Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kandidiasis adalah penyakit yang bersifat akut atau subakut yang
disebabkan oleh Candida dan dapat mengenai mulut, vagina, kulit, kuku dan lain
sebagainya.Kandidiasis dapat menyerang semua umur, baik laki-laki maupun
perempuan.Gambaran klinisnya bermacam-macam sehingga tidak di ketahui data-
data penyebarannya dengan tepat (Djuanda, 2010).
Infeksi jamur yang disebabkan oleh Candida dapat terjadi pada semua
organ, baik superfisialis sampai sisi yang lebih dalam dan meluas, pada alat
kelamin dan saluran kemih dapat terjadi vaginitis, gatal, siklus haid tidak teratur,
infeksi saluran kemih, poliuri, retensi urine, nyeri dengan rasa terbakar saat buang
air kecil (Hardjoeno, dkk, 2007)..
Candida dianggap sebagai sapropit atau komensal sehingga apabila terjadi
penurunan daya tahan tubuh lokal maupun umumnya dapat menjadi invasif dan
menimbulkan infeksi.Selain itu terdapat faktor predisposisi yang membuat
Candida menjadi patogen yaitu lingkungan yang hangat dan lembab, pengaruh
humoral, kehamilan dan lain-lain (suprihatin,1982).
Penyebab terjadinya infeksi Candida pada vagina disebabkan karena
prilaku hygiene vagina yang buruk, salah satunya adalah tidak mencuci tangan
sebelum menyentuh vagina (Wantini, 2012). Wanita juga dapat terinfeksi
Candida akibat tercemar setelah defekasi, tercemar dari kuku atau air yang
digunakan untuk membersihkan diri. (Gandahusada, 1998)
Wantini (2012) telah melakukan penelitian terhadap 60 sampel anak asuh di
panti asuhan kota Metro didapatkan 13 orang (21,66%) terinfeksi jamur candida,
hal tersebut dikarenakan kurangnya pengetahuan anak untuk menjaga faktor
hygiene, penelitian oleh tambun (2011) di SMA Negeri 1 Natar didapatkan 14
sampel urin positif jamur Candida dari 69 sampel pada sisi kelas X di SMA
Negeri 1 Natar Lampung Selatan.
Pondok Pesantren Darul Huffaz merupakan salah satu Pondok Pesantren di
Provinsi Lampung yang terletak di Kabupaten Pesawaran. Dari hasil survei yang
dilakukan oleh peneliti terdapat 320 santriwati, berdasarkan informasi yang
didapatkan dari pengurus santri yang tinggal diasrama memiliki kebiasaan saling
meminjam barang satu sama lain, seperti meminjam baju, handuk, sepray dan
sebagainya. Sehingga dapat mempermudah terjadinya penularan penyakit kulit
serta kurangnya santriwati dalam memperhatikan personal hygiene.
Informasi yang didapat dari beberapa santriwati penghuni pondok pesantren
Darul Huffaz Lampung diantaranya memiliki gejala kandidiasis dengan gejala
keputihan disertai dengan rasa gatal-gatal kulit.
Berdasarkan hal tersebut penulis akan melakukan penelitian yaitu
Gambaran Jamur Candida albicans Penyebab Kandidiasis Pada Urine Santriwati
di Pondok Pesantren Darul Huffaz Pesawaran Lampung.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah terdapat jamur Candida albicans pada urine santriwati di Pondok
Pesantren Darul Huffaz Pesawaran Lampung.
2. Berapakah persentase urine santriwati yang terdapat jamur Candida albicans di
Pondok Pesantren Darul Huffaz Pesawaran Lampung.
C. Tujuan penelitian
1. Umum
Mengetahui adanya Gambaran jamur Candida albicans penyebab
kandidiasis pada santriwati di Pondok Pesantren Darul HUffaz Pesawaran
Lampung.
2. Teoritis
a. Mengatahui adanya jamur Candida albicans pada urine santriwati di
Pondok Pesantren Darul Huffaz Pesawaran Lampung.
b. Mengetahui presentase urine santriwati yang terdapat jamur Candida
albicans di pondok Pesantren Darul Huffaz Pesawaran Lampung.
D. Manfaat Penelitian
1. Teoritis
a. Menambah pengetahuan serta wawasan bagi penulis dan pembaca umumnya
tentang bahaya yang ditimbulkan Candida albicans.
b. Menjadi refesensi bagi penelitian selanjutnya mengenai infeksi jamur
Candida albicans.
2.Aplikatif
a. Pengurus asrama memeberikan pemahaman kepada santri tentang perilaku
hygiene.
b. Memberikan pengetahuan akan pentingnya menjaga kebersihan.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan bidang mikologi.penelitian ini adalah
pemeriksaan jamur Candida albicans dengan menggunakan spesimen urine.
Penelitian ini dilakukan pada santriwati di Pondok Pesantren Darul Huffaz
Pesawaran Lampung, dengan metode germ-tube menggunakan Human Serum
sebagai uji lanjutan. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikologi Balai
Penyidikan dan Pengujian Veteriner (BPPV) Regional III Bandar Lampung pada
bulan Maret-Mei 2018.
BAB II

TINJUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori
1. Candida albicans
Candida albicans adalah suatu ragi lonjong, bertunas yang menghasilkan
pseudomiselium baik dalam biakan maupun dalam jaringan eksudat. ragi ini
adalah anggota flora normal selaput mukosa, saluran pernafasan, saluran
pencernaan dan genitalia wanita (Jawetz, 1996).
Sampai saat ini, telah ditemukan 150 spesies Candida, tetapi hanya
beberapa saja yang diketahui dapat menyebabkan infeksi pada manusia. candida
merupakan spesies yang paling patogen(Hardjoeno, 2007).
a. Toksonomi
Menurut Cristine Marie Berkhout (1923), Klasifikasi Candida adalah :
Kingdom : Fungi
Filum : Ascomycota
Subfilum : Ascomycotina
Kelas : Ascomycetes
Ordo : Saccharomycetales
Famili : Saccharomycetaceae
Genus : Candida
Spesies pada manusia : Candida albicans Hardjoeno (2007).

b. Morfologi
Sel jamur Candida albicans berbentuk bulat, lonjong, dengan ukuran sel
2-5µm x 2-6 µm. sel-sel bertunas dan gram positif yang memanjang menyerupai
hifa (pseudohifa). Koloninya pada medium padat tampak menimbul, dengan
permukaan halus, licin atau berlipat-lipat berwarna putih kekuningan dan berbau
seperti ragi (Suprihatin, 1982).
c. Reproduksi
Pada biakan atau jaringan , spesies Candida tumbuh sebagai sel ragi tunas
berbentuk oval. Spesies tersebut membentuk pseudohifa ketika tunas terus tumbuh
tetapi gagal lepas menghasilkan rantai sel memanjang yang menyempit dan
mengerut pada septa diantara sel. Candida albicans bersifat dimorfik selain ragi
dan pseudohifa, spesies tersebut juga dapat menghasilkan hifa sejati (Jawetz,
2008).
d. Patogenesis
Pertumbuhan candida yang berlebihan dan melampaui keseimbangan akan
menyebabkan candida berkembang menjadi organisme patogen dalam bentuk
jamur berfilamen berupa pita kecil panjang disebut hifa, yang mengelilingi
seluruh sel. telah diketahui bahwa hifa dapat meningkatkan permeabilitas jamur
sehingga dapat melalui dinding intestinal, menyebabkan permeabilitas dinding
saluran cerna terganggu hingga terjadi inflamasi. Kerusakan pada dinding
intestinal dapat menyebabkan candida memproduksi zat toksik yang menyerang
jaringan sekitar dan masuk dalam aliran darah.Jika sudah mencapai aliran darah,
candida dapat menyerang semua organ (Hardjonoeno, 2007).
e. Faktor predisposisi
Banyak faktor yang mempermudah terjadinya infeksi kandida pada
seseorang. Pada dasar faktor predisposisi ini digolongkan ke dalam 2 (dua)
kelompok, yaitu :
1) Faktor endogen
a). perubahan fisiologis tubuh, yang terjadi pada;
(1) kehamilan, terjadi perubahan didalam vagina
(2) obesitas, kegemukan menyebabkan banyak keringat, mudah terjadi meserasi
kulit dan memudahkan infeksi Candida.
(3) endokrinopati, gangguan konsentrasi gula dalam darah, yang pada kulit akan
meyuburkan pertumbuhan candida.
(4) penyakit menahun, seperti tuberculosis, lupus eritematosus, karsinoma dan
leukemia.
(5) pengaruh pemberian obat-obatan, seperti antibiotic, kortikosteroid atau
sitostatok.
(6) pemakaian alat-alat didalam tubuh, seperti gigi palsu, infuse, dan kateter.
b). Umur
orang tua dan bayi lebih mudah terkena infeksi karena status imunologisnya
tidak sempurna.
c) Gangguan imunologis
pada penyakit genetik seperti atopik dermatis, infeksi kandida mudah terjadi.
2) Faktor eksogen
a). iklim panas dan kelembapan menyebabkan banyak keringat terutama pada
lipatan kulit, menyebabkan kulit meserasi dan ini mempermudah invasi
candida.
b). kebiasaan dan pekerjaan yang banyak berhubungan dengan air mempermudah
invasi Candida.
c). kebersihan dan kontak dengan penderita. Pada penderita yang sudah terkena
infeksi ( kandidiasis di mulut ) dapat menularkan infeksi kepada pasangannya
melalui ciuman.
Kedua faktor eksogen dan endogen ini dapat berperan menyuburkan
pertumbuhan kandida atau dapat mempermudah terjadinya invasi kandida
kedalam jaringan tubuh (Siregar, 2005)
2. Kandidiasis
Kandidiasis adalah penyakit sebagai akibat dari infeksi Candida baik
primer maupun sekunder terhadap penyakit lain yang telah ada. Walaupun
penyebab utama adalah Candida albicans, spesies lain candida dapat pula
menyebabkan penyakit, bahkan ada yang berakhir fatal. Kandidiasis mempunyai
gambaran klinik dengan variasi yang sangat luas, bergantung pada alat yang
terkena, bersifat akut atau menahun.Kelainan dapat berupa rangsangan setempat,
reaksi alergi, granuloma atau nekrosis, baik mengenai suatu alat ataupun
sistemik.Dapat tampak kelainan pada kulit, kuku, selaput lendir atau alat-alat
dalam.Kandidiasis dapat ditemukan pada semua umur, pria dan wanita, dan
mempunyai penyebaran di seluruh dunia.Penyakit ini merupakan penyakit yang
terbanyk didiagnosis di antara penderita mikosis (Suprihatin, 1982).
Kandidiasi Superfisialis
1.Kandidiasis Kulit
Kelainan terutama di temukan pada daerah yang lembab dan hangat.
Jaringan pada tempat tersebut menyebabkan turunnya imunitas lokal yang akan
menyebabkan kandidiasis kulit. Kandidiasis kulit sering terjadi di sela jari kaki
atau ktangan dikenal sebgai ( penyakitt kutu air atau (range)). Biasanya hal itu
terjadi akibat pekerjaan atau kebiasaan yang banyak berhubungan dengan air .
Pada orang dewasa kandidiasis inguinal sering ditemukan pada perempuan
dengan kandidiasis vagina yang kurang memperhatikan kebersihan.Kandidiasis
akut di mulai dengan lesi vesikopustular yang dapat meluas.Biasanya terjadi
mesarasi dan eritem.Dengan dasar merah dan membrane berwarna putih dan
sering ditemukan lesi satelit sekitarnya gejala utama ialah rasa gatal dan rasa sakit
bila terjadi masarasi atau ingeksi skunder oleh kuman.Pada keadaan menahun
gambaran klinis sering tidak khas dan dapat menyerupai Tinea varsikalor.
2. Kandidiasis Kuku
Kandidiasis kuku biasanya terjadi pada orang dengan kelainan kongenital
seperti kandidiasis mukokutaneus kronik, orang yang sering berhubungan dengan
air dan pasien diabetes mellitus.Kelainan yang terjadi ialah paronikia dan gejala
yang penting adalah kemerahan di daerah sekitar kuku dan bawah kuku yang
disertai rasa nyeri.Paranokia yang disebabkan Candida cenderung kronik. Kuku
yang terkena dapat merubah warna, menjadi seperti susu atau warna lain, rapuh
dan menebal. Kadang-kandang permukaan kuku menimbulkan dan tidak rata yang
dapat disertai lepas atau hilangnya kuku. Kelainan ini dapat mengenai satu,
beberapa atau seluruh kuku tangan dan kaki
3. Kandidiasis selaput lendir
Kandidiasis mukosa dapat mengenai mukosa vagina, orofaring, esophagus,
dan kadang-kadang mukosa intestinal.kandidiasis orongfinal banyak ditemukan
pada bayi, orang lanjut usia, dan individu imunokompromis yang memiliki
penyakit diabetes mellitus, leukemia, neoplasia, gangguan steroid, antibiotic,
radiasi dan penderita HIV/AIDS. Pada bayi sering ditemukan sebanyak bercak
seperti sisa susu di bibir, lidah atau selaput lendir mulut. Keadaan tersebut dapat
juga ditemukan pada orang dewasa.
Kandidiasis saluran cerna merupakan keadaan yang jarang ditemukan
gejala yang ditemukan mulai dari gejala ringan mirip gastritis seperti perut sering
kembung sampai diare.Pada perempuan, candida sering menimbulkan vaginitis
dengan gejala utama flour albus/keputihan yang sering disertai rasa gatal pada
vulva.Flour yang dihasilkan bervariasi mulai dari encer sampai kental. Gejala lain
yang ditemukan ialah nyeri, rasa panas. Biasanya vaginitis akibat seminggu
sebelum dating haid dan berkurang setelah haid. Terjadinya kandidiasis vagina
dimungkinkan karena perubahan pada lingkungan mikro dan imunitas lokal
vagina.
4. Kandidiasis Sistematik
Kandidiasis sistematik atau kandidiasis pada alat dalam biasanya
menyerang individu dengan faktor resiko berat, misalnya keganasan, pembedahan
digesti, perawatan di ruang rawat intensif, luka bakar luas, pemberian antibiotic
spectrum luas dan pemakaian peralatan medik seperti kateter intevena. Alat dalam
yang diserang adalah sususnan saraf pusat, paru, jantung dan endokard,
endofaskular, mata (biasanya diseminasi dari tempat lain), hati dan ginjal. Gejala
kandidiasis sistematik tidak khas, tergantung organ yang terkena. Sumber infeksi
biasanya candida yang semula hidup sebagai saprofit di saluran cerna, saluran
nafas bagian atas atau masuk bersama pemakaian infuse. (Susanto inge,2008)
4. Diagnosis
a. Cara infeksi
Infeksi Candida dapat berlangsung secara endogen dan eksogen atau
berkontak langsung.Infeksi endogen lebih sering terjadi karena kandida ini
memang bersifat saprofit di dalam traktus digetivus.Bila ada faktor predisposisis,
kandida ini dapat lebih mudah mengadakan invasi di sekitar mukokutan, anus;
dapat menyebabkan perianal kandidiasis, atau sudut mulut menyebabkan perioral
kandidiasis.Pecandu narkotik dapat menderita kanddidiasis karena menggunakan
alat suntik yang tidak steril sehingga memperoleh kandidiasis sistemik.
Infeksi eksogen atau berkontak langsung dapat terjadi bila sel-sel ragi
menempel pada kulit atau selaput lendir sehingga dapat menimbulkan kelainan-
kelainan pada kulit tersebut, misalnya vaginitis, balanitis, atau kandidiasis
interdigitalis. (Siregar, 2005)
b.Uji Laboratorium Diagnostik
1). Spesimen
Spesimen berupa apusan dan kerokan dari lesi suferfisial, darah, cairan
spinal, biopsy jaringan, urine, eksudat, dan bahan dari kateter intravena yang telah
dicabut. (jawetz, 2008)

2). PemeriksaanMikroskopik
Biopsi jaringan, cairan spinal yang disentrifugasi, dan spesimen lain dapat
diperiksa pada apusan yang diberi pewarnaan Gram untuk mencari pseudohifa dan
sel-sel tunas. Kerokan kulit atau kuku pertama-tama ditempatkan dalam tetesan
kalium hidroksida (KOH) 10% ATAU calcoflour white. (jawetz, 2008)
3). Biakan
Semua spesimen dibiakan pada medium fungi atau bakteriologi pada suhu
ruangan atau 37oC. koloni ragi di periksa untuk melihat adanya pseudohifa.
Candida albicans diidentifikasi melalui produksi tubulus germial atau
klamidospora. Isolasi kandida lain ditentukan spesiesnya melalui beberapa reaksi
biokimia.interpretasi biakan positif bervariasi sesuai spesimen. (jawetz, 2008)
4). Serologi
Pada umumnya, uji serologi yang tersedia saat ini mempunyai spesifikasi
atau sensitivitas yang terbatas.Antibiotik serum dan imunitas seluler timbul pada
sebagian besar orang akibat panjanan seumur hidup terhadap kandida.Pada
kandidiasis sistemik, titer antibody terhadap berbagai antigen kandida dapat
meningkat, tetapi tidak ada kriteria yang jelas untuk menegakan diagnosis secara
serologi. Deteksi mannan dinding sel di dalam sirkulasi, menggunakan uji
aglutinasi lateks atau immunoassay enzim, jauh lebih spesifik, tetapi uji tersebut
tidak sensitive karena banyak pasien hanya positif sementara atau karena tidak
timbul titer antigen yang signifikan dan dapat terdeteksi hingga penyakit menjadi
lanjut (jawetz, 2008).
5. Pengobatan
Pengobatan kandidiasis terbagi menjadi dua yaitu pengobatan topikal
dengan larutan, salep dan krim serta pengobatan sistemik yang diberikan secara
oral atau intra vena.Pengobatan topical biasanya digunakan pada kandidiasis
superfisialis, namun pada infeksi superfisialis kadang-kandang diperlukan
pengobatan sistemik yang diberikan per oral. Pengobatan topikal dilakukan
dengan pemberian:
1). Larutan gentian violet 1% pada kulit dan selaput lendir
2). Derivatol azol : klotimazol, mikonazol, ekanazol, bifonazol, tiokonazol.
3). Polien : nistatin, amfoterisin-B. untuk pengobat sistemik secara oral diberikan
derivate azol dalam bentuk sediaan oral seperti itrakonazol dan flukonazol
(Susanto Inge, 2008).
6. urine
Urine adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian
akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Ekskresi urin
diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring
oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Urin disaring didalam
ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar
tubuh melalui uretra. Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa
metabolisme (seperti urea), garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi
pembentuk urin berasal dari darah atau cairan interstisial. Komposisi urin berubah
sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh, missal
glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan yang
tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang
berlebih atau berptensi racun yang akan dibuang keluar tubuh
(www.wikipedia.com, Urine, 2018)
B. Kerangka Konsep

Pemeriksaan Jamur Candida albican Gambaran jamur Candida


penyebab Kandidiasis pada Urine albicans penyebab Kandidiasis
santriwati di Pondok Pesantren Darul pada urine santriwati di pondok
Huffaz Kabupaten Pesawaran pesantren Darul Huffaz
Lampung. kabupaten Pesawaran Lampung.
BAB III

METODE PENELITIANn

A. Jenis dan rancangan Penelitian


penelitian bersifat deskriptif bertujuan untuk menggambarkan adanya
jamur Candida albicans pada urin santriwati di Pondok Pesantren Darul Huffaz
Pesawaran Lampung.variabelpenelitian ini adalah jamur Candida albicans.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi Penelitian ini dilaksanakan di Pondok Pesantren Darul Huffaz
Pesawaran Lampung dan pemeriksaan spesimen dilakukan di Laboratorium
Mikologi Balai Penyidikan dan Pengujian Veteriner (BPPV) Regional III Bandar
Lampung dilaksanakan Pada Bulan Maret-Mei 2018.
C. Subjek Penelitian
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh santriwati di Pondok Pesantren
Darul Huffaz Pesawaran Lampung yang berjumlah 320 santriwati.
2. Sampel
Sampel penelitian adalah sebagian yang di ambil dari keseluruhan objek yang
diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010). Sempel
yang diambil sebanyak 77 santriwati dari 320 santriwati , yang didapatkan
berdasarkan rumus:
𝑵
𝒏 =
𝑵.𝒅𝟐 +𝟏
𝟔𝟓
𝒏=
𝟔𝟓.𝟎,𝟏𝟐 + 𝟏
𝟑𝟐𝟎
=
𝟒,𝟑

= 76.19
Keterangan :
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
d = presisi yang ditetapkan = 0,1
(Notoatmojo, s, 2002)
Tehnik pengambilan sampel yang digunakan simple random sampling yaitu
dengan cara undian dimana dari 320 santriwati mempunyai peluang yang sama
untuk menjadi sampel.

D. Definisi Operasional
1. Definisi Operasional
Jenis Definisi Cara ukur Alat ukur Hasil ukur skala
Variabel
Jamur sel ragi yang berbentuk bulat Makrokopis Cawan Makroskopis Ordinal
Candida lonjong, berukuran 2-5,5µ x Penanaman petri, ose Positif jika
albicans pada 5-28,5µm, sel-sel betunas, pada media bengkok, terlihat koloni putih
urine bersifat gram positif dan SDA kekuninga, permukaan
Santriwati di bersifat jamur opurtunis yang (melakukan koloni halus, cembung,
Pondok dapat menyebabkan infeksi pengamatan licin, serta berbau ragi
Pesantren yang terdapat pada urine koloni)
Darul Huffaz satriwati kelas VII di Pondok Negatif jika
Pesawaran Pesantren Darul Huffaz tidak ditemukannya
Lampung. pesawaran lampung. koloni putih
kekuningan,
permukaan koloni
halus, cembung, licin,
serta berbau ragi.

Mikoskopis Mikroskop Mikroskopis


dengan positif jika
pewarnaan bersifat gram +,
Gram berbentuk bulat,
lonjong, warna ungu,
dan susunan
berkelompok

Negatif jika
bertsifat Gram -,
bentuk batang susunan
menyebar
Germ-tube
dengan Horse Germ-tube
serum Positif jika
ditemukannya Germ-
tube dalam Horse
serum
Negati jika tidak
ditemukannya Germ-
tube dalam horse
serum
Urine Cairan sisa yang dieksresikan Urine Botol Urine santriwati Ordinal
santriwati di oleh ginjal yang kemudian sewaktu penampung Pesantren Darul
Pondok akan dikeluarkan dari dalam yang diambil urin Huffaz
Pesantren tubuh melalui sistem urinaria dari
Darrul Huffaz santriwati di Pondok Pesantren santriwati
Darul Huffaz Kabupaten
Pesawaran
E. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan secara langsung terhadap Santiwati di Pondok


Pesantren Darul Huffaz Pesawaran Lampung. Proses pengambilan data sebagai
berikut:
1. Menyelesaikan surat izin
2. Mengirim surat izin tersebut ke badan kesatuan bangsa dan politik provinsi
Lampung.
3. Meminta izin kepada pemilik pondok pesantren Darul Huffaz.
4. Menjelaskan tujuan pengambilan sampel/spesimen.
5. Pengambilan sampel/spesimen pemeriksaan berupa urine santriwati
6. Membawa spesimen ke laboratorium untuk dilakukan pemeriksaan.
7. Menarik kesimpulan hasil pemeriksaan.
Proses pemeriksaan :
1. Prinsip Pemeriksaan
Jamur akan tumbuh bila berada pada lingkungan menguntungkan dan
nutrisi yang adekuat. Suhu optimal untuk pertumbuhan kuman pada umumnya
37oC.
2. Persiapan alat dan bahan
a. Alat
Alat yang digunakan untuk penelitian ini adalah botol sampel streil,
isolasi, autoclave, erlemeyer steril, objek glass, incubator, objek glass, inkubator,
cawan petri steril, cover glass, mikroskop, botol reagen, pipet tetes, alamunium
foil, neraca analitik, hot plate, pipet ukur, ose bengkok, batang pengaduk.
b. Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah media sabouroud
dextrose agar, penisilin sterptomisin, cat gram A, gram B, gram C, garam D,
aquades steril, NaCL,0,85% dan minyak emersi.
3. Prosedur Kerja Penelitian
a. Sterilitas Alat
Semua alat gelas yang digunakan dicuci dan dikeringkan masing-masing
dibungkus dengan kertas kopi, kemudian disterilkan didalam oven selama 1 jam
dengan suhu 160oC (Soemarno,2000).
b.Pemeriksaaan secara makrokopis/kultur
1) Diambil 500 µl urine menggunakan mikropipet dan diteteskan di tengah-tengah
permukaan media Saboraud Dextrose Agar (SDA)
2) Sampel diratakan dengan menggunakan ose bengkok ke seluruh permukaan
media. Kemudian Cawan petri diselotip untuk menjaga kelembapan. Dan diberi
label
3) Sampel di inkubasi 37oC selama 2 x 24 jam.
4) Diamati pertumbuhan nya secara makrokopis (Proptap Balai Penyidikan dan
Penguian Veteriner).
(+) jika Koloni berwarna putih kekuningan, berbentuk bulat menonjol
permukaan koloni halus dan berbau seperti ragi.
(-) jika Koloni tidak berwarna putih Kekuningan permukaan kolonintidak
halus dan tidak berbau ragi.
c. Pemeriksaan secara mikroskopis
1) Dengan menggunakan ose steril diambil koloni dari media SDA kemudian
diletakkan di tengah objek glass.
2) Lalu dilakukan penngecetan gram. Objek glass diletakan pada rak cat.
3) Satu tetes gram A diteteskan pada objek glass, diamkan selama 1 menit
kemudian dicuci air mengalir.
4) Satu tetes gram B diteteskan pada objek glass, diamkan selama 1 menit
kemudian dicuci air mengalir.
5) Satu tetes gram C diteteskan pada objek glass, diamkan selama 30 detik
kemudian dicuci air mengalir.
6) Satu tetes gram D diteteskan pada objek glass, diamkan selama 30 detik
kemudian dicuci air mengalir.
7) Objek glass yang telah dicat dikeringkan diudara dan diamati dibawah
mikroskop dengan perbesaran 1000x (soemarno,2000).
Interpretasi hasil :
( + ) jika berbentuk bulat lonjong, berwarna keunguan, bersifat gram positif,
terdapat blastospora, pseudohifa dan klamidospora.
( - ) jika berbentuk tidak lonjong, berwarna merah, , tidak terdapat blastospora,
pseudohifa dan klamidospora.
Jika hasil positif pada pemeriksaan mikroskopis maka dilanjutkan ke uji
peneguhan `dengan tes Germ Tube untuk menjukan Candida albicans pada urine
santriwati di Pondok Pesantren Darul Huffaz Pesaran Lampung.
d. Pemeriksaan lanjutan Secara subkultural
1). Disiapkan horse serum yang telah disterilkan pada milipore sebanyak 0,5ml
dalam tabung steril
2). Diinaktifkan pada suhu 56oC selama 15 menit.
3). Diambil 1 ose koloni pada media SDA dan dicampur ke dalam horse serum
tadi, diinkubasi 37oC selama 3 jam, kemudian diteteskan 1-2 tetes pada objek
glass kemudian ditutup dengan cover glass, diamati dibawah mikroskop
dengan perbesaran 10 x 10.
(Proptap Balai penyidik dan Pengujian Veteriner )
(+) jika ditemukan germ Tube ( Tabung kemih) dalam serum Horse
(-) jika tidak ditemukan Germ Tube (Tabung kemih) dalam \horse serum.
F. Pengolahan dan analisa data
Data yang diperoleh dari identifikasi jamur Candida albicans pada urine
Santriwati di pondok pesantren Darul Huffaz dan hasil pemeriksaaan ada atau
tidaknya Candida albicans pada santirwati di pondok pesatren Darul Huffaz
dan disajikan dalam bentuk tabel seperti gambar dibawah ini:
Table I. Hasil Pemeriksaaan urine santriwati di Pondok Pesantren Darul Huffaz
No Hasil Pemeriksaan Jumlah sampel Presentase %
1 Positif jamur Candida sp

2 Negatif jamur Candida sp


Jumlah

Anda mungkin juga menyukai