Anda di halaman 1dari 33

PEMERIKSAAN LABORATORIUM PENYAKIT VIRAL

• Pemeriksaan lab sangat penting utk menentukan diagnosis suatu


penyakit
• Karena agen penyebab yang berbeda dpt menimbulkan gejala klinik
dan perubahan patologi anatomi yg serupa
• Oleh karenanya peranan lab tdk saja diperlukan utk mengenali suatu
agen penyakit tetapinjuga terhadap mikroorganisme lain yg terlihat
MACAM PEMERIKSAAN
Pemeriksaan laboratorium di dalam diagnosis penyakit viral meliputi deteksi
antigen viral, demostrasi adanya virus, isolasi dan deteksi antibodi terhadap virus

1. Deteksi Antigen Viral


pd umumnya deteksi antigen dapat dilakukan dengan Uji Immuno Fluoresen
(Fluorescent Antibody TechniTque /FAT), Imuno peroksidase, Presipitasi (Agar
Gel Precipitation Tes/ AGPT)
atau Uji Pengikatan Komplemen (Complement Fixation Test / CFT)
2. Demonstrasi Adanya Virus
Adanya virus pada jaringan yg terinfeksi dapat dilihat dibawah mikroskop
elektron (Transmission Electrone Microscope / TEM dgn menggunakan
pewarnaan negatif
3. Isolasi Virusus
Untuk dapat mengisolasi virus penybab pnyakit, virus dpt ditumbuhkan
pada :
- Hewan percobaan
-TAB (telur ayam bertunas)
-Cultur jaringan ( Tissu Culture)
• Kadang2 diperlukan berkali kali passase untuk mendapatkan hasil yang
positip
• Bila berhasil diisolasi, selanjutnya dapat diidentifikasi secara langsung
dengan mikroskop elekron atau secara tidak lansung dengan :
- Uji Netralisasi virus (Virus Neutralization/VN Test)
- Uji hambatan haemaglutinasi (Haemaglutation Inhibition /HI Tes)
4. Deteksi Antibodi
• Beberapa uji serologi dapat dimanfaatkan untuk deteksi antibodi, antara lain :
- Uji Serum Neutralization (Serum Neutralization /SN Tes )
- HI Tes
- ELISA (Enzyme Linked Immunosorbent Assay )
- AGPT
- CFT
• Pada kondisi dimana penyakit belum tampak (fase acut) deteksi antibodi dalam
serum tunggal tidak cukup untuk membuat diagnosis.
• Pasangan serum yang diambil 2-3 minggu setelah pengambilan pertama (fase
penyembuhan) sangat diperlukan untuk perbandingan hasil .Perbedaan titer
antara kedua serum akan memperkuat diagnosis.
Interprestasi hasil :
 Hsl pemerksaan laboratorium yang negatif, blm tentu menunjukkan bahwa virus tidak
terdapat pada spesimen yg diperiksa. Hal ini mungkin disebabkan :
1. Virus tdk dpt dideteksi dengan cara tersebut,
2.Titer virus masih rendah pada saat dikukan pemeriksaan
3. Virus menjdi inaktif selama dalam perjalanan
4. Kematian viru sematian virus yg disebabkan oleh proses autolysis dari jarngan
5. Kematian virus yang disabkan oleh proses autolyssis dari jarinagn
6. Virus mempunyai massa durasi penyakit yang amat pendek atau virus tekah
dinetrasisasi oleh antibody pada saat dilakukan pengmblian spesimen
 Sebaliknya hasil pemeriksaan yang positif, jg belum selalu menunjukkan bahwa
virus yg berhasil dideteksi sbg penyebab dari penyakit yg diperiksa .

Yang perlu diperhatikan dalam pengambilan spesimen :


 Berhasil atau tidaknya isolasi virus dari spesimen tergantung dari cara2
pengambilan dan cara penanganan spesimen tsb.
Sebaiknya spesimen yang akan diperiksa diambil sedini mungkin pada waktu
kejadian penyakit.
Spesimen segera dimasukkan kedalam media transpor yang sesuai , kmd
dimasukkan kedalam termos es
Kadang2 spesimen tidak perlu diberi media transport, tetapi seringkali memerlukan
penambahan cairan pengawet misal formalin, tergantung dari spesimen yg diperiksa
serta tujuan pemeriksaan, kmd segera dilakukan pengolahan dan pemeriksaan
1. Seleksi spesimen
- Beberapa penyakit viral mempunyai masa durasi penyakit yg pendek
- Pada keadaan ini, spesimen dapat diambil pd stadium awal penyakit.
- Seleksi spesimen utk tujuan isolasi virus , sebagian besar didasarkan atas
pengetahuan tentang sifat2 virus yang menginfeksi manusia dan kondisi
selama perkembangan penyakit.
- Spesimen dapat diambil jaringan yang diperkirakan sebagai tempat replikasi
virus dan ditunjukan dg gejala klinis yang tampak
misal : tractus respiratorius....usapan nasal dan cucian trachea
ATAU

2. Koleksi spesimen

 Untuk tujuan virologi,


- Spesimen diambil dari jaringan yg terinfeksi .
- Spesimen dimasukkan dalam media transport, dikemas, dilabel dan
dimasukkan kedalam termos es
 Untuk tujuan serologi,
- darah diambil tanpa antikoagulan
- serum segera dipisah, kemudian disimpan pada suhu 4°C atau -20°C tanpa
diberi cairan pengawet
- Serum diambil 2 kali, pada fase acut dan fase confalesn (penyembuhan).
3. Pengiriman spesimen
- Spesimen dibawa ke lab dalam keadaan dingin dimasukkan ke dalam termos es
atau kontainer dan dilindungi dari sinar matahari.
- Harus dikirim sesegera mungkin, dg mempertimbangkan jarak dari lokasi
pengambilan spesimen sampai ke laboratorium’
- Spesimen dilengkapi dengan data nama, umur, dan alamat pasien
4. Pengolahan spesimen
- Spesimen yg berupa usapan , misal usap dari naso faring dan rectal, yang telah
dimasukkan dalam media transport, dicentrifus agar homogen dan difilter
supaya bebas dari kuman.
- Cairan cerebrospinal , dan urin dapat segera dipakai setelah difilter.
- Untuk spesimen berupa faeses, dibuat suspensi 20% dengan
menggunakan larutan Hakk’s BBS (Balanced salt Solution). Suspensi
kemudian diaduk dan disentrifus selama 30 menit 3000 rpm. Supernatan
diambil,disentrifus lagi, baru kemudian supernatannya ditambah antibiotika.
Semua suspensi yang akan diperiksa disimpan di dalam almari es untuk
penyimpanan beberapa jam , atau disimpan didalam frezer
untuk penyimpanan yang lebih lama.
PERBENIHAN VIRUS
 DIAGNOSA KARENA VIRUS
 ISOLASI DAN PEMBIAKAN VIRUS
DIAGNOSA PENYAKIT VIRUS

Diagnose penyakit virus B. Berdasarkan diagnosa


pemeriksaan laboratorium:
Disebabkan oleh virus baik pd
1. Mikroskopis
manusia /hewan, meliputi sbb:
A. Berdasarkan Gk/ yg khas 2. Isolasi (hewan coba, TAB, Tissu
culture)
- demam
- polio dg kelumpuhan
3. Tes serologi
- mumps pembengkakan
kelenjar ludah, di bawah
rahang kanan dan kiri

Tidak semua penyakit virus


menunjukkan Gk/ yg khas
▪ MIKROSKOPIS
Keuntungan : Diagnose dpt dilakukan dengan singkat
Kerugian :
- Perlu latihan >>
- Pemeriksaan negatif (-) hasil belum tentu negatif
- Beberapa virus mempunyai EB / IB yg sama
- Hasil pemeriksaan mikroskopis (+) belum berhak
dinyatakan variola / vaccinia (+) tetapi hasil dinyatakan
sbg tersangka variola !!

▪ ISOLASI
H.P : jenis hewan, umur, jenis kelamin, cara
penyuntikan
TAB : umur telur, lama pengeraman, cara
penyuntikan

TC : biakan jaringan yg digunakan


Keuntungan : dpt langsung dinyatakan virus penyebab penyakitnya

Kerugian : perlu waktu lama (mis. Pem. Virus polio)


Tanam pd bjgk. (eramkan 3 minggu)

Tanpa dilihat cpe ( +/- )

Passage pd biakan jaringan baru


Cpe (+) dilakukan tipering

Cpe (-) berarti polio (-)


Dilakukan penanaman kembali pd bjgk utk titrasi
inkubasi ( 2 minggu )

Tentukan tipenya
Positip atau negatipnya hasil isolasi tergantung dr :
-Jenis bahan pem. untuk isolasi.( penyakit influenza bahan berupa
hapus atau air), cucian tenggorokan
- Saat mengambil bahan pemeriksaan harus tepat. Misalnya:
u/. virus influenza : 2 hari, sebelum sampai 2 hari sdh gejala timbul
u/. cacar : bhn pemeriksaan berupa darah, diambil pd saat demam
dan sebelum gejala pd kulit timbul
u/. Virus dengue : bhn dr darah diambil hari ke 3 dari demam
- Mahal
mis. Utk isolasi virus Dengue
suntikkan pd mencit (diamati 2 minggu)→ambil otaknya, lalu
pasase pd mencit (2 minggu diamati)→ambil optak, pasase
lag →hasil positip/negatip
• TES SEROLOGI
Prinsip : virus masuk ke dalam tubuh → virus merangsang tubuh utk mem
bentuk zat anti, yg makin lama makin tinggi titernya.
Kenaikan titernya ????

Diagnose (+) bila selama sakit terjadi kenaikan titer paling
sedikit 4x (≥ 4x)

Stadium yang diamati :


- stadium akut (serum I)
- stadium convalesen (serum II)
serum I ≥ serum II

Keuntungannya :
- waktu yg diperlukan lbh pendek dp wkt isolasi
- lbh murah (tdk perlu hewan coba)
- bila isolasi (-), ttp bila ada kanaikan titer 4x atau lebih,mk hsl (+)
Pada keadaan tertentu, tes serologi tdk mungkin utk dilakukan, mk isolasi
mutlak diperlukan utk mendiagnose penyakit2 virus, tsb.
Mis.pada keadaan2 sbb :
1. Bila ada wabah
- ada kelumpuhan pd anak2, hrs dicari apakah penyebabnya Polio, Echo
virus, dll
- demam dan diare pd anak usia kurang 3 th bisa disebabkan oleh →
Amoeba, Shigella, Virus morbilli, Rotavirus, Polio
2. Bila ada antigenik overlaping (sebagian Ag ada yg sama saling menutupi)
Mis. Yellow fever
Dengue 1, 2 , 3
Japanase B Encephalitis
3. Utk memperkuat diagnose/mikroskopis
Mis. Keropeng sec.mikroskopis memperlihatkan Paschen bodies, utk
memastikan variola atau vaccinia →isolasi pd CAM TAB
ISOLASI DAN PEMBIAKAN VIRUS

Ada tiga cara yg umum digunakan utk membiakkan virus, yaitu :

1. Inokulasi pada hewan percobaan

2. Inokulasi pada Telur Ayam Bertunas

3. Inokulasi pada biakan jaringan

 Inokulasi Pada Hewan Percobaan

- Metode yang digunakan utk mengadakan inokulasi virus tgt pd jenis virus yang akan
dicoba dan lokasi anatomi dari sel yg dituju dlm prcobaan.

- Virus yg ber envelope pd pH asam menjadi tdk infektif, shg tdk cocok utkdiinokulasi
melalui sal prncernaan.
- Cara yg sering digunakan utk melakukan inokulasi adl melalui intra vena,
intraserebral, intra intraperitonial, intranasal, intradermal dan melalui sub kutan.

- Jenis kelamin serta cara penyuntikan utk inokulasi pada hewan percobaaan
sngt tgt dr jenis virus yg akan diinokulasi.

c/ Virus Herpes simplek : pd kelinci dg bhn digoreskan pd kornea, stlh bbrp hr


kornea keruh krn ada vesikel2 berisi virusnya

c/ Virus Rabies : pd tikus putih (mencit) atau dewasa disuntikkan intraserebral,


stlh 1-3 minggu akan terlihat gejala insefalitis (rabes) dan tikus akan mati

c/ Dengue : pd tikus putih berumue 1-3 hr, kmd disuntik sec intraserebral dan
subkutan, 3-7 hr kemudian terlihat tremor kmd paralisis dan mati

c/ Polio : dari tinja, liquor, apus tenggorok penderita disuntikkan pd kera sec
intrakutan/intramuskular/intaneural/intaspinal, kmd akan tampak paralisis
 Inokulasi Pada Telur Berembrio

- Jenis telur yg biasa digunakan adal telur ayam kampung

- Utk mencegah masuknya bakteri , lapisan lilin diluar dinding telur hanya boleh
disikat, tdk boleh dicuci dg sabun.

- Umur telur berembrio, suhu dan lamanya pengeraman serta cara penyuntikan
yg ber macam macam tgt kpd jenis virus yg akan dibiakkan atau diisolasi

c/ Tetes pd Selaput Chorio Allantois (Dropping CAM)


Jenis virus Umur Lama Suhu
telur(hari) pengeraman
Variola 9-14 3x24 jam 35-36⁰C
Fowl pox 9-14 5x24 jam 37⁰C
Herpes 9-14 2x24 jam 35⁰C
simplex
c/ Intra amnion/intra allantois

Utk Herpes Simplex, Influenza dan Parotitis epidemica dipakai telur


berumur 9-12 hari dg lama pengeraman 2x24 jam pd suhu 35⁰C

c/ Intra Yolk Sac

Utk Q- fever, telur berembrio berumur 6-9 hr, 10x24 jam pd suhu 37⁰C

Utk Trakhoma, telur berembrio umur 7-10 hr, lama pengeraman 1-2 minggu
pd suhu 37⁰C

c/ Intra embrional

Utk Japanese B encephalitis, dipakai telur berembrio umur 8-10 hr dan


dieramkan pd suhu 37⁰C
Efek pada telur berembrio sesudah penyuntikan :

1.Tetes pada CAM (chorio allantois membran)


utk Fowl pox, Variola, Vaccinia dan Cow poxtbt pocks khas utk masing2 virus.
2. Intra amnion / intra allantois :
- Intra yolk sac : membentuk antigen ikatan komplemen
membentuk antigen haemaglutinin dan ikatan komplemen
- Intra yolk sac : membentuk antigen ikatan komplemen
- Intra embrional:
Penyuntikan virus akan menyebabkan kematian embrio, ttp tdk boleh
menunggu sampai embrio mati krn virusnya akan mati juga.
Telur berembrio hrs diperiksa setiap hr dikamar gelap, apabila
gerakannya mulai lambat,embrio dikeluarkan dan virusnya diambil.
• Pasase virus secara intra amnion berkali kali dan selanjutnya pasase virus
secara intra allantois dpt menurunkan virulensi virus

c/ Virus influenza sesudah dipasasekan 5 kali berturut turut sec intra


amnion,virulen bagi manusia tapi avirulen bagi tikus. Kmd diteruskan 5 kali
berturut turut sec intra allantois, ternyata tdk virulen lagi bagi manusia, ttp
tetap virulen bagi tikus.

Inokulasi Pada Biakan Jaringan

 Kultur jar selain dipakai utk pembiakan virus dpt juga digunakan utk
menemukan berbagai macam virus baru, dan penelitian sifat virus dlm
jangka panjang serta usaha utk menemukan vaksin tdh virus
 Terdapat tiga dasar jenis kultur sel hewani :
- Kultur primer dan kultur sekunder
- Diploid cell strains
- Continous cell lines
• Kultur primer berasal lgs dr jaringan hewan dan merupakan sel2 satu lapis
(sel monolayer) . Sdgkan kultur sekunder merupakan sub kultur dr kultur
primer

• Diploid cell strain, berasal dr kultur primer yg telah mengalami sub kultur lbh
dr 50 kali dan telah mengalami perub morfologi (jumlah kromosom tdk
berubah)

• Contious cell line, berasal dari diploid cell line yg telah brubah sifat
khasnya,tumbuh dg cepat, membentuk bbrp lapis sel dan jumlah
kromosomnya berubah. Continous cell lines dpt juga tbt dr kultur primer dr
jaringan maligna secara lgs atau tumbuh dari kultur primer yg dinfeksi oleh
virus onkogenik
Biakan jaringan yg berasal dr manusia atau hewan, dlm penggunaannya dibagidua :

1. Biakan jar primer , berasal dr (kera, anjing, kelinci, ayam, dll), dan juga bisa dari
manusia (jar dewasa normal, jar embrional, dan jar abnormal)

c/ jar dewasa normal bisa dibuat dr : ginjal kera, atau ginjal kelinci dan hati

manusia

c/ Jar embrional : paru-paru dan usus embrio mns, embrio tikus dan embrio

anjing

c/ Jar abnormal : terutama dr tumor jinak atau ganas spt Roos Sarcoma dari

tikus, karsinoma epidermoid dr c ervix dan karsinoma epidermoid dari

nasopharynx mns

2. Stable cell line

Biakan ini diperoleh dg cara pasase sel primer sehigga sifat sel tdk berubah
Am

• C/ - Hella cell (Helena Lane) berasal dr epidemoid karsinoma cervix

- KB cell, berasal dr epidermoid karsinoa nasopharynx

- BSCL, berasal dr ginjal kera

- BHK₂₁, dr ginjal hamster bayi, pasase ke 21

Tanda-tanda adanya Pertumbuhan Virus Dalam Biakan Jaringan :

1. Cytopathogenic Efek ( cpe)

CPE adl suatu perub morfologimbiakan jar monolayer yg semula sel-selnya bbtk
kumparan dan tersusun teratur kmd berubah sel-selnya mjd bundar2,
berkelompok, inti membesar, struktur inti mjd kasar dan tampak lbh gelap (piknotis)

c/ biakan ginjal kera yg tanami virus Polio , stlh 4- hr kemuian, suhu (37⁰C) akan
menunjukkan CPE
c/ biakan ginjal kelinci yg ditanami virus Rubella
c/ biakan ginjal kera yg ditanamai virus Coxsackie B
c/ Hella cell yg ditanami virus Coxsackie A

2. Adanya perubahan metabolisme sel biakan jar dan kegagalan pembentukan


asam dqari biakan jaringan

3. Adanya pembentukan antigen dlm biakan jaringan

4. Terjadinya hemadsorbsi , yi pengikatan eritrosit hewan tertentu dlm konsentrasi


tertentu oleh sel biakan jar yg ditandai dg tersusunnya eritrosit , spt kalung
mutiara disekitar sel yg mengandung virus tsb. Tanda ini bisa tjd sblm timbulnya
CPE atau tanpa CPE sama sekali

c/ biakan jar kera Macaca yg ditanami virus JE, sesudah dieramkan tdk timbul
CPE. Ttp stlh medium dibuang, ditambah eritrosit angsa 5% (37⁰C, 1-5 jam),
tampak eritrosit angsa tersusun disekeliling sel yg mengandung virus
5. Adanya interferensi

c/ biakan jar Hela cell yg ditanami virus Coxsackie tipe 7 (37⁰C , 7 hr) CPE
tdk tumbuh. Bila biakan jr tsb ditanami suatu virus lain mis Polio tipe 1 yg
diketahui dpt menyebabkan CPE, ternyata pd biakan tsb tdk ada CPE. Hal ini
berarti ada interferensi, jd virus Coxsackie tumbuh shg biakan jar Hela cell
membtk enterferon yg menghalangi pertumbuhan virus Polio

6. Adanya perubahan morfologi krn virus onkogenik, akan tampak perub


morfologis dan susunan sel biakan jar berupa bbrp mikrotumor. Sel biakan
jar betumpuk tumpuk , tdk merup suatu monolayer lagi dan tampak adanya
sel2 datia dg banyak inti didalamnya.

c/ Adenovirus.
Prinsip Penting Terkait Penyakit Virus

1. Banyak infeksi virus bersifat subklinik


2. Penyakit yg sama dpt disebabkan oleh virus yg
berbeda
3. Virus yg sama bisa menyebabkan penyakit yang
berbeda
4. Penyakit yg dihasilkan tidak ada hubungannya dg
morfologi virus
5. Luaran kasus khusus ditentukan oleh interaksi virus
– inang dan dipengaruhi oleh genetika masing2
PENYEBARAN VIRUS

1. Melalui kontak tidak langsung


2. Kontak tidak langsung
Secara mutlak,mis.berbagai
penyakit kulit (Verruca
vulgaris, Moluscum
Se
contagiosum
Kontak tdk
langsung
Secara droplet infection (per
inhalasi dan per oral).Per
inhalasi (influenza, campak,
mumps, cacar).Per oral (polio,
Coxsackie dan mumps)
Kontak Tidak 1.Melalui debu (variola,
langsung hepatitis infeksiosa, Q
fever)
2. Makanan, minuman dan
alat2nya( Polio, Echo,
Coxsackie, Hepatitis
infeksiosa)
3.Gigitan hospes reservoar ,
virus berada dlm ludah
hewan reservoar (Rabies)
4.Melalaui hospes perantara
Vektor mekanis dan sejati)

Anda mungkin juga menyukai