Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

AKTIVITAS ANTIJAMUR

Disusun oleh :

Indah Pratiwi Rustandi 411117045

Chofifah Rosyani 411117046

Dilah Fadillah 411117047

Alen Dian Veronica 411117048

PROGRAM STUDI ANALIS KESEHATAN (D-3)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL ACHMAD YANI

CIMAHI

2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, sang Pengatur Alam Semesta, yang telah

melimpahkan kasih-Nya sehingga kami berhasil menyusun Laporan Praktikum

Mikologi yang berjudul “AKTIVITAS ANTIJAMUR” dapat diselesaikan dengan

baik.

Meskipun kami sangat berharap agar laporan praktikum ini tidak memiliki

kekurangan, tetapi kami menyadari bahwa pengetahuan kami sangatlah terbatas,

sehingga kami tetap mengharapkan masukan serta kritik dan saran yang

membangun dari pembaca untuk laporan praktikum ini demi terciptanya laporan

yang lebih baik lagi

Cimahi, 17 April 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN....................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... 3
1.3. Tujuan ....................................................................................................... 3
1.4. Manfaat Praktikum .................................................................................... 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 4
2.1. Definisi Jamur Candida albicans ............................................................... 4
2.2. Pengertian Daun Sirih dan Komposisinya................................................. 5
BAB III. ALAT DAN BAHAN ................................................................................. 8
BAB IV. HASIL PENGAMATAN ........................................................................... 9
BAB V. PENUTUP ............................................................................................ 10
BAB V. PENUTUP ............................................................................................ 10
5.1. Kesimpulan ............................................................................................. 10
5.2. Saran ...................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 11
LAMPIRAN ........................................................................................................ 12

ii
BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Infeksi jamur yang sering disebut mikosis semakin dikenal sebagai

penyebab morbiditas dan mortalitas pada pasien rawat inap di rumah

sakit,terutama pasien imunokompromis. Infeksi jamur digolongkan menjadi

infeksi jamur endemik dan infeksi jamur oportunistik. Kandidiasis merupakan

mikosis dengan insidensi tertinggi pada infeksi oportunistik (Nasronudin,

2006).

Kandidiasis Vulvovaginalis (KVV) adalah infeksi mukosa vagina dan

vulva (epitel tidak terkait) yang disebabkan oleh spesies Candida. Jika

infeksi masih di vagina, maka disebut vaginitis. Dapat meluas sampai vulva

(vulvitis) (Bindusari, 2001).

Penyebab lain terjadinya infertilitas adalah radikal bebas. Radikal

bebas banyak dijumpai pada lingkungan, misalnya radiasi sinar UV,paparan

sinar-X, peptisida dan asap rokok. Radikal bebas ini nantinyaakan

menyebabkan gangguan hormonal pada sistem reproduksi yang bisa

menyebabkan ketidaksuburan. Radikal bebas dapat menyebabkan

kerusakan sel, gangguan fungsi sel, bahkan kematian sel. Molekul utama di

dalam tubuh yang dirusak oleh radikal bebas adalah DNA, lemak,dan protein

(Suryohudoyo, 2000).

Pada saat ini obat-obat sintetik antifungi telah berkembang luas

seiring dengan tingginya kasus kandidiasis. Namun, obat-obat tersebut

1
2

masih banyak mempunyai kelemahan seperti adanya efek samping,

resistensi, aturan pakai yang menyulitkan, dan mahal. Daun sirih merah

sebagai salah satu herbal medicine mengandung senyawa alkaloid,

flavonoid, tanin, dan minyak atsiri diduga mempunyai daya antifungi.

Kandidiasis (kandidosis, moniliasis, thrush) adalah penyakit jamur

akut atau subakut yang disebabkan oleh Candida (Brown & Burns,

2005;Siregar, 2005). Penelitian-penelitian menunjukkan bahwa

sedikitnya60%isolat yang diambil dari sumber infeksi adalah Candida

albicans (Rosalina&Sianipar,2006).

Obat-obat sintetik antifungi sebagai agen pengobatan infeksi jamur

pada waktu ini telah dikembangkan secara luas, baik di negara maju

maupun negara berkembang seiring semakin tingginya kasus kandidiasis.

Namun, penggunaan obat-obat antifungi yang terbuat dari bahan kimia

seperti amfoterisin, nistatin, ketokonazol, dan griseofulvin sering

menimbulkan banyak masalah seperti adanya efek samping yang serius,

resistensi, aturan pakai yang menyulitkan, dan perlunya pengawasan dokter,

selain harganya mahal. Berkaitan dengan masalah di atas, perlu dicari agen

lain yang mempunyai daya antifungi lebih efektif dan murah (Gholib, 2009;

Rintiswati dkk, 2004).


3

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan jamur Candida albicans ?

2. Apa itu daun sirih dan apa saja kompisisinya ?

3. Apakah pada sabun sirih purbasari natural dapat menghambat

pertumbuhan jamurpada daerah intim perempuan?

1.3. Tujuan

1. untuk mengetahui definesi jamur Candida albicans

2. untuk mengetahui pengertian daun sirih dan komposisinya

3. untuk mengetahui seberapa sensitive sabun sirih purbasari

menghambat jamur pada daerah intim perempuan

1.4. Manfaat Praktikum

1. Peneliti dapat mengetahui seberapa besar sabun sirih purbasari dapat

menghambat jamur pada daerah intim perempuan

2. Memberi informasi pada masyarakat agar lebih selektif memilih produk

untuk membersihkan daerah kewanitaannya.


BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Jamur Candida albicans

Candida merupakan jamur yang mempunyai kemampuan untuk

tumbuh dalam dua bentuk yang berbeda yaitu blastopore (blasroconidia)

adalah bentuk fenotip yang bertanggung jawab dalam tranmisi dan

penyebaran, serta germinated yeast. Oleh karena itu Candida disebut jamur

dimorfik. Perbedaan ini tergantung pada faktor eksternal yang

mempengaruhi selama proses pertumbuhan berlangsung. Bentuk fenotip

dapat menginvasi jaringan dan menimbulkan simptomatik karena dapat

menghasilkan mycelia.

Kandidiasis adalah infeksi jamur yang terjadi karena tidak

terkontrolnya pertumbuhan dari spesies Candida, yang dapat menyebabkan

sariawan, lesi pada kulit, vulvaginistis, candiduria, gastrointestinal

candidiasis yang menyebabkan gastriculcer atau bahkan dapat menjadi

komplikasi kanker. Pada orang sehathidup 30-60% Candida albicans yang

hidup normal tanpa adanya keluhan namun dapat menjadi patogen bila

terdapat faktor resiko seperti menurunnya imunitas, gangguan endokrin,

terapi antibiotik jangka panjang, perokok dan kemoterapi.

Sel jamur Candida berbentuk bulat, lonjong atau bulat lonjong.

Koloninya pada medium padat sedikit timbul dari permukaan medium,

dengan permukaan halus, licin atau berlipat-lipat, berwarna putih kekuningan

dan berbau ragi. Besar koloni bergantung pada umur. Pada tepi koloni dapat

4
5

dilihat hifa semu sebagai benang-benang halus yang masuk ke dalam

medium. Pada medium cair jamur biasanya tumbuh pada dasar tabung.

Klasifikasi Candida albicans adalah berikut:

Division : Thallophyta

Subdivisio : Fungi

Classis : Deuteromycetes

Ordo : Moniliases

Familia : Cryptococcaceae

Genus : Candida

Gambar 1. Jamur C. Albicans

Spesies : Candida albicans

C. albicans menimbulkan suatu keadaan yang disebut kandidiasis,

yaitu penyakit pada selaput lendir, mulut, vagina dan saluran pencernaan

Infeksi terbanyak secara endogen, karena jemur telah ada di dalam tubuh

penderita, di dalam berbagi organ, terutama di dalam usus. Infeksi biasanya

terjadi bila ada faktor predisposisi. Oleh karena itu C. albicans pada

hakikatnya dimasukkan sebagian jamur oportinis.

2.2. Pengertian Daun Sirih dan Komposisinya

Daun sirih dalah cairan pembersih yang aman digunakan untuk

sehari-hari, menjadikan daerah kewanitaan lebih bersih, lebih segar, lebih

nyaman, lebih wangi dan sehat. Terbuat dari ekstrak daun sirih yang
6

mempunyai bermanfaat bagi kesehatan, seperti untuk mengobati keputihan

dan mengobati mata belekan, daun sirih juga bermanfaat untuk mengobati

penyakit jantung dan diabetes. Tanaman sirih ini ternyata juga memiliki

banyak spesies. Antara lain sirih gading, sirih hijau, sirih hitam, sirih kuning

dan sirih merah. Ciri khas tanaman sirih adalah merambat dengan bentuk

daun menyerupai hati dan bertangkai yang tumbuh berselang seling

mengikuti sulur batangnya. Termasuk kategori tanaman obat yang mudah

dibudidayakan di pekarangan rumah. Khasiat dan manfaat daun sirih bagi

wanita adalah dalam proses menyembuhkan keputihan dan daun sirih

mampu membersihkan organ intim wanita.

2.3. Sabun sirih purbasari menghambat jamur pada daerah intim perempuan

Antiseptik adalah zat yang biasa digunakan untuk menghambat

pertumbuhan dan membunuh mikroorganisme berbahaya (patogenik) yang

terdapat pada permukaan tubuh luar mahluk hidup. Secara umum,

antiseptik berbeda dengan obat-obatan maupun disinfektan. Antiseptik

adalah larutan antimikroba yang digunakan untuk mencegah infeksi,

sepsis, dan putrefaksi. Antiseptik berbeda dengan antibiotic dan

disinfektan, yaitu antibiotic digunakan untuk membunuh mikroorganisme di

dalam tubuh, dan disinfektan digunakan untuk membunuh mikroorganisme

pada benda mati. Beberapa antiseptic merupakan germisida, yaitu mampu

membunuh mikroba, dan ada pula yang hanya mencegah atau menunda

pertumbuhan mikroba tersebut. Antibakterial adalah antiseptic hanya dapat

dipakai melawan bakteri.


7

Daerah kewanitaan merupakan organ tubuh yang paling sensitif.

Pada dasarnya organ kewanitaan memiliki kemampuan untuk

membersihkan daerah tersebut sendiri. Adanya flora normal di dalamnya

akan melindungi daerah tersebut dari berbagai kotoran, bakteri, dan kuman

yang masuk. Jadi sebenarnya tidak diperlukan bahan khusus untuk

membersihkannya, cukup dengan air bersih. Namun, untuk kasus tertentu,

seperti gatal-gatal, keputihan, ataupun dalam masa menstruasi, produk

pembersih dapat digunakan. Karena biasanya sabun/pembersih tersebut

mengandung antiseptik yang berfungsi untuk membunuh kuman.

Produk pembersih daerah kewanitaan hendaknya dipilih yang

memiliki pH kurang lebih sama dengan pH organ intim wanita yakni sekitar

3,5- 4,5. Pada pH tersebut, kuman-kuman tidak dapat tumbuh dan

berkembangbiak. Juga perlu diperhatikan bahwa produk pembersih ini

tidak dianjurkan untuk digunakan setiap hari. Adanya kandungan antiseptik

di dalamnya dikhawatirkan akan mengganggu flora normal organ intim

wanita, sehingga justru tidak dapat berfungsi untuk melindungi.


BAB III. ALAT DAN BAHAN

Tabel 1. Alat yang digunakan pada penelitian

NamaAlat Spesifikasi

Cawan petri

Erlemeyer

Mikropipet 1000 mikroliter (1 ml)

OsseTusuk KawatNiCr

Objek Glass 25,4 × 76,2 mm

Cover Glass 22 × 22 mm

Tabel 2. Bahan yang digunakan pada penelitian

NamaBahan Spesifikasi

Sampel Kacang Merah 5 gram

Media Pepton Water 1%

PDA

Zat Warna LPCB

8
BAB IV. HASIL PENGAMATAN

Pengamatan pada media

Sampel : Purbasari Sabun Sirih

Obat Antijamur Diameter Hambatan (mm)


5% Tidak ada hambatan
10% Tidak ada hambatan
15% Tidak ada hambatan
20% Tidak ada hambatan
25% Tidak ada hambatan

9
BAB V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Pada praktikum Aktivitas Antijamur pada sampel sabun kewanitaan

merek Purbasari sabun sirih tidak ditemukan zona hambat dalan tiap

pengenceran yang berarti jenis sabun kewanitaan tersebut tidak dapat

menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans. Kemungkinan dilihat

dari faktor harga yang murah menyebabkan kandungan antijamurnya sedikit.

5.2. Saran

Dapat di gunakan jenis sabun kewanitaan yang lain untuk mengetahui

kemampuan sabun kewanitaan lain dalam menghambat pertumbuhan

Candida albicans.

10
DAFTAR PUSTAKA

Brow n, R.G. & Burns, T. 2005. Lectu re Note on Dermatologi: Infeksi Jamur.

Edisi 8. Ja ka rta : Erla ngga. pp. 33-8.

Gholib, D. 2009. Uji Daya Hambat Daun Senggani (Melastoma malabathricum L.)

terhadap Trichophyton mentagrophytees dan Candida albicans. Berita

Biologi. Balai Besar Pene litian Veteriner Bogor. 9: 5.

Rosalina & Sia nipar, O. 2006. In sid en si Candidia sis: Tin jauan Klinis dan

Laboratoris. Berkala Kesehatan Klinik. 12(2): 128-32.

Bindusari, A., Suyoso, S. 2001. Terapi kandidiasis vulvovaginal. Berkala ilmu

penyakit kulit & kelamin FK Unair Desember; 13(3): 147-55.

Wulansari dan Cahirul, 2011. Wulansari, D. dan Chairul, 2011, Penapisan

Aktivitas Antioksidan dan Beberapa Tumbuhan Obat Indonesia

Menggunakan Radikal 2,2 -Diphenyl-1 Picrylhydrazyl (DPPH), Majalah

Obat Tradisional, 16 (1) 22–2

11
LAMPIRAN

12

Anda mungkin juga menyukai