MAKALAH
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Keamanan Pangan
Dosen Pengampu : Bibit Nasrokhatun Diniah, S.KM., M.Kes
Disusun Oleh :
Kelompok 6
Elina Haqie (CMR0180040)
Melia Puspita Sari (CMR0180081)
Muhammad Faisal (CMR0180049)
Ria Yuliana (CMR0180054)
Tika Luginawati (CMR0180096)
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga saat ini masih memberikan
kita nikmat iman dan kesehatan, sehingga kami diberi kesempatan yang luar biasa
ini yaitu kesempatan untuk menyelesaikan tugas penulisan makalah yang berjudul
“Bahan Tambahan Pangan (BTP)”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah
Keamanan Pangan. Oleh karena itu kami sampaikan terima kasih kepada Ibu Bibit
Nasrokhatun Diniah, S.KM., M.Kes selaku Dosen Mata Kuliah Keamanan Pangan
yang telah membimbing kami agar makalah ini tersusun dengan baik.
Kami berharap makalah ini dapat dimengerti oleh setiap pihak yang
membaca. Selain itu kami juga sadar bahwa pada makalah ini dapat ditemukan
banyak sekali kekurangan serta jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kami
benar-benar menanti kritik dan saran demi perbaikan karya tulis selanjutnya.
Penyusun pun memohon maaf apabila dalam makalah ini terdapat perkataan yang
tidak berkenan di hati.
Kelompok 6
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
KATA PENGANTAR ...................................................................................ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................2
1.3 Tujuan................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................3
2.1 Definisi Bahan Tambahan Pangan (BTP).........................................3
2.2 Jenis-jenis Bahan Tambahan Pangan (BTP).....................................3
2.3 Regulasi Bahan Tambahan Pangan (BTP)........................................7
2.4 Bahaya Bahan Tambahan Pangan (BTP)..........................................11
2.5 Penggunaan Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang Dilarang...........15
2.6 Kasus Terkait BTP yang Ada di Indonesia.......................................17
BAB III PENUTUP.........................................................................................22
3.1 Kesimpulan..........................................................................................22
3.2 Saran....................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................23
LAMPIRAN....................................................................................................25
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahan Tambahan Pangan (BTP) adalah bahan atau campuran bahan yang
secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi
ditambahkan kedalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan,
antara lain bahan pewarna, pengawet, penyedap rasa, anti gumpal, pemucat
dan pengental. (Hall, 1973)
Bahan Tambahan Pangan atau aditif makanan juga diartikan sebagai
bahan yang ditambahkan dan dicampurkan sewaktu pengolahan makanan
untuk meningkatkan mutu. Pada umumnya bahan tambahan pangan dapat
dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu aditif sengaja dan aditif tidak sengaja.
Aditif sengaja adalah aditif yang diberikan dengan sengaja dengan maksud
dan tujuan tertentu, misalnya untuk meningkatkan konsistensi, nilai gizi, cita
rasa, mengendalikan keasaman atau kebasaan, memantapkan bentuk dan rupa,
dan lainnya. Sedangkan aditif yang tidak sengaja adalah aditif yang terdapat
dalam makanan dalam jumlah sangat kecil sebagai akibat dari proses
pengolahan. Bila dilihat dari asalnya, aditif dapat berasal dari sumber alamiah
(misalnya lesitin); dan dapat juga disintesis dari bahan kimia yang mempunyai
sifat serupa benar dengan bahan alamiah yang sejenis, baik dari susunan kimia
maupun sifat metabolismenya (misal asam askorbat). (Hall, 1973)
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 722/Menkes/Per/IX/88
dijelaskan bahwa BTP adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai
pangan dan biasanya bukan merupakan ingredien khas pangan, mempunyai
atau tidak mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja ditambahkan kedalam
pangan untuk maksud teknologi pada pembuatan, pengolahan, pengepakan,
pengemasan, penyimpanan atau pengangkutan pangan untuk menghasilkan
suatu komponen atau mempengaruhi sifat khas pangan tersebut.
Dalam kehidupan sehari-hari BTP sudah digunakan secara umum oleh
masyarakat, termasuk dalam pembuatan pangan jajanan. Masih banyak
produsen pangan yang menggunakan bahan tambahan yang beracun atau
1
berbahaya bagi kesehatan yang sebenarnya tidak boleh digunakan dalam
pangan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Bahan Tambahan Pangan (BTP) ?
2. Apa saja jenis-jenis Bahan Tambahan Pangan (BTP) ?
3. Bagaimana regulasi mengenai Bahan Tambahan Pangan (BTP) ?
4. Bagaimana bahaya dari Bahan Tambahan Pangan (BTP) ?
5. Apa saja penggunaan Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang dilarang ?
6. Apa saja kasus terkait Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang ada di
Indonesia ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami mengenai Bahan Tambahan Pangan
(BTP)
2. Untuk mengetahui dan memahami jenis-jenis Bahan Tambahan Pangan
(BTP)
3. Untuk mengetahui dan memahami regulasi mengenai Bahan Tambahan
Pangan (BTP)
4. Untuk mengetahui dan memahami bahaya dari Bahan Tambahan Pangan
(BTP)
5. Untuk mengetahui dan memahami penggunaan Bahan Tambahan Pangan
(BTP) yang dilarang
6. Untuk mengetahui kasus terkait Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang ada
di Indonesia
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Bahan Tambahan Pangan (BTP)
Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk
pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air,
baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan
atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk Bahan Tambahan Pangan,
Bahan Baku Pangan, dan bahan lainnya yang digunakan dalam proses
penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman.
Bahan Tambahan Pangan yang selanjutnya disingkat BTP adalah bahan
yang ditambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk
Pangan. Bahan Tambahan Makanan (BTP) adalah bahan atau campuran
bahan yang secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan,
tetapi ditambahkan kedalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk
pangan, antara lain bahan pewarna, pengawet, penyedap rasa, anti gumpal,
pemucat dan pengental. Bahan Tambahan Pangan atau aditif makanan juga
diartikan sebagai bahan yang ditambahkan dan dicampurkan sewaktu
pengolahan makanan untuk meningkatkan mutu produk makanan.
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 722/Menkes/Per/IX/88
dijelaskan bahwa BTP adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai
pangan dan biasanya bukan merupakan ingredien khas pangan, mempunyai
atau tidak mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja ditambahkan kedalam
pangan untuk maksud teknologi pada pembuatan, pengolahan, pengepakan,
pengemasan, penyimpanan atau pengangkutan pangan untuk menghasilkan
suatu komponen atau mempengaruhi sifat khas pangan tersebut.
3
1. Antibuih (Antifoaming Agent)
Antibuih (Antifoaming Agent) adalah BTP untuk mencegah atau
mengurangi pembentukan buih.
2. Antikempal (Anticaking Agent)
Antikempal (Anticaking agent) adalah BTP untuk mencegah
mengempalnya produk Pangan.
3. Antioksidan (Antioxidant)
Antioksidan (Antioxidant) adalah BTP untuk mencegah atau menghambat
kerusakan Pangan akibat oksidasi.
4. Bahan Pengkarbonasi (Carbonating Agent)
Bahan Pengkarbonasi (Carbonating agent) adalah BTP untuk membentuk
karbonasi di dalam Pangan.
5. Garam Pengemulsi (Emulsifying Salt)
Garam Pengemulsi (Emulsifying salt) adalah BTP untuk mendispersikan
protein dalam keju sehingga mencegah pemisahan lemak.
6. Gas Untuk Kemasan (Packaging Gas)
Gas untuk Kemasan (Packaging gas) adalah BTP berupa gas, yang
dimasukkan ke dalam kemasan Pangan sebelum, saat maupun setelah
kemasan diisi dengan Pangan untuk mempertahankan mutu Pangan dan
melindungi Pangan dari kerusakan.
7. Humektan (Humectant)
Humektan (Humectant) adalah BTP untuk mempertahankan kelembaban
Pangan.
8. Pelapis (Glazing Agent)
Pelapis (Glazing agent) adalah BTP untuk melapisi permukaan Pangan
sehingga memberikan efek perlindungan dan/atau penampakan
mengkilap.
9. Pemanis (Sweetener)
Pemanis (Sweetener) adalah BTP berupa Pemanis Alami dan Pemanis
Buatan yang memberikan rasa manis pada produk Pangan.
a. Pemanis Alami (Natural Sweetener)
4
Pemanis Alami (Natural sweetener) adalah Pemanis yang
dapatditemukan dalam bahan alam meskipun prosesnya secara sintetik
ataupun fermentasi.
b. Pemanis Buatan (Artificial Sweetener)
Pemanis Buatan (Artificial sweetener) adalah Pemanis yang diproses
secara kimiawi, dan senyawa tersebut tidak terdapat di alam.
10. Pembawa (Carrier)
Pembawa (Carrier) adalah BTP yang digunakan untuk memfasilitasi
penanganan, aplikasi atau penggunaan BTP lain atau Zat Gizi di dalam
Pangan dengan cara melarutkan, mengencerkan, mendispersikan atau
memodifikasi secara fisik BTP lain atau Zat Gizi tanpa mengubah
fungsinya dan tidak mempunyai efek teknologi pada Pangan.
11. Pembentuk Gel (Gelling Agent)
Pembentuk Gel (Gelling agent) adalah BTP untuk membentuk gel.
12. Pembuih (Foaming Agent)
Pembuih (Foaming agent) adalah BTP untuk membentuk atau memelihara
homogenitas dispersi fase gas dalam Pangan berbentuk cair atau padat.
13. Pengatur Keasaman (Acidity Regulator)
Pengatur Keasaman (Acidity regulator) adalah BTP untuk mengasamkan,
menetralkan dan/atau mempertahankan derajat keasaman Pangan.
14. Pengawet (Preservative)
Pengawet (Preservative) adalah BTP untuk mencegah atau menghambat
fermentasi, pengasaman, penguraian, dan perusakan lainnya terhadap
Pangan yang disebabkan oleh mikroorganisme.
15. Pengembang (Raising Agent)
Pengembang (Raising agent) adalah BTP berupa senyawa tunggal atau
campuran untuk melepaskan gas sehingga meningkatkan volume adonan.
16. Pengemulsi (Emulsifier)
Pengemulsi (Emulsifier) adalah BTP untuk membantu terbentuknya
campuran yang homogen dari dua atau lebih fase yang tidak tercampur
seperti minyak dan air.
5
17. Pengental (Thickener)
Pengental (Thickener) adalah BTP untuk meningkatkan viskositas
Pangan.
18. Pengeras (Firming Agent)
Pengeras (Firming agent) adalah BTP untuk memperkeras atau
mempertahankan jaringan buah dan sayuran, atau berinteraksi dengan
bahan pembentuk gel untuk memperkuat gel.
19. Penguat rasa (Flavour enhancer)
Penguat rasa (Flavour enhancer) adalah BTP untuk memperkuat atau
memodifikasi rasa dan/atau aroma yang telah ada dalam bahan Pangan
tersebut tanpa memberikan rasa dan/atau aroma tertentu.
20. Peningkat volume (Bulking Agent)
Peningkat Volume (Bulking agent) adalah BTP untuk meningkatkan
volume Pangan.
21. Penstabil (Stabilizer)
Penstabil (Stabilizer) adalah BTP untuk menstabilkan sistem dispersi
yang homogen pada Pangan.
22. Peretensi Warna (Colour Retention Agent)
Peretensi Warna (Color retention agent) adalah BTP untuk
mempertahankan, menstabilkan, atau memperkuat intensitas warna
Pangan tanpa menimbulkan warna baru.
23. Perlakuan Tepung (Flour Treatment Agent)
Perlakuan Tepung (Flour treatment agent) adalah BTP yang ditambahkan
pada tepung untuk memperbaiki warna, mutu adonan dan atau
pemanggangan, termasuk bahan pengembang adonan, pemucat dan
pematang tepung.
24. Pewarna (Colour)
Pewarna (Colour) adalah BTP berupa Pewarna Alami dan Pewarna
Sintetis, yang ketika ditambahkan atau diaplikasikan pada Pangan mampu
memberi atau memperbaiki warna.
a. Pewarna alami (Natural Colour)
6
Pewarna Alami (Natural food colour) adalah Pewarna yang dibuat
melalui proses ekstraksi, isolasi, atau derivatisasi (sintesis parsial) dari
tumbuhan, hewan, mineral atau sumber alami lain, termasuk Pewarna
identik alami.
b. Pewarna Sintetis (Synthetic Colour)
Pewarna Sintetis (Synthetic food colour) adalah Pewarna yang
diperoleh secara sintesis kimiawi.
25. Propelan (Propellant)
Propelan (Propellant) adalah BTP berupa gas untuk mendorong Pangan
keluar dari kemasan.
26. Sekuestran (Sequestrant)
Sekuestran(Sequestrant) adalah BTP yang dapat mengikat ion logam
polivalen untuk membentuk kompleks sehingga meningkatkan stabilitas
dan kualitas Pangan.
7
2. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 239/Menkes/Per/V/85 tentang Zat
Warna tertentu yang Dinyatakan Sebagai Bahan Berbahaya
Dalam Peraturan Menteri ini dicantumkan pewarna yang dinyatakan
sebagai bahan berbahaya bagi kesehatan manusia, oleh karena itu dilarang
digunakan dalam pangan. Beberapa bahan pewarna dalam daftar tersebut
(yang diberi tanda bintang pada daftar dibawah ini) telah dilarang
penggunaannya sejak tahun 1979 melalui Peraturan Menteri Kesehatan RI
No. 235/Menkes/Per/VI/79 tentang Zat Warna Yang Dilarang Digunakan
dalam Pangan. Pewarna yang dinyatakan berbahaya bagi kesehatan adalah
sebagai berikut :
8
- Diatilpirokarbonat
- Dulsin
- Kalium klorat
- Kloramfenikol
- Minyak nabati yang dibrominasi
- Nitrofurazon
- Formalin (formaldehida)
9
- Untuk menyembunyikan cara kerja yang bertentangan dengan
cara produksi yang baik untuk pangan.
- Untuk menyembunyikan kerusakan pangan.
10
Bahan Tambahan Pangan
11
Penyalahgunaan boraks pada makanan biasanya diperuntukkan
sebagai pengeras, pengenyal, dan pengawet. Beberapa contoh makanan
yang mengandung boraks antara lain bakso, mi basah, kerupuk, dan
pangsit. Boraks beracun terhadap semua sel. Bila tertelan senyawa ini
dapat menyebabkan efek negatif pada susunan syaraf pusat, ginjal dan
hati. Ginjal merupakan organ yang paling besar mengalami kerusakan
dibandingkan dengan organ lain. Selain itu dapat menimbulakan gejala-
gejala yang tertunda meliputi badan terasa tidak nyaman (malaise), mual,
nyeri hebat pada perut bagian atas (epigastrik), pendarahan saluran
pencernaan (gastroenteritis) disertai muntah darah, diare, lemah,
mengantuk, demam, dan rasa sakit kepala. Pemakaian boraks dalam
jangka panjang akan menyebabkan kulit kering, bercak-bercak merah pada
kulit, dan gangguan saluran pencernaan. Boraks juga bersifat karsinogenik
(menyebabkan kanker), dapat mengganggu sistem reproduksi,
menyebabkan gangguan hormonal dan bila terakumulasi dapat
menyebabkan gangguan sistem kekebalan tubuh. (Direktorat Standardisasi
Pangan Olahan, 2016)
2. Formalin
Beberapa contoh produk pangan yang sering mengandung formalin
antara lain ikan segar, ayam potong, mi basah dan tahu. Dampak formalin
pada kesehatan manusia, dapat bersifat :
a. Akut : efek pada kesehatan manusia langsung terlihat seperti iritasi,
alergi, kemerahan, mata berair, mual, muntah, rasa terbakar, sakit
perut dan pusing.
b. Kronik : efek pada kesehatan manusia terlihat setelah terkena dalam
jangka waktu yang lama dan berulang seperti iritasi, mata berair,
gangguan pencernaan, hati, ginjal, pankreas, sistem saraf pusat,
menstruasi dan pada hewan percobaan dan manusia diduga bersifat
karsinogenik. (Direktorat Standardisasi Pangan Olahan, 2016)
3. Zat warna Rhodamin B
12
Rhodamin B bisa menumpuk di lemak sehingga lama-kelamaan
jumlahnya akan terus bertambah. Rhodamin B diserap lebih banyak pada
saluran pencernaan dan menunjukkan ikatan protein yang kuat. Kerusakan
pada hati tikus terjadi akibat makanan yang mengandung rhodamin B
dalam konsentrasi tinggi. Paparan rhodamin B dalam waktu yang lama
dapat menyebabkan gangguan fungsi hati dan kanker hati. (Direktorat
Standardisasi Pangan Olahan, 2016)
4. Asam Benzoat
Pemberian dosis besar akan menimbulkan nyeri lambung, mual dan
muntah.
5. Asam Propionat
Tingkat toksisitas asam propionat adalah sebagai berikut :
b. Tokisitas akut, akan merusak kulit , mata dan mukosa, terjadi
nekrosis pada kulit kelinci pada paparan 10 mg /24 jam.
c. Toksisitas sub kronis, konsumsi 5% atau setara dengan 5000 mg/kg
berat badan selama 110 hari akan terjadi gangguan pada lambung
pada tikus. Paparan pada anjing dengan kadar 3000, 10000 dan
30000 ppm selama 90 hari akan terjadi peningkatan insiden
hypoplaciaepithel(terhambatnya perkembangan sel) dan
peningkatan jumlah nitrit pada urine.
d. Toksisitas kronis, pada studi terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa
dengan paparan asam propionat yang berkadar 4 % selama 2 tahun
akan terjadi hypoplacia dan tukak pada lambung. (Ratnani, 2009)
6. Belerang dioksida
Efek merugikan berupa hambatan terhadap pernafasan yang akan
berakibat fatal apabila terjadi edema(kelebihan akumulasi cairan didalam
jaringan tubuh sehingga menyebabkan pembengkakan) paru, edema
glotis(celah pita suara ) danspasme (tegangan otot) laring(organ suaran).
(Direktorat Standardisasi Pangan Olahan, 2016)
7. Kalium Bromat
13
Penggunaannya dalam makanan dan minuman dapat membahayakan
kesehatan karena bersifat karsinogenik. (Direktorat Standardisasi Pangan
Olahan, 2016)
8. Auramine
Berdasarkan kajian epidemiologi pada manusia menunjukkan bahwa
zat warna auramine dapat meningkatkan resiko kanker kandung kemih dan
prostat. (Direktorat Standardisasi Pangan Olahan, 2016)
9. Zat Warna Butter Yellow
Bersifat karsinogenik pada tikus, menghasilkan tumor hati,
sedangkan pada anjing menyebabkan tumor kandung kemih. (Direktorat
Standardisasi Pangan Olahan, 2016)
10. Black 7984
Merupakan zat warna coklat sampai hitam, dapat menyebabkan
reaksi Alergi dan intoleransi terutama pada orang yang intoleran terhadap
aspirin selain itu dapat memperburuk gejala asma. (Direktorat
Standardisasi Pangan Olahan, 2016)
11. Zat Warna Citrus Red No 2
Mempunyai sifat karsinogenik pada mencit dan tikus. Setelah
pemberian secara oral, senyawa ini menghasilkan hiperplasia dan tumor
kandung kemih. Pemberian secara subkutan menghasilkan
adenokarsinomas (tumor jinak berasal dari kelenjar) dan lymphosarcomas
(tumor limfa) pada mencit betina. Kemungkinan sebagai penyebab kanker
pada manusia. (Direktorat Standardisasi Pangan Olahan, 2016)
12. Zat Warna CI Basic Red 9
Digunakan sebagai pewarna serat tekstil, persiapan pigmen Untuk
tinta cetak. Merupakan bahankarsinogenik karena teridentifikasi
menyebabkan kanker kandung kemih. (Direktorat Standardisasi Pangan
Olahan, 2016)
13. Zat Warna Metanil Yellow
Digunakan pada industri tekstil, cat, kertas dan kulit Binatang,
indikator reaksi netralisasi (asam-basa). Metanil yellow dapat
14
menyebabkan mual, muntah, sakit perut, diare, panas, rasa tidak enak dan
tekanan darah. Jangka panjang dapat menyebabkan kanker kandung
kemih. (Direktorat Standardisasi Pangan Olahan, 2016)
14. Zat Warna Orange G
Zat warna Orange G berbahaya bila tertelan, terhisap atau diabsorbsi
melalui kulit. Kemungkinan menyebabkan iritasi pada kulit, mata dan
saluran cerna. Bersifat tumorigen dan mutagen. (Direktorat Standardisasi
Pangan Olahan, 2016)
15. Magenta I, Magenta II, Magenta III, Ponceau 3R, Sudan I serta Benzyl
violet 6B
Merupakan zat warna yang memiliki sifat karsinogenik, penyebab kanker
pada manusia. (Direktorat Standardisasi Pangan Olahan, 2016)
16. Dietilpirokarbonat
Dapat digunakan sebagai pengawet namun dapat menyebabkan kanker.
15
biasanya ditambah methanol hingga 15 persen sebagai pengawet. Formalin
dikenal sebagai bahan pembunuh hama (desinfektan) dan banyak
digunakan dalam industri.
4. Kalium Bromat penggunaannya dalam makanan dan minuman dapat
membahayakan kesehatan karena bersifat karsinogenik.
5. Auramine berdasarkan kajian epidemiologi pada manusia menunjukkan
bahwa zat warna auramine dapat meningkatkan resiko kanker kandung
kemih dan prostat.
6. Zat Warna Butter Yellow, bersifat karsinogenik pada tikus, menghasilkan
tumor hati, sedangkan pada anjing menyebabkan tumor kandung kemih.
7. Black 7984, merupakan zat warna coklat sampai hitam, dapat
menyebabkan reaksi alergi dan intoleransi terutama pada orang yang
intoleran terhadap aspirin selain itu dapat memperburuk gejala asma.
8. Zat Warna Chrysoidine, diduga bersifat karsinogen terhadap manusia dan
bersifat toksik terhadap saluran cerna dan hati.
9. Zat Warna Citrus Red No.2, mempunyai sifat karsinogenik pada mencit
dan tikus. Setelah pemberian secara oral, senyawa ini menghasilkan
hiperplasia dan tumor kandung kemih. Pemberian secara subkutan
menghasilkan adenokarsinomas (tumor jinak berasal dari kelenjar) dan
lymphosarcomas (tumor limfa) pada mencit betina. Kemungkinan sebagai
penyebab kanker pada manusia.
10. Zat Warna Chocolate Brown FB, tidak ditemukan adanya intoksikasi
(keracunan) dan pengaruh terhadap tingkat kematian, berat badan, berat
organ dan indikasi tumor pada pemberian dosis sampai 2000 mg setiap
hari pada tikus dan mencit. Namun ditemukan deposit pigmen pada
beberapa organ tubuh pada pemberian dosis diatas 3000 mg/kg berat
badan.
11. Zat Warna CI Basic Red No.9, digunakan sebagai pewarna serat tekstil,
persiapan pigmen untuk tinta cetak. Merupakan bahankarsinogenik karena
teridentifikasi menyebabkan kanker kandung kemih.
16
12. Zat Warna Metanil Yellow, biasa digunakan pada industri tekstil, cat,
kertas dan kulit binatang, indikator reaksi netralisasi (asam-basa). Metanil
yellow dapat menyebabkan mual, muntah, sakit perut, diare, panas, rasa
tidak enak dan tekanan darah. Jangka panjang dapat menyebabkan kanker
kandung kemih.
13. Zat Warna Oil Orange SS, berbahaya bila tertelan atau diabsorbsi kulit.
Bersifat karsinogen terhadap hewan. Diduga bersifat karsinogen pada
manusia.
14. Zat Warna Orange G, berbahaya bila tertelan, terhisap atau diabsorbsi
melalui kulit. Kemungkinan menyebabkan iritasi pada kulit, mata dan
saluran cerna. Bersifat tumorigen dan mutagen.
15. Zat Warna Ponceau SX dapat menyebabkan kerusakan pada sistem urin.
16. Zat Warna Rhodamin B, bersifat karsinogenik. Digunakan sebagai zat
warna untuk kertas, tekstil (sutra, wool, kapas), sabun, kayu, plastik dan
kulit, sebagai reagensia di laboratorium untuk pengujian antimoni, kobal,
niobium, emas, mangan, air raksa, tantalum dan tungsten, dan digunakan
untuk pewarna biologik.
17. Magenta I, Magenta II, Magenta III, Ponceau 3R, Sudan I Serta Benzyl
Violet 6B merupakan zat warna yang memiliki sifat karsinogenik,
penyebab kanker pada manusia.
2.6 Kasus Terkait BTP yang Ada di Indonesia
1. Kasus Yang Pertama : 20 Ribu Tahu Berformalin Di Palembang
Diamankan,Pemilik Usaha Ditangkap.
Tim Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Palembang
mengamankan 20 ribu buah tahu yang mengandung formalin.
Pengungkapan ini bermula dari sebuah truk yang diamankan di kawasan
Pasar 7 Ulu, Seberang Ulu I, Palembang.
17
Palembang. Tim BBPOM Palembang bersama Polda
Sumsel mengamankan tahu berformalin tersebut pada subuh tadi sekitar
pukul 04.30 WIB.
"Semoga ini menjadi efek jera bagi pelaku usaha yang masih curang.
Semoga tidak terulang kembali," ungkap Fitri.
18
2. Kasus Yang Kedua : BPOM Temukan 300 Kg Mi Mengandung Boraks Di
Aceh
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menemukan sebanyak 300
kilogram (kg) lebih mi basah diduga mengandung formalin dan boraks. Mi
berformalin ini ditemukan pada sejumlah pedagang di Kompleks Pasar
Matang Geulumpang Dua Kecamatan Peusangan, Kabupaten
Bireuen, Aceh.
"Ada sekitar 300 kilogram mi basah yang kami amankan dari sejumlah
pedagang di Pasar Matang Geulumpang Dua Bireuen," kata Kepala
Bidang Perdagangan pada Dinas Perdagangan Perindustrian Koperasi dan
UKM Bireuen Aceh, Azhar, dilansir Antara, Rabu (31/3/2021).
"Untuk sementara pedagang yang nakal ini kita beri sanksi teguran,
agar ke depan tidak lagi mengulangi perbuatan yang sama," kata
Azhar.
19
Azhar menegaskan jika ke depan para pedagang masih terdapat
melakukan pelanggaran yang sama, maka dipastikan para pedagang
yang melanggar akan dibawa ke ranah hukum.
20
"Salah satu kerupuk ada izin PIRT tapi diproduksi di Blitar. Bahan
berbahaya seperti ini, meskipun sedikit tidak boleh digunakan untuk
makanan," ujarnya.
"Di sisi lain kami harus mendorong usaha kecil untuk tumbuh
kembali. Tapi tidak boleh mengabaikan aspek kesehatan. Jadi ya lebih
ke pembinaan," jelasnya.
BAB III
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
21
Bahan Tambahan Makanan (BTP) adalah bahan atau campuran bahan
yang secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi
ditambahkan kedalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan,
antara lain bahan pewarna, pengawet, penyedap rasa, anti gumpal, pemucat
dan pengental. Bahan Tambahan Pangan atau aditif makanan juga diartikan
sebagai bahan yang ditambahkan dan dicampurkan sewaktu pengolahan
makanan untuk meningkatkan mutu produk makanan.
Menurut Peraturan Badan Pengawasan Obat dan Makanan Nomor 11
Tahun 2019 Tentang Bahan Tambahan Pangan, Penggolongan/Jenis-jenis
BTP yang digunakan pada pangan terdiri atas 27 golongan BTP. Adapun
beberapa peraturan tentang Bahan Tambahan Pangan.
Bahaya bahan tambahan pangan, penggunaan bahan tambahan pangan
yang dilarang hingga 3 contoh kasus tentang bahan tambahan pangan yang
ada di Indonesia.
3.2 Saran
Dengan disusunnya makalah ini mengharapkan kepada semua pembaca
agar dapat menelaah dan memahami apa yang telah tertulis dalam makalah ini
sehingga sedikit banyak bisa menambah pengetahuan pembaca. Disamping
itu kami juga mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca sehingga
kami bisa berorientasi lebih baik pada makalah kami selanjutnya.
22
DAFTAR PUSTAKA
Langi, Tineke M. et al. 2019. Buku Ajar Mata Kuliah Bahan Tambahan Pangan.
https://inspire.unsrat.ac.id/uploads/daring/berkas/2019-11-
14berkas1967112419930320015.pdf (diakses pada tanggal 17 April 2021)
Hall, R. L. (1973) ‘Food additives’, Nutrition Today, 8(4), pp. 20–28. doi:
10.1097/00017285-197307000-00006. (diakses pada tanggal 17 April 2021)
https://standarpangan.pom.go.id/berita/bahan-tambahan-yang-dilarang-
digunakan-dalam-produk-pangan
https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-5535461/uji-sampel-makanan-saat-
ramadhan-dinkes-tulungagung-temukan-zat-berbahaya?
_ga=2.33855720.833760393.1618757743-667891181.1618757729
23
https://news.detik.com/berita/d-5514628/bpom-temukan-300-kg-mi-mengandung-
formalin-dan-boraks-di-aceh?_ga=2.123947338.1506876700.1618745228-
378510177.1600935879
https://news.detik.com/berita/d-5485622/20-ribu-tahu-berformalin-di-palembang-
diamankan-pemilik-usaha-ditangkap?
_ga=2.203956560.1506876700.1618745228-378510177.1600935879
LAMPIRAN
24
Boraks
Formalin
25
Rhodamin B
Auramine
26
Kalium Bormat
Asam Benzoat
27
28