Anda di halaman 1dari 21

ISOLASI DAN KULTUR VIRUS

Dian Juliana Ferty


M. Rifqi Wardani
Siti Nur Halimah
Suresti Agita

TLM 2B
VIRUS
O Virus merupakan mikroorganisme yang
bersifat parasit obligat dan hanya bisa hidup
pada media yang hidup
O Berkaitan dengan sifatnya tsb, virus hanya
dapat dibiakan pada sel hidup
O Virus memiliki ukuran yang bervariasi dengan
diameter berkisar antara 20-300 nm
O virus mengandung sejumlah kecil asam
nukleat yang diselubungi semacam bahan
pelindung yang terdiri atas protein, lipid,
glikoprotein, atau kombinasi ketiganya
Jika virus memasuki sel hidup maka akan terjadi :
O Membentuk inclution bodies (badan inklusi)
O Merangsang sel interferon.
O Sel akan mengalami kemunduran atau
degenerasi
O Sel akan mengalami perubahan bentuk atau
transformasi yang menjurus ke arah
pembentukan tumor (pembengkakan)
O Sel yang tanpa mengalami transformasi
ataupun degenerasi,akan membentuk
komponen baru yang diperlukan untuk
pembentukan virus baru
O Sel dapat mengalami perubahan yang disebut
cytopathogenic
“ effect ” (CPE)
PEMBIAKAN VIRUS
Ada tiga cara mengembangbiakan virus,
yaitu
1. Pembiakan virus dengan hewan
percobaan (In Vivo)
2. Pembiakan virus dengan kultur jaringan
(In Vitro)
3. Pembiakan virus dalam telur berembrio
(In Ovo)
Pembiakan Virus Dengan Hewan
Percobaan (In Vivo)

O Virus Polio Hewan yang digunakan adalah


kera,
O Virus Rabies Hewan yang digunakan tikus
putih dewasa
O Virus Dengue Digunakan hewan
percobaan bayi tikus putih umur 1 – 3 hari
O Virus cacar dapat digoreskan pada kulit
atau cornea kelinci
Pembiakan Virus Dengan Kultur
Jaringan (In Vitro)

O Kultur jaringan merupakan suatu metode


untuk memperbanyak jaringan/sel yang
berasal atau yang didapat dari jaringan
orisinal tumbuhan atau hewan setelah
terlebih dahulu mengalami pemisahan
(disagregasi) secara mekanis, atau
kimiawi (enzimatis) secara in vitro (dalam
tabung kaca).
O Virus ditumbuhkan di dalam kultur bertujuan untuk mendapatkan stock

virus. Virus yang telah diremajakan disimpan pada suhu -700C dan

disebut sebagai master-stock, sub master stock, tergantung pada

jumlah peremajaannya.

O Virus stock ditumbuhkan dengan menginfeksikan sel pada multiplicity

of infection (m.o.i) yang rendah, kira-kira 0,1-0,01 unit infeksi per sel.

O Virus melekat pada sel dan mengalami beberapa kali replikasi di dalam

kultur sel.

O Setelah beberapa hari, virus dipanen dan media ekstraseluler di sekitar

kultur sel atau dari sel itu sendiri yang telah lisis karena pembekuan dan

pencarian (freezing and thawing) atau dilisis menggunakan cawan

ultrasonik. Virus kemudian dihitung dengan infectivity assay.


Tanda-tanda virus dapat tumbuh dalam
media jaringan dapat diketahui dengan
melihat adanya :
O Adanya CPE
O Adanya penghambatan dalam
metabolisme sel
O Pembentukan antigen dalam jaringan
O Terjadinya hemadsorbsi
O Adanya interferensi Dalam biakan jaringan
virus akan dipengaruhi oleh Suhu, PH , cara
menyimpan biakan dan jenis biakan
Biakan sel pada kultur jaringan
terbagi atas:
O Biakan sel primer
O Biakan sel haploid
O Biakan sel letusan (continous
cell lines culture)
Cara pembiakan in vitro bermanfaat untuk:

O Isolasi primer virus dari bahan klinis.


Untuk itu, dipilih sel yang mempunyai
kepekaan tinggi, mudah dan cepat
menimbulkan ESP
O Pembuatan vaksin. Untuk itu, dipilih sel
yang mampu menghasilkan virus dalam
jumlah besar
O Penyelidikan biokimiawi, biasanya dipilih
biakan sel terusan dalam bentuk suspensi
Kelebihan biakan in vitro menurut menurut
Bedetti & Cantafora (1990) adalah:
O Dapat memperoduksi dalam jumlah banyak
O Semua jenis virus dapat dibiakan pada
kultur sel (tergantung jenis selnya)
O Pengambilan kesimpulan relatif lebih
mudah dengan menggunakan populasi sel
yang homogen.
O Kultur sel primer tetap memiliki integritas
morfologi dan biokimiawi dalam jangka
waktu lama, dengan demikian
memungkinkan melakukan penelitian ulang
(reproducible) dan terkontrol.
O Kultur sel tidak terdapat pengaruh sistemik.
Kekurangan dari biakan in vitro adalah:
O Biaya mahal
O Pengerjaan harus aseptis
O Perlu peralatan yang lebih kompleks
dibanding pembiakan pada telur
O Dalam kasus kultur sel telah mengalami
perubahan sifat aslinya, maka hasil
pengamatan yang diperoleh akan
menyimpang.
O Tidak ada pengaruh sistemik dan
kerjasama antar-sel yang berbeda dalam
suatu jaringan yang kemungkinan
memegang peran penting dalam aktivitas
fisiologis.
Pembiakan Virus Dalam Telur Berembrio
(In Ovo)

Telur berembrio atau sering disebut dengan telur


embrio bertunas (TET) atau telur ayam
berembrio (TAB) sangat penting dalam
perkembangan virologi karena pada telur
tertunas dapat ditemukan macam-macam tipe
sel yang mampu ditumbuhi/ menjadi media
tumbuhnya berbagai jenis virus. Yang biasa
digunakan adalah telur ayam negeri, telur ayam
kampung, atau telur bebek. Umur dari telur, cara
penyuntikan, suhu pengeraman dan lamanya
pengeraman tergantung dari jenis virus yang
akan disuntikan.
Pembiakan in ovo terdapat beberapa cara antara lain:
O Intra Alantois/ Intra Selaput Alantois

menyuntikkan bahan ke dalam ruang anion terlur


berembrio yang berumur 10-15 hari
O Selaput Korio Alantois (CAM)

mempergunakan lapisan luar (lapisan ektoderm)


selaput korioalantois telur berembrio 10 hari.
O Intra Kuning Telur (Yolk Sac)

Menyuntikkan virus pada kantung kuning telur


berembrio 9-12 hari.
Faktor yang mempengaruhi keberhasilan inokulasi pada
telur ayam adalah:
O Umur embrio pada telur
O Embrio yang berumur sekitar 7-9 hari mempunyai
bagian organ yang sempurna dan mempunyai sistem
imun yang baik, sehingga saat infeksi virus akan
mudah diamati.
O Dosis virus yang diinokulasikan
Semakin banyak volume virus yang diinokulasikan,
maka semakin banyak sel yang terinfeksi sehingga
makin cepat proses kematiannaya.
O Jarak dan waktu inkubasi
O Faktor insternal, yaitu temperature, rute pemberian
terhadap bagian telur, kemampuan penyerapan bahan
oleh embrio, dan struktur farmakologi dari bahan itu
sendiri.
Virus yang tumbuh pada telur berembrio
biasanya ditandai dengan kematian embrio,
embrio menjadi kerdil, perdarahan di bawah
kulit, pertumbuhan abnormal otot dan bulu
serta organ visceral seperti hati dan
limfanya membengkak, warnanya pucat dan
kehijaun, ada nekrotik, fokal di hati dan
jantung dan endapan asam urat di ginjal,
corio alantois
selaput (CAM) menebal
karena edemaa dan terdapat bintik putih
(pock) atau plak
Cara Penetesan dan Penyuntikan Pada CAM

O ambil telur berembrio, lalu periksa dikamar gelap.


O Lihat ruang udaranya lalu diberi tanda, kemudian
lihat bagian yang gelap, ini adalah embrio, lihat
pula pembuluh darah besar maupun kecil. Pilihlah
tempat yang tidak ada pembuluh darahnya.
O Selanjutnya di tempat yang telah ditandai tadi,
dibersihkan dengan kapas dan alcohol.
O Pada bagian ruang udara tusuklah dengan alat bor
yang steril sampai menusuk selaput kulit telur.
Jika ada pecahan kulit telur, bersihkan tapi jangan
ditiup untuk menghindarkan komintaminasi.
O Pada tanda yang tidak ada pembuluh
darahnya, ditusuk lagi tapi jangan sampai
menusuk selaput kulit telur.
O Kemudian teteskan buffer steril dengan
pengisap karet. Bila tetesan buffer terus
masuk, ini menandakan CAM telur turun.
O Kemudian ambil pena steril, tusukkan
tegak lurus kemudian miringkan diantara
selaput lendir telur dan kulit telur. Jika ada
perdarahan berati CAM tertusuk.
O Pada lubang ruang udara masukkan
pengisap karet, isaplah semua udara yang
ada sampai habis, sehingga akan didapatkan
ruang udara buatan.
O Setelah diperiksa lagi dikamar gelap dan
CAM telah berhasil diturunkan, lalu ambil
virus yang akan diperiksa dengan spuit steril
sebanyak 0,1-0,2 mL, lalu tusukkan pada
lubang bagian CAM.
O Setelah Itu lubang-lubang ditutup dengan
solatip. Telur harus selalu dala keadaan
terbaring, lalu digoyangkan perlahan-lahan,
O kemudian dieramkan pada suhu 37°C selama
2-3 x 24 jam
Kelemahan pembiakan pada cara ini adalah:
O Telur dapat tercemar mikoplasma
dan virus unggas laten yang dapat
mengganggupertumbuhan virus lain.
O Embrio ayam hanya peka terhadap
beberapa jenis virus saja.
O Pencemaran sedikit saja pada bahan
pemeriksaan akan mematikan embrio.
Thank you 

Anda mungkin juga menyukai