Oleh :
NUR MAYA RIA
20160662018
Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Analis Kesehatan Pada Program Studi
D3 Teknologi Laboratorium Medik Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Surabaya
Oleh :
NUR MAYA RIA
20160662018
NIM : 20160662018
Menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini benar – benar tulisan
karya saya sendiri bukan plagiasi, baik sebagian maupun keseluruhan. Bila
kemudian hari terbukti plagiasi, maka saya bersedia menerima sanksi akademik
NIM. 20160662018
ii
PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah ini telah diperiksa dan disetuji isi serta
susunannya, sehingga dapat diajukan dalam sidang Karya Tulis Ilmiah pada
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
PENGESAHAN
iii
Karya Tulis Ilmiah ini telah dipertahankan didepan tim penguji Ujian
Sidang Karya Tulis Ilmiah pada Program Studi D3 Teknologi Laboratorium
Medik Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya
Mengetahui,
KATA PENGANTAR
iv
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, karunia, serta hidayahnya sehingga penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini
dapat terselesaikan dengan baik. Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Potensi Daya
ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Ahli
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh
dari kata sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari pembaca sebagai perbaikan dimasa yang akan datang.
Penulis
UCAPAN TERIMAKASIH
v
Alhamdulillah segala puji kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayahnya. Sehingga penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini dapat
terselesaikan tepat waktu; Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Potensi Daya
Muhammadiyah Surabaya.
banyak pengarahan dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu dalam
yang terhormat;
Surabaya
2. Bapak Dr.Mundakir, S,Kep,.Ns.,M,Kep. selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
vi
6. Ibu Anindita Riesti R.A., S.Si., M.Si. selaku pembimbing III yang telah
(Rahem), Aba (Matturi Hafi), kakak saya (Ayu ummi lestari), Adik saya (Wildan
firdausi H.) serta (Sobrun jamil) dan semua keluarga besar yang telah berperan
farida dan Bapak edy), saudara-saudara saya (Nia, Wati, kak umni, kak Afni, Lia,
Umma, Fera, kak Muna). Terimakasih sudah menemani saya dalam suka duka,
memberikan semangat serta doa, berbagi tawa setiap hari dan menjaga saya
telah berbagi pundak untuk mendengarkan keluh kesah selama ini, terimakasih
juga telah berbagi cerita, suka, duka dan tawa, dengan adanya kalian semua terasa
vii
13. Untuk sahabat-sahabat saya “Mie kober” (Try, Tea dan Rosita) Terimakasih
sudah berbagi cerita, suka duka, canda tawa serta dukungannya selama ini.
14. Teman-teman seangkatan 2016 D3 Teknologi Laboratorium Medik Universitas
memberikan cerita, suka duka, canda tawa dan dukungan selama ini.
bantuan yang diberikan oleh berbagai pihak sehingga penulisan Karya Tulis
Ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik. Penulis menyadari bahwa dalam
penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih tidak sempurna, oleh karena itu segala
perbaikan dimasa yang akan datang. Penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah
Penulis
MOTTO
TIDAK ADA YANG MEMBANTU DIRIMU SELAIN ALLAH SWT DAN TIDAK ADA
YANG MENYELAMATKANMU SELAIN DIRIMU SENDIRI
viii
PERSEMBAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini dipersembahkan untuk ALLAH SWT dan NABI
MUHAMMAD SAW. Yang senantiasa mendengarkan keluh kesah saya serta
mengabulkan doa saya dan teruntuk kelima orang tua saya tercinta
(Abi,Ibuk,Mama,Bapak dan Aba), semua keluarga besar, yang telah mendo’akan,
memberikan dukungan, motivasi, memberikan arahan dan kerja kerasnya
sehingga saya sampai di tahap ini
ix
Teruntuk teman-teman tersayang yang telah mendukung dan membantu
saya Tidak ada kata yang ingin saya ucapkan selain rasa syukur, terimakasih dan
saya sangat mencintai kalian.
DAFTAR ISI
x
DAFTAR ISI.................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL............................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR....................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xvi
RINGKASAN.................................................................................................. xvii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................... 4
1.3.1 Tujuan Umum....................................................................... 4
1.3.2 Tujuan Khusus...................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................... 5
1.4.1 Manfaat Teoritis.................................................................. 5
1.4.2 Manfaat Praktis................................................................... 5
xi
3.2.2 Sampel Penelitian................................................................. 43
3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian........................................................... 44
3.3.1 Lokasi Penelitian.................................................................. 44
3.3.2 Waktu Penelitian................................................................... 44
..............................................................................................
..............................................................................................
.............................................................................................. 44
3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional.................................. 44
3.4.1 Variabel Penelitian................................................................ 44
3.4.2 Definisi Operasional Variabel.............................................. 44
3.5 Metode Pengumpulan Data.............................................................. 45
3.5.1 Prinsip Pemeriksaan............................................................. 45
3.5.2 Alat Pemeriksaan.................................................................. 45
3.5.3 Bahan Pemeriksaan.............................................................. 45
3.5.4.1 Persiapan Pembuatan Perasan Daun Kersen (Mutingia
Calabura)............................................................................. 46
3.5.4.2 Prosedur Pembuatan Konsentrasi Daun Kersen
(Mutingia Calabura)............................................................ 46
3.5.4.3 Prosedur Persiapan Perlakuan Terhadap Nyamuk Aedes
aegypti.................................................................................. 47
3.5.4.4 Prosedur Persiapan Pengamatan Nyamuk
Aedes aegypti........................................................................ 47
3.6 Tabulasi Data.................................................................................. 48
3.7 Cara Analisa Data........................................................................... 48
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Pembahasan .................................................................................... 53
xii
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 59
LAMPIRAN.................................................................................................... 64
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Contoh tabulasi data hasil pemeriksaan daun kersen (Mutingia
calabura) sebagai potensi daya tolak daun kersen (Mutingia
calabura) terhadap nyamuk Aedes aegypti………………………..48
xiii
Tabel 4.1 Data hasil pemeriksaan daun kersen (Mutingia calabura) sebagai
potensi daya tolak daun kersen (Mutingia calabura) terhadap
nyamuk Aedes aegypti………………..............................................49
Tabel 4.2 Hasil uji Tukey HSD………………………………......……….…..51
DAFTAR GAMBAR
xiv
Gambar 2.4 Stadium Larva Aedes aegypti............................................................12
Gambar 2.5 Pupa Nyamuk Aedes aegypti…………………………………….....13
Gambar 2.6 Nyamuk Dewasa Aedes aegypti…………………………………....15
Gambar 2.7 Daun Kersen (Mutingia calabura)………………………………....33
Gambar 2.8 Morfologi Daun Kersen (Mutingia calabura)……………………...34
Gambar 2.9 Pohon Daun Kersen (Mutingia calabura)………………………….35
Gambar 2.10 Struktur Senyawa Flavonoid……………………………………...37
Gambar 2.11 Struktur Senyawa Alkaloid……………………………………… 38
Gambar 2.12 Struktur Senyawa Saponin………………………………………. 38
Gambar 2.13 Struktur Senyawa Tanin…………………………………………. 39
DAFTAR LAMPIRAN
xv
Lampiran 5 : Hasil Penelitian
Lampiran 6 : Foto Penelitian
Lampiran 7 : Surat Endorsement Letter
Lampiran : Lembar Hasil Revisi
Lampiran 8 : Foto Kartu Bimbingan
RINGKASAN
xvi
Oleh: Nur Maya Ria
20160662018
ABSTRACT
xvii
By: Nur Maya Ria
20160662018
xviii
BAB 1
PENDAHULUAN
penyakit kaki gajah, malaria dan Demam Berdarah Dengue (DBD) (Susanti, dkk,
2012). Gejala yang akan muncul ditandai dengan demam mendadak, sakit kepala,
nyeri belakang bola mata, mual, pendarahan seperti mimisan atau gusi berdarah
Demam Berdarah, 3 (tiga) hari yang lalu korban mencapai 32 korban jiwa,
sekarang menjadi 49 korban jiwa. Jumlah penderita Demam Berdarah hingga hari
ini mencapai 2.557 penderita, jumlah meningkat 155,3 % dibanding bulan yang
sama di tahun 2014, saat itu jumlah penderita hanya 980 (Kompas, 2015).
bulan Januari sampai dengan bulan Februari 2016 sebanyak 8.487 penderita
dengan jumlah kematian 108 orang, golongan terbanyak yang mengalami (DBD)
di Indonesia pada usia 5 sampai 14 tahun mencapai 43,44% dan usia 15 sampai 44
1
2
musim penghujan sekitar Januari dan cenderung menurun pada tahun Februari
hingga ke penghujung tahun. Angka kematian (DBD) dalam kurun waktu tertentu
dalam kurun waktu yang sama (Kemenkes, 2016). Sampai saat Demam Bedarah
Dengue (DBD) ini masih menjadi masalah kesehatan bagi masyarakat dan
2015).
Demam Berdarah dimasyarakat akan lebih cepat bila banyak terdapat nyamuk di
yaitu faktor predisposisi, faktor pemungkin dan faktor penguat (Maulida, dkk,
2016).
melalui cara seperti penggunaan insektisida anti nyamuk bakar, aerosol dan
gigitan nyamuk di pasaran adalah bentuk lotion, minyak dan krim (Boesri, dkk,
Insektisida termasuk kelompok dari pestisida terbesar dan terdiri atas jenis-
jenis bahan kimia antara lain : kabamat, organoklorin, organofosfat, piretroid dan
antar lain : tertelan, terhirup, terkena kulit dan mata (Kusumastuti, 2014).
Saat ini ada dua cara pengendalian serangga penganggu tersebut dengan
dan praktis aplikasinya, tidak perlu membuat sediaan sendiri, tersedia dalam
diperoleh dan efektif membunuh jentik dan nyamuk penular penyakit Demam
tumbuhan dan ada disekitar masyarakat. Insektisida nabati bisa didapatkan dari
daun, biji, bunga, akar dan masih banyak lainnya, dalam penggunaan insektisida
nabati tidak bertahan lama seperti insektisida kimia tetapi aman bagi manusia dan
lingkungan. Salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai insektisida nabati
Dari latar belakang di atas, peneliti ingin melakukan penelitian tentang daun
kersen (Mutingia calabura) sebagai bahan insektisida nabati. Karena sampai saat
ini, belum diteliti potensi daya tolak daun kersen (Mutingia calabura) terhadap
nyamuk Aedes aegypti. Oleh sebab itu peneliti meneliti tentang daun kersen
kersen (Mutingia calabura) dan insektisida nabati sebagai sediaan daya tolak
masyarakat.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
ditubuh dan kakinya sehingga nyamuk Aedes aegypti mudah dikenali, nyamuk ini
berkembang biak di air jernih dan hanya mampu terbang 100-200 meter. Nyamuk
pukul 8 (delapan) pagi sampai 1 (satu) siang dan pukul 3 (tiga) sampai 5 (lima)
sore dan pada malam hari nyamuk ini bersembunyi disela-sela pakaian yang
tergantung, korden dan ruangan yang gelap serta lembab (Prameswari, dkk, 2014).
Aedes albopictus juga dapat menjadi vektor penular. Biasanya virus Dengue
sesorang yang sedang dalam fase demam akut (viramea) yaitu 2 (dua) hari
sebelum panas mencapai 5 (lima) hari setelah demam timbul. Nyamuk menjadi
efektif 8-12 hari masa (periode inkubasi ekstrinsik). Setelah melalui periode
ekstrinsik kelenjar ludah nyamuk bersangkutan akan terinfeksi dan virusnya akan
6
7
ludahnya ke dalam luka gigitan orang lain. Setelah masa inkubasi didalam tubuh
Kingdom : Animalia
Subkingdom : Bilateria
Infrakingdom : Protostomia
Superfilum : Ecdysozoa
Filum : Arthopoda
Subfilum : Hexapoda
Kelas : Insekta
Subkelas : Pterygota
Infrakelas : Neoptera
Superorda : Holametabola
Ordo : Diptera
Subordo : Nematocera
Infraordo : Culicomorpha
Famili : Culicidae
Subfamili : Culicinae
Genus : Aedes
Spesies : Aedes aegypti
memiliki ukuran sedang dengan tubuh berwarna hitam kecoklatan, tubuh dan
tubuhnya tampak dua garis melengkung vertikal dibagian kiri dan kanan yng
menjadi ciri-ciri nyamuk Aedes aegypti dewasa dari spesies ini, sisik pada tubuh
identifikasi pada nyamuk tua, ukuran dan warna nyamuk sering kali berbeda antar
populasi tergantung dari kondisi lingkungan dan nutrisi yang diperoleh dari
nyamuk selama perkembangannya, nyamuk jantan pada umumnya lebih kecil dari
nyamuk dari nyamuk betina, terdapat rambut-rambut tebal pada antena nyamuk
menghisap darah, untuk menghasilkan rata-rata 85.5 butir telur seekor nyamuk
Aedes aegypti betina memerlukan sejumlah 3.5 mg darah. Telur tidak dapat
dihasilkan bila jumlah yang dihisap kurang dari 0.5 mg, mulut nyamuk jantan
lebih pendek karena tidak menghisap darah melainkan menghisap madu dan sari-
sari tumbuhan, bagian mulut nyamuk Aedes aegypti betina terdiri atas labium
pada bagian bawah yang mempunyai saluran, pada bagian atas terdapat labrum
epifarings, hipofarings, sepasang mandi bula seperti pisau dan maksila yang
bergerigi, antena pada nyamuk dapat digunakan untuk membedakan jenis kelamin
Aedes aegypti dan antena nyamuk betina memiliki sedikit bulu sehingga disebut
9
antena (Pilose), antena nyamuk jantan memiliki banyak bulu yang disebut antena
(Holometabola) yaitu : telur, larva (jentik), pupa dan dewasa, larva dan pupa
dalam waktu yang lama tanpa air meskipun harus tetap dalam lingkungan yang
Aedes aegypti betina mampu meletakkan 80-100 butir telur setiap kali
bertelur pada waktu dikeluarkan, telur Aedes aegypti berwarna putih dan berubah
menjadi hitam dalam waktu 30 (Tiga puluh) menit, Terlurnya berbentuk lonjong
berukuran kecil dengan panjang sekitar 6,6 mm dan mempunyai berat 0,0113 mg,
sarang lebah telur nyamuk Aedes aegypti, nyamuk Aedes aegypti meletakkan
10
wadah yang tergenang air bersih seperti tempat penampungan air, ruas bambu, ban
bekas, lubang pohon dan vas bunga, telur diletakkan satu persatu dipermukaan air,
sedikit dibawah permukaan air dalam jarak lebih kurang 2,5 cm dari tempat
Telur nyamuk Aedes aegypti didalam air dengan suhu 20°C sampai 40°C
dan akan menetas menjadi larva dalam waktu 1 sampai 2 hari, kecepatan
temperatur, tempat, keadaan dan kandungan zat makanan yang ada dalam tempat
perindukan, pada kondisi optimum, larva berkembang menjadi pupa dalam waktu
2 sampai 3 hari dan membutuhkan waktu kurang lebih 7 sampai 14 hari untuk
pertumbuhan dan perkembangan telur, larva, pupa, sampai dewasa (Wati, 2010).
yaitu :
Larva nyamuk Aedes aegypti bentuk tubuhnya memanjang tanpa kaki dengan
dan perkembangannya mengalami 4 kali pergantian kulit (ecdysis) dan larva yang
berbentuk berturut-turut di sebut larva instar I, instar II, instar III, instar IV. Larva
instar I tubuhnya sangat kecil, warna stransparan, panjang 1-2 mm, duri-duri
(spinae) pada dada (torax) belum jelas dan corong pernapasan (siphon) belum
menghitam. Larva instar II bertambah besar, ukuran 2,1-3,8 mm duri dada belum
jelas, dan corong pernapasan sudah berwarna hitam. Larva instar III dengan
ukuran 3,9-49 m, duri dada mulai jelas dan corong pernapasan berwarna coklat
kehitaman. Larva instar IV berukuran 5-6 mm, telah lengkap struktur anatominya
dan jelas tubuhnya dapat dibagi menjadi bagian kepala (chepal), dada (thorax) dan
perut (abdomen). Pada bagian kepala terdapat sepasang mata majemuk, sepasang
antena tanpa duri dan alat-alat mulut tipe pengunyah (chewing), perut tersusun
atas 8 (delapan) ruas, memiliki tubuh yang lansing dan bergerak sangat lincah,
bersifat (fototaksis) negatif dan waktu istirahat membentuk sudut hampir tegak
Larva dan pupa hidup pada air yang jernih pada wadah atau tempat air buatan
kosong, pot bunga, botol pecah, talang atap, tempolong, tangki air, kolam air
mancur, ban bekas, tempat minum kuda, serta barang-barang yang tidak
berhubungan lansung dengan tanah, larva ini sering berada didasar kontainer,
posisi istirahat pada permukaan air membentuk sudut 45 derajat sedangkan posisi
dari nyamuk yang berada didalam air, stadium pupa atau kepompong tidak
stadium ini terjadi pembentukan sayap sehingga setelah waktunya cukup nyamuk
yang keluar dari kepompong dapat terbang, meskipun kepompong dalam keadaan
inaktif bukan berarti tidak ada proses kehidupan, kepompong tetap memerlukan
Ciri-ciri morfologi yang khas pupa Aedes aegypti yaitu mempunyai tabung
jika diganggu oleh gerakan karena tersentuh akan bergerak cepat untuk menyelam
ke dalam air selama beberapa detik kemudian muncul kembali dengan cara
wadah atau tempat perindukan, pupa kemudian tumbuh menjadi nyamuk dewasa
jantan atau betina setelah umur 1 sampai 2 hari, biasanya nyamuk jantan keluar
13
Aedes aegypti dewasa berukuran kecil dengan warna dasar hitam, terdapat
bercak-bercak putih pada bagian dada, perut dan kaki yang dapat dilihat dengan
mata telanjang, terdapat probocis pada bagian kepala yang pada nyamuk betina
berfungsi untuk menghisap darah, pada nyamuk jantan berfungsi untuk menghisap
bunga, terdapat pula palpus maksilaris yang terdiri dari 4 (empat) ruas yang
berujung hitam dengan sisik berwarna putih keperakan, pada palpus maksilaris
bola mata yang pada nyamuk jantan berbulu lebat (Plumose) pada nyamuk betina
yang bentuk 3 (tiga) lobus, pada bagian dada kaku, ditutupi oleh (Scetum) pada
berwarna putih keperakan, pada bagian dada terdapat 2 (dua) macam sayap,
sepasang sayap pengimbang (Halter) pada metatorak, pada sayap terdapat saluran
trachea, longiutudinal yang terdiri dari chitin yang disebut venasi, venasi pada
Aedes aegypti terdiri dari vena (Costa), vena (Subcosta) dan vena (Longitudinal).
(Trochanter), (Femur), (Tibia) dan lima tarsus yang berakhir sebagai cakar, pada
nyamuk garvid (kenyang) perut mengembang, perut terdiri dari sepuluh ruas
dengan ruas terakhir menjadi alat kelamin, pada nyamuk betina alat kelamin
putih, sedangkan pada bagian vetral serta lateral berwarna hitam dengan bintik-
Dengan perbandingan jenis kelamin antara yang jantan dan betina 1:1
setelah keluar dari kepompong dimana nyamuk betina keluar terlebih dahulu dari
yang jantan, sebelum nyamuk betina mencari darah, nyamuk jantan dahulu yang
1-2 hari kemudian baru mencari darah, nyamuk akan beristirahat untuk menunggu
betina selama hidup hanya satu kali kawin, untuk pembentukan telur selanjutnya
hanya diperlukan darah, jumlah telur yang dihasilkan perhari 10 sampai 100 butir,
dalam waktu 4 sampai 5 hari bahkan melebihi waktu rata-rata 6 minggu jumlah
15
telurnya akan mencapai 300 sampai 750 butir, dalam stadium ini nyamuk akan
(Deswara, 2012).
kehidupan nyamuk Aedes aegypti, pada temperatur udara sekitar 20°C sampai
30°C nyamuk Aedes akan meletakan telurnya, telur yang diletakkan dalam air
akan menetas pada 1 (satu) sampai 3 (tiga) hari pada 30°C, tetapi pada suhu udara
16°C membutuhkan waktu selama 7 (tujuh) hari, nyamuk dapat hidup pada suhu
turun sampai suhu kritis, pada suhu lebih tinggi 30°C juga mengalami perubahan,
untuk pertumbuhan nyamuk adalah 25-27°C, pada suhu 10°C atau lebih dari 40°C
oleh suhu, karena kejadian biologis tertentu seperti lamanya pradewasa, kecepatan
pencernaan darah yang dihisap dan pematangan indung telur dan frekuensi
16
mulai dari telur, larva, pupa hingga dewasa. Sistem pernapasan nyamuk yaitu
dengan mengguankan pipa-pipa udara yang disebut trakea, dengan lubang pada
dinding tubuh nyamuk yang disebut spirikel, adanya spirikel yang terbuak lebar
menyebabkan penguapan air dari dalam tubuh nyamuk dan salah satu musuh
nyamuk dewasa adalah penguapan, pada kelembaban kurang dari 60% umur
nyamuk akan menjadi pendek, tidak dapat menjadi vektor karena tidak cukup
waktu untuk perpindahan virus dari lambung ke kelenjar ludah (Dewi, 2014).
Nyamuk Aedes aegypti yang sudah terinfeksi virus Dengue akan tetap
infektif sepanjang hidupnya dan terus menularkan kepada individu yang rentan
pada saat mengigit dan menghisap darah, setelah masuk ke tubuh manusia virus
Dengue akan menuju organ sasaran yaitu sel kuffer hepar, endotel pembuluh
infeksi ini, dimulai dari menempel dan masuknya genom virus ke dalam sel
dengan bantuan organel sel dan membentuk komponen perantara dan komponen
struktur virus, setelah komponen struktur dirakit, virus dilepaskan dari dalam sel,
17
tetapi tidak ada (Cross protective) terhadap serotipe virus lainnya, secara invitro.
netralisasi atau Neutralizing antibody yang memiliki sero tipe spesifik yang
daapat mencegah infeksi virus dan Antibody non netralising serotype yang
mempunyai peran reaktif silang dan dapat meningkat infeksi yang berperan dalam
enhancement) (ADE), dalam teori atau hipotesis infeksi sekunder disebutkan, bila
seseorang mendapatkan infeksi sekunder oleh satu serotipe virus Dengue, akan
terjadi proses kekebalan terhadap infeksi serotipe virus Dengue tersebut untuk
jangka waktu yang lama, tetapi jika orang tersebut mendapatkan infeksi sekunder
oleh serotipe virus Dengue lainnya, maka akan terjadi infeksi yang berat, ini
terjadi karena antibody heterologus yang terbentuk pada infeksi primer akan
membentuk kompleks dengan infeksi virus Dengue serotipe baru yang berbeda
infeksius dan juga bersifat oponisasi internalisasi, selanjutnya akan teraktifasi dan
teraktifisi dan mengeluarkan IL-1, IL-6 Dan TNF alpha juga PAF (Candra, 2010).
Virus DEN mampu bertahan hidup dan mengadakan multifikasi didalam sel
struktural virus, setelah komponen struktural dirakit, virus dilepas dari dalam sel,
proses perkembangan virus DEN terjadi di sitoplasma sel, infeksi oleh satu
tersebut tetapi tidak ada (Cross protective) terhadap serotipe virus yang lain.
Infeksi oleh virus Dengue menimbulkan variasi gejala mulai dari sindrom
suhu badan lebih dari 38°C, badan terasa lemah, lesu, gelisah, ujung tangan dan
kaki dingin keringat, nyeri ulu hati dan muntah, dapat pula disertai pendarahan
seperti mimisan dan buang air besar tercampur darah serta turunnya jumlah
trombosit hingga 100.00 /mm3 adalah gejala yang disebabkan oleh Demam
lain.
c) Derajat 3 (tiga) : kegagalan sirkulasi ditandai oleh denyut nadi yang cepat
teraba, tekanan darah tidak dapat diperiksa, fase kritis dapat penyakit
Rentang variasi klinis infeksi, virus Dengue sedemikian luas, maka WHO
2005, membuat kriteria diagnosa Demam Berdarh Dengue (DBD) yang dapat
a) Demam : awalnya akut, cukup tinggi dan kontinu yang berlansung selama
2-7 hari
b) Terdapat manefestasi perdarahan pada uji tourniquet positif, petekie,
denyut yang menurun atau hipotensi, kulit lembab dan juga gelisah.
e) Trombositopenia (100.000/mm3 atau kurang)
f) Hemokonsentrasi, peningkatan jumlah hematokrit sebanyak 20% atau
lebih.
Dengue (DBD), efusi pleura yang tampak melalui rontgen dad dan
dapat berguna tertama pada pasien yang anemia dan mengalami perdarahan berat,
pada kasus syok, jumlah hematokrit yang tinggi dan trombositopenia memperkuat
Secara klinis ditemukan demam, pada fase awal demam terdapat ruam
yang tampak dimuka leher dan dada pada suhu tubuh umumnya antar 39°C
sampai 40°C menetap antara 5 sampai 7 hari, pada fase penyembuhan suhu turun
dan timbul petekia yang menyeluruh pada tangan dan kaki, pendarahan dan kulit,
pada (DBD) terbanyak dilakukan uji tourniquet positif (Depkes RI, dalam
Azzahra, 2015).
20
disebabkan virus yang ditularkan oleh gigitan nyamuk Aedes aegypti. Demam
Penyakit (DBD) ini disebabkan oleh virus Dengue dengan manefestasi klinik
demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai lekopenia, ruam, limfadenopati,
cairan di rongga tubuh, sindrom rejatan Dengue (Dengue shovk syndrome) adalah
2. Penyakit Chikungunya
postur tubuh yang melengkung karena mengalami nyeri sendi hebat. Penyakit
Gejala yang timbul yaitu demam mendadak, nyeri pada persendian terutama
bagian lutut, pergelangan, jari kaki dan tangan serta tulang belakang yang disertai
ruam (bintik-bintik merah pada kulit). Penyakit ini ditularkan pada manusia
melalui gigitan nyamuk Aedes dari orang satu ke orang yang lain (Ningsih, 2016).
yaitu manusia, virus dan vektor perantara, virus Dengue ditularkan kepada
virus Dengue pada saat mengigit manusia yang sedang mengalami viremia
21
kemudian virus yang berada di kelenjar liur berkembang biak selama waktu 8
pada gigitan berikutnya. Jika penderita (DBD) digigit nyamuk penular, maka virus
dalam darah akan ikut terhisap masuk ke dalam lambung nyamuk dan virus akan
period), nyamuk siap menularkan kepada orang lain, virus ini akan tetap berada
didalam tubuh nyamuk sepanjang hidupnya dan dapat menjadi penular (infektif)
sepanjang hidupnya, virus dalam tubuh nyamuk betina dapat ditularkan kepada
penting sekali virus dapat masuk dan berkembang biak didalam tubuh nyamuk
Berdarah Dengue (DBD) virus Dengue berada dalam darah selama 4 sampai 7
hari, mulai 1 sampai 2 hari sebelum demam (instrinsik incubation period). Virus
penyakit, penularan dari manusia kepada nyamuk hanya terjadi ketika nyamuk
mengigit manusia yang sedang (Virenia) yaitu 2 hari sebelum masa panas sampai
5 hari setelah timbul demam. Demam Berdarah Dengue (DBD) tidak menular
melalui kontak manusia, virus dengue sebagai penyebab Demam Berdarah dapat
ditularkan melalui nyamuk oleh sebab itu penyakit ini masuk dalam kelompok
dapat terinfeksi oleh 3 (tiga) atau 4 (empat) serotipe selama hidupnya, virus
tubuh manusia dan nyamuk. Penularan terjadi karena setiap kali nyamuk mengigit
(menusuk) sebelum menghisap darah akan mengeluarkan air liur melalui saluran
alat tusuknya (Roboscis) agar darah sukar untuk membeku bersama air liur inilah
virus Dengue ditularkan dari nyamuk ke manusia, hanya nyamuk betina yang
pengendalian vektornya.
(DBD) seperti penyakit menular lainnya didasarkan pada usaha pemutusan rantai
komponen penting epedemiologi adalah terdiri dari virus Dengue dan manusia,
belum ada vaksin untuk pencegahan penyakit (DBD) dan juga belum ada obat-
tertama pada kelompok yang paling tinggi resiko terkena diusahakan agar jangan
Dengue (DBD).
lebih satu minggu sekali yang bertujuan untuk merusak telur nyamuk,
minggu sekali dengan tujuan untuk merusak telur dan jentik nyamuk
c) Mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas dan sampah-sampah
2. Perlindungan diri
Upaya perlindungan diri dapat dilakukan untuk melindungi diri dari gigitan
nyamuk bakar dan anti nyamuk lotion (Repellent), menggunakan kelambu baik
granules (sand granules), dosis yang digunakan 1 ppm atau 10 gram temephos
(kurang lebih satu sendok makan rata) untuk setiap 100 liter air, abatasi dengan
temephos ini mempunyai efek residu 3 bulan, khususnya didalam gentong tanah
liat dengan pemakaian air normal, hal ini merupakan metode utama yang
tahun diberbagai negara, tetapi metode ini dikenali tidak efektif karena menurut
dengue.
2. Pengendalian Biologis
jentik, predator lain yang digunakan adalah bakteri dan Cycloids (sejenis ketam
laut), ada 2 (dua) spesies endotoksin yaitu (Basillus thuringiensis) H-14 (Bt.H-14)
dan (Bacillus sphaericus) yang dikenali efektif untuk mengendalikan nyamuk dan
seacara biologi menggunakan predator, dan secara fisik dikenal dengan kegiatan
seluruh masyarakat maka diharapkan nyamuk Aedes aegypti dapat dibasmi, untuk
itu perlu upaya penyuluhan dan juga motivasi kepada masyarakat secara terus-
menerus dalam jangka waktu yang lama karena keberadaan nyamuk Aedes
Zat kimia dan bahan-bahan lainnya, jasad renik maupun virus yang
terdapat 3 tipe anti nyamuk yang telah digunakan yaitu insektisida yang dapat
Insektisida adalah kelompok pestisida yang terbesar dan terdiri dari bahan
syaraf dan diduga kuat sebagai zat karsinogenik pengaruhnya tidak berlansung
lama tetapi tetap berbahaya jika terjadi akumulasi. Piretroid yang termasuk jenis
rendah pada manusia karena tidak terabsorpsi dengan baik oleh kulit, insektisida
ini menimbulkan alergi pada orang yang peka. DEET yang digunakan sebagai
merekomendasikan agar DEET tidak gunakan pada bayi berumur kurang dari 2
(dua) bulan.
Tubuh dapat teracuni oleh insektisida melalui beberapa cara antar lain :
tertelan, terhirup, terkena kulit dan mata, produk insektisida yang beredar
dipasaran adalah bakar, aerosol, oles, mat dan cair elektrik (Kusumastuti, 2014).
menerus dapat menyebabkan kelainan pada tubuh manusia. Hasil tinjauan meta
penyakit parkison. Dampak yang tak kalah penting dari penggunaan insektisida
2016).
A.Insektisida anorganik
mengandung karbon misalnya asam borat, arsenat timbal, sulfat tenaga dan kapur
B.Insektisida organik
Berasal dari bahan hidup seperti tumbuhan dan mikroba, insektisida organik
alam berasal dari tanaman yang sering disebut insektisida botanis, insektisida
botani memiliki daya racun yang kuat bagi serangga dan kurang berbahaya bagi
manusia.
yaitu:
respirasi, meracuni sel-sel lambung, sebab itu serangga harus memakan tanaman
yang sudah disemprot insektisida yang mengandung residu dengan jumlah yang
cukup.
2.Racun kontak
Insektisida yang masuk ke dalam tubuh serangga melalui kulit, celah atau
lubang alami pada tubuh (tracea) atau mengenai lansung mulut serangga, serangga
akan mati jika bersinggungan lansung dengan insektisida, racun juga berfungsi
3.Racun pernafasan
mikro yang melayang diudara, serangga akan mati jika menghirup partikel mikro
insektisida dalam jumlah cukup, racun pernafasan berupa gas, asap dan uap dari
insektisida cair.
Secara umum insektisida nabati atau botani diartikan sebgai insekisida yang
bahan dasarnya berasal dari tumbuhan, insektisida nabati relatif mudah dibuat
dengan dengan kemampuan dan pengetahuan terbatas, jenis insektisda ini mudah
aman bagi manusia dan ternak peliharan karena residunya mudah hilang.
Insektisida nabati bersifat (pukul dan lari) (hit and run) apabila diaplikasikan akan
membunuh serangga pada watu itu dan setelah tenanganya terbunuh maka
laboratorium jangka panjang biasanya dilakukan oleh tenaga ahli yang sudah
terlatih. Hal tersebut membuat insektisida nabati menjadi mahal hasil kemasannya
lingkungan dan bahan makanan. Sehingga dianggap lebih aman dari pada
karena sifatnya yang mudah terurai di lingkungan sehingga harus lebih sering
diaplikasikan
2.Insektisida nabati memiliki bahan aktif yang kompleks (multiple aktive
iklim berbeda, jenis tanah berbeda, umur tanaman berbeda dan waktu panen yang
gangguan nyamuk dan serangga penggigit lainnya, secara umum repellent dibagi
menjadi 2 yaitu repellent kimia dan repellent alami, repellent kimia misalnya
nabati. Peptisida nabati menimbulkan residu relative rendah pada bahan makanan
dan lingkungan serta dianggap lebih aman dari pada bahan makanan dan
lingkungan serta dianggap lebih aman dari pada pestisida sintesis. Pestisida nabati
a). Sifat fisio kimia seperti stabilitas, kompatibel (dengan bahan lain dalam
formulasi)
g). Sumber bahan banyak, teknologi industri sederhana, biaya rendah dan harga
terjangkau
lain komponen kimia bahan aktif, titik didih, kecepatan penguapan, jenis serangga
terutama sebagai perlindungan diri dari gigitan nyamuk misalnya, telah digunakan
sebagai penolak serangga pada suatu era sejak zaman purbakala, hingga tahun
menahan daya tarik alami serangga terhadap makanannya atau tempat tinggalnya,
kebanyakan zat penolak serangga bersifat toksik bagi serangga dan baunya tidak
adanya zat penolak serangga. Mekanisme kerja repellent sampai saat ini belum
diketahui secara pasti atau belum diungkapkan secara keseluruan, tetapi ada teori
lama yang menyatakan bahwa repellent akan menetralisir bau badan manusia atau
mencari mangsa dengan mencium bau karbondioksida, asam laktat dan bau
lainnya yang berasal dari kulit yang hangat dan lembab, penilaian bau ditangkap
asam laktat sehingga dapat merusak kemampuan terbang sebagai hasilnya nyamuk
Kingdom : Plantae
Super divisi : Angiospermae
Kelas : Dialypetalae
Ordo : Malvales
Suku : Tiliaceae
Genus : Mutingia
Spesies : Mutingia calabura L.
33
yaitu : Jakarta (ceri), Filipina (datiles), Vietnam (matsam), Laos (khoom somz),
(nigua), Inggris (cherry), Jawa (talok), Kalimantan (ceri), Bugis (karseng) (Tamu,
2017).
Tanaman ini berasal dari Amerika tropis (Meksiko selatan, Karabia sampai
ke Paru dan Bolvia) kersen dibawa masuk ke Filipina akhir abad 19, hingga
tersebar diseluruh kawasan tropika yaitu Asia. Jenis ini terdapat diseparuh bagian
meliar ditempat terbuka dan perbukitan terbuka, ditepi-tepi jalan dan sungai juga
daratan rendah yang drainasenya baik dan tanah liat berpasir, pada umumnya
tumbuh pada tanah pH 5,5 sampai 6,5. Di kota dan desa kersen banyak dijumpai
dan ditanam sebagai pohon buah dan ditanam sebagai pelindung (Kosasih, dkk,
2013).
34
daun tunggal berbentuk seperti bulat telur sampai lanset, tepi daunnya bergerigi
dkk, 2018).
berambut halus yang rapat dan berambut kelenja, daunnya tunggal dan duduk
daun berseling, daun berbentuk bulat telur, lanset, ujung dan pangkal daun
runcing. Helaian daun tanaman ini tidak sama sisi, permukaan daun bagian atas
berambut rapat seperti wol, panjang daunnya 4,5 sampai 14 cm dengan lebarnya
35
1,5 sampai 4 cm dan bertangkai pendek, bunga 1 sampai 3 menjadi satu diketiak
daun. Bunga tanaman ini berwarna putih dan memiliki bentuk bulat seperti chery
merah buahnya dengan diameter 15 mm, daging buahnya mengandung ribuan biji
kecil, buah ini dapat dikonsumsi dalam keadaan segar dan bisa digunakan sebagai
selai, kayunya bisa digunakan sebagai tali dan bunganya dapat dimanfaatkan
sebagai obat tradisional. Tanaman kersen tumbuh pada iklim tropis pada
ketinggian mencapai 1000 m di atas permukaan laut dan dapat bertahan hidup
Menurut (Legifani, 2018) daun dan kulit batang tanaman kersen (Mutingia
sianidin, beberapa mioinositol, serta setiap 100 g tanaman ini memiliki kandungan
: 76,3 g air, 2,1 g protein, 2,3 g lemak, 17,9 g karbohidrat, 4,6 g serat, 1,4 g abu,
energinya 380 kj/100 g dan kersen adalah salah satu dari marga Mutingia yang
tumbuh selalu hijau sepanjang tahun. Tumbuhan ini kaya akan senyawa flavonoid
dengan jenis flavon, flavonon, flavan, biflavon, sebagai kandungan yang penting.
merupakan senyawa dengan 15 atom karbon yang tersusun dalam konfigurasi C6-
C3-C6, yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan oleh tiga karbon yang dapat
atau tidak dapat membentuk cincin ketiga. Gugus hidroksil (-OH) hampir selalu
pada posisi 5 dan 7 atau cincin C pada posisi 3. Gugus hidroksil merupakan
dalam air. Sebagian besar flavonoid di simpan didalam vakuola tengah walaupun
Flavonoid bersifat polar karena dari senyawa ini mengandung gugus hidroksil
metanol, butanol, etil asetat, aseton dimetil sulfoksida dan air) senyawa flovonoid
cenderung lebih larut dalam pelarut semi polar seperti eter dan kloroform bagi
gugus yang kurang polar. Flavonoid bisa didapatkan pada bagian-bagian tanaman
mulai dari (akar, biji, bunga,batang dan kulit kayu). Flavonoid berfungsi secara
umum adalah pemberi zat warna bunga dan proses menyerbukan bagi tanaman
dan berfungsi berperan sebagai perlindungan diri dari sinar UV-B dan dari
(Utami, 2016).
37
Alkaloid tersebar luas diberbagai tumbuhan dan hampir seluruh senyawa alkaloid
berasal dari tumbuhan (Latifah, 2015). Alkaloid merupakan senyawa yang tidak
berwarna dan kebanyakan bersifat basa, karena bersifat basa membuatnya mudah
terdekomposisi oleh sinar dan panas dengan adanya oksigen. Alkaloid berbentuk
padatan kristal yang tidak larut tetapi ada juga yang berbentuk amorf seperti
halnya nikotin dan konini setelah diisolasi. Alkaloid kebanyakan bersifat optis
aktif. Senyawa ini merupakan senyawa turunan dari asam amino. Alkaloid juga
mengatur kerja jantung, berperan dalam peredaran darah, sistem pernafasan dan
antara lain piperidina, indol, tropona, isokuinolina dan piridina (Latifah, 2015).
N
H
Gambar 2.11 Struktur Senyawa Alkaloid (Masfufah, 2016).
yang dihasilkan oleh tanaman, beberapa bakteri dan hawan laut tingkat rendah.
38
Senyawa saponin tidak dapat larut dalam eter tetapi larut dalam air. Saponin
mempunyai rasa yang pahit, berbusa dalam air dan beracun bagi binatang
berdarah dingin. Saponin jika ditambahkan aquades panas akan berbentuk busa
dan buih selama 15 menit. Adanya busa menunjukkan adanya glikosida yang
Tanin adalah zat organik yang sangat komplek yang terdiri dari senyawa
fenolik. Senyawa ini terdiri dari sekolompok zat-zat komples yang didapatkan
secara meluas dalam dunia tumbuhan, yang terdapat dibagian batang, kulit kayu,
buah-buahan dan daun. Senyawa ini apabila direaksiakan dengan FeCl3 akan
berwarna hijau karena terbentuknya senyawa komples antara logam Fe dan tanin,
terjadinya senyawa komples karena adanya ikatan kovalen koordinasi antara ion
manis juga mengandung protein. Buah kersen sangat digemari anak-anak, rasanya
enak dan sering dijual di pasar-pasar, bahkan dari Sumatera selatan sering
diekspor keluar Singapura, kayunya termasuk kelas kayu awet dapat digunakan
untuk tonggak dan tiang , pagar, bantalan jalan kereta api dan jembatan. Di Jawa
Barat digunakan sebagai gagang palu dan kapak (Kosasih, dkk, 2013).
antiseptik, anti inflamasi, anti tumor dan anti asam urat. Macam-macam olahan
buah antara lain, pudding, sirup buah kersen, selai dan dodol sedangkan bunga
kersen sebagai teh herbal dan olahan daun kersen sebagai kripik daun, pepes serta
radang, selain buahnya bagian lain yang bisa dimanfaatkan adalah bagian daun
dan polifenol, daun kersen diyakini memiliki aktivitas bakteri, antinosiseptik dan
40
sel kanker.
senyawa (Triterpennoid) yang bersifat toksik bagi larva Aedes aegypti sedangkan
permeabilitas dinding sel dan menghambat kerja enzim sel sehingga dapat
kerja enzim asetilkolinesterase yang dibentuk oleh sistem saraf pusat memilki
fungsi menghantarkan impuls dari sel saraf menuju ke sel otot. Setelah
memecah asetilkolin menjadi asetil ko-A dan kolin adanya flavonoid akan
Alkaloid bersifat racun mampu menghambat kerja pada sistem saraf dan
dapat merusak membran sel, golongan ini umumnya akan menghambat enzim
ditimbulkan adalah proses inhibitor sintesis kitin dan kerja hormon yang
terhadap serangga yaitu berupa gangguan fisik bagian luar (kutila), lapisan lilin
yang melindungi serangga dan akan hilang akibat saponin dan menyebabkan
metabolisme tubuh.
kerusakan dinding sel dan mampu pula mengumpulkan protein, tanin juga
terjadi karena tanin bereaksi dengan protein membentuk kopolimer yang tidak
larut dalam air sehingga protein lebih sukar dicapai oleh cairan pencernaan
2.3 Hipotesis
METODE PENELITIAN
R X0 O1
R X1 O2
R X2 03
R X3 04
R X4 05
Gambar 3.1 Rancangan Penelitian Posttest Only Control Grup Design
Keterangan :
R :Random
(-) :Perlakuan tanpa perasan daun kersen (Mutingia calabura ) Dengan
konsentrasi 0% (kontrol negatif)
X1 :Perlakuan dengan konsentrasi perasan daun kersen (Mutingia
calabura) 25%
X2 :Perlakuan dengan konsentrasi perasan daun kersen (Mutingia
calabura) 50%
X3 :Perlakuan dengan konsentrasi perasan daun kersen (Mutingia
calabura) 75%
X4 :Perlakuan dengan konsentrasi perasan daun kersen (Mutingia
calabura) 100%
O(1) :Observasi daya tolak nyamuk Aedes aegypti setelah pemberian perasan
daun kersen (Mutingia calabura) konsentrasi 0%
O(2) :Observasi daya tolak nyamuk Aedes aegypti setelah pemberian perasan
daun kersen (Mutingia calabura) konsentrasi 25%
O(3) :Observasi daya tolak nyamuk Aedes aegypti setelah pemberian perasan
daun kersen (Mutingia calabura) konsentrasi 50%
42
43
O(4) :Observasi daya tolak nyamuk Aedes aegypti setelah pemberian perasan
daun kersen (Mutingia calabura) konsentrasi 75%
O(5) :Observasi daya tolak nyamuk Aedes aegypti setelah pemberian perasan
daun kersen (Mutingia calabura) konsentrasi 100%
ini terdapat 5 (lima) perlakuan yaitu dengan pemberian perasan daun kersen
75%, 100% dengan 5 kali pengulangan yang dilakukan pada setiap perlakuan di
Keterangan:
t : perlakuan
bulan Juli 2019 sedangkan waktu pemeriksaan ini dilaksanakan pada bulan Mei
2019.
calabura)
tua.
1. Variabel Bebas :
penelitian ini dikategorikan menjadi skala ordinal yaitu pemberian perasan daun
kersen (Mutingia calabura) dengan konsentrasi 0%, 25%, 50%, 75%, 100%
sebagai repellent.
2. Variabel Terikat :
45
Aktivitas nyamuk Aedes aegypti dalam penelitian ini adalah angka yang
menunjukkan jumlah nyamuk yang tidak hinggap dari kulit tangan dalam setiap
Data aktivitas nyamuk Aedes aegypti yang tidak hinggap diperoleh dengan
pengujian Laboratorium.
konsentrasi, oleskan pada tangan dan masukan pada kandang uji yang sudah
berisi nyamuk, perlakuan tersebut akan didiamkan sesuai waktu yang sudah
ditentukan dan diamati ada tidaknya potensi daya tolak daun kersen (Mutingia
Alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain : Blander, kain kasa,
gelas ukur, pipet volume, gunting, label, pipet ukur, pengaduk, beaker glass,
Bahan yang dibutuhkan pada penelitian ini antara lain : daun kersen
(Mutingia calabura) yang berwarna hijau, nyamuk Aedes aegypti dan aquadest.
4. Memasukkan daun kersen pada kasa berlapis kemudian memeras dan hasil
5. Membuat perasan induk dari daun kersen (Mutingia calabura) yang telah
digunakan pada spray dan sudah diencerkan sesuai dengan konsentrasi yang
murni 100%.
5. Mengamati nyamuk Aedes aegypti yang tidak hinggap dari kulit tangan.
pengamatan
yang dialami.
48
Tabel 3.1 Contoh tabulasi data hasil pemeriksaan daun kersen (Mutingia
calabura) sebagai potensi daya tolak daun kersen (Mutingia calabura)
terhadap nyamuk Aedes aegypti
Jumlah nyamuk Aedes aegypti yang tidak
NO REPLIKASI hinggap setelah pemberian perasan daun kersen
(Mutingia calabura) sebagai
(Repellent)
SD
Data aktivitas nyamuk Aedes aegypti yang tidak hinggap dianalisis dengan
dengan perasan daun kersen (Mutingia calabura). Untuk mengetahui apakah ada
potensi daya tolak daun kersen (Mutingia calabura) terhadap nyamuk Aedes
aegypti pada setiap konsentrasi yang diberikan 0, 25, 50, 75, 100% dengan taraf
1 I 1 9 15 18 24
2 II 3 8 15 19 23
3 III 2 11 16 19 25
4 IV 2 10 17 20 23
5 V 1 10 16 20 24
Jumlah 8 48 79 96 119
Rata-rata 1.75 9.60 15.80 19.20 23.80
konsentrasi dari perasan daun kersen (Mutingia calabura) semakin tinggi jumlah
nyamuk Aedes aegypti yang tidak hinggap dibandingkan dengan kontrol. Pada
sebesar 1.75. Pada konsentrasi 25% rata-rata jumlah nyamuk Aedes aegypti
49
50
yang tidak hinggap sebesar 9.60. Pada konsentrasi 50% rata-rata jumlah nyamuk
Aedes aegypti yang tidak hinggap sebesar 15.80.Pada konsentrasi 75% rata-rata
jumlah nyamuk Aedes aegypti yang tidak hinggap sebesar 19.20. Pada
konsentrasi 100% rata-rata jumlah nyamuk Aedes aegypti yang tidak hinggap
sebesar 23.80.
aegypti yang tidak hinggap, tiap konsentrasi daun kersen (Mutingia calabura)
calabura) terhadap nyamuk Aedes aegypti maka melalui tahap sebagai berikut :
Data jumlah nyamuk Aedes aegypti yang tidak hinggap terlebih dahulu
normal dengan hasil p>0,05 (terlampir), kemudian uji homogenitas data bersifat
nilai p(Sig) 0.000 (terlampir). Data menunjukkan bahwa nilai p<α 0,000 <0,05.
maka dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji Tukey HSD dengan α=0,05
Tukey HSD menunjukkan jika semakin tinggi dari konsentrasi perasan daun
kersen (Mutingia calabura) semakin tinggi jumlah nyamuk Aedes aegypti yang
tidak hinggap. Konsentrasi yang paling efektif sebagai daya tolak nyamuk Aedes
PEMBAHASAN
5.1 Pembahasan
calabura) terhadap aktivitas nyamuk Aedes aegypti, yang dilakukan pada bulan
Desember 2018 sampai dengan bulan Agustus 2019. Analisa data yang diperoleh
melalui uji secara statistik analisis dengan menggunakan uji anova yang
menunjukkan bahwa dari konsentrasi 25% hingga 100% perasan daun kersen
(Mutingia calabura) menunjukkan hasil yang signifikan artinya ada potensi yang
Berdasarkan uji distribusi normal diperoleh nilai p>α (α= 0,05), maka data
statistik anova menunjukkan ada potensi daya tolak signifikan daun kersen
(Mutingia calabura) terhadap aktivitas nyamuk Aedes aegypti yang tidak hinggap.
Hal ini dapat ditunjukkan dengan nilai signifikansi p-value 0,000<0,05. Perasan
daun kersen (Mutingia calabura) berpotensi sebagai daya tolak terhadap nyamuk
Aedes aegypti.
calabura) dari konsentrasi 25% hingga 100% memiliki pontesi yang berbeda
jumlah nyamuk Aedes aegypti yang tidak hinggap. Pada konsentrasi 25% rata-rata
jumlah yang tidak hinggap sebesar 1.75, dikarenakan kandungan zat kimia dari
daun kersen (Mutingia calabura) rendah. Sedangkan pada konsentrasi 100% lebih
53
54
banyak mengandung zat kimia dari perasan daun kersen (Mutingia calabura)
tanpa pemberian aquadest sehingga rata-rata jumlah nyamuk yang tidak hinggap
sebesar 23.80.
masing konsentrasi menunjukkan ada pengaruh daya tolak daun kersen, karena
semakin tinggi konsentrasi perasan daun kersen semakin tinggi aktivitas nyamuk
yang tidak hinggap. Perasan daun kersen (Mutingia calabura) mulai efektif pada
konsentrasi 25% dan daya tolak maksimum terjadi pada konsentrasi 100%.
Oleh karena itu berdasarkan penelitian ini pemberian perasan daun kersen
sehingga dapat digunakan sebagai daya tolak terhadap nyamuk Aedes aegypti.
dan menggantikan dengan insektisida nabati yang ramah lingkungan dan mudah
didapatkan.
pemberian perasan, masih terdapat nyamuk Aedes aegypti yang tidak hinggap
salah satunya yaitu responden yang menggunakan pengharum yang tidak disukai
nyamuk ketika melakukan perlakuan seperti (sabun mandi, minyak wangi, dan
body lotion) sehingga didapatkan rata-rata jumlah nyamuk Aedes aegypti yang
aegypti tertinggi terdapat pada kandungan daun kersen (Mutingia calabura) yang
permeabilitas dinding sel dan menghambat kerja enzim sel sehingga dapat
kerusakan dinding sel dan mampu pula mengumpulkan protein, tanin juga
terjadi karena tanin bereaksi dengan protein membentuk kopolimer yang tidak
larut dalam air sehingga protein lebih sukar dicapai oleh cairan pencernaan
ekor setiap kandang uji hal ini berdasarkan WHOPES, 2000, menyatakan bahwa
untuk penelitian uji repelan sesuai pedoman standart, pada setiap kandang uji diisi
Berdasarkan hasil uji Tukey HSD dapat diketahui bahwa pada konsentrasi
0%, 25%, 50%, 75% dan 100% memiliki rata-rata jumlah perbandingan yang
calabura) semakin tinggi kandungan fitokimianya dari perasan daun kersen yaitu
flavonoid, alkaloid, saponin dan tanin, sehingga semakin tinggi jumlah nyamuk
yang tidak hinggap. Konsentrasi perasan daun kersen (Mutingia calabura) yang
paling efektif terhadap nyamuk Aedes aegypti adalah konsentrasi 100%. Melalui
uji Tukey HSD menunjukkan bahwa konsentrasi 100% mempunyai potensi daya
pula potensi daya tolak daun kersen (Mutingia calabura) terhadap nyamuk Aedes
aegypti.
Dalam hal ini kita dapat memanfaatkan tanaman yang ada disekitar
adalah tanaman daun kersen (Mutingia calabura) karena kandungan didalam daun
sebagai insektisida alami yang aman digunakan, mudah terurai dan tidak
mencemari lingkungan.
BAB 6
6.1 Simpulan
sebagai berikut :
aktivitas nyamuk Aedes aegypti. Dan konsentrasi efektif yaitu 100% sebagai
potensi daya tolak daun kersen (Mutingia calabura) terhadap nyamuk Aedes
aegypti.
6.2 Saran
Daun kersen (Mutingia calabura) sebagai insektisida alami dengan metode yang
57
58
Anonim. 2018. 5 Ciri Nyamuk Demam Berdarah Yang Perlu Anda Ketahui.
https://hellosehat.com/pusat-kesehatan/demam-berdarah-denguedbd/ciri
nyamukdemam-berdarah. (Diakses 29 Januari 2019).
59
Deswara, P. 2016. Hubungan Kepadatan Nyamuk Aedes Aegypti Di Dalam Rumah
Dengan Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD) Pada
Masyarakat Di Kota Metro Provinsi Lampung Tahun 2012. Skripsi.
Fakultas Kesehatan Masyarakat Program Studi Sarjana Kesehatan
Masyarakat Depok.
60
Kusumastuti, N. H. 2014. Pengunaan Insektisida Rumah Tangga Anti Nyamuk
Didesa Pangandaran, Kabupaten Pangandaran. Widyariset. Vol 1 nomor 3 :
417-424.
Kusuma, P. 2012. Penetapan Kadar Flovonoid dan Daya Antioksidan Dari Ekstrak
Etanol Buah Pare (Momordica charantia L.). Skripsi. Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
Malinza, Y. 2014. Pemanfaatan Halusan Daun Jeruk Purut (Citrus Hystrix DC.)
Sebagai Repellent Terhadap Nyamuk Aedes aegypti L. Dan Pengajarannya
Di Sma Negeri 13 Palembang. Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Palembang.
Masfufah, N. L. 2016. Isolasi dan Uji Aktivitas Senyawa Alkaloid Dari Tanaman
Anting-Anting (Acalypha indica L.) Pada Sel Kanker Payudara T47D.
Skripsi. Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim Malang.
Ningrum, A. F. 2018. Uji Daya Proteksi Ekstrak Metanol Buah Pare (Momordica
charantia L.) Sebagai Repelan Terhadap Nyamuk Aedes aegypti. Skripsi.
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.
61
Ningsih, P. R. 2016. Pengaruh Dua Atraktan Pada Ovitrap Nyamuk Di Tiga
Lokasi Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas
Lampung. Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Lampung.
Sari, M. 2017. Perkembangan dan Ketahanan Hidup La rva Aedes aegypti Pada
Beberapa Media AirYang Berbeda. Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Lampung.
62
Tamu, F. 2014. Formulasi Dan Uji Efektifitas Aktioksidan Krim Ekstrak Etanol
Daun Kersen (Mutingia Calabura L.) Dengan Metode DPPH. Skripsi.
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar.
Utami, R. N. 2016. Uji Efektivitas Ekstrak Kulit Pisang Raja (Musa paradisiaca
var. Raja) Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Mencit Jantan (Mus
musculuss). Skripsi. Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
Wati, F. A. 2010. Pengaruh Air Perasan Kulit Jeruk Manis (Citrus aurantium
subspesiessinensis) Terhadap Tingkat Kematian Larva Aedes aegypti
Instar III In Vitro. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
63