PANKREAS
Disusun oleh:
1441 H/ 2020 M
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
kami mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf yang
sebesar-besarnya. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
khususnya kepada dosen kimia klinik yang telah membimbing dalam menulis
makalah ini.
Penulis
Daftar Isi
KATA PENGANTAR............................................................................................................... 2
Daftar Isi .............................................................................................................................. 3
BAB I .................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ................................................................................................................... 4
I. Latar belakang ......................................................................................................... 4
II. Rumusan masalah ................................................................................................... 5
III. Tujuan ................................................................................................................. 5
BAB II ................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ..................................................................................................................... 6
A. Anatomi dan Fisiologi Kelejar Pankreas ............................................................ 6
B. Hormon- Hormon yang dihasilkan Kelenjar Pankreas ....................................... 8
C. Patofisiologi Kelainan Produksi Hormon Pankreas ............................................ 9
D. Diagnosa Kelenjar Pankreas. ............................................................................ 19
BAB III ................................................................................................................................ 23
PENUTUP ........................................................................................................................... 23
IV. Kesimpulan........................................................................................................ 23
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 24
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar belakang
Pankreas memiliki struktur yang sangat mirip dengan kelenjar ludah
dan terletak di belakang bagian bawah lambung. Panjang pankreas
berkisar15 cm, mulai dari duodenum sampai limpa, terdiri atas tiga bagian
yaitu kepala, badan, dan ekor. Penyakit yang terjadi pada pankreas
meliputi pankreatitis dan kanker pankreas. Pankreatitis adalah
peradangan pada pankreas dengan gejala rasa sakit di perutbagian
atas, mual dan muntah. Pankreatitis diklasifikasikan menjadi dua
yaitu pankreatitis kronisdan pankreatitis akut. Kanker pankreas adalah
neoplasma yang terjadi pada kelenjar pankreas.
Di Indonesia, kanker pankreas merupakan tumor ganas ketiga
terbanyak pada pria setelah tumor paru dan tumor kolon. Menurut
statistik rumah sakit dalam Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun
2007, kanker hati dan saluran empedu intrahepatik menempati urutan
ketiga pada pasien rawat inap di seluruh Rumah Sakit di Indonesia.
Kanker pankreas merupakan penyebab utama keempat kematian akibat
kanker pada pria dan wanita dengan 34.290kematian pada tahun 2008.
Kanker pankreas pada umumnya terjadi pada usia diatas 45 tahun
dengan ratio pada laki-laki dan perempuan yaitu 1,3:1 dan lebih sering
terjadi pada ras kulit hitam.
Pemeriksaan sistem pancreaticobiliaryyang mulaidikembangkan pada
tahun 1991 adalahMagnetic Resonance Cholangio
Pancreatography(MRCP). Pemeriksaan MRCP merupakan alternatif
teknik pemeriksaan sistem biliaris untuk mengevaluasi sistem
pancreaticobliliarydan menampakkan gambaran ampula, duktus
biliaris, duktus hepatikus, dan duktus pankreatikus(14)(15). MRCP
memiliki sensitivitas, spesifisitas dan akurasi dalam diagnosis
choledocholithiasisyaitu 91%, 98% dan 97%.
II. Rumusan masalah
a. Bagaimana anatomi fisiologi kelenjar pankreas?
b. Apa saja hormon yang diproduksi kelenjar pankreas?
c. Bagaimana patofisiologi kelainan produksi hormon pankreas?
d. Bagaimana cara diagnosa kelenjar pankreas?
III. Tujuan
a. Mengetahui anatomi fisiologi kelenjar pankreas.
b. Mengetahui hormon yang diproduksi oleh kelenjar pankreas.
c. Mengetahui patofisiologi kelainan produksi hormon pankreas.
d. Mengetahui bagaimana cara mendiagnosa kelenjar pankreas.
BAB II
PEMBAHASAN
(Sloane, 2003)
Hubungan yang erat antar sel-sel yang ada pada pulau Langerhans
menyebabkan pengaturan secara langsung sekresi hormon dari jenis
hormon yang lain. Terdapat hubungan umpan balik negatif langsung antara
konsentrasi gula darah dan kecepatan sekresi sel alfa, tetapi hubungan
tersebut berlawanan arah dengan efek gula darah pada sel beta. Kadar gula
darah akan dipertahankan pada nilai normal oleh peran antagonis hormon
insulin dan glukagon, akan tetapi hormon somatostatin menghambat
sekresi keduanya (Dolensek, Rupnik & Stozer, 2015).
a. Insulin
Insulin dilepaskan oleh sel-sel beta pulau langerhans. Rangsangan
utama yang menyebabkan pelepasan insulin ini adalah peningkatan
glukosa darah. Hormon Insulin merupakan hormon yang diproduksi di sel
beta Islets of Langerhans Pankreas. Hormon Insulin memiliki efek penting
pada metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein. Hormon ini
menurunkan kadar glukosa, asam lemak, dan asam amino dalam darah
serta mendorong penyimpanan zat-zat gizi tersebut ( Guyton, and Hall,
2006), hormon tersebut berperan dalam proses meningkatkan
penyimpanan dan penggunaan glukosa, sehingga bisa menurunkan glukosa
darah. Hormon insulin digunakan secara nyata untuk mempengaruhi
metabolisme karbohidrat dan protein pada otot rangka. Hormon ini
memudahkan penyerapan glukosa dan asam amino ke dalam otot rangka
dan hati.
Pembentukan awal insulin terjadi akibat rangsang glukosa pada
ribosom reticulum endoplasmic kemudian menyebabkan translasi dan
transkripsi mRNA menjadi proinsulin. Proiunsulin bergerak menuju
apparatus golgi kemudian diubah menjadi insulin dan C-peptide yang
dibungkus dalam granula sitoplasma.Granula –granula insulin tersebut
tetap disimpanpada sel βsampai waktunya dibutuhkan. Keberadaan asam
lemak dapat mempengaruhi insulin. Asam lemak memiliki peran penting
terhadap homeostasis glukosa dalam mekanisme pelepasan insulin
(Gravena et al.,2002).
b. Glukagon
Glukagon adalah suatu hormon protein yang dikeluarkan oleh sel-
sel alfa dari pulau langerhans sebagai respon terhadap kadar glukosa
darah yang rendah dan peningkatan asam amino plasma. Glukagon
adalah hormon stadium pasca absorptif pencernaan, yang muncul dalam
masa puasa diantara waktu makan. Fungsi hormon ini terutama adalah
katabolik (penguraian) dan secara umum berlawanan dengan fungsi
insulin. Glukagon bekerja sebagai antagonis insulin dengan menghambat
perpindahan glukosa kedalam sel. Glukagon merangsang
glukoneogenesis hati dan penguraian simpanan glikogen untuk
digunakan sebagai sumber energi selain glukosa. Glukagon merangsang
penguraian lemak dan pelepasan asam-asam lemak bebas kedalam darah
untuk digunakan sebagai sumber energi. Hal ini dilakukan untuk
meningkatkan kadar glukosa darah sewaktu kadar glukosa dearah
mengalami penurunan (Elizabeth J. Corwin, Patofisiologi (Jakarta:
EGC, 201). Glukagon juga berfungsi sebagai penyeimbang dan menjaga
konsentrasi glukosa tetap normal dalam darah (Aronoff et al., 2004).
c. Somatostatin
Somatostatin disekresikan oleh sel-sel delta pulau langerhans.
Somatostatin juga disebut sebagai hormon penghambat hormon
pertumbuhan dan merupakan salah satu hormon hipotalamus yang
mengontrol pelepasan hormon pertumbuhan dari hipofisis anterior.
Somatostatin pankreas tampaknya memiliki efek minimal pada pelepasan
hormon pertumbuhan dari hipofisis. Hormon ini mengontrol metabolisme
dengan menghambat sekresi insulin dan glukagon melalui pengaruh lokal
di dalam insula pancreatica (Esa Indah Ayudia, dkk. 2019).
1. Pankreas Akut
a. Patofisiologi
Pada DM tipe 1 terjadi penurunan produksi dan sekresi insulin
akibat destruksi sel-sel beta pankreas oleh proses autoimun. Insulin
memegang peranan penting dalam proses sintesis cadangan energi sel.
Pada keadaan normal, insulin disekresikan sebagai respon terhadap adanya
peningkatan glukosa darah yang diatur oleh suatu mekanisme kompleks
yang melibatkan sistem neural, hormonal, dan substrat. Hal ini
memungkinkan pengaturan disposisi energi yang berasal dari makanan
menjadi energi yang akan dipakai ataupun disimpan dalam bentuk lain.
Dengan menurunnya produksi insulin pada DM tipe 1, cadangan glukosa
tidak dapat masuk kedalam hepar ataupun sel otot untuk disimpan
(glikogenesis) dan menimbulkan keadaan hiperglikemia post prandial
(sesudah makan) di dalam darah (Danescu dkk., 2009).
Menurunnya insulin post prandial pada DM tipe 1 akan
mempercepat proses katabolisme. Akibat glukosa yang tidak dapat
memasuki hepar ataupun sel otot, maka akan dikirimkan sinyal bahwa
tubuh kekurangan cadangan glukosa. Hal ini mengakibatkan tubuh
memproduksi glukosa dengan berbagai cara, yaitu glikogenolisis
(pemecahan glikogen dalam hepar untuk diubah menjadi glukosa) dan
glukoneogenesis (proses pembentukan glukosa dari bahan selain
karbohidrat). Kedua proses tersebut memperparah kondisi hiperglikemia
yang sebelumnya telah terjadi. Akan tetapi karena glukosa dalam darah
tidak dapat masuk ke dalam sel hepar ataupun sel otot, maka hepar akan
berusaha lebih keras lagi untuk memproduksi glukosa. Selain itu juga akan
terjadi proteolisis (proses pemecahan cadangan protein dalam sel otot
menjadi asam amino) dan lipolisis (proses pemecahan lipid dalam jaringan
adipose menjadi gliserol dan asam lemak bebas). Keseluruhan proses
tersebut akhirnya menimbulkan kondisi hiperglikemia puasa (Rustama
dkk., 2010).
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi (>180 mg/dL),
ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar.
Hal ini mengakibatkan lolosnya glukosa tersebut dari proses rearbsorpsi
ginjal dan glukosa akan muncul dalam urin (glukosuria). Ketika glukosa
yang berlebihan diekskresikan ke urin, ekskresi ini akan disertai
pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan pula. Keadaan ini
dinamakan diuresis osmotik yang menyebabkan pasien mengalami
peningkatan dalam berkemih (poliuria). Sebagai akibat dari kehilangan
cairan yang berlebihan, pasien akan mengalami dehidrasi dan rasa haus
(polidipsia) (Homenta, 2012).
Defisiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein dan
lemak yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami
peningkatan selera makan (polifagia) akibat menurunnya simpanan kalori.
Di dalam hepar juga terjadi proses ketogenesis yang mengakibatkan
meningkatnya konsentrasi keton di dalam darah, menyebabkan terjadinya
kondisi asidosis metabolik yang disebut ketoasidosis diabetikum pada
pasien dengan DM tipe I (Albala , 2008).
- Penilaian Klinis
Gejalaklinis umum dari pankreatitis akut adalah distensi ringandi
perut, nyeri perutbagian atas, dan muntah. Ecchymosis jarang terlihat
(tanda Cullens, dan tanda Grey-Turner). Nyeri perut dapat memburuk
selama beberapa jam dan dapat disertaidengan mual dan muntah. Pasien
juga mungkin melaporkan nyeri setelah makan. Karena proses inflamasi
yang signifikan dan pelepasan sitokin, demam adalah manifestasi umum
yang lain. Namun, sebagian besar pasien akan memiliki gejala ringan.
Dalam kasus tertentu dari gallstones pankreatitis akut, riwayat penyakit
batu empedu yang sebelumnya mungkin dapat menimbulkan gejala,
seperti nyeri perut kanan atas berulang atau riwayat ikterus obstruktif.
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pada pankreatitis akut ,amilase serum atau aktivitas lipase lebih
daritiga kali batas normal, dapat membantudiagnosis pankreatitis
akutdengan akurasi sekitar 95%. Keuntungan dari pengukuran serum
lipase adalah aktivitasnya akan tetap meningkat untuk jangka waktu lebih
lama dari amilase dan lebih spesifik dari pada amilase serum. Peningkatan
kimiawi liver (bilirubin, alkali fosfatase, dan transaminase) dapat terjadi
ketika terjadi obstruksi batu empedu di ampula. Pengukuran serum
bilirubin adalah salah satu tes laboratorium yang paling dapat diandalkan
untuk membedakan penyebab gallstone pankreatitis den ganetiologi
lainnya. Peningkatan bilirubin dua kali lipat nilai normal sangat bermakna
menyebabkan pankreatitis akut yang disebabkan sumbatan batu empedu.
Demikian pula, tingkat transaminase, terutama SGPT lebih dari 60-80
IU/L adalah kemungkinan mengarah pada gallstones pankreatitis.
Peningkatan padaalkali fosfatase kurang membantu dalam
mengidentifikasi gallstones pankreatitis akut. Sebuah pola yang sangat
sugestif adalah peningkatan bermakna pada kimiawi liver pada awal
serangan, diikuti dengan penurunan lebih cepat selama 1-2 hari.
Peningkatan secara persistendari kimiawi liver secara terus menerus dapat
mempengaruhi obstruksi batuduktus biliaris. Temuan laboratorium lebih
lanjut (misalnya, jumlah sel darah putih, glukosa darah, nitrogen urea
darah, arteri pO2, albumin, kalsium, dan protein C-reaktif (CRP) penting
untuk menilaiberat ringannyapenyakit,meskipun tidak secara langsung
berkontribusi pada diagnosis gallstones pankreatitis akut.
2. Ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan Ultrasonografi (USG) abdomen adalah metode yang
murah dan sangat handal untuk mendeteksi batu empedu di dalam kantung
empedu. Temuan batu empedu di dalam kantung empedu sangat
berpengaruh menyebabkan gallstones pankreatitis akut. Dilatasi common
bile duct (CBD), serta edema dan nekrosis pankreas, juga dapat dideteksi,
meskipun dengan akurasi yang kurang. Selain itu, USG dapat berguna
dalam menilaigangguan intra-abdominal lain seperti aneurisma aorta,
radang usus buntu, dan pembentukan abses. Keakuratan dari USG
abdomen terbatas pada pankreatitis akut karena biasanya terdapat gas usus
di atasnya. USG abdomen dapat membantu pada kasus gallstones
pankreatitis akut, Jika seorang pasien dengan riwayat batu empedu dan
juga hasil laboratorium yang menunjang pankreatitis akut terus menerus
meningkat atau saluran empedu melebar pada USG, umumnya diperlukan
ERCP urgent (Hernandez, 2004).
3. Computed Tomography (CTscan)
CT scan banyak digunakan untuk mendiagnosis pankreatitis akut
dan harus dilakukan jika temuan biochemical klinis tidak meyakinkan
untuk pankreatitis atau pasien yang diduga menderita pankreatitis berat
atau nekrosis pangkreas. CTscan adalah salah satu pilihan untuk
diagnosis yang akurat dan menilai derajat keparahan pankreatitis. Sebuah
CTscan memungkinkan identifikasi edema pankreas, cairan atau kista,
dan menilai kerasnya konsistensi pancreas pada pankreatitis,
mendeteksi komplikasi termasuk pengembangan pseudocysts, abses,
nekrosis, perdarahan, dan oklusi vaskuler. CTscan sebenarnya kurang
sensitif dalam mendeteksi batu empedu, dan pasien yang dicurigai
gallstones pankreatitis lebih baik dengan pencitraan menggunakan USG
(untuk mendeteksibatu empedu sebagai etiologi) dan CT (untuk
menilai derajat pankreatitis) (Norton et al, 2001).
PENUTUP
IV. Kesimpulan
Pankreas manusia secara anatomi letaknya menempel pada
duodenum dan terdapat kurang lebih 200.000 – 1.800.000 pulau
Langerhans. Organ ini merupakan kelenjar majemuk yang terdiri atas
jaringan eksokrin dan jaringan endokrin. Jaringan eksokrin menghasilkan
enzim-enzim pankreas seperti amylase, peptidase dan lipase, sedangkan
jaringan endokrin menghasilkan hormon-hormon seperti insulin, glukagon
dan somatostatin. Hormon-hormon yang dapat dihasilkan kelenjar
pankreas diantaranya ialah: insulin, glukagon dan somatostatin.
Patofisiologi kelainan produksi hormon pankreas terbagi menjadi 4 bagian
yaitu: pankreas akut, pankreas kronis, diabetes melitus tipe I dan diabetes
tipe II. Diagnosa kelenjar pankreas dapat dilakukan dengan cara:
Pemeriksaan Laboratorium, Ultrasonografi (USG), Computed
Tomography (CTscan), Magnetic Resonance Cholangio Pancreatography
(MRCP) serta dapat dilakukan dengan Endoscopic Retrograde Cholangio
Pancreatography (ERCP).
DAFTAR PUSTAKA
Aronoff, S.L., Berkowiz, K., Shreiner, B., & Want, L. (2004). Glucose
Metabolism and Regulation: Beyond Insulin and Glucagon.
Pharmaceuticals, Inc., 9360 Towne Centre Drive, San Diego, CA 92121.
Diabetes Spectrum, 17, 183-190.
Borghouts LB, Keither HA. 2000. Exercise and Insulin Sensitiving : A Review Int
J sports Med : 21(1) : 1-12.
Bradley EL. The necessity for a clinical classification of acute pancreatitis the
Atlanta system. Dalam : Acute pancreatitis diagnosis and therapy. New
York; Raven Press Ltd, 1994; 27-32)
Dolenšek, J., Rupnik, M. S., & Stožer, A. (2015). Structural similarities and
differences between the human and the mouse pancreas. Islets, 7(1).
Esa Indah Ayudia Tan, dkk. (2019). Pengaruh Diet Ketogenik Terhadap
Proliferasi dan Ketahanan Sel Pada Jaringan Pankreas. JMJ, Volume 7,
Nomor 1.
Guyton AC, Hall JE. (2006). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11.
Penterjemah: Irawati, Ramadani D, Indriyani F. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC,.