Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH HEMATOLOGI II

“ALL dan CLL serta Gambaran Sel pada Leukemia”

Kelompok 12

1. Annisatin Agniyatu S
2. Brigita Clarasonia
3. Rizka Aini
4. Soleha Pane
5. Tiha Amalia
6. Ummi Allifah
7. Vira Liesvia
8. Valent Rahayu

TLM Reguler Tingkat 2

Dosen Pengampu : Hanny Siti N, S.ST, M. Biomed

JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


POLTEKKES KEMENKES BANTEN

2021

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur kami ucapkan kapada Allah SWT yang


mana atas berkat rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Hematologi II mengenai
ALL dan CLL serta Gambaran Sel pada Leukemia. Tidak lupa shalawat serta salam semoga
terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita
selaku umatnya.
Makalah ini kami buat untuk melengkapi Mata Kuliah Parasitologi II. Kami ucapkan
terimakasih kepada pembimbing dan pihak-pihak terkait dalam pebuatan makalah ini. Kami
juga meminta maaf atas kekurangan-kekurangan pada makalah kami, yang mana kami pun
hanya manusia yang tidak luput dari kesalahan. Maka dari itu kami menerima kritik dan
masukkannya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Tangerang, Maret 2021

2
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................................................................4
2.1. Latar Belakang.......................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................4
1.3 Tujuan....................................................................................................................................4
BAB II...................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN...................................................................................................................................5
2.1 ALL dan CLL........................................................................................................................5
2.2 Penyebab Leukemia...............................................................................................................7
2.3 Jenis Leukemia......................................................................................................................8
2.4 Gambaran Sel pada Leukemia...............................................................................................9
BAB III................................................................................................................................................12
KESIMPULAN...................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................13

3
BAB I
PENDAHULUAN

2.1. Latar Belakang

Membicarakan masalah penyakit yang berhubungan dengan darah, perlu diingat


kembali tentang susunan darah (cairan, eritrosit, leukosit, trombosit) serta tempat
pembentukannya. Keadaan darah yang beredar mempunyai kaitan yang sulit yang
menyangkut banyak segi dari segi fisiologik yang normal dan patofisiologik.
Sebagaimana diketahui, darah merupakan alat pengangkut, aplikasi pertahanan dan
pengatur keseimbangan asam basa. Darah yang beredar dapat merupakan petunjuk
keadaan tubuh sehat atau sakit. Perubahan susunan kimiawi atau sel—se1 darah dapat
merupakan petunjuk adanya penyakit darah, dapat pula sebagai petunjuk adanya
penyakit lain (Rousseau, 2014).

Leukemia termasuk kedalam salah satu jenis penyakit darah dimana Leukemia,
tubuh akan memproduksi sel—sel darah yang abnormal dan dalam jumlah yang besar.
Pada Leukemia, se1 darah yang abnormal tersebut adalah kelompok sel-sel darah yang
terkena Leukemia akan sangat berbeda dengan sel darah normal, dan tidak mampu
berfungsi seperti layaknya sel darah nomal (Rousseau, 2014).

Untuk itu kami membuat makalah ini agar bisa membahas penyakit Leukimia ini
sebagai bahan untuk memenuhi tugas dan juga sebagai pengetahuan bagi para
pembaca dalam proses pembelajaran.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang dimaksud dalam pembuatan makalah ini yaitu mencariahu
bagaimanakah Leukemia ALL dan CLL yang mencakup penyebab nya, jenis Leukimia
serta bagaimanakah gambaran sel pada Leukemia?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang dimaksud dalam pembuatan makalah ini adalah untuk
mengetahui bagaimanakah Leukemia ALL dan CLL yang mencakup penyebab nya,
jenis Leukimia serta bagaimanakah gambaran sel pada Leukemia.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 ALL dan CLL


a. Acute Lymphoblastic Leukemia (ALL)
Leukemia limfositik akut (Acute Lymphocytic Leukemia / ALL) adalah jenis kanker
dimana sumsum tulang memproduksi limfosit terlalu banyak, yang merupakan jenis
se1 darah putih. Leukemia limfositik akut, yang juga disebut leukemia limfoblastik
akut, menyumbang sekitar 3.800 kasus baru leukemia setiap tahun. Ketiga jenis
limfosit meliputi (Rousseau, 2014):
1. Limfosit B yang membuat antibody untuk melawan infeksi.
2. Limfosit T yang membantu limfosit B membuat antibodi untuk melawan infeksi.
3. Sel pembunuh alami yang menyerang sel-sel kanker dan virus.
Dalam leukemia limfositik akut (Rousseau, 2014):
1. Limfosit tidak mampu melawan infeksi dengan baik.
2. Jumlah limfosit meningkat dalam darah dan sumsum tulang.
3. Hanya sedikit ruang untuk sel darah putih yang sehat. Sel-sel darah merah, dan
trombosit.
Hal ini dapat menyebabkan infeksi, anemia, dan perdarahan yang mudah. Leukemia
limfositik akut juga bisa menyebar ke sistem saraf pusat (otak dan sumsum tulang
belakang). Meskipun leukemia limfositik akut adalah jenis yang paling umum pada
anak-anak, tetapi dapat mempengaruhi orang dewasa juga. ALL lebih sering
ditemukan pada anak-anak (82%) dari pada umur dewasa (18%) (Rousseau, 2014).
Citra se1 Acute Lymphoblastic Leukemia (ALL) dapat dilihat pada Gambar 2.2
berikut ini :

Citra set Acute Lymphoblastic Leukemia (ALL)


(http://hemato1ogyatlas.org)

Diagnosis ALL
 Pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan
Pemeriksaan tubuh untuk memeriksa tanda-tanda kesehatan umum, termasuk
memeriksa tanda-tanda penyakit, seperti infeksi atau hal lain yang tampak tidak
biasa. Riwayat kebiasaan kesehatan pasien dan penyakit masa lalu serta
perawatannya juga akan diambil.
 Hitung darah lengkapengkap dengan diferensial
Proesdur pengambilan sampel darah dan pemeriksaan berikut ini:
o Jumlah sel darah merah dan trombosit

5
o Jumlah dena jenis sel darah putih
o Jumlah hemoglobin (protein yang membawa oksigen dalam sel darah merah)

 Kimia darah
Prosedur pemeriksaan sampel
darah untuk mengukur jumlah zat tertentu yang dilepaskan ke dalam darah oleh
organ dan jaringan di tubuh. Jumlah zat yang tidak biasa (lebih tinggi atau lebih
rendah dari biasanya) dapat menjadi tanda penyakit.
 Apusan darah tepi
Suatu prosedur dimana sel darah diperiksa untuk sel blast, jumlah dan jenis sel
darah putih, jumlah trombosit dan perubahan bentuk sel darah
 Aspirasi dan biopsi sumsum tulang
Pengangkatan sumsum tulang, darah, dan sebagian kecil tulang dengan cara
memasukkan jarum berlubang ke dalam tulang pinggul atau tulang dada. Seorang
ahli patologi melihat sumsum tulang, darah, dan tulang di bawah mikroskop untuk
mencari sel-sel abnormal.

 Analisis sitogenetik
Tes laboratorium di mana kromosom sel dalam sampel darah atau sumsum tulang
dihitung dan diperiksa apakah ada perubahan, seperti kromosom rusak, hilang,
tersusun ulang, atau ekstra. Perubahan kromosom tertentu mungkin merupakan
tanda kanker. Misalnya, dalam kromosom Philadelphia –positif ALL, bagian dari
satu kromosom bertukar tempat dengan bagian kromosom lain. Ini disebut
"kromosom Philadelphia". Analisis sitogenetik digunakan untuk membantu
mendiagnosis kanker, merencanakan pengobatan, atau mencari tahu seberapa baik
pengobatan bekerja.
 Immunophenotyping

6
Tes laboratorium yang menggunakan antibodi untuk mengidentifikasi sel kanker
berdasarkan jenis antigen atau penanda pada permukaan sel. Tes ini digunakan
untuk membantu mendiagnosis jenis leukemia tertentu. Misalnya, studi sitokimia
dapat menguji sel dalam sampel jaringan menggunakan bahan kimia (pewarna)
untuk mencari perubahan tertentu dalam sampel. Bahan kimia dapat menyebabkan
perubahan warna pada satu jenis sel leukemia tetapi tidak pada jenis sel leukemia
lainnya.
b. Chronic Lymphoblastic Leukemia (CLL)
CLL adalah kelainan limfosit yang matang secara morfologis tetapi secara
imunologis kurang matang dan dimanifestasikan oleh akumulasi progresif sel-sel ini
dalam darah, sumsum tulang, dan jaringan limfatik. Perjalanan klinis penyakit ini
berkembang dari limfositosis lamban tanpa penyakit jelas lainnya menjadi salah satu
pembesaran limfatik umum dengan pansitopenia bersamaan. Komplikasi
pansitopenia, termasuk perdarahan dan infeksi, merupakan penyebab utama kematian
pada pasien ini.
Pada kelainan ini, jumlah limfosit dalam darah biasanya lebih besar dari atau
sama dengan 5.000 / mm3 dengan karakteristik imunofenotipe (sel B CD5 dan CD23
positif). [6,7] Karena tes menjadi lebih sensitif untuk mendeteksi B- monoklonal Sel
mirip CLL dalam darah tepi, para peneliti telah mendeteksi limfositosis sel B
monoklonal pada 3% orang dewasa yang berusia lebih dari 40 tahun dan pada 6%
orang dewasa yang berusia lebih dari 60 tahun. [8] Deteksi dan diagnosis dini seperti
itu mungkin secara keliru menyarankan peningkatan kelangsungan hidup untuk
kelompok dan mungkin tidak perlu khawatir atau menghasilkan terapi untuk beberapa
pasien yang akan tetap tidak terdiagnosis seumur hidup mereka, keadaan yang dikenal
dalam literatur sebagai overdiagnosis atau pseudodisease.
Diagnosis CLL
Tes dan prosedur yang dgunakan untuk mendiagnosis CLL diantaranya:
 Riwayat dan pemeriksaan fisik (termasuk diameter dua dimensi dari kelenjar
getah bening terbesar yang teraba di lokasi nodus serviks, aksila, dan inguinalis
serta dimensi hati dan limpa di bawah margin kosta masing-masing seperti yang
dinilai dengan palpasi).
 Hitung darah lengkap dengan panel diferensial dan kimia (termasuk kreatinin,
bilirubin, transaminase, dan alkali fosfatase). Tes darah lain mungkin termasuk
dehidrogenase laktat dan beta-2-mikroglobulin. Dengan kecurigaan anemia
hemolitik autoimun, pengujian jumlah retikulosit, bilirubin tidak langsung,
haptoglobin serum, antiglobulin (Coombs langsung), dan agglutinin dingin dapat
membantu.
 Flow Cytometry untuk imunofenotipe

2.2 Penyebab Leukemia

7
Leukemia adalah penyakit keganasan pada jaringan hematopoietik yang ditandai
dengan penggantian elemen sumsum tulang normal oleh sel darah abnormal atau sel
leukemik. Hal ini disebabkan oleh proliferasi tidak terkontrol dari klon sel darah
immatur yang berasal dari sel induk hematopoietik. Sel leukemik tersebut juga
ditemukan dalam darah perifer dan sering menginvasi jaringan retikuloendotelial seperti
limpa, hati dan kelenjar limfe.

Salah satu manifestasi klinis dari leukemia adalah perdarahan. Perdarahan


menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada leukemia akut terutama pada
leukemia mielositik akut dengan diferensiasi monositik dan leukemia promielositik
akut. Komplikasi perdarahan mengakibatkan mortalitas 7 –10% pada pasien leukemia
akut yang terjadi dalam beberapa hari atau minggu pertama setelah diagnosis.

Leukemia terjadi dari proses mutasi tunggal dari sel progenitor pada sistem
hematopoiesis yang meneyebabkan sel mampu untuk berproliferasi secara tidak
terkontrol yang dapat menjadi suatu keganasan dan sel prekursor yang tidak mampu
berdiferensiasi pada sistem hematopoiesis.

Pada leukemia, terjadi keganasan sel darah pada fase limphoid, mieloid, ataupun
pluripoten. Penyebab dari hal ini belum sepenuhnya diketahui. Namun diduga
berhubungan dengan perubahan susunan dari rantai DNA. Faktor eksternal juga dinilai
mempengaruhi seperti bahan-bahan obat bergugus alkil, radiasi, dan bahan-bahan
kimia. Sedangkan faktor internal, yaitu kromosom yang abnormal dan perubahan dari
susunan DNA.

Perubahan susunan dari kromosom mungkin dapat mempengaruhi struktur atau


pengaturan dari sel-sel onkogen. Leukemia pada sel limfosit B terjadi translokasi dari
kromosom pada gen yang normal berproliferasi menjadi gen yang aktif untuk
berproliferasi. Hal ini menyebabkan limfoblas memenuhi tubuh dan menyebabkan
sumsum tulang gagal untuk berproduksi dan akhirnya menjadi pansitopenia.

Seiring sumsum tulang gagal, sel-sel yang abnormal bersirkulasi dalam tubuh
dan masuk ke organ-organ lain, seperti hati, limpa, dan mata. Gangguan pada sistemik
ini menyebabkan perubahan pada kadar hematologi tubuh, terjadi infeksi oportunistik,
iatrogenik karena komplikasi dari kemoterapi.

2.3 Jenis Leukemia


a. Leukemia Akut
 Acute Lymphoblastic Leukemia (ALL)
Leukemia limfositik akut (Acute Lymphoblastic Leukemia / ALL) adalah
jenis kanker dimana sumsum tulang memproduksi terlalu banyak limfosit, yaitu
jenis sel darah putih. Leukemia limfositik akut yang juga disbeut leukemia
limfoblastik akut, menyumbang sekitar 3.800 kasus baru leukemia setiap
tahunnya.

8
Dalam leukemia limfositik akut, limfosit tidak mampu melawan infeksi
dengan baik, jumlah limfosit meningkat dalam darah dan sumsum tulang, dan
hanya sedikit ruang untuk leukosit yang sehat, eritrosit, dan trombosit.
Leukemia limfositik akut bisa mneyebar ke sistem saraf pusat (otak dan sumsum
tulang belakang). Meskipun Leukemia ini adalah jenis yang umumnya pada
anak-anak sebesar 82%, tetapi juga dapat mempengaruhi orang dewasa yakni
dengan persentase 18%.
 Acute Myeloid Leukemia (AML)
Leukemia myeloid akut adalah kanker darah dan sumsum tulang yang
biasanya berkembang dengan cepat jika tidak segera diobati. Penyakit ini
menyumbang sekitar 10.600 kasus baru dari leukemia setiap tahun, dan dapat
terjadi pada orang dewasa maupun anak-anak.
Dalam leukemia myeloid akut, sel-sel stem biasanya berkembang menjadi
jenis sel darah putih yang disebut myeloblast seperti neutrofil, basofil, eosinofil.
Myeloblast yang abnormal tidak akan matang menjadi leukosit yang sehat. Pada
leukemia myeloid akut, sel-sel leukemia tidak dapat melakukan pekerjaan yang
biasa mereka lakukan dan dapat menumpuk dalam darah dan sumsum tulang
sehingga hanya ada sedikit ruang untuk leukosit yang sehat, eritrosit, dan
trombosit.
Leukemia myeloid akut ini memiliki nama lain yaitu leukemia
myeloblastik akut, leukemia granulositik akut, atau leukemia non-limfositik
akut.
b. Leukemia Kronik
 Chronic Lymphoblastic Leukemia (CLL)
Leukemia limfositik kronik merupakan kanker sel limfoid dewasa yang
Sebagian besar diderita oleh individu yang berusia lanjut yaitu pada usia lebih
dari 60 tahun dan jarang terjadi pada anak-anak. CLL ini dapat didiagnosis
Ketika jumlah limfosit di darah tepi melebihi dari 5x10^9/L. Penyakit ini
ditandai oleh adanya akumulasi dan proliferasi sel-B matur dengan fungsi
kekebalan yang tidak kompeten didalam sumsum tuland, darah, kelenjar getah
bening, limpa, dan hati.
 Chronic Myeloid Leukemia (CML)
Leukemia myeloid kronik adalah suatu penyakit dimana sebuah sel
didalam sumsum tulang berubah menjadi ganas dan menghasilkan sejumlah
besar granulosit yang abnormal. Penyakit ini bisa mengenai semua kelompok
usia dan gender, tetapi jarang ditemukan pada anak-anak berusia kurang dari 10
tahun. Penyakit ini lebih banyak terjadi pada kelompok usia 55 tahun ke atas
seperti pada jenis CCL.
CML sering terdiagnosis pada pemeriksaan darah rutin ditandai dengan
jumlah leukosit yang sangat tinggi hingga 50.000-1.000.000 sel/microliter
darah, sedangkan nilai normal leukosit adalah kurang dari 11.000.

2.4 Gambaran Sel pada Leukemia

9
a. Alat dan Bahan
 Mikroskop
 Preparat sediaan darah tepi (ALL, CLL)
 Oil imersi

b. Cara kerja
1. Cara kerja pembacaan preparat ALL untuk menghitung estimasi jumlah leukosit
dan trombosit.
 Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
 Preparat ALL diletakkan diatas meja preparat mikroskop
 Cari lapang pandang dengan perbesaran 10x untuk menghitung jumlah sel
darah putih, hitung sebanyak 10 LP.
 Catat hasil pengamatan dan buat estimasi jumlah leukosit.
 Lanjut dengan perbesaran 100x menggunakan oil imersi untuk menghitung
jumlah trombosit, hitung sebanyak 10 LP.
 Catat hasil pengamatan dan buat estimasi jumlah trombosit menggunakan
rumus Barbara Brown.
2. Cara kerja pembacaan preparat CLL
 Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
 Preparat CML diletakkan diatas meja preparat mikroskop.
 Cari lapang pandang dengan perbesaran 100x menggunakan oil imersi
 Dilihat sel-sel leukosit dari seri agranulosit (tidak bergranula) dan catat hasil
pengamatan.
c. Hasil pengamatan
Hasil pengamatan preparat ALL dan CLL

Estimasi jumlah leukosit


Perbesaran obyektif 10X
LP I : 80 sel
LP II : 102 sel
LP III :100 sel
LP IV : 72 sel
LP V : 106 sel
LP VI : 95 sel
LP VII : 90 sel
LP VIII : 124 sel
LP IX : 98 sel
LP X : 103 sel

Rata-rata = 97 leukosit/LP

Nilai normal : 20-30 sel/LP


Kesimpulan :

10
Estimasi jumlah leukosit
meningkat (Leukositosis).
Estimasi jumlah trombosit
Perbesaran obyektif 100X
LP I : 4 sel
LP II : 4 sel
LP III : 8 sel
LP IV : 3 sel
LP V : 5 sel
LP VI : 5 sel
LP VII : 6 sel
LP VIII : 6 sel
LP IX : 11 sel
LP X : 9 sel
Rata-rata = 6 sel/LP
Nilai normal : 8-20 sel/LP
Kesimpulan :
Estimasi jumlah trombosit
menurun (Trombositopenia).

Cronic Lymphoblastic
Leukemia

Acute Lymphoblastic
Leukemia

11
BAB III
KESIMPULAN

Leukemia adalah suatu penyakit keganasan sel darah putih yang berasal dari sumsum
tulang yang ditandai dengan akumulasi proliferasi leukosit dan sel abnormal dalam sumsum
tulang dan darah. Penyebabnya tidak diketahui secara pasti namun faktor risiko seperti
genetik, lingkungan, radiasi, infeksi, dan keadaan imunosupresi memiliki hubungan dengan
angka kesakitan leukemia. Leukemia pada anak 97% adalah akut dimana 85% ialah LLA dan
17% LMA, sementara leukemia kronik hanya 10%. Faktor tersebut akan mencetuskan
modifikasi nukleus DNA sehingga terbentuk klon yang abnormal dan terjadi kelainan
proliferasi, sitogenetik, morfologi dan diferensiasi manifestasi klinis yang timbul berupa
akibat dari kegagalan sumsum tulang dan infiltrasi leukosit ke organ sehingga dapat
ditemukan organomegali. Gejala sering tidak spesifik dan hanya berupa demam.
Untuk membantu menegakkan diagnosis perlu beberapa pemeriksaan penunjang dengan
peningkatan jumlah leukosit, tampak sel leukemia pada darah tepi, sumsum tulang dan LCS
dan pemeriksaan sitogenetik. Diagnosis pasti leukemia ditegakkan melalui aspirasi sumsum
tulang yang akan memperlihatkan keadaan yang hiperseluler dengan sel blast leukemik lebih
dari 30%.
Leukemia perlu dibedakan dengan reaksi leukemoid dimana hanya terjadi peningkatan
leukosit tanpa ada perubahan morfologi. Perlu juga disingkirkan penyebab demam dan
kegagalan sumsum tulang. Pengobatan dengan kemoterapi bertujuan mengeradikasi sel blast
dari darah dan sumsum tulang untuk mencapai remisi, juga melakukan profilasis terhadap
relaps di SSP yang dilanjutkan kemoterapi rumatan selama 2 tahun. Transplantasi sumsum
tulang bisa dilakukan bila relaps gagal dengan terapi konvensional. Komplikasi yang timbul
dapat akibat dari penyakitnya atau terapinya. Prognosis dari pasien leukemia tergantung dari
respon terapi awal, jumlah leukosit awal, usia dan jenis kelamin

12
DAFTAR PUSTAKA

Adult Acute Lymphoblastic Leukemia Treatment : Treatment - Patient Information [NCI],


Health Library University of Michigan Health System.
[https://www.healthwise.net/umhs/Content/StdDocument.aspx?
DOCHWID=ncicdr0000257989 ]

Anita. 2018. LAPORAN PRAKTIKUM HEMATOLOGI: Pengamatan Sediaan Apus Darah


Tepi (SADT) IV. Universitas Muhammadiyah Semarang

Chronic Lymphocytic Leukemia Treatment : Treatment - Health Professional Information


[NCI], Health Library University of Michigan Health System.
[https://www.healthwise.net/umhs/Content/StdDocument.aspx?
DOCHWID=ncicdr0000062856 ]

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/52373/Chapter%20II.pdf?
sequence=4&isAllowed=y

Purwanto, Diana. 2009. Therapeutic Options For The Treatment Of Chronic Lymphocytic
Leukemia. Jurnal Biomedik. Vol (1): 159.
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/biomedik/article/view/830/648

Rofinda, Zelly Dia. 2012. Kelainan Hemostasis pada Leukimia. Jurnal Kesehatan. Vol (1)

S, Chandrayani. 2009. Gambaran Epidemiologi Leukemia. http://lib.ui.ac.id/file?


file=digital/125480-S-5734-Gambaran%20epidemiologi-Literatur.pdf

13

Anda mungkin juga menyukai