Kelompok 12
1. Annisatin Agniyatu S
2. Brigita Clarasonia
3. Rizka Aini
4. Soleha Pane
5. Tiha Amalia
6. Ummi Allifah
7. Vira Liesvia
8. Valent Rahayu
2021
1
KATA PENGANTAR
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................................................................4
2.1. Latar Belakang.......................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................4
1.3 Tujuan....................................................................................................................................4
BAB II...................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN...................................................................................................................................5
2.1 ALL dan CLL........................................................................................................................5
2.2 Penyebab Leukemia...............................................................................................................7
2.3 Jenis Leukemia......................................................................................................................8
2.4 Gambaran Sel pada Leukemia...............................................................................................9
BAB III................................................................................................................................................12
KESIMPULAN...................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................13
3
BAB I
PENDAHULUAN
Leukemia termasuk kedalam salah satu jenis penyakit darah dimana Leukemia,
tubuh akan memproduksi sel—sel darah yang abnormal dan dalam jumlah yang besar.
Pada Leukemia, se1 darah yang abnormal tersebut adalah kelompok sel-sel darah yang
terkena Leukemia akan sangat berbeda dengan sel darah normal, dan tidak mampu
berfungsi seperti layaknya sel darah nomal (Rousseau, 2014).
Untuk itu kami membuat makalah ini agar bisa membahas penyakit Leukimia ini
sebagai bahan untuk memenuhi tugas dan juga sebagai pengetahuan bagi para
pembaca dalam proses pembelajaran.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang dimaksud dalam pembuatan makalah ini adalah untuk
mengetahui bagaimanakah Leukemia ALL dan CLL yang mencakup penyebab nya,
jenis Leukimia serta bagaimanakah gambaran sel pada Leukemia.
4
BAB II
PEMBAHASAN
Diagnosis ALL
Pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan
Pemeriksaan tubuh untuk memeriksa tanda-tanda kesehatan umum, termasuk
memeriksa tanda-tanda penyakit, seperti infeksi atau hal lain yang tampak tidak
biasa. Riwayat kebiasaan kesehatan pasien dan penyakit masa lalu serta
perawatannya juga akan diambil.
Hitung darah lengkapengkap dengan diferensial
Proesdur pengambilan sampel darah dan pemeriksaan berikut ini:
o Jumlah sel darah merah dan trombosit
5
o Jumlah dena jenis sel darah putih
o Jumlah hemoglobin (protein yang membawa oksigen dalam sel darah merah)
Kimia darah
Prosedur pemeriksaan sampel
darah untuk mengukur jumlah zat tertentu yang dilepaskan ke dalam darah oleh
organ dan jaringan di tubuh. Jumlah zat yang tidak biasa (lebih tinggi atau lebih
rendah dari biasanya) dapat menjadi tanda penyakit.
Apusan darah tepi
Suatu prosedur dimana sel darah diperiksa untuk sel blast, jumlah dan jenis sel
darah putih, jumlah trombosit dan perubahan bentuk sel darah
Aspirasi dan biopsi sumsum tulang
Pengangkatan sumsum tulang, darah, dan sebagian kecil tulang dengan cara
memasukkan jarum berlubang ke dalam tulang pinggul atau tulang dada. Seorang
ahli patologi melihat sumsum tulang, darah, dan tulang di bawah mikroskop untuk
mencari sel-sel abnormal.
Analisis sitogenetik
Tes laboratorium di mana kromosom sel dalam sampel darah atau sumsum tulang
dihitung dan diperiksa apakah ada perubahan, seperti kromosom rusak, hilang,
tersusun ulang, atau ekstra. Perubahan kromosom tertentu mungkin merupakan
tanda kanker. Misalnya, dalam kromosom Philadelphia –positif ALL, bagian dari
satu kromosom bertukar tempat dengan bagian kromosom lain. Ini disebut
"kromosom Philadelphia". Analisis sitogenetik digunakan untuk membantu
mendiagnosis kanker, merencanakan pengobatan, atau mencari tahu seberapa baik
pengobatan bekerja.
Immunophenotyping
6
Tes laboratorium yang menggunakan antibodi untuk mengidentifikasi sel kanker
berdasarkan jenis antigen atau penanda pada permukaan sel. Tes ini digunakan
untuk membantu mendiagnosis jenis leukemia tertentu. Misalnya, studi sitokimia
dapat menguji sel dalam sampel jaringan menggunakan bahan kimia (pewarna)
untuk mencari perubahan tertentu dalam sampel. Bahan kimia dapat menyebabkan
perubahan warna pada satu jenis sel leukemia tetapi tidak pada jenis sel leukemia
lainnya.
b. Chronic Lymphoblastic Leukemia (CLL)
CLL adalah kelainan limfosit yang matang secara morfologis tetapi secara
imunologis kurang matang dan dimanifestasikan oleh akumulasi progresif sel-sel ini
dalam darah, sumsum tulang, dan jaringan limfatik. Perjalanan klinis penyakit ini
berkembang dari limfositosis lamban tanpa penyakit jelas lainnya menjadi salah satu
pembesaran limfatik umum dengan pansitopenia bersamaan. Komplikasi
pansitopenia, termasuk perdarahan dan infeksi, merupakan penyebab utama kematian
pada pasien ini.
Pada kelainan ini, jumlah limfosit dalam darah biasanya lebih besar dari atau
sama dengan 5.000 / mm3 dengan karakteristik imunofenotipe (sel B CD5 dan CD23
positif). [6,7] Karena tes menjadi lebih sensitif untuk mendeteksi B- monoklonal Sel
mirip CLL dalam darah tepi, para peneliti telah mendeteksi limfositosis sel B
monoklonal pada 3% orang dewasa yang berusia lebih dari 40 tahun dan pada 6%
orang dewasa yang berusia lebih dari 60 tahun. [8] Deteksi dan diagnosis dini seperti
itu mungkin secara keliru menyarankan peningkatan kelangsungan hidup untuk
kelompok dan mungkin tidak perlu khawatir atau menghasilkan terapi untuk beberapa
pasien yang akan tetap tidak terdiagnosis seumur hidup mereka, keadaan yang dikenal
dalam literatur sebagai overdiagnosis atau pseudodisease.
Diagnosis CLL
Tes dan prosedur yang dgunakan untuk mendiagnosis CLL diantaranya:
Riwayat dan pemeriksaan fisik (termasuk diameter dua dimensi dari kelenjar
getah bening terbesar yang teraba di lokasi nodus serviks, aksila, dan inguinalis
serta dimensi hati dan limpa di bawah margin kosta masing-masing seperti yang
dinilai dengan palpasi).
Hitung darah lengkap dengan panel diferensial dan kimia (termasuk kreatinin,
bilirubin, transaminase, dan alkali fosfatase). Tes darah lain mungkin termasuk
dehidrogenase laktat dan beta-2-mikroglobulin. Dengan kecurigaan anemia
hemolitik autoimun, pengujian jumlah retikulosit, bilirubin tidak langsung,
haptoglobin serum, antiglobulin (Coombs langsung), dan agglutinin dingin dapat
membantu.
Flow Cytometry untuk imunofenotipe
7
Leukemia adalah penyakit keganasan pada jaringan hematopoietik yang ditandai
dengan penggantian elemen sumsum tulang normal oleh sel darah abnormal atau sel
leukemik. Hal ini disebabkan oleh proliferasi tidak terkontrol dari klon sel darah
immatur yang berasal dari sel induk hematopoietik. Sel leukemik tersebut juga
ditemukan dalam darah perifer dan sering menginvasi jaringan retikuloendotelial seperti
limpa, hati dan kelenjar limfe.
Leukemia terjadi dari proses mutasi tunggal dari sel progenitor pada sistem
hematopoiesis yang meneyebabkan sel mampu untuk berproliferasi secara tidak
terkontrol yang dapat menjadi suatu keganasan dan sel prekursor yang tidak mampu
berdiferensiasi pada sistem hematopoiesis.
Pada leukemia, terjadi keganasan sel darah pada fase limphoid, mieloid, ataupun
pluripoten. Penyebab dari hal ini belum sepenuhnya diketahui. Namun diduga
berhubungan dengan perubahan susunan dari rantai DNA. Faktor eksternal juga dinilai
mempengaruhi seperti bahan-bahan obat bergugus alkil, radiasi, dan bahan-bahan
kimia. Sedangkan faktor internal, yaitu kromosom yang abnormal dan perubahan dari
susunan DNA.
Seiring sumsum tulang gagal, sel-sel yang abnormal bersirkulasi dalam tubuh
dan masuk ke organ-organ lain, seperti hati, limpa, dan mata. Gangguan pada sistemik
ini menyebabkan perubahan pada kadar hematologi tubuh, terjadi infeksi oportunistik,
iatrogenik karena komplikasi dari kemoterapi.
8
Dalam leukemia limfositik akut, limfosit tidak mampu melawan infeksi
dengan baik, jumlah limfosit meningkat dalam darah dan sumsum tulang, dan
hanya sedikit ruang untuk leukosit yang sehat, eritrosit, dan trombosit.
Leukemia limfositik akut bisa mneyebar ke sistem saraf pusat (otak dan sumsum
tulang belakang). Meskipun Leukemia ini adalah jenis yang umumnya pada
anak-anak sebesar 82%, tetapi juga dapat mempengaruhi orang dewasa yakni
dengan persentase 18%.
Acute Myeloid Leukemia (AML)
Leukemia myeloid akut adalah kanker darah dan sumsum tulang yang
biasanya berkembang dengan cepat jika tidak segera diobati. Penyakit ini
menyumbang sekitar 10.600 kasus baru dari leukemia setiap tahun, dan dapat
terjadi pada orang dewasa maupun anak-anak.
Dalam leukemia myeloid akut, sel-sel stem biasanya berkembang menjadi
jenis sel darah putih yang disebut myeloblast seperti neutrofil, basofil, eosinofil.
Myeloblast yang abnormal tidak akan matang menjadi leukosit yang sehat. Pada
leukemia myeloid akut, sel-sel leukemia tidak dapat melakukan pekerjaan yang
biasa mereka lakukan dan dapat menumpuk dalam darah dan sumsum tulang
sehingga hanya ada sedikit ruang untuk leukosit yang sehat, eritrosit, dan
trombosit.
Leukemia myeloid akut ini memiliki nama lain yaitu leukemia
myeloblastik akut, leukemia granulositik akut, atau leukemia non-limfositik
akut.
b. Leukemia Kronik
Chronic Lymphoblastic Leukemia (CLL)
Leukemia limfositik kronik merupakan kanker sel limfoid dewasa yang
Sebagian besar diderita oleh individu yang berusia lanjut yaitu pada usia lebih
dari 60 tahun dan jarang terjadi pada anak-anak. CLL ini dapat didiagnosis
Ketika jumlah limfosit di darah tepi melebihi dari 5x10^9/L. Penyakit ini
ditandai oleh adanya akumulasi dan proliferasi sel-B matur dengan fungsi
kekebalan yang tidak kompeten didalam sumsum tuland, darah, kelenjar getah
bening, limpa, dan hati.
Chronic Myeloid Leukemia (CML)
Leukemia myeloid kronik adalah suatu penyakit dimana sebuah sel
didalam sumsum tulang berubah menjadi ganas dan menghasilkan sejumlah
besar granulosit yang abnormal. Penyakit ini bisa mengenai semua kelompok
usia dan gender, tetapi jarang ditemukan pada anak-anak berusia kurang dari 10
tahun. Penyakit ini lebih banyak terjadi pada kelompok usia 55 tahun ke atas
seperti pada jenis CCL.
CML sering terdiagnosis pada pemeriksaan darah rutin ditandai dengan
jumlah leukosit yang sangat tinggi hingga 50.000-1.000.000 sel/microliter
darah, sedangkan nilai normal leukosit adalah kurang dari 11.000.
9
a. Alat dan Bahan
Mikroskop
Preparat sediaan darah tepi (ALL, CLL)
Oil imersi
b. Cara kerja
1. Cara kerja pembacaan preparat ALL untuk menghitung estimasi jumlah leukosit
dan trombosit.
Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
Preparat ALL diletakkan diatas meja preparat mikroskop
Cari lapang pandang dengan perbesaran 10x untuk menghitung jumlah sel
darah putih, hitung sebanyak 10 LP.
Catat hasil pengamatan dan buat estimasi jumlah leukosit.
Lanjut dengan perbesaran 100x menggunakan oil imersi untuk menghitung
jumlah trombosit, hitung sebanyak 10 LP.
Catat hasil pengamatan dan buat estimasi jumlah trombosit menggunakan
rumus Barbara Brown.
2. Cara kerja pembacaan preparat CLL
Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
Preparat CML diletakkan diatas meja preparat mikroskop.
Cari lapang pandang dengan perbesaran 100x menggunakan oil imersi
Dilihat sel-sel leukosit dari seri agranulosit (tidak bergranula) dan catat hasil
pengamatan.
c. Hasil pengamatan
Hasil pengamatan preparat ALL dan CLL
Rata-rata = 97 leukosit/LP
10
Estimasi jumlah leukosit
meningkat (Leukositosis).
Estimasi jumlah trombosit
Perbesaran obyektif 100X
LP I : 4 sel
LP II : 4 sel
LP III : 8 sel
LP IV : 3 sel
LP V : 5 sel
LP VI : 5 sel
LP VII : 6 sel
LP VIII : 6 sel
LP IX : 11 sel
LP X : 9 sel
Rata-rata = 6 sel/LP
Nilai normal : 8-20 sel/LP
Kesimpulan :
Estimasi jumlah trombosit
menurun (Trombositopenia).
Cronic Lymphoblastic
Leukemia
Acute Lymphoblastic
Leukemia
11
BAB III
KESIMPULAN
Leukemia adalah suatu penyakit keganasan sel darah putih yang berasal dari sumsum
tulang yang ditandai dengan akumulasi proliferasi leukosit dan sel abnormal dalam sumsum
tulang dan darah. Penyebabnya tidak diketahui secara pasti namun faktor risiko seperti
genetik, lingkungan, radiasi, infeksi, dan keadaan imunosupresi memiliki hubungan dengan
angka kesakitan leukemia. Leukemia pada anak 97% adalah akut dimana 85% ialah LLA dan
17% LMA, sementara leukemia kronik hanya 10%. Faktor tersebut akan mencetuskan
modifikasi nukleus DNA sehingga terbentuk klon yang abnormal dan terjadi kelainan
proliferasi, sitogenetik, morfologi dan diferensiasi manifestasi klinis yang timbul berupa
akibat dari kegagalan sumsum tulang dan infiltrasi leukosit ke organ sehingga dapat
ditemukan organomegali. Gejala sering tidak spesifik dan hanya berupa demam.
Untuk membantu menegakkan diagnosis perlu beberapa pemeriksaan penunjang dengan
peningkatan jumlah leukosit, tampak sel leukemia pada darah tepi, sumsum tulang dan LCS
dan pemeriksaan sitogenetik. Diagnosis pasti leukemia ditegakkan melalui aspirasi sumsum
tulang yang akan memperlihatkan keadaan yang hiperseluler dengan sel blast leukemik lebih
dari 30%.
Leukemia perlu dibedakan dengan reaksi leukemoid dimana hanya terjadi peningkatan
leukosit tanpa ada perubahan morfologi. Perlu juga disingkirkan penyebab demam dan
kegagalan sumsum tulang. Pengobatan dengan kemoterapi bertujuan mengeradikasi sel blast
dari darah dan sumsum tulang untuk mencapai remisi, juga melakukan profilasis terhadap
relaps di SSP yang dilanjutkan kemoterapi rumatan selama 2 tahun. Transplantasi sumsum
tulang bisa dilakukan bila relaps gagal dengan terapi konvensional. Komplikasi yang timbul
dapat akibat dari penyakitnya atau terapinya. Prognosis dari pasien leukemia tergantung dari
respon terapi awal, jumlah leukosit awal, usia dan jenis kelamin
12
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/52373/Chapter%20II.pdf?
sequence=4&isAllowed=y
Purwanto, Diana. 2009. Therapeutic Options For The Treatment Of Chronic Lymphocytic
Leukemia. Jurnal Biomedik. Vol (1): 159.
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/biomedik/article/view/830/648
Rofinda, Zelly Dia. 2012. Kelainan Hemostasis pada Leukimia. Jurnal Kesehatan. Vol (1)
13