Anda di halaman 1dari 17

MIKOLOGI

LAPORAN PRAKTIKUM IDENTIFIKASI KANDIDIASIS PADA SAMPEL

SEKRET VAGINA (PENYEBAB KEPUTIHAN)

Disusun oleh :

Rani Dian Putri U 411117089

Ita Fauziah P 411117090

Anita Mulya F 411117091

Aidha Kusuma W 411117092

PROGRAM STUDI ANALIS KESEHATAN (D-3)

STIKES JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI

2018/2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

a.) Candidiasis

Candidiasis merupakan penyakit yang disebabkan oleh spesies

Candida albicans (C. Albicans), yang bersifat akut atau sub akut (Jawetz

et al, 2005). Hal tersebut disebabkan karena jamur tersebut merupakan

bagian dari mikroba flora normal yang beradaptasi dengan baik pada

inang manusia, terutama saluran cerna, saluran urogenital, dan kulit.

Penelitian-penelitian menunjukkan bahwa sedikitnya 60% isolat yang

diambil dari sumber infeksi adalah C. Albicans. (Nasronudin, 2006;

Rosalina dan Osman Sianipar, 2006).

Kandidiasis merupakan infeksi jamur sistemik yang paling sering

dijumpai yang terjadi bila C. albicans masuk ke dalam aliran darah

terutama ketika ketahanan fagositik host menurun.8-9 Respons imun cell-

mediated terutama sel CD4 penting dalam mengendalikan kandidiasis

(seperti pada kandidiasis), seringkali muncul beberapa bulan sebelum

munculnya infeksi oportunistik yang lebih berat.

Kandidiasis merupakan infeksi akibat jamur yang memiliki insiden

tertinggi dibandingkan dengan jamur-jamur lainnya. Infeksi Candida sp

meningkat dalam kurun waktu 20-25 tahun terakhir (Nelwan, 2014).

Kandidiasis/yeast infection adalah infeksi jamur yang terjadi

karena adanya pembiakan jamur secara berlebihan, dimana dalam

kondisi normal muncul dalam jumlah yang kecil. Perubahan aktivitas


vagina atau ketidakseimbangan hormonal menyebabkan jumlah Candida

berlipat ganda (muncul gejala Kandidiasis).

b.) Candida Albicans

Candida adalah salah satu jenis jamur yang banyak tumbuh dan

berkembang di daerah beriklim tropis, termasuk di Indonesia. Candidida

dapatditemukan di tanah, buah-buahan, air, dan kotoran binatang

(Gandahusada et al.,2006). Candida normal berada di kulit, membran

mukosa, dan gastrointestinal (Irianto, 2013). Beberapa jamur komensal

yang berada di tubuh manusia termasuk Candida dapat menginfeksi

tubuh host-nya dan menjadi infeksi oportunistik. Infeksi akibat Candida sp

disebut dengan kandidiasis. Kandidiasis terdapat di seluruh dunia dan

dapat terjadi pada semua umur, baik laki-laki maupun perempuan

(Kuswadji, 2007).

Candida memiliki lebih dari 150 spesies dan terdapat 17 spesies

yang dapat menginfeksi manusia. Infeksi Candida superfisial maupun

sistemik yang terjadi pada manusia terutama disebabkan oleh Candida

albicans yaitu sekitar 70-80%, dan diikuti oleh Candida tropicalis sekitar

30-40% (Wahyuningsih et al., 2012).

Manusia dapat terinfeksi Candida melalui dua faktor, yaitu secara

endogen dan eksogen (Kuswadji, 2007). Immunocompromised adalah

faktor endogen yang merupakan faktor utama untuk terjadinya

kandidiasis. Keadaan immunocompromised dapat ditemukan pada

penderita HIV/AIDS, diabetes melitus, penggunaan obat-obat yang

menekan sistem imun seperti antibiotik dan kortikosteroid, pasien kanker

yang mendapat chemoteraphy, dan pada pasien yang menjalani


transplantasi organ (Tjampakasari, 2006; Putri, 2015). Faktor eksogen

adalah faktor lingkungan yang mendukung untuk terjadinya kandidiasis.

Faktor eksogen ini bisa berupa air, iklim, kebersihan kulit, kebiasaan

merendam kaki, dan berkontak dengan penderita kandidiasis (Kuswadji,

2007). Air yang sudah terkontaminasi oleh jamur salah satunya Candida,

akan menjadi sumber infeksi bagi orang yang menggunakan air tersebut

dan dapat menjadi sumber penyebab kandidiasis vulvovaginitis ataupun

kandidiasis oral. Kandidiasis vulvovaginitis adalah infeksi Candida yang

mengenai mukosa vagina dan kandidiasis oral adalah Candida yang

menginfeksi mukosa mulut (Mulyati, 2002; Irianto, 2014; Mitchell, 2014).

B. Perumusan Masalah

a) Bagaimana Morfologi Jamur Candida sp. ?

b) Bagaimana Patogenesis dan Patologi Candida sp. ?

c) Bagaimana Candida dapat menyebabkan Keputihan pada wanita?

C. Tujuan Penelitian

a) Mengetahui Morfologi dari Jamur Candida sp.

b) Mengetahui Patogenesis dan Patologi dari Candida sp.

c) Mengetahui Jamur penyebab Keputihan pada wanita

D. Manfaat Penelitian

Dapat mengetahui penyebab Kandidiasis, Morfologi, Patogenesis dan

Patologi, serta jamur penyebab keputihan Candida albicans.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

a.) Morfologi Candida sp.

Di dalam kultur atau jaringan, Candida sp. tumbuh sebagai sel ragi

berbentuk oval dan bertunas (ukuran 3-6 μm). Candida sp. Juga

membentuk pseudohifa ketika tunas-tunasnya terus bertumbuh, tetapi

gagal melepaskan diri sehingga menghasilkan rantai-rantai sel panjang

yang bertakik atau menyempit pada lokasi penyekatan di antara sel. Tidak

seperti spesies Candida yang lain, C. albicans bersifat dimorfik; selain

ragi dan pseudohifa, C. albicans juga dapat menghasilkan hifa sejati. Di

medium agar atau dalam 24 jam di suhu 37oC atau suhu ruang, Candida

sp. membentuk koloni lunak berwarna krem dengan bau beragi.

Pseudohifa tampak sebagai sebentuk pertumbuhan di bawah permukaan

agar.

Ada dua uji morfologi sederhana yang dapat membedakan C.

albicans, patogen yang paling umum, dengan spesies Candida lainnya,

yaitu setelah diinkubasi di dalam serum selama sekitar 90 menit pada

suhu 370C, sel ragi C. albicans akan mulai membentuk hifa sejati atau

tabungtabung tunas, dan di atas medium yang kurang bernutrisi, C.

albicans menghasilkan klamidospora bulat berukuran besar. Uji asimilasi

dan fermentasi gula dapat digunakan untuk memastikan identifikasi dan

mengkhususkan isolat Candida yang lebih umum, seperti C. tropicalis, C.

parapsilosis, C. guilliermondii, C. keyfr, C. krusei, dan C. lusitaniae, di

antara pathogen ini, C. glabrata tergolong unik karena hanya

menghasilkan ragi tanpa ada bentuk pseudohifa.


Pertumbuhan optimum terjadi pada pH antara 2,5-7,5 dan

temperatur berkisar 200C 380C. Candida merupakan jamur yang

pertumbuhannya cepat yaitu sekitar 48 72 jam. Kemampuan Candida

tumbuh pada suhu 370C merupakan karakteristik penting untuk

identifikasi. Spesies patogen tumbuh secara mudah pada suhu 250C-

370C, sedangkan spesies saprofit kemampuan tumbuhnya menurun pada

temperatur yang semakin tinggi.

Candida albicans memperbanyak diri dengan spora yang dibentuk

langsung dari hifa tanpa adanya peleburan inti dan berbentuk tunas.

Candida membentuk pseudohifa yang sebenarnya adalah rangkaian

blastospora yang bercabang-cabang (Jawetz., 2004).

b). Patogenesis dan Patologi

Kandidiasis superfisial (kutaneus atau mukosal) ditegakkan

melalui adanya peningkatan jumlah populasi Candida setempat dan

kerusakan kulit/epitel yang memungkinkan invasi setempat oleh ragi dan

pseudohifa. Histologi setempat lesi kutan/mukokutan ditandai oleh reaksi

peradangan yang beragam, mulai dari abses piogenik hingga granuloma

kronis. Lesilesi ini mengandung sel ragi bertunas serta pseudohifa yang

sangat banyak.

Perkembangan penyakit karena spesies Candida bergantung pada

interaksi kompleks antara organisme yang patogen dengan mekanisme

pertahanan tubuh pejamu. Infeksi kandida merupakan infeksi oportunistik

yang dimungkinkan karena menurunnya pertahanan tubuh pejamu.


Faktor-faktor predisposisi yang dihubungkan dengan meningkatnya

insidens kolonisasi dan infeksi kandida pada vagina adalah:

a. Faktor mekanis: trauma (luka bakar, abrasi), oklusi lokal, lembab

dan/atau maserasi, bebat tertutup atau pakaian, kegemukan.

b. Faktor nutrisi: avitaminosis, defisiensi besi, defisiensi folat, vitamin

B12, malnutrisi generalis.

c. Perubahan fisiologis: umur ekstrim (sangat muda/sangat tua),

kehamilan (terutama trimester terakhir), menstruasi, kontrasepsi

hormonal (estrogen).

d. Penyakit sistemik: penyakit endokrin (diabetes melitus, penyakit

cushing, hipoadrenalisme, hipotiroidisme, hipoparatiroidisme), uremia,

keganasan terutama hematologi (leukimia akut, agranulositosis),

timoma, imunodefisiensi (sindroma AID).

e. Penyebab iatrogenik: pemasangan kateter, dan pemberian IV, radiasi

sinar-X (xerostomia), obat-obatan (oral, parenteral, topikal, aerosol),

antara lain: kortikosteroid, antibiotik spetrum luas, metronidazol,

trankuilaiser, kolkhisin, fenilbutason, histamine 2-blocker.

Faktor penting lainya adalah perbedaan virulensi di antara spesies

Candida yang menentukan kemampuan untuk menginvasi epitel.

Mekanisme invasi masih tidak jelas, tetapi mungkin menyangkut kerja

enzim keratolitik, fosfolipase atau enzim proteolitik galur spesifik.

Pseudohifa dapat menembus intraselular ke dalam korneosit. Terlihat

ruang terang di sekitar Candida, menandakan suatu proses lisis jaringan

kulit epitel yang sedang berlangsung. Bentuk hifa maupun ragi (yeast)

keduanya dapat menembus jaringan pejamu dan menunjukkan virulensi


yang potensial serta berperan pada infeksi manusia. Bentuk hifa

mempercepat kemampuan Candida invasi jaringan.

Candida albicans penyebab utama kandidiasis dan merupakan

spesies yang paling patogen yang menyerang permukaan kulit, mukosa

mulut dan vagina. Faktor-faktor yang menyebabkan jumlah Candida

albicans meningkat antara lain proses kehamilan, diabetes melitus,

penggunaan kontrasepsi oral, antibiotika. (Dumilah., 1992).

c). Jamur penyebab Keputihan

keputihan merupakan masalah kesehatan reproduksi wanita yang

sering dialami. Keputihan yang normal tidak bewarna atau bening, tidak

berbau, tidak berlebihan dan tidak menimbulkan keluhan. Pada keadaan

ini, sekret meningkat utamanya masa menjelang ovulasi, stress

emosional dan saat terangsang secara seksual. Keputihan yang harus

diwaspadai adalah jika sekret berwarna kuning atau hijau keabu-abuan,

berbau tidak enak, jumlah banyak dan menimbulkan keluhanseperti gatal

dan rasa terbakar pada daerah intim, kadang-kadang terasa panas dan

nyeri sesudah buang air kecil dan pada saat bersetubuh. Hal ini

disebabkan oleh ineksi jamur Candida albicans (Widarti, 2010).

Organ reproduksi merupakan salah satu organ tubuh yang sensitif

dan memerlukan perawatan khusus. Pengetauan dan perawatan yang

baik merupakan faktor penentu dalam memelihara kesehatan reproduksi.

Salah satu terjadinya kelainan atau penyakit pada organ reproduksi

adalah keputihan (Ayuningtyas, 2011).


Keputihan salah satu permasalahan yang meresahkan kaum

wanita, karena jamur ini merupakan flora normal pada vagina, yang pada

kondisi kekebalan tidak baik dapat menyebabkan patogen. Jamur

penyebab keputihan adalah Candida albicans dan merupakan spesies

Candida yang paling patogen (Dewi, 2010).

Penyebab utama keputihan adalah jamur Candida albicans. Jamur

ini mudah tumbuh pada media saboround membentuk koloni dengan

sifat-sifat yang khas yakni menonjol pada permukaan medium, koloni

halus, licin, dan berwarna kekuningan. Candida albicans dapat tumbuh

pada tubuh manusia sebagai saprofit atau parasit di dalam pencernaan,

pernapasan atau vagina orang sehat. Pada keadaan tertentu sifat jamur

ini dapat berubah menjadi patogen menyebabkan keputhan

(Ganda,2010).

Pada saat Candida albicans menembus kulit atau selaput lendir

secara eksogen maupun endogen pada vagina sehingga meningkatkan

fluor albus yang abnormal, maka tubuh akan mengerahkan keempat

komponen system imun untuk menghancurkan yaitu antibodi, fagosit

komplemen dan sel-sel system imun (Widarti,2010).

Perubahan keasaman daerah vagina berkaitan dengan keputihan

dapat mengakibatkan pH dalam vagina tidak seimbang.

Ketidakseimbangan pH dalam vagina akan mengakibatkan tumbuhnya

jamur dan kuman sehingga dapat tejadi infeksi yang akhirnya

menyebabkan keputihan (Zubier, 2002).


BAB III

ALAT DAN BAHAN

Tabel1.Alat yang diperlukan

No. Nama Alat Spesifikasi

1. Tabung Reaksi Volume 20 mL

2. Tabung Durham Tinggi 35mm ; Diameter 6mm

3. Cawan Petri Volume 20 mL

4. Ose Bulat dan Tusuk Kawat NiCr

5. Bunsen Volume 200 mL

6. Korek Api -

7. Rak Tabung Reaksi -

8. Tabung sampel Steril Volume 20 mL

9. Swab Steril -

10. Autoklaf Suhu 37°C

11. Kulkas

12. Tube -

13. Mikroskop Lensa Obyektif 40x

Tabel2.Bahan yag diperlukan

No. Nama Bahan Spesifikasi

1. Sampel Sekret Vagina

a. Agar SDA

b. Chrom Agar
2. Media
c. Gula-gula (Glukosa, Sukrosa,

Manitol, Laktosa)
a. Krystal violet

b. Lugol
3. Zat Pewarna
c. Alkohol 96%

d. Safranin 0,25%

4. Alkohol 70%

5. KOH 10%

6. NaCl Fisiologis -

7. LPCB -

8. Oil Imersi -

9. Serum
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Pewarnaan Gram

Candida albicans secara mikroskopis berbentuk oval dengan

ukuran 2-5 x 3-6 mikron. Biasanya dijumpai clamydospora yang tidak

ditemukan pada spesies Candida yang lain dan merupakan pembeda

pada spesies tersebut, hanya Candida albicans yang mampu

menghasilkan Clamydospora yaitu spora yang dibentuk karena hifa, pada

tempat-tempat tertentu membesar, membulat, dan dinding menebal,

letaknya di terminal, lateral (Jawetz., 2004).

2. Pembiakan pada media SDA


Candida tumbuh baik pada media padat, tetapi kecepatan

pertumbuhannya lebih tinggi pada media cair. Pertumbuhan juga lebih

cepat pada kondisi asam dibandingkan dengan pH normal atau alkali.

Morfologi koloni Candida pada medium padat SDA berukuran (3,5-6) x (6-

10) um dengan permukaan sedikit cembung, halus, licin, kadang sedikit

berlipat terutama pada koloni yang telah tua. Besar kecilnya koloni

dipengaruhi oleh umur biakan. Warna koloni Candida putih kekuningan

(krem lembut) dan berbau khas.

3. Penanaman pada ChromAgar

Pada CHROMagar Candida masing-masing koloni spesies

Candida mempunyai warna khas, yaitu C. albicans berwarna hijau apel,

C. dubliniensis berwarna hijau tua, C. Glabrata berwarna merah muda


(pink) sampai ungu, dan besar, C. tropicalis berwarna biru tua, kadang-

kadang merah muda, dan semuanya membentuk halo ungu, C. krusei

berwarna merah muda pucat, besar, datar, dan permukaan kasar, C.

parapsilosis berwarna putih kotor (off white) sampai merah muda pucat,

C. guilliermondii berwarna merah muda sampai ungu, dan kecil. Khusus

untuk C. dubliniensis hanya dapat diidentifikasi dengan CHROMagar

Candida.

4. Uji Gula-Gula

Hasil uji Gula-gula biakan dari media agar SDA didapatkan hasil berbeda

dengan seharusnya, hasil sebagai berikut :

-Fermenter Glukosa, gas (+)

-Fermenter Laktosa, gas (+)

-Fermenter Sukrosa, gas (+)

-Fermenter Manitol, gas (+)

Dimana hasil pada Candida albicans seharusnya Sukrosa dan

Laktosanya Non Fermenter.


5. Uji Germ Tube

Germinating blastospores/germ tube terlihat berbentuk bulat

lonjong seperti tabung memanjang dari yeast cells (Reynolds-Braude

phenomenon) pada serum manusia yang ke dalamnya disuntikkan

koloni yang diduga sebagai strain Kandida ke dalam tabung kecil dan

diinkubasi pada suhu 37oC selama 2-3 jam. Germ tube terbentuk dalam

dua jam setelah proses inkubasi. Bagian ujung yang menempel pada

yeast cells terlihat adanya pengerutan/pengecilan (tidak ada konstriksi).


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

a) Kesimpulan

Dari praktikum “Identifikasi Kandidiasis” dengan sampel berupa

sekret vagina dari wanita pengidap keputihan, didapatkan jamur

Candida albicans.

b). Saran

Perlu dilakukan identifikasi ulang agar benar-benar yakin bahwa

jamur tersebut memang spesies Candida albicans.


DAFTAR PUSTAKA

Bhavan PS, Rajkumar R, Radhakrishnan S. Culture and Identification of Candida

albicans from Vaginal Ulcer and Separatian of Enolase on SDS-PAGE.

International Journal of Microbiology. CCSE. Coimbatore. 2010:84-93.

Dumilah , S.S.1992. Candida albicans dan Kandidiasis pada Manusia. Jakarta :

FKUI.

Irianto, Koes, 2013. Parasitologi Medis (Medical Parasitology), Bandung:Alfabeta.

Kuswadji. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin: Kandidosis. Edisi 5. Jakarta:

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. pp. 106-9.

Larone DH. Medical Important Fungi A Guide to Identification. 2nd ed. New York.

1986:19,54,173-18.

Mahmoudabadi AZ, Zarrin M, Miry S. Pospholipase Activity of Candida albicans

Isolated from Vagina and Urine Samples. Jundishapur Journal of

Microbiology. Ahvaz Jundishapur University of Medical Sciences. Ahvaz-

Iran. 2010:(3)4.

Nasronudin. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi Jamur. Edisi 4 Jilid 3.

Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. pp. 1793.

Rosalina & Sianipar, O. 2006. Insidensi Candidiasis: Tinjauan Klinis dan

Laboratoris. Berkala Kesehatan Klinik. 12(2): 128-32.

Suprihatin SD. Kandida dan Kandidiasis pada Manusia. FKUI. Jakarta. 1982:9

13,25-32

The Chormogenic Media Pioner CHROMagarTM Candida. Kit insert. Diunduh

dari: www.chromagar.com. Tanggal: 30/03/2019

Anda mungkin juga menyukai