Anda di halaman 1dari 14

PROPOSAL KIMIA KUALITATIF

“ IDENTIFIKASI SENYAWA BORAKS DENGAN ANALISA KUALITATIF PADA


BAKSO “

Dosen pengampu : Susan Primadevi, M.Sc

Disusun oleh :

1. Ika Syafitri (201904017)


2. Jihan Nabilah (201904018)
3. Liana Safitri (201904019)
4. Maslakhatun Nikmah (201904020)
5. Miftakhul Ulya (201904022)
6. Naela Mustasya (201904023)
7. Oktvia Noor Faiza (201904024)

PROGRAM STUDI D3 FARMASI

STIKES CENDEKIA UTAMA KUDUS

TA. 2020/2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...................................................................................................................

KATA PENGANTAR....................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................

Latar Belakang................................................................................................................
Rumusan masalah.........................................................................................................
Tujuan ...........................................................................................................................
Manfaat .........................................................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………………………...

BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................................

Alat ..................................................................................................................................

Bahan ...............................................................................................................................

Sampel .............................................................................................................................

Prosedur............................................................................................................................

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil ..........................................................................................................................

Pembahasan ..............................................................................................................

BAB V KESIMPULAN

kesimpulan .....................................................................................................

BAB VI DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………....


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyusun proposal tentang “
IDENTIFIKASI SENYAWA BORAKS DENGAN ANALISA KUALITATIF PADA
BAKSO “ .

Proposal ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar dalam pembuatan proposal ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan proposal ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasa. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga proposal tentang “ IDENTIFIKASI SENYAWA


BORAKS DENGAN ANALISA KUALITATIF PADA BAKSO ” dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi terhadap pembaca.

Kudus, 28 Mei 2021

Kelompok 3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Makanan yang disukai dan berkualitas baik adalah makanan yang memiliki
bentuk dan aroma yang menarik, rasa yang enak, warna dan konsistensinya baik serta
awet. Untuk mendapatkan makanan yang diinginkan maka sering pada proses
pembuatannya dilakukan penambahan “Bahan Tambahan Pangan (BTP)” yang disebut
zat aktif kimia (food additive) (Harimurti & Dwi Putri, 2016).
Peranan bahan tambahan pangan (BTP) khususnya bahan pengawet menjadi
semakin penting sejalan dengan kemajuan teknologi produksi BTP sintesis. Banyaknya
BTP dalam bentuk lebih murni dan tersedia secara komersil dengan harga yang relatif
murah akan mendorong meningkatnya pemakaian BTP yang berarti meningkatkan
konsumsi bahan tersebut bagi setiap individu (Triastuti, Fatimawali, & Runtuwene,
2013).
Sudah tidak asing lagi bahwa banyak zat-zat berbahaya yang langsung dicampur
sebagai bahan tambahan makanan, salah satu zat yang sering digunakan yaitu ‘Boraks’
atau ‘Bleng’. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor: 722/MenKes/Per/IX/88
tentang BTP, boraks termasuk bahan yang berbahaya dan beracun sehingga tidak boleh
digunakan sebagai BTP (RI, 1988)
Walaupun boraks telah jelas dilarang penggunaannya pada makanan, tetapi pada
kenyatannya masih terdapat makanan yang dijajakan menggunakan bahan tersebut, salah
satunya adalah bakso. Hal ini bertujuan mencegah bakso menjadi rusak dan cepat basi
(Suntaka, Joseph, & Sondakh, 2015).
B. Rumusan Masalah
Apakah terdapat senyawa boraks pada sampel bakso ?
C. Tujuan
Untuk mengetahui ada atau tidaknya kandungan boraks pada bakso .
D. Manfaat
Untuk menambah pengetahuan dan informasi tentang kandungan senyawa kimia
berbahaya yang terdapat dalam bakso .
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Masalah yang Diteliti


1. Pangan
Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik
yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan
ataupun minuman bagi konsumsi manusia. Termasuk didalamnya adalah
bahan tambahan pangan, bahan baku pangan dan bahan lain yang digunakan
dalam proses penyiapan, pengolahan atau pembuatan makanan atau minumam
(Widayat, 2011).
Untuk menghasilkan produk-produk makanan sehat yang bermutu harus
menggunakan beberapa jenis bahan tambahan pangan yang aman dikonsumsi
dan telah diizinkan Depkes (Wisnu, 2009).
Berdasarkan cara perolehannya, pangan dibedakan menjadi 3 (Saparinto &
Hidayati, 2006) :
 Pangan segar adalah pangan yang belum mengalami pengolahan.
Pangan segar dapat dikonsumsi langsung ataupun tidak langsung.
 Pangan olahan adalah makanan atau minuman hasil proses
pengolahan dengan cara atau metode tertentu, dengan atau tanpa
bahan tambahan. Contoh: the manis, nasi, pisang goreng dan
sebagainya. Pangan olahan bisa dibedakan lagi menjadi pangan
olahan siap saji dan tidak siap saji.
 Pangan olahan siap saji adalah makanan dan minuman yang sudah
diolah dan siap disajikan di tempat usaha atau di luar tempat usaha
atas dasar pesanan.
2. Bahan Tambahan Pangan
a. Pengertian Bahan Tambahan Pangan (BTP)
BTP dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
772/Menkes/Per/IX/88 No. 1168/menkes/PER/X/1999 secara umum
adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan
biasanya bukan merupakan komponen khas makanan, mempunyai atau
tidak mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja ditambahkan ke
dalam makanan untuk maksud teknologi (termasuk organoleptik) pada
pembuatan, pengolahan, penyediaan, perlakuan, pewadahan,
pembungkusan, penyimpanan (RI, 1988).
Penggunaan BTP dalam proses produksi pangan perlu diwaspadai
bersama, baik oleh produsen maupun oleh konsumen, karena dampak
penggunaannya dapat berakibat positif maupun negatif bagi
masyarakat. Di bidang pangan kita memerlukan sesuatu yang lebih
baik untuk masa depan, yaitu pangan yang aman untuk dikonsumsi,
lebih bermutu, bergizi dan lebih mampu bersaing dalam pasar global.
Kebijakan keamanan pangan (food safety) dan pembangunan gizi
nasional (food nutrient) merupakan bagian integral dari kebijakan
pangan nasional, termasuk penggunaan bahan tambahan pangan
(Wisnu, 2009)
b. Pengglongan Bahan Tambahan Pangan
Secara umum bahan tambahan makanan dapat dibagi menjadi dua
golongan besar, yaitu:
1) Bahan tambahan pangan yang ditambahkan dengan sengaja
ke dalam makanan, dengan mengetahui komposisi bahan
dan maksud penambahan bahan tambahan makanan
dapatmempertahankan kesegeran, cita rasa dan membantu
pengolahan, contoh: pengawet, pewarna dan pengeras.
2) Bahan tambahan pangan yang tidak sengaja ditambahkan,
yaitu bahan yang tidak mempunyai fungsi dalam makanan
tersebut, terdapat secara tidak sengaja, baik dalam jumlah
sedikit atau cukup banyak akibat perlakuan selama proses
produksi, pengolahan dan pengemasan. Bahan ini dapat
pula merupakan residu atau kontaminan dari bahan yang
sengaja ditambahkan untuk tujuan produksi bahan mentah
atau penanganannya yang masih terus terbawa ke dalam
makanan yang akan dikonsumsi. Contoh: residu pestisida
(insektisida, fungisida, dan herbisida) dan antibiotik
(Wisnu, 2009).
c. Bahan Tambahan Pangan yang Dilarang
Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang dilarang menurut Permenkes
RI No. 722/Menkes/Per/IX/88 dan No. 1168/Menkes/PER/X/1999,
sebagai berikut:
i. Natrium tetraborat (boraks)
ii. Formalin (formaldehyd)
iii. Minyak nabati yang dibrominasi (brominated vegetable
oils)
iv. Kloramfenikol (chloramphenicol)
v. Kalium klorat (potassium chlorat)
vi. Dietilpirokarbonat (diethylpirocarbonate, DEPC)
vii. Nitrofuranzon (nitrofuranzone)
viii. P-Phenetilkarbbamida (p-phenethycarbamide, dulcin, 4-
ethoxyphenyl urea)
ix. Asam salisilat dan garamnya (salicylic acid and its salt)
x. Rhodamin B (pewarna merah)
xi. Methanyl Yellow (pewarna kuning)
xii. Dulsin (pemanis sintesis)
xiii. Potasium bromat (pengeras)
3. Zat Pengawet
Zat pengawet adalah bahan tambahan makanan yang mencegah atau
menghambat fermentasi, pengasaman atau peruraian lain terhadap makanan
yang disebabkan oleh mikroorganisme. Bahan tambahan pangan ini biasanya
ditambahkan ke dalam makanan yang mudah rusak atau makanan yang
disukai sebagai media tumbuhnya bakteri atau jamur, misal daging, buah-
buahan, dan lain-lain (RI, 1988). Pengertian bahan pengawet sangat bervariasi
tergantung dari negara yang membuat atasan pengertian tentang bahan
pengawet. Meskipun demikian, penggunaan bahan pengawet memiliki tujuan
yang sama, yaitu mempertahankan kualitas dan memperpanjang umur simpan
bahan pangan (Wisnu, 2009).
Zat pengawet terdiri dari senyawa organik dan senyawa anorganik dalam
bentuk asam dan garamnya (Rohman & Sumantri, 2007).
Pengawet Organik, yang lebih banyak dipakai dari pada zat pengawet
anorganik karena pengawet organik lebih mudah dibuat dan dapat
terdegradasi sehingga mudah diekskresikan. Bahan pengawet organik yang
sering digunakan adalah: asam sorbat, asam propianat, dan asam benzoat.
Pengawet Anorganik, yang masih sering dipakai dalam bahan makanan
adalah: nitrit, nitrat dan sulfit. Nitrit umumnya digunakan pada proses curing
daging untuk memperoleh warna yang baik dan mencegah pertumbuhan
mikroba seperti Clostridium botulinum, suatu bakteri yang dapat
memproduksi racun yang mematikan. Akhirnya, nitrit dan nitrat banyak
digunakan sebagai bahan pengawet tidak saja pada produk-roduk daging,
tetapi juga pada ikan dan keju. Penggunaan Na- Nitrit sebagai pengawet untuk
mempertahankan warna daging atau Ikan ternyata menimbulkan efek yang
membahayakan. Nitrit dapat berikatan dengan amino atau amida dan
membentuk turunan Nitrosamin yang bersifat toksik (Wisnu, 2009).
Secara umum penambahan bahan tambahan pengawet pada pangan
bertujuan sebagai berikut:
 Menghambat pertumbuhan mikroba pembusuk pada pangan, baik
yang bersifat patogen maupun yang tidak patogen.
 Memperpanjang umur simpan pangan.
 Tidak menurunkan kualitas gizi, warna, cita rasa, dan bau bahan
pangan yang diawetkan.
 Tidak untuk menyembunyikan keadaan pangan yang berkualitas
rendah.
 Tidak digunakan untuk menyembunyikan penggunaan bahan yang
salah atau yang tidak memenuhi persyaratan.
 Tidak digunakan untuk menyembunyikan kerusakan bahan
pangan.
4. Boraks
a) Pengertian Boraks
Boraks adalah senyawa kimia turunan dari logam berat Boron (B),
boraks merupakan antiseptik dan pembunuh kuman. Bahan ini banyak
digunakan sebagai bahan anti jamur, pengawet kayu, dan antiseptik
pada kosmetik (Svehla G dalam Mudzrikah, 2016).
Boraks adalah senyawa kimia dengan rumus Na2B4O7.10H2O
berbentuk kristal putih, tidak berbau dan stabil pada suhu dan tekanan
normal. Dalam air, boraks berubah menjadi Natrium hidroksida dan
asam borat (Syah, 2005)
b) Kegunaan Boraks
Boraks bisa didapatkan dalam bentuk padat atau cair (natrium
hidroksida ata uasam borat). Baik boraks maupun asam borat memiliki
sifat antiseptik dan biasa digunakan olehindustri farmasi sebagai
ramuan obat, misalnya dalam salep, bedak, larutankompres, obat oles
mulut dan obat pencuci.
Borakspada Makananan meskipun bukan pengawet makanan,
boraks sering pula digunakan sebagai pengawet makanan. Selain
sebagai pengawet, bahanini berfungsi pula mengenyalkan makanan.
Makanan yang sering ditambahkan boraks diantaranya adalah bakso,
lontong, mie, kerupuk, dan berbagai makanan tradisional lainnya
seperti legendar atau sering disebut gendar (Yuliarti,2007).
Metode pengolahan daging menja dibakso sering kali tidak
memperhatikan aspek kesehatan. Penambahan bahan tambahan
berbahaya yang bersifat toksik dengan tujuan meningkatkan nilai
sensorik produk bakso diduga banyak dilakukan oleh produsen atau
pedagang bakso (Handoko dkk,2010)
5. Bakso
Bakso merupakan salah satu olahan pangan yang banyak dikonsumsi
masyarakat, namun masih banyak produsen bakso menggunakan borkas
sebagai pengawet makanan. Indikasi penggunaan tersebut tidakhanya
dilakukan penjual jajanan tetapi juga bakso kemasan bermerk di berbagai
swalayan.
6. Dampak Boraks Terhadap Kesehatan
Boraks merupakan racun bagi semua sel. Pengaruhnya terhadap organ
tubuh tergantung konsentrasi yang dicapai dalam organ tubuh. Karena kadar
tertinggi tercapai pada waktu diekskresi maka ginjal merupakan organ yang
paling terpengaruh dibandingkan dengan organ yang lain. Dosis tertinggi yaitu
10-20gr/kg berat badan orang dewasa dan 5gr/kg berat badan anak-anak akan
menyebabkan keracunan bahkan kematian. Sedangkan dosis terendah yaitu
dibawah 10-20gr/kg berat badan orang dewasadan kurang dari 5 gr/kg berat
badan anak-anak (Saparinto & Hidayati, 2006)

B. Identifikasi Boraks
1) Identifikasi Fisik Boraks Pada Bakso
Menurut Putra (2009) ciri yang bisa dilihat untuk membedakan bakso yang
mengandung boraks dan tidak adalah sebagai berikut :
 Bakso mengandung boraks lebih kenyal dibanding bakso tanpaboraks.
 Bakso mengandung boraks bila digigit sedikit lebih keras
dibandingkan bakso tanpa boraks.
 Bakso mengandung boraks tahan lama atau awet selama 3 hari sedang
yang tidak mengandung boraks dalam 1 hari sudah berlendir.
 Bakso mengandung boraks warnanya tampak lebih putih tidakmerata.
Bakso yang aman berwarna abu-abu segar merata disemua bagian,
baik di pinggir maupun tengah.

2) Identifikasi Kualitatif Boraks


Analisis kualitatif merupakan metode analisis kimia yang digunakan untuk
mengenali atau mengidentifikasi suatu unsur atau senyawa kimia (anion atau
kation) yang terdapat dalam sebuah sampel berdasarkan sifat kimia dan fisika.
Demikianlah air dapat diuraikan menjadi gas hidrogen dan oksigen, garam
dapur menjadi logam natrium dan gas klor, gula menjadi karbon, hidrogen dan
oksigen dan sebagainya. Tetapi kita tidak dapat selanjutnya menguraikan
hidrogen, oksigen, karbon, natrium dan klor itu menjadi wujud lebih
sederhananya (Firmansyah,2011).
Identifikasi kualitatif boraks dapat dilakukan dengan berbagai cara:
I. Uji Kertas Tumerik
Uji warna kertas tumerik pada pengujian boraks yaitu dengan cara
membuat kertas tumerik terlebih dahulu dengan cara kunyit segar
dipotong-potong, dibersihkan dan diblender serta disaring sehingga
dihasilkan cairan kunyit berwarna kuning. Kertas saring dipotong dan
dimasukkan ke dalam cairan kunyit kemudian keringkan. Hasil dari
proses ini disebut kertas tumerik. Sampel yang telah dilakukan
preparasi kemudian diambil beberapa tetes kemudian diteteskan pada
kertas tumerik dan selanjutnya dilakukan pengeringan. Setelah kering
kemudian diamati apakah warna yang dihasilkan sama dengan kontrol
positif, jika warna yang dihasilkan sama dengan kontrol positif maka
bahan tersebut positif mengandung boraks (Harimurti & Dwi Putri,
2016).
II. Uji Pengendapan AgNO3
Uji pengendapan yaitu dengan cara filtrat sampel dimasukkan ke
dalam tabung reaksi, lalu tambahkan larutan perak nitrat. Jika
terbentuk endapan putih, maka bakso mengandung boraks (Efrilia et
al., 2016).
BAB III

METODE PENELITIAN

A. ALAT
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cawan porselen, blender/mortir
&stemper, sendok, batang pengaduk, beker glass, tabung reaksi, pipet tetes, corong,
kertas saringan, timbangan digital .

B. BAHAN
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bakso, kertas tumerik, perak
nitrat, dan aquadest .

Preparasi Sampel
1.Uji nyala
Bakso diambil isi dalam, kemudian timbang sebanyak 20 gram, dimasukkan dalam
lumpang untuk dihaluskan, kemuudian ditimbang kembali masing-masing sampel sebanyak
10 gram, dimasukkan dalam cawan porselen untuk dilanjutkan pengujian pada metode uji
nyala, kemudian ditimbang kembali masing-masing sampel sebanyak 10 gram, dan
dimasukkan dalam cawan porselen untuk dilanjutkan pengujian pada metoe uji nyala.
2. Uji Warna
Bakso diambil isi dalam, kemudian ditimbang sebanyak 20 gram, dimasukkan ke
dalam blender untuk dihaluskan. Kemudian ditimbang kembali masing-masing sampel
sebanyak 10 gram, dimasukkan kedalam cawan porselin untuk dilanjutkan pengujian pada
metode uji warna.

C. PROSEDUR
i. Pembuatan Sampel Bakso
Timbang 10 gram sampel bakso  Haluskan bakso ad lembut  Tambah
aquades campur ad homogen  saring dan ambil filtratnya untuk diidentifikasi
dengan menggunakan metode analisa kualitatif.
ii. Pengujuan Kualitatif Menggunakan Kertas Tumerik
Teteslan 1-2 tetes filtrate sampel ke kertas tumerik  Amati Perubahan warna
pada kertas  terjadi perubahan warna menjadi jingga/merah bata, menandakan
sampel positif menganung boraks.

iii. Uji Pengendapan dengan larutan AgNO3


Masukkan 10 ml filtrate sampel kedalam tabung reaksi  Tambah 1 ml larutan
AgNO3  Amati adanya endapan atau tidak  Bila terdapat endapat putih,
menandakan sampel positif mengandung boraks.
iv. Metode Uji nyala
Sampel sebanyak 10 gram, dihaluskan kemudian dimasukkan kedalam cawan
porselin, juga ditambahkan 1 ml H2SO4 (P), serta ditambahkan 5 ml methanol, kemudian
dicampur, nyalakan dengan api, dan jika dibentuk nyala api berwarna hijau florens positif
adanya boraks (Efrilia et al., 2016)

Kontrol positif uji nyala


Sampel sebanyak 10 gram, dihaluskan kemudian dimasukkan kedalam cawan porselin,
juga ditambahkan 1 ml H2SO4 (P), serta ditambahkan 5 ml methanol, kemudian
dicampur, nyalakan dengan api, dan jika dibentuk nyala api berwarna hijau florens positif
adanya boraks (Efrilia et al., 2016)

Metode Uji Warna


Sampel 10 gram diblender sampai halus dan dimasukkan ke dalam cawan
porselen, ditambahkan 5 ml Na2CO3 10% dan diaduk rata, dipanaskan diatas nyala
bunsen sampai hampir kering, diabukan kedalam tanur listrik pada suhu 400 0C selama 3
jam, kemudian didinginkan di dalam desikator, dimasukkan ke dalam erlenmeyer,
ditambahkan air dan HCL 5N masing-masing 1 ml, kemudian di saring dan dimasukkan
ke dalam tabung reaksi, ditambahkan 4 tetes asam oksalat jenuh, diletakkan kertas
lumerik diatas mulut tabung reaksi, tuangkan 1 ml Etanol diatas kertas lumerik, dan
diuapkan di atas penangas air sampai kering, bila terbentuk warna merah cherry (+)
boraks, dan apabila pada sisa pengendapan ditambahkan NH4OH 0,1 N akan terbentuk
warna hijau kehitaman (SNI 01-2894-1992)

Kontrol positif Uji Warna


Sampel sebanyak 10 gram diblender sampai halus dan dimasukkan ke dalam
cawan porselen,ditambahkan sedikit boraks, ditambahkan 5 ml Na2CO3 10% dan diaduk
rata, dipanaskan diatas nyala bunsen sampai hampir kering, diabukan kedalam tanur
listrik pada suhu 400 0C selama 3 jam, kemudian didinginkan di dalam desikator,
dimasukkan ke dalam erlenmeyer, ditambahkan air dan HCL 5N masing-masing 1 ml,
kemudian di saring dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambahkan 4 tetes asam
oksalat jenuh, diletakkan kertas lumerik diatas mulut tabung reaksi, tuangkan 1 ml Etanol
diatas kertas lumerik, diuapkan di atas penangas air sampai kering, bila terbentuk warna
merah cherry (+) boraks, apabila pada sisa pengendapan ditambahkan NH4OH 0,1 N
akan terbentuk warna hijau kehitaman (SNI 01-2894-1992)

Anda mungkin juga menyukai