Anda di halaman 1dari 7

Prosiding Seminar Kesehatan Perintis E-ISSN : 2622-2256

Vol. 2 No. 1 Tahun 2019

Uji Daya Hambat Cairan Pembersih Lensa Kontak Dalam Menghambat Pertumbuhan
Staphylococcus aureus

Sri Indrayati, Aulia Vebby Amelia


STIKes Perintis Padang
(Email : Endlesofichy@gmail.com)

ABSTRAK

Penggunaan lensa kontak dapat menimbulkan dampak negatif berupa infeksi mata oleh
mikroorganisme. Salah satu bakteri yang paling sering menyebabkan infeksi mata adalah
Staphylococcus aureus. Sebagian faktor yang meningkatkan risiko terjadinya infeksi mata terkait
penggunaan lensa kontak adalah cairan pembersih lensa kontak yang tidak efektif dalam membunuh
bakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya hambat cairan pembersih lensa kontak dalam
menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental
disc diffusion dengan mengukur diameter zona hambat disekitar pertumbuhan bakteri pada media
MHA (Mueller-Hinton Agar), dilakukan dengan menggunakan 4 perlakuan cairan pembersih lensa
kontak dengan 4 merk berbeda (A, B, C, dan D), kontrol negatif aquadest, kontrol positif amoxillin,
dengan ulangan 6 kali ulang. Hasil penelitian menunjukan tidak adanya diameter zona hambat yang
terbentuk pada cairan merk A, B, C, dan D (konsentrasi desinfektan 0%, 0.0001%, 0%, dan 20%).
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang daya hambat dari cairan pembersih
lensa kontak dalam menghambat pertumbuhan bakteri, sebagai dasar teori untuk meningkatkan
kesadaran pengguna lensa kontak untuk mematuhi aturan perawatan lensa konta dapat meningkatkan
kesadaran pengguna lensa kontak agar lebih teliti dalam memilih cairan pembersih lensa kontak.
Maka dapat disimpulkan bahwa cairan pembersih lensa kontak dengan konsentrasi desinfektan 0%,
0.0001%, 0%, dan 20% tidak memiliki daya hambat dalam menghambat pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus.

Kata Kunci : Staphylococcus aureus, cairan pembersih, lensa kontak, daya hambat

ABSTRACT

The use of contact lenses can cause negative effects of eye infections by microorganisms. One
of the bacteria that most commonly causes eye infections is Staphylococcus aureus. Some of the
factors that increase the risk of eye infection associated with the use of contact lenses are contact lens
cleaning fluid that is not effective in killing bacteria. This study entitled Rescue Fluid Resistance Test
Contact Lenses inhibiting Staphylococcus aureus Growth, aims to determine the inhibition of contact
lens cleaning fluid inhibiting the growth of Staphylococcus aureus. This research used disc diffusion
experimental method by measuring the inhibition zone diameter around bacterial growth on MHA
media (Mueller-Hinton Agar), done by using 4 treatments of contact lens cleaning liquid with 4
brands (A, B, C, and D), negative control aquadest, positive control of amoxillin, with repeat 6 times.
The results showed no inhibition zone diameter formed on liquid brands A, B, C, and D (disinfectant
concentration 0%, 0.0001%, 0%, and 20%). It can be concluded that contact lens cleaning fluids with
0%, 0.0001%, 0%, and 20% disinfectant concentrations have no inhibitory power to inhibit the
growth of Staphylococcus aureus bacteria.

Keywords: Staphylococcus aureus, contact lens cleaning fluid, inhibitory power

PENDAHULUAN menggunakan lensa kontak bukan sekedar alat


Lensa kontak sudah menjadi bagian gaya bantu penglihatan (kacamata) tetapi juga
hidup masyarakat modern masa kini. Lensa dipakai sebagai alat kosmetika untuk
kontak sangat terkenal terutama dikota-kota mempercantik bagian mata dengan berbagai
besar. Banyak orang terutama kaum wanita

18
Prosiding Seminar Kesehatan Perintis E-ISSN : 2622-2256
Vol. 2 No. 1 Tahun 2019

warna yang menarik (Pietersz, Sumual, & berfungsi untuk mencuci, membersihkan, dan
Rares, 2016). perendam lensa kontak. Tetapi ada cairan
Seiring dengan perkembangan teknologi, pembersih lensa kontak yang berfungsi lebih
bahan lensa kontak yang digunakan saat ini dari satu yakni mengangkat protein,
terasa sangat nyaman di mata dan membersihkan dan membilas, mensterilkan,
memungkinkan masuknya asupan oksigen yang membunuh kuman, dan menjaga kelembaban
dibutuhkan oleh kornea dengan lebih maksimal. tergantung kandungan dari cairan pembersih
Bahkan masalah potensial yang dahulu dapat lensa kontak. Pada umunya cairan pembersih
ditimbulkan pada penggunaan lensa kontak, lensa kontak berupa larutan garam (biasanya
yaitu infeksi oleh mikro organisme, kini sudah 5%) dengan penambahan bahan-bahan lain
merupakan hal yang dapat dihindari dengan sesuai dengan fungsi yang diinginkan seperti
penggunaan bahan baku yang lebih aman untuk desinfektan, surfaktan, dan bahan aktif
(Idayati & Mutia, 2016). lain.
Iritasi mata yang terjadi pada pengguna Larutan pembersih lensa kontak
lensa kontak paling sering terjadi karena mengandung agen osmolaritas, agen
kurangnya perawatan lensa kontak. Selain itu pengkhelat, dapar, agen untuk membuat
iritasi mata juga dapat terjadi karena kurangnya nyaman dalam pemakaian, zat pembersih dan
kebersihan saat menggunakan lensa kontak, desinfektan. Zat pengkhelat dan osmolaritas
tempat dan alat bantu penggunaan lensa kontak biasanya ada pada semua cairan pembersih
yang kurang hygienis, maupun kebiasaan buruk lensa kontak walaupun ada perbedaan pada
dari pengguna itu sendiri, misalnya tetap konsentrasi. Pengkelatan adalah pengikatan
menggunakan lensa kontak selama tidur logam dengan cara menambahkan senyawa
(Idayati, 2016). pengkelat dan membentuk kompleks logam
Salah satu faktor resiko utama terjadinya senyawa pengkelat(Saputri, 2014).
kontaminasi mikroba pada lensa kontak yaitu Zat pengkhelat yaitu EDTA terkandung
kurangnya kepatuhan dan kebersihan yang pada larutan pembersih lensa kontak yang
buruk terhadap perawatan lensa yang apabila memiliki peran penting yaitu sebagai pengawet
lensa terkontaminasi akan menyebabkan infeksi antimikroba yang dapat mengikat logam dan
pada mata. Oleh karena itu, penggunaan lensa meningkatkan aktivitas antimikroba
kontak memerlukan cairan pembersih, dan desinfektan. Selain itu dapat mencegah endapan
prosedur kebersihan yang ketat. Pada setiap protein dari pembentukan pada lensa kontak.
intervensi terhadap lensa, selalu digunakan Formulasi dari cairan pembersih lensa kontak
cairan pembersih untuk pemasangan, bervariasi tergantung dari zat pendapar,
pelepasan, pemeliharaan atau perendaman. desinfektan, pembersih, dan agent comfort
Salah satu upaya pencegahan keratitis bakterial yang digunakan.
akibat penggunaan lensa kontak adalah Beberapa desinfektan yang terkandung
menggunakan cairan pembersih lensa yang pada cairan pembersih kontak mata termasuk
bebas bakteri (Hildebrandt, Wagner, PHMB (polihexametilen biguanid/
Kohlmann, & Kramer, 2012). polyaminopropyl biguanid), PQ-1
Penggunaan lensa kontak seharusnya (polyquaternium-1), miristamidopropyl
mematuhi panduan perawatan lensa kontak dimetylamin (MAPD amidoamine), dan
yang benar berdasarkan anjuran American alexidin dihydrochlorida.
Optometric Association. Oleh karena itu, salah Penelitian sebelumnya menemukan adanya
satu upaya pencegahan keratitis bakterial akibat kontaminasi cairan pembersih lensa kontak
penggunaan lensa kontak adalah menggunakan oleh bakteri patogen. 9% sampel yang diambil
cairan perawatan lensa yang bebas bakteri. dari lensa kontak, 34% sampel dari wadah lensa
Larutan lensa kontak merupakan salah satu kontak dan 11% sampel dari cairan pembersih
penyebab terbawanya mikroorganisme patogen lensa kontak, terkontaminasi oleh
pada mata, yang dapat menyebabkan infeksi mikroorganisme patogen. Serratia sp,
pada mata(Iguban & Nanagas, 2016). Staphyloccous aureus dan Staphylococci
Faktor lain yang meningkatkan risiko coagulase-negative, adalah mikroorganisme
terjadinya komplikasi penggunaan lensa kontak yang paling banyak ditemukan. Bakteri
adalah dari cairan pembersih lensa kontak. (Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus
Cairan pembersih lensa kontak merupakan aureus, dan Escherichia coli) menjadi salah
cairan desinfektan yang pada umumnya satu penyebab yang terhitung hingga dua

19
Prosiding Seminar Kesehatan Perintis E-ISSN : 2622-2256
Vol. 2 No. 1 Tahun 2019

pertiga kasus keratitis mikrobial (Iguban & kontrol negatif, biakan Staphylococcus aureus
Nanagas, 2016). dikultur pada media MSA (Mannitol Salt
Penelitian lainnya yang telah dilakukan Agar), standar Mc farland, cairan pembersih
sebelumnya Pemberian Polimer pada kontak lensa kontak yang akan diuji, alkohol. Media
lensa berupa PLL, AMP, PLL-g-PEG, dan Mueller Hinton Agar (MHA) adalah media
PLLg-PMOXA memberikan hasil yang berbeda terbaik untuk pemeriksaan sensibilitas tes
terhadap pembentukan diameter zona hambat (dengan metode Kirby-Bauer) pada bakteri
pada bakteri Staphyloccoccus sp., Neisseria sp., non-fastidious (baik aerob dan anaerob
Enterobacter sp., Aeromonas sp. Memiliki nilai fakultatif). Banyak data dan pengalaman yang
kekuatan antibakteri berkisar dari lemah sampai telah dikumpulkan tentang sensibilitas tes
sedang(Vitro et al., 2016). menggunakan media ini.
Beda penelitian ini dengan penelitian Bahan yang diujikan adalah empat merk
sebelumnya adalah terletak pada senyawa yang cairan pembersih lensa kontak yang dijual oleh
terkandung dan konsentrasi disinfektan yang agen resmi khusus alat optik Empat merk
terkandung pada cairan kontak lensa yang cairan pembersih lensa kontak yang
diujikan. Adapun penelitian ini bertujuan untuk mengandung antibakterial tersebut di kodekan
mengetahui daya hambat cairan pembersih dengan merk A, B, C, dan D serta
lensa kontak dalam menghambat pertumbuhan menggunakan aquadest sebagai kontrol negatif
bakteri Staphylococcus aureus. dan amoxillin sebagai kontrol positif. Sebagai
kontrol positif, digunakan kertas cakram uji
METODE PENELITIAN antibiotik amoxicillin. Sebagai kontrol negatif,
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif digunakan kertas cakram yang direndam dalam
menggunakan metode eksperimental disc akuades steril selama 15 menit.
diffusion (difusi cakram), untuk melihat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian
efektivitas antimikroba cairan pembersih lensa ini disterilkan terlebih dahulu. Alat-alat gelas
kontak terhadap pertumbuhan bakteri disterilkan dalam oven pada suhu 1700C
Staphylococcus aureus. selama ± 1 jam (sterilisasi kering), media
Penelitian ini dilakukan dengan disterilkan dalam autoclave pada suhu 1210C
menggunakan 4 perlakuan cairan pembersih selama 15 menit (sterilisasi basah) (Toy,
lensa kontak dengan 4 merk (A, B, C, dan D), Lampus, Hutagalung, Sam, & Manado, 2015).
kontrol negatif aquadest, kontrol positif Selanjutnya, sebanyak 9 gram Mueller-
amoxillin, dengan ulangan 6 kali ulangan. Hinton Agar ditimbang dan dimasukan ke
Kontrol positif yang digunakan dalam dalam erlenmeyer lalu ditambahkan dengan
penelitian ini ialah Amoxilin karena amoxilin aquades sampai menjadi 250 ml, serta
merupakan antibiotik. Sedangkan kontrol dipanaskan sambil diaduk sampai semua bahan
negatif yang digunakan dalam penelitian ini larut dengan sempurna, kemudian disterilkan
ialah aquades. Variabel bebas pada penelitian dalam autoclave selama 100 menit dengan suhu
ini adalah empat macam merk (A, B, C, dan D) 121oC. Sedangkan pembuatan stok bakteri ini
cairan pembersih lensa kontak yang dijual oleh dilakukan untuk memperbanyak bakteri,
agen resmi maupun dipasaran. Sedangkan dengan cara mengkultur bakteri Staphylococcus
variabel terikat pada penelitian ini adalah aureus pada media selektif sekaligus diferensial
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus MSA (Mannitol Salt Agar) .Selanjutnya,
diukur dengan diameter zona hambat. bakteri diencerkan dengan mencampurkan satu
Alat yang digunakan dalam penelitian ini ose suspensi bakteri Staphylococcus aureus ke
yaitu : tabung reaksi, mikro pipet, vortex, dalam tabung reaksi yang telah berisi NaCl
bunsen, korek api, jarum ose, spatula besi, steril, distandarisasi dengan konsentrasi 0.5 Mc
cawan petri, penggaris, rak tabung, neraca, Farland agar jumlah bakteri memenuhi syarat
autoclave, baki, aluminium foil, swab kapas, untuk uji efektivitas yaitu 105-108/ml.
erlenmeyer, pengukur waktu, inkubator, Kemudian larutan bakteri dioleskan pada media
cakram uji kosong, cakram amoxillin sebagai Mueller-Hinton Agar. Cakram amoxillin dan
kontrol positif, label, alat tulis, kamera, lidi, cakram uji kosong yang telah direndam di
tisu, kapas dan pinset. Bahan yang digunakan dalam cairan pembersih lensa kontak selama 15
dalam penelitian ini yaitu : media Mueller- – 45 menit lalu diletakan diatas permukaan
Hinton Agar, NaCl, aquades steril sebagai media Mueller-Hinton agar yang telah diolesi
bakteri. Lalu media diinkubasi ke dalam

20
Prosiding Seminar Kesehatan Perintis E-ISSN : 2622-2256
Vol. 2 No. 1 Tahun 2019

inkubator. Inkubasi dilakukan pada suhu 37 oC maka semakin sedikit pula senyawa aktif yang
selama 24 -48 jam, keesokan hatinya ukur terkandung didalamnya sehingga daya hambat
diameter zona hambat (clear zone) yang pertumbuhanpun semakin kecil (Razak,
terbentuk dengan skala milimeter (mm). Djamal, & Revilla, 2013).
Aktivitas antibakteri dinyatakan positif apabila Cairan pembersih merk A mengandung ;
terbentuk zona hambat berupa zona bening asam borat sebagai zat pendapar, EDTA
disekeliling paper disk (Kaseng, Muhlishah, & sebagai zat penghelat, NaCl sebagai zat
Irawan, 2016). Pengamatan dilakukan dengan pengosmolaritas, poloxamin sebagai surfaktan,
cara mengukur zona bening yang terbentuk HPMC sebagai comfort agen, pH control, dan
menggunakan jangka sorong, sehingga dapat zat pelembut. Cairan pembersih merk B
disebut dengan zona hambat (Province & mengandung ; PHMB 0,0001% sebagai zat
District, 2012). antimikroba, HPMC sebagai comfort agen,
Data yang diperoleh secara deskriptif poloxamer 407 sebagai surfaktan, NaCl sebagai
melalui pencatatan hasil uji efektivitas cairan pengosmolaritas, dan EDTA sebagai penghelat.
pembersih lensa kontak merk A, B, C, dan D, Cairan pembersih merk C mengandung ; asam
kontrol negatif serta kontrol positif amoxilin borat sebagai zat pendapar, EDTA sebagai zat
pada kertas cakram terhadap pertumbuhan penghelat, NaCl sebagai zat pengosmolaritas,
Staphylococcus aureus. Data disajikan secara poloxamin sebagai surfaktan, HPMC sebagai
deskriptif dalam bentuk tabel dan gambar. comfort agen, pH control, dan zat pelembut.
Cairan pembersih merk D mengandung ;
HASIL DAN PEMBAHASAN PHMB 20% sebagai zat antimikroba, asam
borat sebagai zat pendapar, NaCl sebagai zat
Karakteristik Cairan Pembersih Lensa pengosmolaritas, poloxamer 407 sebagai
surfaktan, EDTA sebagai zat penghelat, dan
Kontak
hydroxypropyl methylcellulose.
Penelitian ini menggunakan 4 merk yang
berbeda pada cairan pembersih lensa kontak
yang dikodekan dengan merk A, B, C, dan D, Karakteristik Bakteri Uji
cairan pembersih lensa kontak A, B, C, dan D Pengamatan makroskopis, Uji
diperoleh dari agen jual resmi khusus alat optik. Katalase, dan pengamatan mikroskopis dari
Cairan pembersih lensa kontak bermanfaat bakteri Staphylococcus aureus dapat dilihat
untuk membersihkan lensa kontak dari kotoran pada gambar
dan mikroorganisme sehingga menurunkan
risiko infeksi. Cairan pembersih lensa kontak
menjaga lensa kontak agar tetap lembab
sehingga tidak kering dan nyaman digunakan.
Air kran tidak boleh digunakan membersihkan
lensa kontak karena air tidak steril dapat
mengandung Achantamoeba sp yang dapat
menyebabkan keratitis (Lampung, 2018).
Cairan pembersih lensa kontak
mengandung zat pengosmolaritas, zat A
pengkhelat, pendapar, agen untuk membuat
nyaman dalam pemakaian, surfaktan, dan zat
antibakteri atau desinfektan cairan pembersih
lensa kontak A, B, C, dan D mengandung zat
tersebut di masing – masing komposisinya.
Besarnya daya hambat pertumbuhan
bakteri bergantung pada jumlah senyawa yang
terkandung pada tiap-tiap konsentrasi yang
berbeda. Semakin tinggi konsentrasi maka
semakin besar pula jumlah senyawa aktif yang B
terkandung didalamnya sehingga daya hambat
terhadap pertumbuhan kuman semakin besar.
Sebaliknya dengan penurunan konsentrasi

21
Prosiding Seminar Kesehatan Perintis E-ISSN : 2622-2256
Vol. 2 No. 1 Tahun 2019

antibiotik, termasuk methicillin. Terjadi


peningkatan infeksi mata yang positif terhadap
MRSA dari 29,5% pada tahun 2000, menjadi
41,6% pada tahun 2005. Tetapi saat ini lensa
kontak yang tersedia telah memiliki
kemampuan sebagai desinfektan biosidal
terhadap MRSA.
C MRSA adalah bentuk dari infeksi bakteri
yang tahan terhadap berbagai antibiotik,
termasuk methicillin, amoxicillin, penicillin,
Gambar 1. Karakteristik Bakteri dan oxacillin, sehingga menyulitkan dalam
Staphylococcus aureus, A. makroskopis , B. Uji pengobatannya. Pada awalnya MRSA hanya
katalase, C. Pengamatan Mikroskopis resisten terhadap antimikroba bercincin β-
laktam, namun dalam perkembangannya
Bakteri uji yang digunakan pada penelitian muncul kekebalan juga terhadap golongan
ini adalah Methilin resistan Staphylococcus quinolone, aminoglikosida, tetracycline, bahkan
aureus yang terdapat di UPT Laboratorium vancomycin. MRSA mengalami resistensi
Teknologi Laboratorium Medik STIKes karena adanya perubahan genetik yang
Perintis Padang. Pemeriksaan makroskopis dan disebabkan paparan terapi antibiotik yang tidak
mikroskopis bakteri uji pada penelitian ini rasional. MRSA yang sesungguhnya (true
bertujuan untuk memastikan kebenaran dari MRSA) dapat didiagnosis dengan pemeriksaan
bakteri uji, dalam hal ini bakteri yang Polymerase Chain Reaction (PCR) atau kultur
digunakan adalah Staphylococcus aureus. dengan CHROM agar MRSA.
Makroskopis dari bakteri Staphylococcus
aureus ini yaitu terbentuknya pigmen kuning Uji Daya Hambat Cairan Pembersih
ketika bakteri dikultur pada media diferensial Lensa Kontak
MSA (Mannitol Salt Agar), warna koloni Pada uji daya hambat cairan pembersih
kuning berbentuk bulat menonjol dan lensa kontak dengan 4 merk yang berbeda (A,
mengkilap, serta pada uji katalase bakteri uji B, C, dan D) dalam menghambat pertumbuhan
menghasilkan gelembung oksigen yang Staphylococcus aureus dilakukan 6 kali
menandakan bakteri berkatalase positif. pengulangan dan penetapan potensi dilakukan
Mikroskopis dari bakteri Staphylococcus dengan adanya kontrol positif dan kontrol
aureus ini yaitu berbentuk kokus gram positif, negatif.
serta bergerombol. Dari hasil uji dapat diketahui bahwa
Penelitian sebelumya dengan penggunaan cairan pembersih lensa kontak tidak memiliki
Larutan multiguna kontak lensa yang beredar di daya hambat dalam menghambat pertumbuhan
pasaran efektif terhadap bakteri isolat klinis Staphylococcus aureus. Hal ini dapat dilihat
Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus dari tidak adanya diameter zona hambat yang
aureus dengan waktu kontak yang efektif terbentuk dalam 6 kali pengulangan pada merk
terhadap kedua bakteri tersebut adalah 6 jam A, B, C, maupun D pada media Mueller-Hinton
(Costeros & Perspectiva, 2006). Agar
Staphylococcus aureus berbentuk sferis ,
berdiameter 0.8-1 mikron dan tidak motil.
Staphylococcus aureus tidak menghasilkan
spora, berbentuk kokus gram positif
bergerombol, katalase positif, memiliki pigmen
kuning emas, mempoduksi eksotoksin
(enterotoksin), Penghuni mukosa hidung, dan
oral. Bakteri ini merupakan bakteri patogen
utama pada manusia yang menyebabkan
berbagai penyakit secara luas (Novaryatiin,
Pratomo, & Yunari, 2018).
Methilin resistan Staphylococcus aureus Gambar 2. Uji daya hambat cairan pembersih
(MRSA) merupakan beberapa strain dari kontak lensa terhadap Staphylococcus aureus
bakteri aureus yang resisten terhadap berbagai dengan metode difusi cakram.

22
Prosiding Seminar Kesehatan Perintis E-ISSN : 2622-2256
Vol. 2 No. 1 Tahun 2019

Berdasarkan hasil pengamatan dari tes secara signifikan, yang artinya cairan
dengan metode difusi cakram dapat pembersih kontak lensa tidak dapat
diperhatikan tidak terbentuknya zona bening menghambat pertumbuhan bakteri
disekitar kertas cakram. Diduga zona bening Staphylococcus aureus. Suatu bahan dikatakan
yang terbentuk hanya ≤ 6 mm dimana ukuran mempunyai aktivitas antibakteri apabila
kertas cakram yang digunakan adalah 6 mm. diameter hambatan yang terbentuk lebih besar
Dari uji daya hambat ini tidak ada perbedaan atau sama dengan 6 mm.

Tabel 1. Hasil perhitungan diameter zona hambat (clear zone) yang terbentuk dengan skala
milimeter (mm).

Cairan Konsentrasi Diameter Zona Hambat Pada


Kont Kontr
Bakteri Uji Pembersih Desinfektan Pengulangan (mm)
rol Positif
ol Negatif
Lensa Kontak (%) 1 2 3 4 5 6
A 0 ≤6 ≤6 ≤6 ≤6 ≤6 ≤6
Staphylococ B 0,0001 ≤6 ≤6 ≤6 ≤6 ≤6 ≤6
13mm 6mm
cus aureus C 0 ≤6 ≤6 ≤6 ≤6 ≤6 ≤6
D 20 ≤6 ≤6 ≤6 ≤6 ≤6 ≤6
Ket: Diameter zona hambat sama dengan diameter cakram = 6mm
Jika dikaitkan dengan ketentuan kriteria zat pelembut. Cairan pembersih merk B
aktivitas daya hambat, zona hambat yang mengandung ; PHMB 0,0001% sebagai zat
terbentuk ≥ 20 mm dianggap memiliki aktivitas antimikroba, HPMC sebagai comfort agen,
daya hambat sangat kuat,10-20 mm dinyatakan poloxamer 407 sebagai surfaktan, NaCl sebagai
memiliki aktivitas daya hambat kuat, 5-10 mm pengosmolaritas, dan EDTA sebagai penghelat.
dinyatakan memiliki aktivitas daya hambat Cairan pembersih merk C mengandung ; asam
sedang dan ≤ 5 mm dinyatakan memiliki borat sebagai zat pendapar, EDTA sebagai zat
aktivitas daya hambat lemah (Involvement, penghelat, NaCl sebagai zat pengosmolaritas,
2016). poloxamin sebagai surfaktan, HPMC sebagai
Kontaminasi bakteri pada permukaan comfort agen, pH control, dan zat pelembut.
kontak lensa atau alat-alat biomedis lainnya Cairan pembersih merk D mengandung ;
biasanya dimulai dengan adanya penempelan PHMB 20% sebagai zat antimikroba, asam
awal beberapa bakteri ke permukaan diikuti borat sebagai zat pendapar, NaCl sebagai zat
dengan proses implantasi (penanaman), tetapi pengosmolaritas, poloxamer 407 sebagai
kemudian, berkembang ke bentuk biofilm pada surfaktan, EDTA sebagai zat penghelat, dan
permukaan lensa kontak. Biofilm inilah yang hydroxypropyl methylcellulose.
menunjukkan adanya resistensi terhadap Dari kandungan masing – masing merk
antibiotik pada larutan pencuci dan sistem cairan pembersih lensa kontak yang digunakan
imunitas(Vitro et al., 2016). pada penelitian ini, cairan pembersih A dan C
Cairan pembersih lensa kontak tidak mengandung zat antimikroba pada
menggunakan polimer sebagai desinfektan, komposisinya, sedangkan cairan pembersih B
namun fungsi cairan pembersih lensa kontak menggunakan PHMB 0,0001% sebagai zat
lainnya yang lebih diutamakan adalah sebagai antimikroba serta cairan pembersih D
media penyimpanan steril selama lensa kontak menggunakan PHMB 20% sebagai zat
tidak digunakan. Agar lensa kontak yang antimikroba pada komposisinya.
direndam dalam cairan ini dapat langsung Dengan demikian pasien yang
digunakan pada mata, maka agen polimer yang menggunakan kontak lensa haruslah
digunakan dibuat sedemikian rupa sehingga berhati0hati dalam pemilihan cairan pembersih
tidak mengiritasi mata dengan mengurangi kontak lensa. Penggunaan lensa kontak
kadar desinfektannya(Razak et al., 2013) semakin meningkat karena mudah digunakan,
Cairan pembersih merk A mengandung ; nyaman untuk beraktivitas, memberikan lapang
asam borat sebagai zat pendapar, EDTA pandang lebih luas, dan lebih baik secara
sebagai zat penghelat, NaCl sebagai zat estetik. Meskipun demikian, penggunaan lensa
pengosmolaritas, poloxamin sebagai surfaktan, kontak memberikan komplikasi yang dapat
HPMC sebagai comfort agen, pH control, dan mengakibatkan buta. Komplikasi tersebut dapat

23
Prosiding Seminar Kesehatan Perintis E-ISSN : 2622-2256
Vol. 2 No. 1 Tahun 2019

dicegah dengan mengetahui cara perawatan Volume 17, Nomor 1, April 2016, Hlm. 1-
lensa kontak yang benar. Perawatan lensa 6 (A), 17(1), 1–6.
kontak dimulai dengan memilih cairan Lampung, B. (2018). Bandar lampung 2018.
perendam, cara memasang dan melepas, cara 2018.
menyimpan, serta cara merawat kotak Novaryatiin, S., Pratomo, G. S., & Yunari, C.
penyimpan lensa kontak dengan tepat. (2018). Uji Daya Hambat Ekstrak Etanol
Kebersihan tangan merupakan hal utama yang Daun Jerangau Hijau terhadap
harus diperhatikan saat memasang dan Staphylococcus aureus. Borneo Journal of
melepaskan lensa kontak. Oleh sebab itu, Pharmacy, 1(1), 11–15.
pasien harus mencuci kedua tangannya dengan https://doi.org/10.33084/bjop.v1i1.236
bersih menggunakan sabun antiseptik Pietersz, E. L., Sumual, V., & Rares, L. (2016).
(Sitompul, 2015). Penggunaan lensa kontak dan
pengaruhnya terhadap dry eyes pada
KESIMPULAN mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas
Cairan pembersih lensa kontak yang Sam Ratulangi. E-CliniC, 4(1).
dikodekan dengan A, B, C, dan D tidak https://doi.org/10.35790/ecl.4.1.2016.122
memiliki daya hambat dalam menghambat 89
pertumbuhan bakteri m Staphylococcus Province, J., & District, H. (2012). daya
aureus. Tidak adanya perbandingan daya hambat dekok kulit apel manalagi (malus
hambat pada cairan pembersih lensa kontak sylvestrs mill.) terhadap pertumbuhan
dalam menghambat pertumbuhan staphylococcus aureus dan pseudomonas
Staphylococcus aureus. sp. penyebab mastitis pada sapi PERAH
(1. 8013(2), 104–109.
REFERENSI Razak, A., Djamal, A., & Revilla, G. (2013).
Costeros, E., & Perspectiva, U. N. A. (2006). 1 Artikel Penelitian Uji Daya Hambat Air
, 1 , 2 ,. 6(2003), 2006. Perasan Buah Jeruk Nipis ( Citrus
Hildebrandt, C., Wagner, D., Kohlmann, T., & aurantifolia s .) Terhadap Pertumbuhan
Kramer, A. (2012). In-vitro analysis of the Bakteri Staphylococcus Aureus Secara In
microbicidal activity of 6 contact lens Vitro. Jurnal Kesehatan Andalas, 2(1), 5–
care solutions. BMC Infectious Diseases, 8. Retrieved from
12. https://doi.org/10.1186/1471-2334-12- http://jurnal.fk.unand.ac.id/articles/vol_2n
241 o_1/05-08.pdf
Idayati, R., & Mutia, F. (2016). gambaran Saputri, F. (2014). Kajian Penggunaan
penggunaan lensa kontak ( soft lens ) Pengkelat untuk Menurunkan Kandungan
pada mahasiswa universitas syiah kuala Besi dalam Minyak Daun Cengkeh.
ditinjau dari jenis lensa. 129–134. Online Jurnal of Natural Science, 3(2),
Iguban, E. B., & Nanagas, J. P. R. (2016). The 57–61.
In Vitro Anti-Microbial Activity of Sitompul, R. (2015). Perawatan Lensa Kontak
Multipurpose Contact Lens Solutions untuk Mencegah Komplikasi Ratna
against Standard Strains of Common Sitompul. EJournal Kedokteran
Ocular Pathogens: The Effect of Duration Indonesia, 3(1), 1–9.
from First Use. Journal of Clinical & https://doi.org/10.23886/ejki.3.4811.
Experimental Ophthalmology, 7(3). Toy, T. S. S., Lampus, B. S., Hutagalung, B. S.
https://doi.org/10.4172/2155- P., Sam, U., & Manado, R. (2015).
9570.1000560 terhadap pertumbuhan bakteri
Involvement, G. (2016). # Staphylococcus staphylococcus aureus Program Studi
aureus DAN Escherichia coli. 3(1), 5–11. Pendidikan Dokter Gigi Fakultas
Kaseng, E. S., Muhlishah, N., & Irawan, S. Kedokteran
(2016). Staphylococcus aureus Dan Vitro, I. N., Activity, A., Various, O. F.,
Escherichia coli Ekstrak Etanol Daun Polymers, A., To, O. N., Bacteria, I., …
Mangrove Rhizophora mucronata Dan Surface, C. (2016). Aktivitas Antibakteri
Efek Antidiabetiknya Pada Mencit Yang Berbagai Polimer Antimikroba. 5(7), 58–
Diinduksi Aloksan. Jurnal Bionature, 62.

24

Anda mungkin juga menyukai