Hidayat, 2006).
Leukemia merupakan penyakit akibat proliferasi (bertambah
banyak atau multiplikasi) patologi dari sel pembuat darah yang bersifat
sistemik dan biasanya berakhir fatal. (Nursalam, 2005).
Leukemia adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel-sel
darah putih dalam sumsum tulang, menggantikan elemen-elemen sumsum
normal (Baughman, 2000, hal : 336)
Leukemia merupakan proliferasi dari sel pembuat darah yang
bersifat sistemik dan biasanya berakhir fatal. (Ngastiyah, 1997).
Leukemia adalah proliferasi sel darah putih yang masih imatur
dalam jaringan pembentukan darah, (Suriadi, 2006).
Jadi dapat disimpulkan bahwa leukemia adalah penyakit akibat
terjadinya proliferasi sel leukosit yang abnormal dan ganas dan sering
disertai adanya leukosit jumlah yang berlebihan dari sel pembuat darah
yang bersifat sistemik dan biasanya berakhir fatal.
4
protein) yang mengandung besi dalam bentuk heme, yang merupakan
tempat terikatnya molekul-molekul oksigen. Darah adalah bagian terbesar
dari tubuh manusia, 70% tubuh manusia terdiri dari darah, darah
memilikibanyak fungsi di tubuh manusia, pada dasarnya bermanfaat untuk
mengatur suhu tubuh, mengedarkan oksigen, sistem kinerja darah
mengedarkan sari makanan dari tubuh dan mengedarkan hormon.
Pada tubuh yang sehat atau orang dewasa terdapat darah sebanyak
kira-kira 1/13 dari berat badan atau kira-kira 4-5 liter. Keadaan jumlah
tersebut pada tiap-tiap orang tidak sama, bergantung pada umur,
pekerjaan, keadaan jantung atau pembuluh darah (Syaifuddin,2006).
Darah terdiri dari 4 bagian utama yaitu Plasma darah, Sel darah
merah, Sel darah putih dan Keping darah.
1 Plasma Darah
Bagian 55% dari darah yang berupa cairan kekuningan dan
membentuk medim cairan darah disebut plasma darah. 90% bagian
plasma darah terdiri dari air, plasma darah ini memiliki fungsi
mengangkut sari makanan kedalam sel dan membawa sisa
pembakaran dari sel ketempat pembuangan, plasma darah ini juga
bermanfaat untuk menghasilkan zat antibodi untuk menjaga kekebalan
tubuh dari penyakit.
Bagian cairan darah yang membentuk sekitar 5% dari berat badan,
merupakan media sirkulasi elemen-elemen darah yang membentuk sel
darah merah, sel darah putih dan sel pembeku darah juga sebagai
media transportasi bahan organik dan anorganik dari suatu organ atau
jaringan.
Zat-zat dalam plasma darah 6 macam, diantaranya yaitu fibrinogen
yang berguna dalam peristiwa pembekuan darah, garam-garam
mineral (garam kalsium,kalium,natrium dll) yang berguna dalam
metabolisme dan juga menggandakan osmotik, protein darah
(albumin,globulin) yang dapat meningkatkan viskositas darah dan
juga menimbulkan tekanan osmotik untuk memelihara keseimbangan
cairan dalam tubuh, zat makanan (asam animo, glukosa, lemak,
5
mineral dan vitamin) hormon yaitu suatu zat yang dihasilkan dari
kelenjar tubuh dan antibodi/antitoksin (syaifuddin,2006).
2 Sel Darah Merah
Sel Darah Merah (SDM) atau eritrosit adalah cakram bikonkaf
tidak berinti yang kira-kira berdiameter 8µm, tebal bagian tepi 2µm
dan ketebalannya berkurang dibagian tengah menjadi hanya 1mm atau
kurang, karena lunak dan lentur makanya selama melewati
mikrosirkulasi sel-sel ini mengalami perubahan konfigurasi. Eritrosit
tidak mempunyai nukleus sel atau organela dan tidak dianggap
sebagai sel dari segi biologi. Sel darah merah juga berperan dalam
penentuan golongan darah.
Sel darah merah adalah salah satu contoh sel yang tidak berinti. Sel
darah merah berbentuk pipih dan cekung pada bagian tengahnya, tidak
memiliki inti, tidak dapat menembus dinding kapiler darah dan
berwarna kekuning-kuningan. Pada orang dewasa sel darah merah
berjumlah sekitar 5 juta sel/𝑚m3 darah pada laki-laki dan 4 juta
sel/ 𝑚m3 darah pada perempuan. Pada orang dewasa sel darah merah
dibentuk dalam sumsum tulang pipih, sedangkan pada janin sel darah
merah dibentuk dalam hati dan limfa. Setelah berumur 120 hari, sel
darah merah akan mati dan diubah menjadi bilirubin atau zat warna
empedu.
Sel darah merah mengandung hemoglobin, sel darah merah
dihasilkan dari limfa, hati, paru dan sumsum merah pada tulang
pipih,sel darah merah yang sudah rusak akan dibuang kedalam hati.
Hemoglobin yang keluar dari eritrosit yang mati akan terurai
menjadi 2 zat yaitu hematin yang mengandung Fe yang berguna untuk
pembuatan eritrosit yang baru dan hemoglobin yaitu suatu zat yang
terdapat dalam eritrosit yang berguna untuk mengikat oksigen dan
karbondioksida. Jumlah normal pada orang dewasa kira-kira 11,5-15
gram dalam 100cc darah. Normal Hb wanita 11,5mg% dan Hb laki-
laki 13,0mg% (Syaifuddin,2006).
6
3 Sel Darah Putih
Sel darah putih atau leukosit adalah sel yang membentuk
komponen darah. Sel darah putih ini berfungsi untuk membantu
tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagai dari bagian
sistem kekebalan tubuh. sel darah putih memiliki inti, dapat
bergerak secara amuboid (bentuk tidak tetap) dan dapat menembus
dinding kapiler atau diapedesis. Normalnya kita memiliki 4x109
hingga 11x109 sel darah putih dalam satu liter darah manusia
dewasa yang sehat atau sekitar 7000-25000 sel per tetes. Dalam
kasus leukemia jumlahnya dapat meningkat hingga 50000 sel per
tetes. Leukosit bertanggung jawab terhadap sistem imun tubuh dan
bertugas untuk memusnahkan benda-benda yang dianggap asing
dan berbahaya oleh tubuh, misal virus atau bakteri.
Fungsinya sebagai serdadu tubuh yaitu membunuh dan
memakan bibit penyakit/bakteri yang masuk kedalam jaringan RES
(Sistem Retikulo Endotel) tempat pembiakannya didalam limpa
dan kelenjar limfe, sebagai pengangkut yaitu mengangkut atau
membawa zat lemak dari dinding usus melalui limpah terus ke
pembuluh darah. Sel leukosit berada di pembuluh darah juga
terdapat di seluruh jaringan tubuh manusia. Pada kebanyakan
peyakit disebabkan oleh masuknya kuman/ infeksi maka jumlah
leukosit yang ada dalam darah akan lebih banyak dari biasanya.
Hal ini disebabkan leukosit yang biasanya tinggal di dalam
kelenjar limfe, sekarang beredar di dalam darah untuk
mempertahankan tubuh dari serangan penyakit tersebut. Jika
jumlah leukosit dalam darah melebihi 10000/𝑚𝑚3 disebut
leukositosis dan kurang dari 6000/𝑚𝑚3 disebut leukopenia.
(Syaifuddin,2006)
4 Keping Darah
Keping darah, lempeng darah, trombosit atau platelet adalah
fragmen sel yang tersirkulasi dalam darah yang terlihat dalam
mekanisme hemostatis tingkat sel yang menimbulkan pembekuan
7
darah (trombosit). Disfungsi atau jumlah keping darah yang sedikit
dan menyebakan pendarahan, sedangkan jumlah yang tinggi dapat
meningkatkan resiko trombosit. Trombosit memiliki bentu yang
tidak teratur, tidak berwarna, tidak berinti, berukuran lebih kecil
dari eritrosit dan leukosit dan mudah pecah bila tersentuh benda
kasar. Jumlah trombosit adalah 200000-300000 keping/𝑚𝑚3
darah.
Trombosit diproduksi di sumsum merah, keping darah
berfungsi dalam pembekuan darah, jika da orang yang terkena
demam berdarah maka jumlah trombosit ini akan semakin sedikit
sehingga darah semakin mengental dan menyebabkan kematian,
oleh karena itu demam berdarah harus ditransfusi darah agar
mendapat pasokan trombosit yang banyak. (Syaifuddin,2006)
2.4 Patofisiologi
Komponen sel darah terdiri dari eritrosit atau sel darah merah dan
leukosit serta trombosit. Seluruh sel darah normal diperoleh dari sel batang
tunggal yang terdapat pada seluruh sumsum tulang belakang. Sel batang
dapat dibagi kedalam lymphoid dan sel batang darah (myeloid), dimana
pada kebalikannya mennjadi cikal bakal sel yang terbagi sepanjang jalur
tunggal khusus. Proses ini dikenal sebagai hematopoiesis dan terjadi di
dalam susmsum tulang tengkorak, tulang belakang, panggul, tulang dada
dan pada proximal epifis pada tulang-tulang yang panjang.
8
Peningkatan produksi leukosit juga melibatkan tempat-tempat
ekstramedular sehingga anak-anak menderita pembesaran kelenjar limfe
dan hematosplenomegali. Sel kanker juga menghasilkan leukosit yang
imatur/ abnormal dalam jumlah yang berlebihan. Leukosit imatur ini
menyusup ke berbagai organ sumsusm tulang dan menggantikan unsur-
unsur sel yang normal. Limfosit imatur berproferasi dalam susmsum
tulang dan jaringan perifer sehingga mengganggu perkembangan sel
normal. Hal ini menyebabkan haemopoesis normal terhambat, akibatnya
terjadi penurunan jumlah leukosit, sel darah merah dan trombosit. Infiltrasi
sel kanker ke berbagai organ menyebabkan pembesaran hati, limpa,
limfodenopati, sakit kepala, muntah dan nyeri tulang serta persendian.
Penurunan jumlah eritrosit menimbulkan anemia, penurunan jumlah
trombosit mempermudah terjadinya perdarahan (echimosis, perdarahan
gusi, epistaksis). Adanya sel kanker juga mempengaruhi sistem
retikuloendotelial yang dapat menyebabkan gangguan sistem pertahanan
tubuh, sehingga mudah mengalami infeksi. Adanya sel kanker juga
mengganggu metabolism sehingga sel kekurangan makanan.
(Ngastiyah,1997; Smeltzer & Bare, 2002; Suriadi dan Rita Yuliani,2001,
Betz & Sowden,2002)
2.5 Tanda dan Gejala Leukemia
Leukemia akut merupakan penyakit kanker yang berkembang
dengan cepat. Biasanya, leukemia akut berkembang pesat dan menjadi
lebih buruk dalam jangka waktu beberapa minggu saja. Pasien menjadi
kurang sehat, lemah dengan gejala anemia, mudah mengalami pendarahan,
dan infeksi.
Leukemia kronis biasanya tidak menimbulkan gejala apapun pada
stadium awal. Penyakit ini biasanya ditemukan pada saat melakukan tes
darah rutin. Beberapa pasien CLL terdiagnosis ketika kelenjar getah
bening yang bengkak ditemukan oleh dokter pada saat melakukan
pemeriksaan rutin.
Gejala-gejala leukimia :
Mudah merasa lelah
9
Penurunan berat badan
Kehilangan selera makan
Berkeringat di malam hari
Demam yang tidak jelas
Sering mengalami infeksi
Pembesaran gelenjar getah bening
Pendarahan yang tidak biasa (misalnya pendarahan pada hidung
atau gusi secara berulang-ulang)
2.6 Pengkajian
1 Data biografi pasien
Leukemia banyak menyerang laki-laki daripada wanita dan banyak
menyerang usia lebih dari 20th khususnya pada orang dewasa.
2 Riwayat kesehatan
A. Riwayat kesehatan sekarang
Pada penyakit leukemia klien biasanya lemah, lelah, wajah pucat,
sakit kepala, anoreksia, muntah, sesak dan nafas cepat.
B. Riwayat penyakit
Pada riwayat penyakit klien dengan leukemia, kaji dengan adanya
tanda-tanda anemia yaitu pucat, kelemahan, sesak, nafas cepat. Kaji
adanya tanda-tanda leucopenia yaitu demam dan adanya infeksi. Kaji
adanya tanda-tanda trombositopenia yaitu ptechiae, purpura,
pendarahan membran mukosa. Kaji adanya tanda-tanda invasi ekstra
modulola yaitu limfa denopati, hepatomegali, splenomegali. Kaji
adanya pembesaran testis. Kaji adanya hematuria, hipertensi, gagal
ginjal, implamasi di sekitar rectal, nyeri (Lawrence,2003).
10
Perbedaan pola aktivitas dirumah dan dirumah sakit.
E. Riwayat psikososial
a) Psikologi
Pada kasus ini biasanya klien takut dan cemas terhadap penyakit
yang diderita. Klien sangat membutuhkan dukungan dari keluarga
dan perawat.
b) Sosial ekonomi
Klien mempunyai hubungan yang baik dengan keluarga maupun
dengan tetangga sekitar rumahnya dengan adanya keluarga dan
tetangga yang membesuk serta klien hidup dalam keadaan
ekonomi yang sederhana.
F. Data penunjang
Data laboraturium pada klien dengan leukemia :
Anemianormokrom normoster
Leukosit >15.000/mm3 (5000-10000/mm3)
Sitogenik : kelainan pada kromosom 12, 13, 14, kadang-kadang
pada kromosom 6, 11
Hb : 7,3 mg/dl (N :12.0-16.0 g/dL).
Trombosit : 100.000 (150.000-400.000/mm3)
SDP : 60.000/cm (50.000)
PT/PTT : memanjang
Copper serum : meningkat
Zink serum : menurun
G. Penatalaksanaan
Terapi dan obat yang diberikan pada klien dengan leukemia :
Tranfusi bila perlu
Klorambusil
11
3 Resiko terhadap cidera : pendarahan yang berhubungan dengan
penurunan jumlah trombosit
4 Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan
muntah
5 Perubahan membran mukosa mulut : stomatitis yang berhubungan
dengan efek samping agen kemoterapi
6 Perubahan nutrisi kurng dari kebutuhan tubuh yang berhubungan
dengan anoreksia, malaise, mual dan muntah, efek samping kemoterapi
dan atau stomatitis
7 Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia
8 Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens
kemoterapi, radioterapi, imobilitas
9 Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan
cepat pada penampilan
10 Perubahan proses keluarga berhungan dengan mempunyai anak yang
menderita leukemia (simon,2003)
2.8 Intervensi dan Rasional
1. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan
tubuh.
Tujuan : Pasien bebas dari infeksi
Kriteria Hasil :
a. Normotermia
b. Hasil kultur negative
c. Peningkatan penyembuhan
Intervensi :
1 Pantau suhu dengan teliti (TTV)
Rasional : untuk mendeteksi kemungkinan infeksi
2 Tempatkan klien dalam ruangan khusus
Rasional : untuk meminimalkan terpaparnya klien dari sumber infeksi
3 Anjurkan semua pengunjung dan staf rumah sakit untuk menggunakan
tehnik mencuci tangan dengan baik
Rasional : untuk meminimalkan pajanan pada organisme infektif
12
4 Gunakan tehnik aseptik yang cermat untuk semua prosedur invasif
Rasional : untuk mencegah kontaminasi silang / menurunkan resiko
infeksi
5 Evaluasi keadaan klien terhadap tempat-tempat munculnya infeksi
seperti tempat penusukan jarum, ulserasimukosa dan masalah gigi
Rasional : untuk intervensi dini penanganan infeksi
6 Inspeksi membran mukosa mulut. Bersihkan mulut dengan baik
Rasional : rongga mulut adalah medium yang baik untuk pertumbuhan
organisme
7 Berikan periode istirahat tanpa gangguan
Rasional : menambah energi untuk penyembuhan dan regenerasi seluler
8 Berikan diet lengkap nutrisi sesuai usia
Rasional : untuk mendukung pertahanan alami tubuh
9 Berikan antibiotik sesuai ketentuan
Rasional : diberikan sebagai provilaktif atau mengobati infeksi khusus
13
3 Kaji kemampuan untuk perpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan
atau dibutuhkan
Rasional : mengidentifikasi kebutuhan individual dan membantu
pemilihan intervensi
4 Berikan bantuan dalam aktivitas sehari-hari dan ambulasi
Rasional : memaksimalkan sediaan energi untuk tugas perawatan diri
5 Kolaborasikan pemasangan transfusi darah
Rasional : transfusi darah dapat meningkatkan kadar hemoglobin di
dalam darah klien
14
Rasional : karena aspirin mempengaruhi fungsi trombosit
7 Ajaran orang tua dan klien yang lebih besar untuk mengontrol
perdarahan idung
Rasional : untuk mencegah perdarahan
15
Rasional : untuk mendapatkan tindakan yang segera
2 Hindari mengukur suhu orang
Rasional : untuk mencegah trauma
3 Gunakan sikat gigi berbulu lembut, aplikator berujung kapas atau jari
yang dibalut kasa
Rasional : untuk menghindari trauma
4 Berikan pencucian mulut yang sering dengan cairan salib normal atau
larutan bikarbonat
Rasional : untuk meningkatkan penyembuhan
5 Gunakan pelembab bibir
Rasioanl : untuk menjaga agar bibir tetap lembab dan mencegah pecah-
pecah (fisura)
6 Hindari penggunaan larutan lidokain pada anak kecil
Rasional : karena bila digunakan pada faring, dapat menekan refleks
muntah yang mengakibatkan resiko aspirasi dan dapat menyebabkan
kejang
7 Berikan diet cair, lembut dan lunak
Rasional : agar makanan yang masuk dapat ditoleransi klien
8 Inspeksi mulut setiap hari
Rasional : untuk mendeteksi kemungkinan infeksi
9 Dorong masukan cairan dengan menggunakan sedotan
Rasional : untuk membantu melewati area nyeri
10 Hindari penggunaan swab gliserin, hidrogen peroksida dan susu
magnesia
Rasional : dapat mengiritasi jaringan yang luka dan dapat
membusukkan gigi, memperlambat penyembuhan dengan memecah
protein dan dapat mengeringkan mukosa
11 Berikan obat-obat anti infeksi sesuai ketentuan
Rasional : untuk mencegah atau mengatasi mukositis
12 Berikan analgetik
Rasional : untuk mengendalikan nyeri
16
6. Perubahan nutrisi kurng dari kebutuhan tubuh yang berhubungan
dengan anoreksia, malaise, mual dan muntah, efek samping
kemoterapi dan atau stomatitis
Tujuan : pasien mendapat nutrisi yang adekuat
Kriteria hasil :
a. Klien tidak pucat
b. Klien tidak anemis
c. Mukosa bibir lembab
d. Nafsu makan meningkat
e. Berat badan meningkat
Intervensi :
1 Dorong klien untuk tetap rileks saat makan
Rasional : jelaskan bahwa hilangnya nafsu makan adalah akibat
langsung dari mual dan muntah serta kemoterapi
2 Izinkan klien memakan semua makanan yang dapat ditoleransi,
rencanakan untuk memperbaiki kualitas gizi pada saat selera makan
klien meningkat
Rasional : untuk mempertahankan nutrisi yang optimal
3 Berikan makanan yang disertai suplemen nutrisi gizi, seperti susu
bubuk atau suplemen yang dijual bebas
Rasional : untuk memaksimalkan kualitas intake nutrisi
4 Izinkan klien untuk terlibat dalam persiapan dan pemilihan makanan
Rasional : untuk mendorong agar klien mau makan
5 Dorong masukan nutrisi dengan jumlah sedikit tapi sering
Rasional : karena jumlah yang kecil biasanya ditoleransi dengan baik
6 Dorong klien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrient
Rasional : kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga cairan
untuk menghilangkan produk sisa suplemen dapat memainkan peranan
penting dalam mempertahankan masukan kalori dan protein yang
adekuat
7 Timbang berat badan, ukur tinggi badan dan ketebalan lipatan kulit
trisep
17
Rasional : membantu dalam mengidentifikasi malnutrisi protein kalori,
khususnya bila BB kurang dari normal
18
Rasional : karena area ini cenderung mengalami ulserasi.
2 Ubah posisi dengan sering.
Rasional : untuk merangsang sirkulasi dan mencegah tekanan pada
kulit.
3 Mandikan dengan air hangat dan sabun ringan.
Rasional : mempertahankan kebersihan tanpa mengiritasi kulit.
4 Kaji kulit yang kering terhadap efek samping terapi kanker.
Rasional : efek kemerahan atau kulit kering dan pruritus, ulserasi dapat
terjadi dalam area radiasi pada beberapa agen kemoterapi.
5 Njurkan pasien untuk tidak menggaruk dan menepuk kulit yang kering.
Rasional : membantu mencegah priksi atau trauma kulit.
6 Dorong masukan kalori protein yang adekuat.
Rasional : untuk mencegah keseimbangan nitrogen yang negative.
7 Anjurkan memilih pakaian yang longgar dan lembut diatas area yang
teradiasi.
Rasional : untuk meminimalkan iritasi tambahan.
19
Rasional : untuk menyiapkan klien dan keluarga terhadap perubahan
penampilan rambut baru.
4 Dorong hygiene dan alat-alat yang sesuai dengan jenis kelamin,
misalnya wig, scarf, topi, tata rias dan pakaian yang menarik.
Rasional : untuk meningkatkan penampilan.
20
6 Hindari untuk menjelaskan hal-hal yang tidak sesuai dengan kenyataan
yang ada
Rasional : untuk mencegah bertambahnya rasa khawatiran keluarga
(Doenges,1999)
2.9 Implementasi
Impelementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari perencanaan
keperawatan yang telah dibuat untuk mencapai hasil yang efektif. Dalam
pelaksanaan implementasi keperawatan, penguasaan keterampilan dan
pengetahuan harus dimiliki oleh setiap perawat sehingga pelayanan yang
diberikan baik mutunya. Dengan demikian tujuan dari rencana yang telah
ditentukan dapat tercapai.
2.10 Evaluasi
Evaluasi adalah suatu penilaian terhadap keberhasilan rencana
keperawatan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan klien. Hasil yang
diharapkan klien dengan leukemia adalah :
1 Klien tidak menunjukan tanda-tanda infeksi.
2 Berpatisipasi dalam aktivitas sehari-sehari sesuai tingkat
kemampuan, adanya laporan peningkatan toleransi aktivitas.
3 Klien tidak menunjukan bukti-bukti pendarahan.
4 Klien menyerap makanan dan cairan, tidak mengalami mual dan
muntah.
5 Membran mukosa tetap utuh, ulkus menunjukan tidak adanya rasa
tidak nyaman.
6 Masukkan nutrisi adekuat .
7 Klien beristirahat dengan tenang, tidak melaporkan dan atau
menunjukan bukti-bukti ketidaknyamanan, tidak mengeluhkan perasaan
tidak nyaman.
8 Kulit tetap bersih dan utuh.
9 Klien mengungkapkan masalah yang diberikan dengan kerontokan
rambut, klien membantu menentukan metode untuk mengurangi efek
21
kerontokan rambut dan menerapkan metode ini klien tampak bersih,
rapi dan berpakaian menarik.
10 Klien dan keluarga menunjukkan pemahaman tentang prosedur,
keluarga menunjukkan pengetahuan tentang penyakit klien dan
tindakannya. Keluarga mengekspresikan perasaan serta
kekhawatirannya dan meluangkan waktunya bersama klien.
11 Keluarga tetap terbuka untuk konseling dan kontak keperawatan,
keluarga dan klien mendiskusikan rasa takut, kekhawatirannya,
kebutuhan dan keinginan mereka pada tahap terminal, pasien dan
keluarga mendapat dukungan yang adekuat (Wong.D.L,2004).
2.11 Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan adalah suatu kegiatan atau usaha
menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau
individu dengan harapan dengan adanya informasi mengenai kesehatan
dapat meningkatkan kesehatan masyarakat, kelompok dan individu
tersebut. Pendidikan mengenai diet agar individu meningkatkan asupan
buah, sayur, makanan kasar dan padi-padian untuk meningkatkan masa
makanan dan menurunkan lemak dan antioksidan, menghindari obesitas,
tidak merokok, tidak minum minuman alcohol dengan meningkatkan pola
hidup sehat.
2.12 Trend dan Issue
Issue tentang Tanaman Dolar menjadi penyebab dari leukemia
pada januari 2016, Peneliti Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Deden
Mudiana mengatakan tanaman ini termasuk kelompok suku Araceae
(talas-talasan) dengan nama latin Zamioculcas zamiifolia (Lodd).
Umumnya talas-talasan memiliki kandungan senyawa oksalat pada bagian
tubuh tanaman. Senyawa oksalat bukanlah senyawa karsinogenik yang
menjadi penyebab kanker. “Kandungan senyawa oksalat yang
menyebabkan gatal pada bagian tubuh manusia terutama baagi orang yang
memiliki kulit yang sensitive” kata Deden.
Trend tentang leukemia yakni Kanker yang paling ganas. Hasil
riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementrisn Kesehatan Republik
22
Indonesia mencatat adanya peningkatan jumlah kasus baru dan kematian
akibat leukemia secara menahun antara 2010-2013 dan Leukemia bukan
satu-satunya kanker darah, ada dua jenis kanker darah lainnya yakni
lymphoma yang menjangkiti sistem limfa dan myeloma yang menyerang
sel plasma dalam tubuh.
2.13 Peran dan Fungsi Perawat
Peran dan fungsi perawat menurut konsorsium ilmu kesehatan tahun
1989 yaitu :
2.13.1 Peran Perawat
Peran perawat merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain
terhadap seseorang sesuai dengan kedudukan dalam system, dimana
dapat dipengaruhi keadaan sosial baik dari profesi perawat maupun dari
luar profesi keperawatan yang bersifat konstan. Peran perawat menurut
konsorsium ilmu kesehatan tahun 1989 terdiri dari :
A. Pemberi Asuhan Keperawatan
Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat dilakukan
perawat dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia
yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan
menggunakan proses keperawatan sehingga dapat ditentukan
diagnosis keperawatan agar bisa direncanakan dan dilaksanakan
tindakan yang tepat sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar manusia,
kemudian dapat dievaluasi tingkat perkembangannya. Pemberian
asuhan keperawatan ini dilakukan dari yang sederhana sampai
dengan kompleks.
B. Advokat Klien
Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga
dalam mengintrepesikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan
atau informasi lain khususnya dalam pengambilan konsep tujuan atas
tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien, juga dapat
berperan mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien yang
meliputi ha katas pekayanan sebaik-baiknya, hak untuk menentukan
nasibnya sendiri dan hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian.
23
C. Edukator
Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan
tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan
yang diberikan, sehingga terjadi perubahan prilaku dari klien setelah
dilakukan pendidikan kesehatan.
D. Koordinator
Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta
mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga
pemberian pelayanan kesehatan dapat terarah sesuai dengan
kebutuhan klien.
E. Kolaborator
Peran perawat disini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim
kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi dan lain-lain
dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang
diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan
bentuk pelayanan selanjutnya.
F. Konsultan
Peran disini adalah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau
tindakan keperawatan yang benar untuk diberikan. Peran ini
dilakukan atas permintaan klien terhadap informasi tentang tujuan
pelayanan keperawatan yang diberikan.
G. Peneliti/Pembaharu
Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan
perencanaan, kerjasama, perubahan yang sistematis dan terarah
sesuai dengan metode pemberian pelayanan keperawatan.
24
Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain,
dimana perawat dalam melaksanakan tugasnya dilakukan secara
sendiri dengan keputusan sendiri dalam melakukan tindakan dalam
rangka memenuhi kebutuhan dasar manusia seperti pemenuhan
kebutuhan fisiologis (pemenuhan kebutuhan oksigenasi, pemenuhan
kebutuhan cairan dan elektrolit, pemenuhan kebutuhan nutrisi,
pemenuhan kebutuhan aktivitas dan lain-lain) pemenuhan kebutuhan
keamanan dan kenyamanan, pemenuhan cinta mencintai, pemenuhan
kebutuhan harga diri dan aktualisasi diri.
B. Fungsi Dependen
Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatan atas pesan
atau instruksi dari perawat lain. Sehingga sebagian tindakan
pelimpahan tugas yang diberikan. Hal ini biasanya dilakukan oleh
perawat spesialis kepada perawat umum atau dari perawat primer ke
perawat pelaksana.
C. Fungsi Interdependen
Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang saling
ketergantungan antara tim satu dengan yang lainnya. Fungsi ini
dapat terjadi apabila bentuk pelayanan membutuhkan kerjasama tim
dalam pelayanan seperti dalam pemberian asuhan keperawatan, yang
mempunyai penyakit kompleks. Keadaan ini tidak dapat diatasi
dengan tim perawat saja melainkan juga dari dokter ataupun yang
lainnya.
25
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Saran pada penulisan makalah ini yaitu berfungsi untuk memberikan
pembelajaran dan pengetahuan untuk para pembaca agar mengetahui apa itu
leukemia. Saran untuk pembaca agar mendalami dan lebih giat dalam
mempelajari leukemia. Makalah ini hanya sebagai referensi dalam belajar
saja.
26
DAFTAR PUSTAKA
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/egigi/article/view/2620
http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/hsr/article/view/2760
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/egigi/article/view/1931
https://ppjp.ulm.ac.id/journal/index.php/dentino/article/view/567
http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/MPK/article/view/3064
27